• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau mengawetkan produk. Pengemasan terhadap produk bertujuan untuk melindungi produk dari pengaruh oksidasi dan mencegah terjadinya kontaminasi dengan udara luar. Hasil pengolahan dapat dikendalikan dengan pengemas, termasuk pengendalian cahaya, konsentrasi oksigen, kadar air, perpindahan panas, kontaminasi dan serangan makhluk hayati (Harris dan Karnas, 1989). Setiap jenis kemasan dapat mempengaruhi masa simpan komoditi, sehingga dapat menentukan berapa lama komoditi tersebut dapat disimpan.

Kemasan yang digunakan pada penelitian yaitu karung goni, karung plastik, kemasan kertas, dan kemasan plastik yang setiap jenis kemasan terbuat dari bahan yang berbeda dan mempunyai karakteristik yang berbeda. Kemasan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

P1 P2 P3 P4 Gambar 4. Berbagai Jenis Kemasan Penelitian

Keterangan : P1= Karung Goni, P2 = Karung Plastik, P3 = Kemasan Kertas, P4 = Kemasan Plastik

Karung goni terbuat dari yute atau rami dan mempunyai pori–pori yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karung plastik, kemasan kertas, dan kemasan plastik. Menurut Hasjmy (1991), karung goni mempunyai lubang-lubang yang relatif lebih besar yang berguna memudahkan penetrasi gas yang digunakan pada saat fumigasi, akan tetapi karung goni mempunyai kelebihan dibandingkan dengan

plastik dan plastik umumnya terbuat daripolyolefin film yaitu polyethylene (Syarief dan Irawati, 1988). Karung plastik mempunyai pori–pori yang lebih kecil dibandingkan dengan karung goni. Karung plastik mulai pesat dipakai karena mempunyai sifat kuat, tahan air, lembam, transparan, dapat dibentuk, diisi dan disegel dengan mesin. Sama halnya dengan karung plastik, plastik dapat digunakan sebagai bahan kemasan karena dapat melindungi produk dari cahaya, udara, perpindahan panas, kontaminasi dan kontak dengan bahan-bahan kimia. Aliran gas dan uap air yang melalui plastik dipengaruhi oleh pori-pori plastik, tebal plastik, dan ukuran molekul yang berdifusi produk (Syarief dan Irawati, 1988), sedangkan kemasan kertas terbuat daripulp(bubur kayu) (Junaedi, 2003).

Keadaan Umum Lokasi Penyimpanan

Ransum buatan sendiri disimpan di dalam gudang berukuran sekitar 3 x 4 m2, yang terletak di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Rataan suhu dan kelembaban ruang penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 6 dan rataan suhu dan kelembaban lingkungan selama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 6. Rataan Suhu dan Kelembaban Ruang Penyimpanan (16 Oktober–11 Desember 2008)

Minggu

ke-1 2 3 4 5 6 7 8

Suhu(0C) 27,7 27,6 27,3 28,2 27,1 26,9 27,2 26,5

RH (%) 72 71 72 76 73 77 71 79

Rataan suhu dan kelembaban lingkungan selama penyimpanan berdasarkan data klimatologi Darmaga dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Lingkungan Penyimpanan (16 Oktober–11 Desember 2008)

Minggu

ke-1 2 3 4 5 6 7 8 Suhu(0C) 26,25 26,08 22,05 25,20 25,82 25,99 26,43 29,38 RH(%) 83,97 85,96 84,84 89,18 87,18 84,48 83,28 100,35 Sumber: Klimatologi Darmaga

Pengaruh suhu dan kelembaban sangat penting dalam penyimpanan ransum. Suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi sifat fisik ransum dan pertumbuhan serangga pada komoditi yang disimpan, karena suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan serangga perusak. Menurut Imdad dan Nawangsih (1999) lingkungan hidup yang ideal bagi pertumbuhan serangga yaitu pada suhu 25-30 0C. Menurut Sofyan dan Abunawan (1974) dalam Yuliastanti (2001), syarat umum untuk ruang penyimpanan antara lain suhu berkisar antara 18-24 0C, bersih dan terang, mempunyai ventilasi yang baik untuk sirkulasi udara, bebas dari serangan serangga dan tikus yang dapat merusak. Tabel 6 menunjukkan bahwa rataan suhu selama penyimpanan dapat mendukung pertumbuhan serangga.

Serangan Serangga

Serangan serangga tidak dimasukkan ke dalam rancangan percobaan, karena keseragamannya sangat tinggi, sehingga dibahas secara deskripsi (Putra, 2005). Penelitian ini tidak hanya menghitung jumlah serangga yang terdapat pada ransum, tetapi juga jumlah ulat (larva atau jentik) yang terdapat pada ransum.

Serangan serangga paling banyak ditemukan pada karung goni dan mulai muncul pada penyimpanan minggu ke-4, sedangkan pada kemasan karung plastik mulai ditemukan pada penyimpanan minggu ke-6 (Tabel 8). Jumlah serangga paling tinggi yaitu pada kemasan karung goni, sedangkan pada kemasan kertas dan kemasan plastik tidak ditemukan serangan serangga. Semakin lama penyimpanan, maka meningkatkan jumlah serangga yang terdapat pada karung goni dan karung plastik. Hal ini disebabkan karung goni mempunyai pori–pori yang relatif besar dibandingkan dengan jenis kemasan yang lain, sehingga jumlah serangga yang terdapat pada karung goni paling banyak dibandingkan dengan jenis kemasan yang lain.

Serangan serangga pada karung goni termasuk kategori sangat berat dan pada karung plastik termasuk kategori ringan. Serangan serangga pada minggu ke-4 termasuk kategori medium, minggu ke-6 termasuk kategori berat, minggu ke-8 termasuk kategori sangat berat. Sampel dikatakatan aman dari serangan serangga jika tidak terdapat serangga, sampel dikatakatan ringan dari serangan serangga jika

serangga jika terdapat 6–10 ekor serangga/kg, sampel dikatakatan sangat berat dari serangan serangga jika terdapat > 10 ekor serangga/kg (Bulog, 1996).

Tabel 8. Rataan Serangga Ransum pada Berbagai Kemasan Selama Penyimpanan (ekor/kg) Perlakuan Penyimpanan (minggu) P1 P2 P3 P4 Rataan 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 4 10 0 0 0 3 6 26 1 0 0 7 8 76 4 0 0 20 Rataan 22 1 0 0

Keterangan: P1 = kemasan karung goni, P2 = kemasan karung plastik, P3 = kemasan kertas, dan P4 = kemasan plastik

Serangga yang terdapat pada penelitian ini sama dengan serangga yang ditemukan pada penelitian Putra (2005) dan Koehler (2005) yaituSitophilus oryzae. Serangga ini mempunyai ciri yaitu sewaktu masih muda berwarna cokelat dan setelah dewasa berwarna hitam. Panjang tubuh berkisar 2–5 mm (rata–rata yaitu 2– 3,5 mm), pada sayap bagian depan terdapat empat buah bintik berwarna kuning kemerahan. Cara hidup serangga ini yaitu serangga betina yang akan bertelur menggerek salah satu sisi butiran beras dengan moncongnya untuk makan dan membuat liang, kemudian telur ditempatkan dalam liang gerakan. Serangga betina dapat bertelur sebanyak 300-400 butir, setelah beberapa hari telur menetas menjadi ulat. Siklus hidup serangga dimulai dari telur, ulat (larva atau jentik), kepompong (pupa), selanjutnya menjadi serangga dewasa. Serangga dewasa dan ulat aktif merusak bahan simpanan (Imdad dan Nawangsih, 1999).

Lingkungan hidup yang ideal untuk pertumbuhan Sitophilus oryzae yaitu pada suhu 25–30 0C dengan kelembaban 70% dan kadar air bahan 10–15%. Siklus hidupnya berlangsung 31–37 hari (Imdad dan Nawangsih, 1999). Ditambahkan oleh Coxet al. (2007) bahwa suhu ideal untuk pertumbuhan Sitophilus oryzae yaitu 25-27,50C.

G1 G2 Gambar 5. Serangga Penelitian

Keterangan : G1= Serangga Hasil Penelitian Koehler dan G2 = Serangga Hasil Penelitian

Jumlah ulat (larva atau jentik) yang terdapat pada ransum paling banyak ditemukan pada karung goni dan mulai muncul pada penyimpanan minggu ke-4, sedangkan pada kemasan karung plastik mulai ditemukan pada penyimpanan minggu ke-6 (Tabel 9). Semakin lama penyimpanan, maka meningkatkan jumlah ulat (larva atau jentik) yang terdapat pada ransum. Menurut Aldryhim dan Adam (1999), siklus hidup yang diperlukan dari tahap telur menjadi ulat (larva atau jentik) yaitu 10 hari, tahap kepompong (pupa) menjadi serangga dewasa yaitu 10-70 hari.

Tabel 9. Rataan Ulat Ransum pada Berbagai Kemasan Selama Penyimpanan Perlakuan Penyimpanan (minggu) P1 P2 P3 P4 Rataan 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 4 43 0 0 0 10 6 76 2 0 0 20 8 148 23 0 0 43 Rataan 67 6 0 0

Keterangan: P1 = kemasan karung goni, P2 = kemasan karung plastik, P3 = kemasan kertas, dan P4 = kemasan plastik

Sifat Fisik

Menurut Kling dan Woehlbier (1983) dalam Khalil (1999a), sekurang-kuarangnya ada tujuh sifat fisik pakan yang penting, yaitu ukuran parikel, berat jenis,

suatu bahan, juga dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk dan karakteristik permukaan suatu bahan.

Sifat fisik pakan yang diamati pada penelitian ini yaitu kadar air, aktivitas air, ukuran partikel, berat jenis, sudut tumpukan, kerapatan tumpukan, dan kerapatan pemadatan tumpukan.

Kadar Air

Kadar air merupakan persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering. Kadar air berdasarkan bahan kering adalah perbandingan antara berat air dalam suatu bahan dengan bahan kering bahan tersebut (Syarif dan Halid, 1993). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis kemasan dan lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap kadar air. Semakin lama penyimpanan, maka meningkatkan nilai kadar air ransum (Tabel 10). Interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan menunjukkan sangat berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap kadar air.

Tabel 10. Rataan Kadar Air Ransum pada Berbagai Kemasan Selama Penyimpanan (%) Perlakuan Penyimpanan (minggu) P1 P2 P3 P4 Rataan 0 9,58±0,52PQ 9,58±0,52PQ 9,58±0,52PQ 9,58±0,52PQ 9,58±0,46A 2 12,16±0,52S 12,47±0,30ST 12,83±0,52STU 9,49±0,22PQ 11,74±1,41B 4 13,64±0,30TUV 13,44±0,57TUV 14,11±0.85V 8,43±0,86P 12,41±2,26C 6 13,28±0.85STUV 13,80±0.55UV 13,28±0,89STUV 10,50±0,86QR 12,71±1,52CD 8 13,46±0,28TUV 14,00±0,25UV 14,00±0,32UV 10,89±0,54R 13,08±1,37D Rataan 12,42±2,07B 12,66±2,01B 12,76±1,78B 9,78±2,18A

Keterangan: Superskrip A, B, C, CD, dan D pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Superskrip A dan B pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Superskrip P, PQ, QR, R, S, ST, STU, STUV, TUV, UV, dan V menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

P1 = kemasan karung goni, P2 = kemasan karung plastik, P3 = kemasan kertas, dan P4 = kemasan plastik

Kemasan adalah wadah atau media yang digunakan untuk membungkus bahan atau komoditi, serta memberikan perlindungan pada bahan atau komoditi (Imdad dan Nawangsih, 1999). Kemasan yang berbeda dapat mempengaruhi kadar air. Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai kadar air ransum pada kemasan plastik

mempunyai nilai yang paling rendah dibandingkan dengan jenis kemasan yang lain sampai penyimpanan minggu ke-8. Hal ini dikarenakan kemasan plastik tidak mempunyai pori–pori dibadingkan dengan jenis kemasan yang lain. Kemasan plastik terbuat dari polyethylene, yang mempunyai keuntungan yaitu permeabilitas uap air dan air rendah (Syarief dan Irawati, 1988).

Gambar 6. Grafik Interaksi antara Jenis Kemasan dengan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air

Semakin lama penyimpanan, maka akan meningkatkan kadar air ransum, meskipun pada perlakuan P1 dan P3 kadar air ransum berubah–ubah setiap minggunya (Tabel 10). Perubahan kadar air ransum dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban lingkungan selama penyimpanan. Suhu dan kelembaban ruang penyimpanan berubah–ubah setiap minggunya (Tabel 6). Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Suadnyana (1998), bahwa kandungan air bahan senantiasa berubah yang dipengaruhi oleh jenis bahan, suhu, dan kelembaban. Bila kelembaban udara ruang penyimpanan tinggi maka akan terjadi absorpsi uap air dari udara ke ransum yang menyebabkan kadar air ransum meningkat. Hal ini didukung oleh Winarno et al. (1980) bahwa kadar air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban nisbi (RH) udara sekitarnya, bila kadar air bahan rendah atau suhu bahan tinggi sedangkan RH disekitarnya tinggi maka akan terjadi penyerapan uap air dari udara

terhadap kadar air dapat dilihat pada Gambar 6. Tabel 10 menunjukkan bahwa ransum pada perlakuan P3 pada penyimpanan 4 minggu mempunyai nilai kadar air yang paling tinggi. Penyimpanan 0 minggu, kadar air ransum pada semua perlakuan mempunyai nilai yang sama. Penyimpanan 2, 4, 6, dan 8 minggu, kadar air ransum paling rendah pada perlakuan P4 dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Perbedaan kadar air ransum disebabkan setiap jenis kemasan terbuat dari bahan yang berbeda dan mempunyai karakteristik yang berbeda dalam pengendalian cahaya, konsentrasi oksigen, kadar air, dan perpindahan panas.

Pengemasan baik menggunakan karung goni, karung plastik, kemasan kertas, dan kemasan plastik dapat mempertahankan kadar air ransum selama penyimpanan 8 minggu, yaitu kadar air ransum masih dibawah 14% (sesuai dengan ketentuan SNI No. 01-3930-2006). Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Haris dan Karnas (1989), bahwa pengemasan terhadap produk bertujuan untuk melindungi produk dari pengaruh oksidasi dan mencegah terjadinya kontaminasi dengan udara luar.

Aktivitas Air

Aktivitas air bahan pakan merupakan air bebas yang terkandung dalam bahan pakan yang dapat digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya (Syarif dan Halid, 1993). Nilai aktivitas air menunjukkan banyaknya air bebas pada suatu bahan yang dapat memungkinkan pertumbuhan mikroorganisme. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis kemasan dan lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap aktivitas air. Semakin lama penyimpanan, maka meningkatkan nilai aktivitas air ransum, meskipun terjadi penurunan pada minggu ke-8 (Tabel 11). Interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap aktivitas air.

Aktivitas air pada kemasan plastik mempunyai nilai yang paling rendah dibandingkan dengan jenis kemasan yang lain sampai penyimpanan minggu ke-8. Hal ini dikarenakan kemasan plastik tidak mempunyai pori–pori dibandingkan dengan jenis kemasan yang lain. Kemasan plastik terbuat dari polyethylene, yang mempunyai keuntungan yaitu permeabilitas uap air dan air rendah mudah dikelim panas, fleksibel, dapat digunakan untuk penyimpanan beku (-50 0C), transparan sampai buram, dapat digunakan sebagai bahan laminasi dengan bahan lain. (Syarief dan Irawati, 1988).

Tabel 11. Rataan Aktivitas Air Ransum pada Berbagai Kemasan Selama Penyimpanan Perlakuan Penyimpanan (minggu) P1 P2 P3 P4 Rataan 0 0,63±0,01P 0,63±0,01P 0,63±0,01P 0,63±0,01P 0,63±0,01A 2 0,73±0,02QRST 0,62±0,01P 0,73±0,00QRS 0,72±0,01Q 0,70±0,05B 4 0,74±0,01QRSTU 0,76±0,02STUV 0,79±0,01V 0,64±0,01P 0,73±0,05C 6 0,77±0,00TUV 0,79±0,01V 0,76±0,03RSTUV 0,72±0,06QR 0,76±0,04D 8 0,78±0,01UV 0,78±0,00UV 0,78±0,01V 0,65±0,02P 0,75±0,06CD Rataan 0,73±0,07BC 0,72±0,06B 0,74±0,06C 0,67±0,07A

Keterangan: Superskrip A, B, C, CD, dan D pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Superskrip A, B, BC, dan C pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Superskrip P, Q, QRS, QRST, QRSTU, RSTUV, STUV, TUV, UV, dan V menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

P1 = kemasan karung goni, P2 = kemasan karung plastik, P3 = kemasan kertas, dan P4 = kemasan plastik

Interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan mempengaruhi nilai aktivitas air. Grafik interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan terhadap aktivitas air dapat dilihat pada Gambar 7. Tabel 11 menunjukkan bahwa ransum perlakuan P3 pada penyimpanan 4 dan 8 minggu dan perlakuan P2 pada penyimpanan 6 minggu mempunyai nilai aktivitas air yang tinggi. Penyimpanan 0 minggu, aktivitas air ransum pada semua perlakuan mempunyai nilai yang sama. Penyimpanan 2 minggu, aktivitas air ransum pada perlakuan P2 mempunyai nilai yang paling rendah. Penyimpanan 4, 6, dan 8 minggu, aktivitas air ransum pada perlakuan P4 mempunyai nilai yang paling rendah. Perbedaan aktivitas air ransum disebabkan kadar air ransum berbeda-beda setiap minggunya.

Semakin lama penyimpanan maka akan meningkatkan aktivitas air ransum, meskipun pada perlakuan P3 dan P4 aktivitas air ransum berubah–ubah (Tabel 11). Aktivitas air pada berbagai jenis kemasan selama penyimpanan berkisar antara 0,6-0,7. Menurut Winarno (1997) suatu bahan yang akan disimpan sebaiknya memiliki aktivitas air dibawah 70%. Aktivitas air berkorelasi positif dengan kadar air. Hubungan (korelasi) antara aktivitas air dengan kadar air menunjukkan hubungan linier (r = 0,56) dengan persamaan y = 0,343+0,031x. Grafik garis hubungan antara aktivitas air dengan kadar air dapat dilihat pada Gambar 8. Absorpsi uap air dari udara ke ransum menyebabkan perubahan kandungan air bebas ransum, sehingga menyebabkan nilai aktivitas air juga berubah. Nilai aktivitas air yang berubah–ubah setiap minggunya disebabkan oleh suhu dan kelembaban ruang penyimpanan yang selalu berubah–ubah (Tabel 6).

Gambar 8. Grafik Hubungan antara Kadar Air dengan Aktivitas Air

Nilai aktivitas air dapat memicu pertumbuhan mikroba. Aktivitas air ransum selama penyimpanan pada berbagai kemasan dapat memicu pertumbuhan kapang, karena aktivitas airnya berkisar antara 0,6-0,7. Winarno (1997) menyatakan bahwa berbagai mikroorganisme mempunyai aktivitas air minimum agar dapat tumbuh dengan baik, misalnya bakteri tumbuh pada aktivitas air 0,9, khamir pada aktivitas air 0,8-0,9 dan kapang pada aktivitas air 0,6-0,7.

Ukuran Partikel

Pengujian ukuran partikel bertujuan untuk menentukan kategori kadar kehalusan dari pakan atau ransum yang dihasilkan dengan menggunakan Ro Tap

Sieve Shaker (Henderson dan Perry, 1981). Satuan dari ukuran partikel yaitu mm. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap ukuran partikel, sedangkan lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata (P<0,01) meningkatkan ukuran partikel (Tabel 12). Interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap ukuran partikel.

Tabel 12. Rataan Ukuran Partikel Ransum pada Berbagai Kemasan Selama Penyimpanan (mm) Perlakuan Penyimpanan (minggu) P1 P2 P3 P4 Rataan 0 3,29±0,23 3,29±0,23 3,29±0,23 3,29±0,23 3,29±0,24A 2 3,71±0,27 3,37±0,29 3,72±0,30 3,41±0,22 3,55±0,30B 4 3,91±0,18 3,72±0,19 3,73±0,21 3,74±0,31 3,77±0,22B 6 3.73±0.25 3,83±0,26 3,65±0,17 3,83±0,12 3,76±0,21B 8 3,45±0,12 3,59±0,19 3,83±0,12 3,87±0,38 3,68±0,27B Rataan 3,62±0,30 3,56±0,30 3,64±0,27 3,63±0,34

Keterangan: Superskrip A dan B pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

P1 = kemasan karung goni, P2 = kemasan karung plastik, P3 = kemasan kertas, dan P4 = kemasan plastik

Ukuran partikel meningkat seiring dengan meningkatnya lama penyimpanan. Peningkatan ukuran partikel selama penyimpanan terjadi seiring dengan meningkatnya kadar air ransum selama penyimpanan (Tabel 10 dan Tabel 12). Al-Mahasneh dan Rababah (2007) menyatakan bahwa ukuran partikel meningkat seiring dengan meningkatnya kadar air. Hal ini didukung dari hasil penelitian Florensyah (2007) bahwa lama penyimpanan dan kadar air mempengarhi ukuran partikel. Hubungan (korelasi) antara ukuran partikel dengan kadar air menunjukkan hubungan linier (r = 0,299) dengan persamaan y=2,694+0,077x. Hal ini menunjukkan hubungan (korelasi) antara kadar air dengan ukuran partikel mempunyai hubungan yang positif. Grafik garis hubungan antara ukuran partikel dengan kadar air dapat dilihat pada Gambar 9. Parde et al. (2003) menyatakan peningkatan ukuran partikel dikarenakan kadar air selama penyimpanan meningkat yang menyebabkan inti membengkak. Ransum hasil penelitian sampai penyimpanan minggu ke-8 termasuk

Gambar 9. Grafik Hubungan antara Kadar Air dengan Ukuran Partikel

Penentuan ukuran partikel ransum sangat penting, karena berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak dan efisiensi pakan. Menurut Jahanet al. (2006) pakan dalam bentuk crumble lebih baik daripada pakan bentuk mash dan pellet untuk broiler komersial umur 21-56 hari. Keuntungan yang diperoleh dari pemberian ransum bentukcrumble adalah meningkatkan palatabilitas ayam dan memungkinkan ayam untuk makan lebih cepat dibandingkan ransum dalam bentukmash (Patrick dan Schaible, 1980). Menurut Ensminger et al. (1990), pengecilan ukuran partikel dilakukan untuk mempermudah konsumsi dan meningkatkan kecernaan pakan. Berat Jenis

Berat jenis mempunyai peranan penting dalam berbagai proses pengolahan, penanganan, dan penyimpanan. Berat jenis disebut juga berat spesifik (specific gravity), merupakan perbandingan antara massa bahan terhadap perubahan volume aquadest dengan satuan g/ml. Berat jenis memberikan pengaruh besar terhadap daya ambang dari partikel, faktor penentu dari kerapatan tumpukan, dan faktor penentu dari densitas curah (Kling dan Woehlbier, 1983 dalam Khalil, 1999a). Berat jenis memegang peranan penting dalam proses pengolahan. Hasil sidik ragam menunjukkan jenis kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap berat jenis, sedangkan lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata (P<0,01) menurunkan berat jenis. Interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap berat jenis.

Tabel 13. Rataan Berat Jenis Ransum pada Berbagai Kemasan Selama Penyimpanan (g/ml) Perlakuan Penyimpanan (minggu) P1 P2 P3 P4 Rataan 0 1,69±0,23RST 1,69±0,23RST 1,69±0,23RST 1,69±0,23RST 1,69±0,21BC 2 1,63±0,27RST 1,22±0,25PQ 1,23±0,15PQ 1,88±0,42ST 1,49±0,39B 4 1,75±0,17ST 1,75±0,17ST 1,55±0,14QRS 2,04±0,45T 1,77±0,39C 6 1,15±0,07PQ 1,27±0,18PQR 1,18±0,08PQ 1,12±0,10PQ 1,18±0,12A 8 1,15±0,07PQ 1,26±0,13PQR 1,18±0,06PQ 1,06±0,06P 1,16±0,11A Rataan 1,47±0,36 1,44±0,45 1,37±0,34 1,56±0,26

Keterangan: Superskrip A, B, BC, dan C pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Superskrip P, PQ, PQR, QRS, RST, ST, dan Tmenunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

P1 = kemasan karung goni, P2 = kemasan karung plastik, P3 = kemasan kertas, dan P4 = kemasan plastik

Interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan mempengaruhi nilai berat jenis. Grafik interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan terhadap berat jenis dapat dilihat pada Gambar 10. Interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan terhadap berat jenis mempunyai nilai paling tinggi yaitu pada perlakuan P4 pada penyimpanan 4 minggu (Tabel 13). Penyimpanan 0 minggu, berat jenis ransum pada semua perlakuan mempunyai nilai yang sama. Penyimpanan 2 minggu, ransum perlakuan P2 dan P3 mempunyai nilai berat jenis yang paling rendah. Penyimpanan 6 minggu, ransum pada semua perlakuan tidak ada perbedaan. Penyimpanan 8 minggu, ransum perlakuan P4 mempunyai nilai berat jenis yang paling rendah. Perbedaan berat jenis ransum disebabkan kadar air ransum berbeda-beda setiap minggunya. Hal ini didukung dari hasil penelitian Putra (2005) dan Florensyah (2007) bahwa yang mempengaruhi nilai berat jenis yaitu lama penyimpanan dan kadar air.

Gambar 10. Grafik Interaksi antara Jenis Kemasan dengan Penyimpanan terhadap Berat Jenis

Lama penyimpanan mempengaruhi nilai berat jenis. Semakin lama ransum disimpan, akan menurunkan nilai berat jenis meskipun terjadi peningkatan pada minggu ke-4. Penurunan berat jenis selama penyimpanan terjadi seiring dengan meningkatnya kadar air ransum selama penyimpanan (Tabel 10 dan Tabel 13). Hubungan (korelasi) antara berat jenis dengan kadar air menunjukkan hubungan linier (r = -0,321) dengan persamaan y = 2,215-0,063x. Hal ini menunjukkan hubungan (korelasi) antara kadar air dengan berat jenis mempunyai hubungan yang negatif. Grafik garis hubungan antara berat jenis dengan kadar air dapat dilihat pada Gambar 11. Semakin tinggi kadar air ransum selama penyimpanan, maka akan menurunkan berat jenis. Hal ini didukung dari hasil penelitian Putra (2005) dan Florensyah (2007) bahwa yang mempengaruhi nilai berat jenis yaitu lama penyimpanan dan kadar air, akan tetapi penelitian ini bertolak belakang dengan pendapat Khalil (1999a) mengungkapkan bahwa pengecilan ukuran partikel dan kadar air tidak berpengaruh nyata terhadap pengukuran berat jenis dari berbagai kelompok bahan pakan sumber energi, sumber hijauan, sumber protein nabati dan hewani serta bahan pakan sumber mineral.

Gambar 11. Grafik Hubungan antara Kadar Air dengan Berat Jenis Sudut Tumpukan

Sudut tumpukan merupakan sudut yang dibentuk jika bahan dicurahkan dari suatu tempat pada bidang datar yang akan bertumpukan dan terbentuk suatu gundukan menyerupai kerucut antara bidang datar dan kemiringan tumpukan yang terbentuk jika bahan dicurahkan serta menunjukkan kebebasan bergerak suatu partikel dari suatu tumpukan bahan (Pratomo, 1976). Hasil sidik ragam menunjukkan jenis kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap sudut tumpukan, sedangkan lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata (P<0,01) meningkatkan sudut tumpukan. Interaksi antara jenis kemasan dan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap sudut tumpukan.

Lama penyimpanan mempengaruhi nilai sudut tumpukan. Semakin lama ransum disimpan, maka akan meningkatkan nilai sudut tumpukan (Tabel 14). Kadar air berpengaruh terhadap nilai sudut tumpukan, yaitu semakin tinggi nilai kadar air akan meningkatkan nilai sudut tumpukan. Hal ini didukung oleh Baryeh (2002) bahwa yang mempengaruhi nilai sudut tumpukan yaitu kadar air, semakin tinggi nilai kadar air maka akan meningkatkan nilai sudut tumpukan. Besarnya sudut tumpukan sangat dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, dan karakteristik permukaan partikel, kandungan air, berat jenis dan kerapatan tumpukan (Kling dan Woehlbier, 1983

Tabel 14. Rataan Sudut Tumpukan Ransum pada Berbagai Kemasan Selama Penyimpanan (0) Perlakuan Penyimpanan (minggu) P1 P2 P3 P4 Rataan 0 21,53±0,54 21,53±0,54 21,53±0,54 21,53±0,54 21,53±0,48B 2 19,62±1,33 20,41±0,80 21,03±0,77 21,04±0,55 20,53±1,01A 4 21,74±0,63 21,22±0,37 21,08±0,45 21,55±0,25 21,40±0,57B 6 21,57±0,46 21,41±0,35 21,61±1,08 21,23±0,41 21,47±0,60B 8 22,26±0,35 22,07±0,76 21,93±0,63 21,27±0,34 21,88±0,63B Rataan 21,34±1,02 21,33±0,81 21,45±0,71 21,33±0,62

Keterangan: : Superskrip A dan B pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

P1 = kemasan karung goni, P2 = kemasan karung plastik, P3 = kemasan kertas, dan P4 = kemasan plastik

Kegunaan praktis dari sifat sudut tumpukan adalah dalam pemindahan dan pengangkutan bahan karena akan mempengaruhi kapasitas belt conveyor dan alat

material handling lainnya. Ransum pada berbagai jenis kemasan sampai penyimpanan 8 minggu termasuk kategori bahan yang sangat mudah mengalir.

Dokumen terkait