Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor dengan mengambil dua kelurahan sebagai tempat pengambilan data yaitu kelurahan Kebon Pedes dan Kedung Badak. Kelurahan Kebon Pedes memiliki luas wilayah 104 Ha dan berada pada ketinggian 250 M. Kelurahan Kebon Pedes dilalui oleh satu sungai besar yaitu Sungai Cipakancilan dan dua sungai kecil yaitu Sungai Cibalok dan Cikubang dan terdapat sumber mata air yg berlokasi di RW 1, 4, 6, 10, dan 13. Secara demografi penduduk Kelurahan Kebon Pedes berjumlah 22.178 jiwa dan memiliki 5.961 kepala keluarga dengan jumlah laki-laki 11.268 jiwa dan perempuan 10.910 jiwa. Jumlah RT pada kelurahan Kebon Pedes 74 RT dan 13 RW, sementara itu pada kelurahan Kedung Badak memiliki luas wilayah 200 Ha dan berada pada ketinggian +350-450 M dengan jumlah RT 99 dan RW 14. Secara demografi jumlah penduduk kelurahan Kedung Badak 28.714 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 6.996 KK.
11 Karakteristik Keluarga dan Remaja
Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukan usia ayah pada keluarga ibu bekerja (KIB) mempunyai rata-rata 45,5±7,17 tahun dan pada keluarga ibu tidak bekerja (KITB) 44,7±5,48 tahun dan sebagian besar berada pada kategori dewasa madya (41-61 tahun). Usia ibu secara keseluruhan berkisar antara 30 hingga 59 tahun dengan rata-rata usia 41,8±6.2 tahun pada KIB yang tergolong usia dewasa madya (41-61 tahun) dan 40,2±5,35 tahun pada KITB tergolong usia dewasa awal (18-40 tahun). Rata-rata pendapatan per kapita per bulan pada adalah KIB Rp801 600 dan KITB adalah Rp397 000. Secara statistik pendapatan keluarga antara kedua keluarga berbeda sangat signifikan (p<0.01).
Rata-rata lama pernikahan keluarga pada penelitian ini adalah 19 tahun. Sebagian besar keluarga pada KIB (56%) maupun KITB (70%) memiliki rentang lama pernikahan antara 16 hingga 27 tahun. Rata-rata besar keluarga pada KIB dan KITB adalah 5 orang (keluarga sedang). Pada KIB sebagian besar keluarga (56%) termasuk keluarga sedang (5-7 orang) dan separuh keluarga pada KITB juga termasuk dalam kategori keluarga sedang (50%). Hampir separuh ayah pada KIB (40%) dan KITB (42%) berpendidikan terakhir SMA/sederajat. Sama halnya dengan pendidikan ayah, persentase terbesar pendidikan ibu pada KIB (30%) dan KITB (36%) berpendidikan terakhir SMA/sederajat, namun terdapat satu ibu yang tidak bersekolah pada KITB. Hasil statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam usia orang tua, pendidikan orang tua, lama pernikahan, dan besar keluarga pada KIB dan KITB (Tabel 2). Sementara itu, dalam hal pekerjaan ayah proporsi terbesar ayah pada KIB (32%) dan KITB (38%) bekerja sebagai buruh, dan pada ibu yang bekerja, dua dari sepuluh ibu (24%) bekerja sebagai PNS.
Usia anak yang diteliti adalah remaja awal berkisar antara 12 hingga15 tahun. Rata-rata usia remaja pada KIB 13,7±0,97 tahun dan KITB 13,6±1,11 tahun. Rata-rata uang saku remaja per bulan pada KIB adalah Rp261 500 dan pada KITB Rp235 500. Sebagian besar remaja pada KIB dan KITB mendapatkan uang saku antara Rp75 000 hingga Rp250 000 (74%). Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua keluarga dalam hal usia dan uang saku yang diterima remaja (Tabel 2). Jenis kelamin remaja terbanyak pada KIB berjenis kelamin perempuan (56%), sedangkan lebih dari separuh remaja pada KITB (52%) berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 2 Sebaran karakteristik keluarga dan remaja berdasarkan usia, pendapatan, lama pernikahan, besar keluarga, dan usia remaja pada KIB dan KITB
Variabel
Karakteristik Keluarga dan Remaja
p-value
KIBa KITBb
Min Max Rataan±SD Min Max Rataan±SD
Usia ayah (Tahun) 32 67 45,5 7,17 36 60 44,7 5,48 0,521c
Usia ibu (Tahun) 30 59 41,8 6,20 30 56 40,2 5,35 0,322
Pendapatan per kapita
keluarga (Rp 000) 125 2,000 801,6 534 109 1,040 397 212 000**
Lama pernikahan
(Tahun) 5 38 19 5,40 13 35 18,7 5.70 0,151
12
Tabel 2 (Lanjutan)
Variabel
Karakteristik Keluarga dan Remaja
p-value
KIBa KITBb
Min Max Rataan±SD Min Max Rataan±SD
Usia remaja 12 15 13,7 0,97 12 15 13,6 1,11 0,436
Keterangan: a. Keluarga ibu bekerja; b. keluarga ibu tidak bekerja; c. uji beda t-test
Konflik Pernikahan Sumber konflik
Konflik merupakan fenomena sosial dan kenyataan bagi masyarakat yang terlibat di dalamnya. Artinya masyarakat menyadari dan merasakan bahwa konflik tersebut muncul dalam kehidupan sehari-hari. Sadarjoen (2005) menyatakan bahwa konflik pernikahan adalah konflik yang melibatkan pasangan suami istri yang memberikan efek atau pengaruh yang signifikan terhadap relasi kedua pasangan.
Hasil penelitian (Tabel 3) menunjukkan bahwa rata-rata sebesar 8,50% masalah atau sumber konflik pasangan pada keluarga ibu bekerja (KIB) dan 6,50% pasangan pada keluarga ibu tidak bekerja (KITB) berasal dari masalah keuangan sebagai sumber masalah yang memicu adanya perselisihan pada satu tahun kebelakang. Sementara itu, masalah komunikasi pasangan dapat menjadi sumber masalah lain yang dapat memicu adanya perselisihan baik pada pasangan KIB (5,40%) maupun KITB (2,93%). Standar deviasi pada masing-masing dimensi sumber konflik menunjukan skor simpangan baku yang lebih tinggi dibanding rataan, hal ini menunjukkan bahwa terdapat keluarga baik pada KIB maupun KITB yang tidak menjadikan lima sumber konflik tersebut sebagai sumber masalah dan adapun yang menjadikan lima dimensi sumber konflik tersebut menjadi sumber masalah di antara pasangan di dalam keluarga. Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sumber konflik KIB dan KITB.
Tabel 3 Rata-rata skor sumber konflik pada KIB dan KITB
Dimensi
Sumber Konflik
p-value
KIBa KITBb
Rataan±SD Rataan±SD
Masalah kesulitan keuangan
keluarga 8,50 14,35 6,50 9,42 0,412
Masalah kesehatan keluarga 1,00 7,07 0,17 1,18 0,413
Pemenuhan kebutuhan anak
(finansial dan instrumental) 3,90 8,22 2,67 4,00 0,379
Masalah komunikasi dengan
pasangan 5,40 8,54 2,93 3,41 0,061
Masalah dengan anggota
keluarga besar (ipar/mertua) 3,00 7,67 0,83 2,53 0,061
13 Bentuk Konflik
Menurut Kurdek (1994) bentuk konflik dikelompokkan ke dalam 4 aspek yaitu kekerasan secara fisik, melontarkan kekerasan secara verbal, menarik diri, dan sikap bertahan. Bentuk konflik yang terjadi diantara pasangan pada keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja dikarenakan sumber konflik, dibagi menjadi dua pelaku yaitu bentuk konflik pelaku suami dan bentuk konflik pelaku istri.
Proporsi terbesar bentuk konflik suami pada KIB dan KITB yaitu tidak terjadi apapun saat tidak ada sumber konflik (Tabel 4). Namun dilihat dari rata-rata bentuk konflik pada KIB (8%) dan KITB (10%) yang dilakukan suami adalah cenderung menarik diri (diam) saat terjadi masalah keuangan. Sementara itu, adapun bentuk konflik yang dilakukan suami dengan rata-rata 6,5% pada KIB dan 5,5% pada KITB yaitu sikap bertahan saat terjadi masalah yang sama, dan adapun kekerasan fisik yang dilakukan suami pada saat terjadi masalah keuangan dan pemenuhan kebutuhan anak yang cenderung banyak dilakukan suami pada KIB.
Tabel 4 Rata-rata skor bentuk konflik pelaku suami pada KIB dan KITB
Tipe
Bentuk Konflik Suami
Fisik Verbal Bertahan Menarik diri Tidak terjadi
KIBa KITBb KIB KITB KIB KITB KIB KITB KIB KITB
Masalah kesulitan keuangan keluarga 0,2 0,0 7,4 2,5 6,5 5,5 8,0 10,0 83,0 83,5 Masalah kesehatan keluarga 0,0 0,0 1,0 0,0 0,0 0,5 0,0 0,0 99,0 99,5 Pemenuhan kebutuhan anak 0,2 0,0 0,0 0,1 3,1 2,0 2,9 4,3 93,4 90,6 Masalah komunikasi dengan pasangan 0,0 0,0 2,2 0,2 4,4 3,4 4,4 4,2 89,0 92,2 Masalah dengan
anggota keluarga besar 0,0 0,0 0,5 0,0 0,5 2,0 2,5 0,5 96,0 96,0
Keterangan: a. Keluarga ibu bekerja; b. keluarga ibu tidak bekerja
Sama halnya dengan bentuk konflik suami, mayoritas bentuk konflik istri adalah tidak terjadi apapun saat tidak terdapat sumber konflik (Tabel 5). Proporsi rata-rata terbesar (5,8%) bentuk konflik istri pada KIB maupun KITB cenderung sikap bertahan pada saat terjadi masalah keuangan, sementara itu terdapat pula bentuk konflik lain yang dilakukan istri seperti sikap bertahan dan kekerasan verbal saat terjadi masalah yang sama. Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada bentuk konflik KIB maupun KITB dalam setiap sumber konflik.
Tabel 5 Rata-rata skor bentuk konflik pelaku istri pada KIB dan KITB
Tipe
Bentuk Konflik Istri
Verbal Bertahan Menarik diri Tidak terjadi
KIBa KITBb KIB KITB KIB KITB KIB KITB
Masalah kesulitan keuangan
keluarga 0,5 0,5 11,5 11,5 5,5 5,0 82,5 84,0
Masalah kesehatan keluarga 0,0 0,0 0,0 0,5 1,0 1,0 99,0 98,5
Pemenuhan kebutuhan anak 0,0 0,9 5,1 4,9 0,9 0,9 94,0 94,0
Masalah komunikasi dengan
14
Tabel 5 (Lanjutan)
Tipe
Bentuk Konflik Istri
Verbal Bertahan Menarik diri Tidak terjadi
KIBa KITBb KIB KITB KIB KITB KIB KITB
Masalah dengan anggota keluarga
besar 0,0 0,5 4,0 2,5 1,0 0,0 95,0 97,0
Keterangan: a. Keluarga ibu bekerja; b. keluarga ibu tidak bekerja
Penyelesaian konflik
Konflik memang tidak dapat terhindarkan ketika dua orang berinteraksi karena setiap orang memiliki perspektif dan tujuan berbeda. Semakin intim suatu hubungan interpersonal, semakin besar kemungkinan hubungan tersebut terlibat konflik (Olson dan Defrain 2006). Meskipun konflik tidak terhindarkan, banyak orang percaya bahwa konflik adalah sesuatu yang buruk dan harus dihindarkan dalam hubungan. Beragamnya konflik yang muncul ketika pasangan sudah menikah, kemampuan mengatasi konflik menjadi sesuatu yang perlu diperhatikan dalam hubungan. Berdasarkan cara konstruktif dan destruktif dalam menyelesaikan konflik, Kurdek (1994) mengembangkan suatu alat ukur untuk mengenali gaya resolusi konflik yang disebut dengan Conflict Resolution Style
(CSRI). Alat ukur tersebut dibuat berdasarkan konsep bahwa ketahanan dan kestabilan hubungan dipengaruhi oleh gaya resolusi konflik masing-masing individu. Empat gaya resolusi konflik yang terdapat pada CSRI antara lain:
Positive Problem Solving, Conflict Engagement, Withdrawal, dan Compliance.
Proporsi terbesar penyelesaian konflik yang dilakukan oleh suami baik pada KIB (62%) dan KITB (60%), serta istri pada KIB (62,25%) maupun KITB (60,5%) adalah saling memberi dan menerima pendapat pasangan (positive
problem solving)(Tabel 6). Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan pada penyelesaian konflik pada suami dengan cara menghindar
(withdrawal) dan mengalah (compliance). Hasil rataan menunjukkan bahwa pada
suami KIB mempunyai rataan lebih tinggi untuk menghindar dan mengalah ketika terjadi konflik dibanding suami pada KITB. Sementara itu, istri pada KIB mempunyai rataan lebih tinggi sikap menghindar dibanding istri pada KITB saat terjadi konflik. Hasil lainnya menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara istri KIB dan KITB pada penyelesaian konflik menyerang pasangan. Hasil rataan menunjukkan istri KIB cenderung lebih sering melontarkan hinaan, mengatakan hal-hal yang tidak semestinya, dan kehilangan kontrol (conflict engagement) dibandingkan istri pada KITB ketika menyelesaikan konflik dengan pasangan.
Tabel 6 Rata-rata skor penyelesaian konflik pada KIB dan KITB
Tipe Penyelesaian Konflik Suami p-value Istri p-value
KIBa KITBb KIB KITB
Rataan±SD Rataan±SD Rataan±SD Rataan±SD
Memberi dan
menerima 62,00 20,16 60,00 16,85 0,592 62,25 20,79 60,50 16,53 0,642
Menyerang pasangan 37,12 20,76 30,62 8,95 0,045 34,62 1,80 21,59 6,22 0,000*
Menghindar 35,12 14,50 20,30 5,57 0,000* 38,00 15,96 21,36 5,21 0,000*
Mengalah 42,00 18,39 26,80 7,08 0,000* 40,00 17,22 36,75 14,15 0,305
15 Komunikasi Orang Tua-Anak
Komunikasi orang tua dan anak merupakan hal yang dapat mempengaruhi karakter dan perkembangan sikap seorang individu (Chaffee, McLeon, dan Wackman 1973 diacu dalam Huang 2010). Olson dan Barners (1985) membedakan komunikasi menjadi dua jenis sub skala, yaitu Open Family Communication atau komunikasi yang dilakukan secara positif dan Problem In
Family Communication komunikasi yang dilakukan secara negatif.
Proporsi terbesar komunikasi yang dilakukan ibu terhadap anak (74,25%) dan yang dirasakan anak terhadap ibu baik pada KIB (71,63%) dan KITB (72,17) terdapat pada Open Family Communication seperti orang tua dan anak saling tertawa bersama ketika terjadi hal-hal yang lucu dan sebagian anak mengatakan ibu selalu menjadi pendengar yang baik (Tabel 7). Sementara itu, dilihat dari proporsi rataan Problem in Family Communication, lebih dari separuh anak pada KIB (55,03%) dan KITB (55,37%) masih merasakan komunikasi yang negatif yang dilakukan ibu. Secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara komunikasi orang tua dan anak pada KIB dan KITB. Lebih lanjut terlampir pada lampiran 1.
Tabel 7 Rata-rata skor komunikasi orang tua-anak pada KIB dan KITB
Tipe Total Ibu – Anak p-value Anak – Ibu p-value
KIBa KITBb KIB KITB
Rataan±SD Rataan±SD Rataan±SD Rataan±SD
Open Family
Communication 74,25 7,79 74,25 6,04 1,000 71,63 11,06 72,17 11,42 0,813 Problem in Family
Communication 53,03 8,04 54,77 6,93 0,251 55,03 10,25 55,37 9,81 0,868
Keterangan: a. Keluarga ibu bekerja; b. keluarga ibu tidak bekerja
Kepribadian Remaja
Menurut Sujanto et. al. (2004) kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik. Rohner (1986) mengukur kepribadian anak dalam teori kepribadian PART
(Parental Acceptance-Rejection Theory) yang berfokus pada konstelasi
keterbatasan karakteristik kepribadian yang tampak pada ciri anak yang ditolak oleh orang tua dalam hal pengasuhan dan berdampak ketika anak dewasa yang cenderung mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian diri anak (maladjustment).
Hasil penelitian menunjukkan (Tabel 8), proporsi terbesar kepribadian remaja pada KIB (85,67%) dan KITB (87,67%) berkepribadian Immature
Dependence/ DependensiveIndependence, adapun kepribadian remaja baik pada
KIB maupun KITB remaja cenderung berkepribadian Emosional Instability.
Dilihat dari rata-rata kepribadian Hostility and Aggression, remaja pada KIB cenderung lebih berkpribadian agresif dan bermusuhan dibanding dengan remaja pada KITB. Berdasarkan hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kepribadian anak, diduga bahwa kepribadian itu sendiri diakibatkan adanya beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi baik dari dalam maupun luar dirinya. Lebih lanjut terlampir pada lampiran 2.
16
Tabel 8 Rata-rata skor kepribadian remaja pada KIB dan KITB
Tipe
Total
p-value
KIBa KITBb
Rataan±SD Rataan±SD
Hostility and Aggression 44,08 13,07 42,33 15,73 0,547
Immature Dependence/
Dependensive Independence 85,67 10,21 87,67 10,75 0,342 Negative Self Esteem 43,17 11,87 44,33 12,02 0,626
Negative Self Adequacy 46,00 10,84 46,00 10,84 1,000
Emotional Unresponsive 50,17 11,90 50,17 12,05 1,000
Emotional Instability 61,92 22,54 57,58 19,39 0,305
Negative Worldview 39,17 15,48 38,67 10,85 0,852
Keterangan: a. Keluarga ibu bekerja; b. keluarga ibu tidak bekerja; total (maladjustment personality)
Hubungan AntarVariabel
Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Karakteristik Remaja dengan Konflik Pernikahan pada Keluarga Ibu Bekerja
Hasil uji hubungan karakteristik keluarga dan karakteristik remaja dengan konflik pernikahan menunjukkan terdapat hubungan negatif sangat signifikan antara pendidikan orang tua (ayah dan ibu) dan pendapatan perkapita keluarga dengan banyaknya sumber konflik dan konflik yang dilakukan suami (Tabel 9). Artinya semakin tinggi pendidikan orang tua (ayah dan ibu) dan tingginya pendapatan perkapita keluarga, maka banyaknya sumber konflik diantara pasangan dan konflik yang dilakukan suami semakin berkurang. Sementara itu, lama pernikahan berhubungan positif signifikan dengan konflik yang dilakukan suami. Hal ini menunjukan bahwa semakin lama usia pernikahan, maka konflik yang dilakukan suami terhadap istri semakin meningkat.
Tabel 9 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, dan konflik pernikahan pada keluarga ibu bekerja
Hubungan Antar Variabel Konflik Pernikahan Banyaknya sumber konflik Konflik yang dilakukan suami Konflik yang dilakukan istri Penyelesaian konflik suami Penyelesaian konflik istri Karakteristik keluarga Usia ayah 0,033 -0,056 -0,252 0,069 -0,111 Usia ibu -0,029 -0,145 -0,077 -0,021 -0,127 Pendidikan ayah -0,392** -0,411** -0,028 0,058 0,029 Pendidikan ibu -0,428** -0,518** 0,003 0,095 0,063 Pendapatan per kapita keluarga -0,565** -0,525** 0,127 0,020 -0,073 Besar keluarga 0,077 -0,105 -0,034 0,065 0,010 Lama pernikahan -0,067 0,305* 0,039 0,009 -0,107 Karakteristik remaja Jenis kelamin 0,131 -0,053 -0,049 0,020 0,013
17 Tabel 9 (Lanjutan) Hubungan Antar Variabel Konflik Pernikahan Banyaknya sumber konflik Konflik yang dilakukan suami Konflik yang dilakukan istri Penyelesaian konflik suami Penyelesaian konflik istri Usia -0,026 0,053 0,060 0,147 -0,046
Keterangan: *.signifikan pada p<0,05 **.signifikan pada p<0,01
Hubungan Antra Karakteristik Keluarga dan Karakteristik Remaja dengan Komunikasi Orang Tua Anak Dan Kepribadian Remaja pada Keluarga Ibu
Bekerja
Hasil uji hubungan pada Tabel 10 menunjuka hubungan positif signifikan antar usia remaja dengan kepribadian remaja. Artinya semakin tinggi usia remaja maka remaja semakin berkepribadian negatif.
Tabel 10 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja
Hubungan Antar Variabel Orang tua-Anak Komunikasi Kepribadian Remaja Karakteristik keluarga
Usia ayah 0,067 -0,115
Usia ibu 0,132 -0,194
Pendidikan ayah 0,066 -0,054
Pendidikan ibu 0,153 -0,070
Pendapatan per kapita keluarga -0,069 -0,063
Status pekerjaan ibu
Jumlah anggota keluarga -0,036 -0,063
Lama pernikahan -0,218 -0,187
Karakteristik remaja
Jenis kelamin 0,072 -0,085
Usia -0,253 0,292*
Keterangan: *.signifikan pada p<0,05
Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Karakteristik Remaja, dan Konflik Pernikahan pada Keluarga Ibu Tidak Bekerja
Hasil lain pada KITB menunjukan hubungan negatif signifikan antara usia ibu dengan banyaknya sumber konflik (Tabel 11). Hal ini berarti bahwa semakin tua usia ibu, maka semakin sedikit sumber konflik yang dapat memicu adanya perselisihan. Pendapatan perkapita keluarga berhubungan negatif signifikan dengan banyaknya sumber konflik dan konflik yang dilakukan suami. Artinya semakin tinggi pendapatan keluarga, maka sumber konflik dan konflik yang
18
dilakukan suami akan semakin berkurang dan menurun. Sementara itu, terdapat hubungan negatif signifikan antar besar keluarga dengan konflik yang dilakukan suami terhadap istri. Artinya, semakin besar keluarga (banyaknya anggota dalam keluarga), konflik yang dilakukan suami semakin menurun terhadap istri.
Tabel 11 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, dan konflik pernikahan pada keluarga ibu tidak bekerja
Hubungan Antar Variabel Konflik Pernikahan Banyaknya sumber konflik Konflik yang dilakukan suami Konflik yang dilakukan istri Penyelesaian konflik suami Penyelesaian konflik istri Karakteristik keluarga Usia ayah 0,076 0,080 -0,172 0,048 -0,025 Usia ibu -0,300* -0,108 0,147 -0,123 -0,116 Pendidikan ayah 0,090 0,038 0,219 -0,008 0,027 Pendidikan ibu 0,200 0,120 -0,108 0,128 0,114 Pendapatan per kapita keluarga -0,370** -0,333* 0,036 0,162 0,025 Jumlah anggota keluarga 0,164 -0,365** 0,041 -0,036 -0,043 Lama pernikahan -0,225 -0,227 0,095 -0,022 -0,095 Karakteristik remaja Jenis kelamin -0,120 -0,030 0,208 -0,041 -0,033 Usia -0,020 -0,018 -0,192 0,021 0,077
Keterangan: *.signifikan pada p<0,05 **.signifikan pada p<0,01
Hubungan Karakteristik Keluarga dan Karakteristik Remaja dengan Komunikasi Orang Tua-Anak dan Kepribadian Remaja pada Keluarga Ibu
Tidak Bekerja
Adapun hasil lain menunjukkan hubungan positif sangat signifikan antara pendapatan perkapita kelurga dengan kepribadian remaja (Tabel 12). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga, maka remaja semakin membentuk kepribadian yang negatif.
Tabel 12 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu tidak bekerja
Hubungan Antar Variabel Komunikasi Orang
Tua-Anak Kepribadian Remaja
Karakteristik keluarga
Usia ayah -0,152 -0,024
Usia ibu 0,077 -0,002
Pendidikan ayah 0,038 0,109
19 Tabel 12 (Lanjutan)
Hubungan Antar Variabel Komunikasi Orang
Tua-Anak Kepribadian Remaja
Pendapatan per kapita keluarga -0,172 0,375**
Status pekerjaan ibu
Jumlah anggota keluarga 0,172 -0,164
Lama pernikahan 0,090 0,062
Karakteristik remaja
Jenis kelamin 0,071 0,226
Usia 0,062 -0,138
Keterangan: **.signifikan pada p<0,01
Hubungan antara Konflik Pernikahan, Komunikasi Orang Tua-Anak, dan Kepribadian Remaja Pada Keluarga Ibu Bekerja
Hasil uji hubungan pada KIB menunjukkan hubungan negatif signifikan antara komunikasi orang tua-anak dengan kepribadian remaja (Tabel 13). Hal ini menunjukkan semakin orang tua dan remaja melakukan dan mempersepsikan komunikasi yang terjalin secara positif, maka remaja semakin membentuk kepribadian yang positif.
Tabel 13 Koefisien korelasi konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja
Hubungan Antar Variabel Kepribadian remaja
Konflik pernikahan
Banyaknya sumber konflik -0,326
Konflik yang dilakukan suami -0,430
Konflik yang dilakukan istri 0,027
Penyelesaian konflik yang dilakukan suami -0,096
Penyelesaian konflik yang dilakukan istri -0,002
Komunikasi orang tua-anak -0,293*
Keterangan: *.signifikan pada p<0,05 **.signifikan pada p<0,01
Hubungan antara Konflik Pernikahan dan Komunikasi Orang Tua-Anak, dengan Kepribadian Remaja pada Keluarga Ibu Tidak Bekerja
Hasil uji hubungan pada KITB memperlihatkan tidak terdapat hubungan antara konflik pernikahan (banyaknya sumber konflik, konflik yang dilakukan suami istri, dan penyelesaian konflik) dan komunikasi orang tua-anak dengan kepribadian remaja (Tabel 14).
20
Tabel 14 Koefisien korelasi konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu tidak bekerja
Hubungan Antar Variabel Kepribadian remaja
Konflik pernikahan
Banyaknya sumber konflik -0,011
Konflik yang dilakukan suami -0,123
Konflik yang dilakukan istri 0,158
Penyelesaian konflik yang dilakukan suami -0,026
Penyelesaian konflik yang dilakukan istri -0,111
Komunikasi orang tua-anak -0,168
Pengaruh Karakteristik Keluarga, Karakteristik Remaja, Konflik Keluarga, dan Komunikasi Orang Tua-Anak terhadap Ketidakmampuan Beradaptasi
Remaja
Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0,093 dan 9,68 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti (Tabel 15). Jenis kelamin remaja berpengaruh sangat signifikan terhadap kepribadian remaja. Artinya bahwa jenis kelamin remaja khususnya perempuan akan membentuk kepribadian yang negatif. Sementara itu, komunikasi orang tua-anak berpengaruh negatif signifikan terhadap ketidakmampuan beradaptasi remaja. Hal ini menunjukkan semakin orang tua dan anak melakukan dan mempersepsikan komunikasi diantara keduanya secara positif, remaja cenderung akan membentuk kepribadian yang positif.
Tabel 15 Koefisien uji regresi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, konflik pernikahan, dan komunikasi orang tua-anak terhadap kepribadian remaja
Variabel (Satuan)
Kepribadian Remaja
Β
(Tidak Terstandarisasi) Sig.
Konstanta 0,105
Usia ayah (1= dewasa awal; 2=dewasa
madya; 3= dewasa akhir) 0,047 0,698
Usia ibu (1= dewasa awal; 2=dewasa
madya; 3= dewasa akhir) -0,146 0,219
Status bekerja ibu (0= tidak bekerja;
1= bekerja) 0,006 0,956
Pendapatan perkapita keluarga (0= di bawah
GK*; 1= di atas GK) 0,058 0,631
Besar keluarga (1= keluarga kecil; 2;
keluarga sedang; 3= keluarga besar) -0,129 0,209
Lama pernikahan
21 Tabel 15 (Lanjutan)
Variabel (Satuan)
Kepribadian Remaja
Β
(Tidak Terstandarisasi) Sig.
Jenis kelamin (1= laki-laki; 2= perempuan) 0,334** 0,002
Usia remaja (12-15 tahun) 0,088 0,420
Banyaknya sumber konflik 0,018 0,920
Konflik yang dilakukan suami -0,167 0,319
Konflik yang dilakukan istri 0,066 0,612
Penyelesaian konflik yang dilakukan ayah -0,145 0,274
Komunikasi orang tua-anak -0,212* 0,040
N 100
Df 13
R2 0,212
R2 adjusted 0,093
F 1,784
Keterangan: * GK= Garis Kemiskinan (BPS 2010); *.signifikan pada p<0,05 **.signifikan pada p<0,01
PEMBAHASAN
Pendapatan keluarga mencerminkan kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar keluarga (BPS dan Departemen Sosial 2002). Terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara pendapatan KIB dan KITB. Semakin banyak terbukanya lapangan pekerjaan disetiap sektor pekerjaan untuk pekerja perempuan dan meningkatnya kebutuhan keluarga yang semakin bertambah menuntut sebagian besar ibu untuk bekerja agar pendapatan keluarga semakin bertambah (BPS 2007). Secara statistika penyelesaian konflik yang dilakukan istri cenderung bersikap menyerang pribadi pasangan dan bersikap menghindar dengan rataan tertinggi pada istri KIB, sementara itu penyelesaian konflik yang dilakukan suami cenderung bersikap menghindar dan mengalah yang memiliki rataan tertinggi pada suami KIB. Hal ini diduga bahwa dalam keadaan yang melelahkan setelah selesai bekerja dan terjadinya permasalahan dengan pasangan, istri lebih banyak menggunakan emosinya dalam menyelesaikan masalah dengan suami. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Gareis et. al. (2009) bahwa pada istri yang bekerja, istri cepat mengalami stres yang diakibatkan kelelahan setelah beraktivitas di luar rumah. Sikap wanita yang lebih banyak menggunakan emosinya dalam menyelesaikan konflik menggambarkan kepribadian seorang wanita yang merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi antara aspek-aspek emosional, rasional dan suasana hati, kesatuan yang terintegrasi tersebut memiliki ikatan yang kuat dan menguasai aspek berfikir wanita, sehingga menyebabkan kaum wanita cepat mengambil tindakan atas dasar emosinya (Gunarsa dan Gunarsa 1991). Pada saat istri bersikap menyerang pasangan dan menghindar lebih banyak suami untuk