• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Yang menjadi objek pada penelitian ini adalah perusahaan perkebunan yang

terdaftar di bursa efek Indonesia dengan periode penelitian 2010-2013. Penulisan

beralasan melakukan penelitian ini pada perusahaan perkebunan karena

perkembangan perusahaan perkebunan yang sangat pesat. Investasi pada perusahaan

yang sangat menjajikan. Perusahaan perkebuan juga mempunyai peranan aktif dalam

mengurangi tingkat penganguran di dalam negeri dengan menampung banyak

karyawan sebagai tenaga kerjanya.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai karakteristik variabel

penelitian yang diamati. Data yang diperoleh dari hasil analisis statistik deskriptif,

menunjukkan nilai tertinggi (maksimum), nilai terendah (minimum), rata- rata

(mean), dan standar deviasi dari setiap variabel yang diteliti baik variabel dependen

maupun variabel independen. (Ghozali,2006:19). Data yang dilihat adalah jumlah

data,nilai rata- rata, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum dari variabel

devenden ROE, dan dari variabel independen Modal kerja dan perputaran modal

kerja pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2010- 2013.

Tabel 4.1

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

MK 44 29026.00 10401502.00 1169427.6364 1779006.45876

PMK 44 .74 10.48 3.8368 2.56081

OAT 44 .30 7.49 2.3548 1.93412

IT 44 .63 9.73 5.6575 2.20223

Valid N (listwise) 44

Sumber : Hasil output SPSS 22 : Descriptive Statistics

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa:

1. variabel Return On Equity pada perusahaan perkebunan di Bursa Efek Indonesia

selama tahun 2010- 2013 relatif berfluktuatif dimana nilai Return On Equity

memiliki nilai minimum 0,66 dan nilai maksimum 7,13. Sementara nilai standart

deviasi sebesar 1.22226 dan nilai rata- rata (mean) sebesar 2.4352. Indikator ini

menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI

dalam mengembalikan ekuitas pemegang saham relatif baik karena nilai rata- rata

(mean) lebih besar dibandingkan dengan nilai standart deviasi.

2. variabel modal kerja memiliki nilai minimum 29026.00 dan nilai maksimum

10401502.00 sedangkan nilai rata- rata sebesar 1169427.6364 dan standar deviasi

sebesar 1779006.45876. Dari nilai rata- rata diatas menunjukkan bahwa

penyediaan modal kerja perusahaan tidak terpenuhi dengan baik karena nilai rata-

rata (mean) lebih kecil dibandingkan dengan standar deviasi.

3. variabel perputaran modal kerja memiliki nilai minimum 0.74 dan nilai maksimum

10.48 dengan nilai rata- rata 3.8368 sedangkan standar deviasi sebesar 2.56081.

Dari nilai rata- rata diatas menunjukkan bahwa perputaran modal kerja kurang

baik karena nilai rata- rata (mean) lebih kecil dibandingkan dengan nilai standar

4. variabel operating asset turnover memiliki nilai minimum 0.30 dan nilai

maksimum 7.49 sedangkan nilai rata- rata sebesar 2.3548 dan standar deviasi

sebesar 1.93412. Dari nilai rata- rata diatas menunjukkan bahwa penyediaan

operating asset turnover perusahaan tidak terpenuhi dengan baik karena nilai rata-

rata (mean) lebih kecil dibandingkan dengan standar deviasi.

5. Variabel inventory turnover memiliki nilai minimum 0.66 dan nilai maksimum

9.73 sedangkan nilai rata- rata sebesar 5.6575 dan standar deviasi sebesar 2.20223.

Dari nilai rata- rata diatas menunjukkan bahwa penyediaan inventory turnover

perusahaan tidak terpenuhi dengan baik karena nilai rata- rata (mean) lebih kecil

dibandingkan dengan standar deviasi.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mendapatkan model regresi yang baik.

Model regresi berganda akan lebih cepat digunakan dan menghasilkan perhitungan

yang lebih akurat, apabila beberapa asumsi berikut dapat terpenuhi. Uji asumsi klasik

yang dimaksud dan yang harus terpenuhi adalah Uji Normalitas, Uji Multikolineritas,

Uji Autokorelasi, Uji Heterokedastisitas.

4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel

residual memiliki distribusi data yang normal atau tidak. Ada dua cara yang dapat

digunakan untuk mendeteksi apakah data terdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan

1. Analisis Grafik

Analisis grafik dapat dilakukan dengan menggunakan grafik histogram dan

grafik probability plot. Berikut akan disajikan grafik histogram dan grafik P-plot data

terhadap variabel dependen yaitu Return On Equity (ROE).

Gambar 4.1

Sumber : Hasil output SPSS 22: Histogram

Dengan melihat tampilan grafik histogram (Gambar 4.1), dapat disimpulkan

kiri. Hal ini menunjukkan bahwa grafik histogram tidak menunjukkan distribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Selain mengunakan grafik histogram, uji normalitas juga dapat dilakukan

dengan mengunakan analisis grafik P-Plot, berikut turut dilampirkan grafik P-Plot.

Gambar 4.2 Normal P- Plot

Sumber : Hasil output SPSS 22:Normal P- Plot

berdasarkan gambar 4.2 (Normal P-plot), terlihat titik –titik menyebar di sekitar garis

grafik tidak menunjukkan distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi

asumsi normalitas.

Berdasarkan grafik histogram dan grafik P-Plot menunjukan bahwa data tidak

berdistribusi normal. Oleh karena itu, dilakukan teknik menormalkan distribusi data

dalam bentuk transformasi bentuk natural (LN). Secara rinci hasil perhitungan uji

mormalitas residual dengan uji grafik Histogram dan normal Probability Plot

berdasarkan data transform-LN variabel yaitu variabel dependen ROE, ditunjukkan

pada gambar berikut:

Sumber : Hasil output SPSS 22:Uji Normalitas (Ln) P-Plot

Dari grafik histogram (Gambar 4.3), tampak bahwa residual terdistribusi secara

normal dan berbentuk simetris tidak menceng ke kanan atau ke kiri, sedangkan dari

grafik normal P-Plot (4.4), terlihat titik-titik menyebar berhimpit disekitar diagonal .

Hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal.

2. Uji Statistik Kolmogorov- Smirnov.

Uji normalitas dengan metode statistik menggunakan uji kolmogorov –

menyebar disekitar garis diagonal terdistribusi normal atau tidak . distribusi data

dikatakan normal apabila nilai asymptonic significance lebih besar dari 0.05(� > 0.05). Hal tersebut mengindikasikan bahwa variabel independen yang digunakan

dalam penelitian ini tidak terdapat data yang outlier yang dapat mengakibatkan hasil

penelitian menjadi bias sehingga dapat digunakan untuk memprediksi ROE

perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI periode 2010-2013.

Untuk lebih jelas Hasil uji Kolmogorov – Smirnov dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4.2

Hasil Uji Kolmogrov- Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual N 44 Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation 1.20476080 Most Extreme Differences Absolute .203 Positive .203 Negative -.118 Test Statistic .203

Asymp. Sig. (2-tailed) .000c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber : Hasil output SPSS 22:One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Bedasarkan hasil Uji Kolmogorov-Smirnov, mempunyai nilai Kolmogorov-

Smirnov sebesar 1.203 dengan nilai signifikansi sebesar 0.00. Hal ini berarti data

Oleh karena itu, dilakukan teknik menormalkan distribusi data dalam bentuk

transformasi bentuk natural (LN). Secara rinci hasil perhitungan uji mormalitas

residual dengan Uji Kolmogorov-Smirnov berdasarkan data transform-LN variabel

dependen yaitu Return On Asset , ditunjukkan pada tabel berikut:

Table 4.3

Uji Normalitas LN: Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 44

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .42637632

Most Extreme Differences Absolute .117

Positive .117

Negative -.080

Test Statistic .117

Asymp. Sig. (2-tailed) .156c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber : Hasil output SPSS 22: One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Hasil sampel pada Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa nilai Kolmogrov-

Smirnov sebesar 0.117 dan tingkat signifikansi pada 0.156. Karena nilai signifikansi

0.156 > 0.05, menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal.

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

baik seharusnya terbebas dari korelasi di antara variabel bebas. Multikolinearitas

dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF) dan tolerance. Suatu model

dikatakan terbebas dari korelasi apabila VIF < 10 dan tolerence > 0,1. Dari pengujian

model regresi diperoleh hasil untuk masing- masing variabel yang ditampilkan pada

tabel 4.4

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinearitas ROE

Coefficientsa Model Sig. Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) .017 MK .664 .955 1.047 PMK .872 .897 1.115 OAT .915 .894 1.119 IT .341 .886 1.129

a. Dependent Variable: LnROE

Sumber : Hasil output SPSS 22: Coefficientsa

Berdasarkan pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa tidak terdapat variabel yang memiliki

VIF yang lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance yang lebih besar dari 0,1. Dengan

demikian dapat dinyatakan bahwa model persamaan regresi dalam penelitian ini

dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen selama periode pengamatan.

4.2.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear

pengganggu pada periode t-1 atau periode sebelumnya. Pengujian autokorelasi

dilakukan dengan menggunakan uji Run Test.

Uji run test sebagai bagian dari statistik non parametrik dapat pula digunakan

untuk menguji apakah antara residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antara

residual tidak terdapat hubungan korelasi, maka dikatakan bahwa residual adalah

acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi

secara random atau tidak (sistematis).

Tabel 4.5 Hasil Uji Run Test ROE

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.07472

Cases < Test Value 22

Cases >= Test Value 22

Total Cases 44

Number of Runs 23

Z .000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

a. Median

Sumber : Hasil output SPSS 22: Runs Test

Hasil output SPSS pada tabel 4.5 menunjukkan nilai test -0,7472 dengan nilai

asymptonic significance sebesar 1. Nilai ini lebih besar dari 0,005 (ρ > 0,05). Hal ini menunjukkan distribusi data residual dalam penelitian bersifat random atau tidak

terjadi autokorelasi antara nilai residual untuk model regresi terhadap variabel

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan dengan pengamatan yang lain.

Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu uji grafik dan uji

glejser.

Berikut akan disajikan hasil grafik scatterplot.

Gambar 4.5

Hasil Uji Grafik Scatterplot ROE

Sumber: Hasil output SPSS 22: ScatterPlot

Hasil output SPSS pada gambar 4.5 menunjukkan hasil uji grafik scatterplot.

Grafik ini menunjukkan tidak adanya pola yang jelas, serta titik- titik menyebar

dibawah dan diatas angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan tidak

terjadi heteroskedastisitas pada model. Sehingga model regresi layak dipakai untuk

Uji heteroskedastisitas dapat juga dilakukan dengan menggunakan uji glejser,

yang dilakukan dengan cara meregres seluruh variabel independen dengan nilai

absolute residual (absut) sebagai variabel dependennya. Model regresi yang bebas

dari heteroskedastisitas adalah model dengan nilai signifikan > 0,05. Berikut adalah

hasil uji glejser yang diperoleh:

Tabel 4.6 Hasil Uji Glejser ROE

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .422 .148 2.854 .007 MK 1.279E-8 .000 .212 1.404 .168 PMK -.002 .003 -.075 -.494 .624 TATO -.038 .018 -.341 -2.156 .057 IT .004 .021 .028 .173 .863

a. Dependent Variable: abs

Sumber: Hasil output SPSS 22: Coefficientsa

Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai signifikan semua variabel independen

lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi dalam penelitian ini

terbebas dari heteroskedastisitas, sehingga layak dipakai untuk melihat pengaruh dari

masing- masing variabel independen terhadap variabel dependen ROE.

Untuk melihat pengaruh variabel Modal kerja dan Perputaran modal kerja

terhadap variabel dependen yaitu Return On Equity (ROE). maka estimasi regresi

yang digunakan melalui pengolahan data dengan SPSS 22.0 for windows. Berikut

hasil pengolahan datanya:

Tabel 4.7

Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .620 .249 2.488 .017 MK 1.721E-8 .000 .071 .438 .664 PMK -.005 .028 -.027 -.162 .872 OAT -.004 .037 -.018 -.108 .915 IT .032 .033 .161 .964 .341

a. Dependent Variable: LnROE

Sumber: Hasil output SPSS 22: Coefficientsa

Pengolahan data pada tabel 4.7 menghasilkan suatu persamaan linear

berganda yaitu sebagai berikut:

Y= 0.62+ 1,721 X1 - 0,005 X2 -0.004X3+0.032X4+ ϵ Y = Return On Equity

X1 = Modal Kerja

X2 = Perputaran Modal Kerja

X3 = Operating Asset Turnover

X4 = Inventory Turnover

ϵ = error of term keterangan:

1. Konstanta 0,62 menunjukkan bahwa ROE bernilai 0,62 % jika semua variabel

independen yaitu Modal kerja, Perputaran Modal Kerja, Operating Asset Turnover

dan Inventory Turnover dianggap konstan.

2. Koefisien regresi variabel modal kerja 1.721% menunjukkan bahwa setiap

peningkatan jumlah modal kerja satu satuan maka akan mengakibatkan ROE

mengalami peningkatan sebesar 1.721% dengan asumsi variabel independen

lainnya dianggap konstan atau cateris paribus.

3. Koefisien regresi variabel perputaran modal kerja -.005% menunjukkan bahwa

setiap peningkatan proporsi perputaran modal kerja satu satuan maka akan

mengakibatkan ROE mengalami peningkatan sebesar -.005% dengan asumsi

independen lainnya dianggap konstan atau cateris paribus.

4. Koefisien regresi variabel operating asset turnover -.004%menunjukkan bahwa

setiap peningkatan proporsi operating asset turnover satu satuan maka akan

mengakibatkan ROE mengalami peningkatan sebesar -.004% dengan asumsi

5. Koefisien regresi variabel inventory turnover 0,032% menunjukkan bahwa setiap

peningkatan proporsi inventory turnover satu satuan maka akan mengakibatkan

ROE mengalami peningkatan sebesar 0,032% dengan asumsi independen lainnya

dianggap konstan atau cateris paribus

4.2.4 Pengujian Hipotesis

4.2.4.1 Uji Signifikansi Parsial (t – test)

Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa besarnya pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan hipotesis dan

ketentuan sebagai berikut:

Perumusan Hipotesis:

a. H0 : bi = 0, artinya secara parsial Modal kerja,perputaran modal kerja, operating asset turnover dan inventory turnover berpengaruh tidak signifikan terhadap ROE

pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI periode 2010-2013

b. Ha : bi ≠ 0, artinya secara parsial Modal kerja, perputaran modal kerja, operating asset turnover dan inventory turnover berpengaruh signifikan terhadap ROE pada

perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI periode 2010-2013.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

1. Apabila Fhitung > Ftabel dan tingkat signifikansi (α) <0,05 maka H0 diterima dan H1

ditolak.

2. Apabila Fhitung < Ftabel dan tingkat signifikansi (α) > 0,05 maka H0 ditolak dan H1

diterima.

Hasil Uji t terhadap ROE Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .620 .249 2.488 .017 MK 1.721E-8 .000 .071 .438 .664 PMK -.005 .028 -.027 -.162 .872 OAT -.004 .037 -.018 -.108 .915 IT .032 .033 .161 .964 .341

a. Dependent Variable: LnROE

Sumber : Hasil output SPSS 22: Coefficientsa

Uji t dengan melihat nilai signifikansi masing- masing variabel independen

sebagai berikut:

1. hasil pengujian jumlah modal kerja terhadap Return On Equity (ROE)

menunjukkan sig t 0,664 > α (α = 0,05), dengan demikian Ho diterima , bahwa

secara parsial jumlah modal kerja berpengaruh signifikan terhadap ROE pada taraf

uji signifikan 0,05 .

2. hasil pengujian tingkat perputaran modal kerja terhadap Return On Equity (ROE)

menunjukkan sig t 0,872> α ( α= 0,05) dengan demikian Ho diterima , bahwa

secara parsial jumlah perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap

ROE pada taraf uji signifikan 0,05.

3. hasil pengujian tingkat operating asset turnover terhadap Return On Equity (ROE)

parsial jumlah operating asset turnover berpengaruh signifikan terhadap ROE

pada taraf uji signifikan 0,05.

4. hasil pengujian tingkat inventory turnover terhadap Return On Equity (ROE)

menunjukkan sig t 0.341> α ( α= 0,05) dengan demikian Ho diterima , bahwa

secara parsial jumlah inventory turnover berpengaruh signifikan terhadap ROE

pada taraf uji signifikan 0,05.

4.2.4.2 Uji Signifikansi Simultan (F- test)

Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang

dimasukkan dalam model ini mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap

variabel dependen. Uji F dicari dengan melihat Fhitung dari tabel Anova.

Perumusan hipotesis:

a. H0 : b1 = b2 = 0

Artinya secara simultan Modal Kerja,Perputaran Modal Kerja, Operating Asset

Turnover dan Inventory Turnover berpengaruh tidak signifikan terhadap ROE

pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-

2013.

b. Ha : salah satu dari bi≠ 0

Artinya, secara simultan Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, Operating Asset

Turnover dan Inventory Turnover berpengaruh signifikan terhadap ROE pada

perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013.

1. Apabila nilai Sig F > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak terdapat pengaruh

signifikan secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

2. Apabila nilai Sig F< 0,05 maka H1 diterima, artinya terdapat pengaruh yang

signifikan secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Berikut adalah tabel hasil uji signifikansi simultan terhadap variabel dependen

ROE.

Tabel 4.9

Hasil Uji F terhadap ROE

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .260 4 .065 .325 .860b

Residual 7.817 39 .200

Total 8.078 43

a. Dependent Variable: LnROE

b. Predictors: (Constant), IT, MK, PMK, OAT Sumber : Hasil output SPSS 22: ANOVAa

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai F sebesar 0,325 dengan tingkat

signifikansi 0,86. Karena tingkat signifikansinya 0,086> 0,05, maka Hipotesis

diterima dan terdapat pengaruh yang signifikan antara modal kerja, perputaran modal

kerja, operating asset turnover dan inventory turnover terhadap variabel dependen

yaitu Return On Equity (ROE).

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi

adalah 0 – 1. Semakin besar nilai koefisien determinasi maka akan semakin baik.

Dalam penelitian ini koefisien determinasi yang digunakan adalah R2. Hasil pengukuran koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10

Hasil Uji Determinasi ROE

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .180a .032 -.067 .44771 1.417

a. Predictors: (Constant), IT, MK, PMK, OAT b. Dependent Variable: LnROE

Sumber : Hasil output SPSS 22: Model Summaryb

Pada tabel 4.9 dapat dilihat nilai R2 adalah 0,032. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh modal kerja, perputaran modal kerja,

operating asset turnover dan inventory turnover terhadap Return On Equity (ROE)

adalah 3,2%, sedangkan 96,8 % dipengaruhi oleh faktor- faktor lain diluar model.

4.3Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1 Pengaruh Simultan

Berdasarkan hasil uji simultan (Tabel 4.8), dapat diketahui bahwa nilai

signifikansi adalah sebesar 0,086 yang berarti lebih besar dari 0.05. Oleh karena itu

dapat diambil kesimpulan bahwa variabel dalam penelitian ini yaitu modal kerja,

perputaran modal kerja, operating asset turnover dan inventory turnover secara

simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen yaitu Return On

Equity (profitabilitas).

4.3.2 Pengaruh Parsial

a. Pengaruh Modal kerja terhadap Return On Equity

Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh nilai signifikansi 0,664 yang lebih tinggi dari

tingkat signifikansi 0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel modal kerja

berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On equity. Tanda koefisien variabel

modal kerja sebesar 1,721 bertanda positif menunjukkan bahwa terdapat hubungan

positif antara kedua variabel, atau semakin tinggi modal kerja kesempatan perusahaan

memperoleh profit (keuntungan) akan semakin tinggi.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hairuddin

2003 yang menyatakan bahwa variabel Modal Kerja secara parsial tidak berpengaruh

signifikan terhadap Return On Equity.

b. Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity

Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh nilai signifikansi 0,872 yang lebih tinggi dari

tingkat signifikansi 0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel modal kerja

hubungan negatif antara kedua variabel, atau semakin tinggi Perputaran Modal Kerja

semakin rendah tingkat Return on Equity.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti

2005 yang menyatakan bahwa variabel Modal Kerja secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap Return On Equity.

c. Pengaruh Operating Asset Turnover terhadap Return On Equity

Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh nilai signifikansi 0,915 yang lebih tinggi dari tingkat

signifikansi 0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel modal kerja berpengaruh

tidak signifikan terhadap Return On equity. Tanda koefisien variabel Operating Asset

Turnover sebesar -0,04 bertanda negatif menunjukkan bahwa terdapat hubungan

negatif antara kedua variabel, atau semakin tinggi Operating Asset Turnover semakin

rendah tingkat Return On Equity. .

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Apri

Daryanti 2003 yang menyatakan bahwa variabel Operating Asset Turnover secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity.

d. Pengaruh Inventory Turnover terhadap Return on Equity

Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh nilai signifikansi 0,341 yang lebih tinggi dari

tingkat signifikansi 0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel inventory turnover

berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On equity. Tanda koefisien variabel

hubungan positif antara kedua variabel, atau semakin tinggi Inventory Turnover

kesempatan perusahaan memperoleh profit (keuntungan) akan semakin tinggi.

Dokumen terkait