Hasil
Pengambilan sampel benih ikan Nila dilakukan setiap 7 hari sekali selama 56 hari masa pemeliharaan yang menghasilkan panjang rata-rata, berat rata-rata, kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, dan kualitas air. Dari pengolahan data diperoleh data pertambahan panjang, laju pertumbuhan harian, peningkatan berat, tingkat kelangsungan hidup serta data parameter kualitas air antar perlakuan P1 (pemberian pakan komersil), P2 (pemberian kutu air), P3 (pemberian cacing tubifex) dan P4 (pemberian cacing darah), dimana masing masig perlakuan menggunakan metode ad libitum sebagai metode pemberian pakannya.
Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Hasil pertumbuhan berat benih ikan Nila dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada tabel 7. Pencapaian berat maksimal benih ikan Nila selama penelitian terdapat pada perlakuan P1 (26,54 gr), kemudian diikuti perlakuan P3 (22,18 gr), dan P4 (20,46 gr) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan P2 (18,72 gr). Perhitungan statistik pertumbuhan berat rata-rata benih ikan Nila dapat dilihat pada lampiran 3.
Selama penelitian berat anak Ikan Nila dari 4,27 – 8,56 gr menjadi 18,72 – 26,54 gr, dapat diketahui bahwa rata-rata naiknya berat benih ikan Nila adalah 12,21 – 19,88, seperti terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hasil Laju Peningkatan Berat (gr) Benih Ikan Nila dengan Perlakuan P1, P2. P3 dan P4 dari Hari ke 7 sampai Hari ke 56
Gambar 5. Hasil Laju Pencapaian Berat (gr) Rata-rata Benih Ikan Nila dengan Perlakuan P1, P2. P3 dan P4 dari Hari ke 7 sampai Hari ke 56
Perlakuan Hari ke
7 14 21 28 35 42 49 56 Δp
p1 7,63 9,11 10,93 13,49 16,16 19,21 22,74 26,55 19,88 p2 6,41 6,79 7,53 8,90 10,76 13,22 15,75 18,49 12,22 p3 6,61 7,46 8,49 10,34 12,54 15,46 18,38 21,52 15,14
Tabel 6. Hasil Berat Rata-rata (g) Benih Ikan Nila Selama Penelitian pada Hari ke 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, dan 56
Analisis variansi (ANOVA) panjang larva Ikan Niladilakukan menggunakan Uji Duncan pada program Statistical Pakage of Social Science (SPSS). Berdasarkan data pada Tabel 7. menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap pertambahan bobot benih ikan Nila pada setiap perlakuan selama 56 hari masa pemeliharaan.
Pertumbuhan Panjang Mutlak Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Hasil pertumbuhan panjang benih ikan Nila dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada tabel 8. Pencapaian panjang maksimal benih ikan Nila selama penelitian terdapat pada perlakuan P1 (12,2 cm ), kemudian diikuti perlakuan P3 (10,63 cm), dan P4 (10,26 cm) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan P2 (9,1 cm). Perhitungan statistik pertumbuhan panjang rata-rata benih ikan Nila dapat dilihat pada lampiran 3.
Selama penelitian panjang benih ikan Nila dari 6 – 8,1 cm menjadi 9,1 – 12,2 cm, dapat diketahui bahwa rata-rata naiknya panjang benih ikan Nila adalah 3,2 -4,7 cm, seperti terlihat pada Gambar 5.
Gambar 6. Hasil Laju Pertambahan Panjang (cm) Benih Ikan Nila dengan Perlakuan P1, P2, P3 dan P4 dari Hari ke 7 sampai Hari ke 56.
Gambar 7. Hasil Pencapaian Panjang (cm) Rata-rata Benih Ikan Nila dengan Perlakuan P1, P2, P3 dan P4 dari Hari ke 7 sampai Hari ke 56.
Tabel 9. Hasil Panjang Rata-rata (cm) Benih Ikan Nila Selama 56 hari Pemeliharaan
Perlakuan Hari ke
7 14 21 28 35 42 49 56 Δp
p1 7,5 7,7 8,1 8,6 9,2 10,0 10,9 12,0 4,7
p2 7,0 7,2 7,4 7,7 8,0 8,3 8,8 9,3 2,3
p3 7,4 7,6 7,8 8,2 8,6 9,2 9,8 10,6 3,4
p4 7,2 7,5 7,8 8,2 8,6 9,0 9,6 10,3 3,2
Analisis variansi (ANOVA) panjang larva Ikan Niladilakukan menggunakan Uji Duncan pada program Statistical Pacage of Social Science (SPSS). Berdasarkan data pada Tabel 12. menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap pertambahan bobot benih ikan Nila pada setiap perlakuan selama 56 hari masa pemeliharaan.
Tabel 10. Analisis Variansi (ANOVA) terhadap Panjang Benih Ikan Nila dengan
Pemeliharaan anak Ikan Nila selama 56 hari diperoleh data pertumbuhan harian dengan perlakuan P1 , P2 , P3 dan P4 dapat dilihat pada Gambar 7. Data perhitungan DWG dapat dilihat pada lampiran 8.
Gambar 7. Hasil Laju Pertumbuhan Harian Benih Ikan Nila selama 56 Hari Pemeliharaan
Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup Ikan Nila yang dipelihara selama 56 hari pemeliharaan pada setiap perlakuan P1, P2, P3, dan P4 masing-masing berkisar antara 83,3% - 85,93%. Nilai tertinggi dicapai oleh perlakuan P2 sebesar 85,92%, diikuti oleh perlakuan P1 sebesar 83,33 %, P3 83,33 % dan yang P4 sebesar 83,33%. data dan analisis ragam tingkat kelangsungan hidup benih ikan Nila selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 15. Analisis data kelangsungan hidup dapat dilihat di lampiran 8.
Tabel 12. Hasil Pencapaian Rata-rata Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila selama 56 Hari Pemeliharaan.
Perlakuan Hari ke SR
(100%)
1 7 14 21 28 35 42 49 56
P1 100 90 80 80 80 80 80 80 80 83,33
P2 100 90 83,33 83,33 83,33 83,33 83,33 83,33 83,33 85,92
P3 100 90 80 80 80 80 80 80 80 83,33
P4 100 90 80 80 80 80 80 80 80 83,33
Gambar 9. Hasil Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila selama 56 Pemeliharaan
Kualitas Air
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan Ikan Nila sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Parameter kualitas air yang diukur selam penelitian adalah Suhu, pH, dan DO. Hasil pengamatan kualitas air Ikan Nila diperoleh kisaran suhu antara 21.1-24.1°C. Nilai pH antara 7.24-7.81, serta DO antara 6.2-7.7 mg/l. Data kualitas air pemeliharaan Ikan Nila selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 13. Analisis Rata-rata Kualitas Air Selama 56 Hari Pemeliharaan.
Parameter P1 P2 P3 P4 Standard
Kualitas Air Suhu (°C) 24.1-25.7 21.1-22.4 23.1-24.7 23.1-24.7 20-250C
pH 7.5-7.75 7.24-7.33 7.4-7.74 7.4-7.74 7-8 Do (mg/l) 6.2-6.7 6.9-7.7 6.7-7.5 6.7-7.5 >5 mg/lt Pembahasan
Pertambahan Panjang Benih Ikan Nila
Pertumbuhan merupakan tolak ukur untuk menentukan apakah di dalam usaha budidaya target tercapai melalui usaha yang dibuat untuk mencapai pertumbuhan yang efektif dan efisien, Menurut Effendi (1997) Pertumbuhan adalah pertambahan panjang atau berat dalam kurun waktu tenentu. Pertumbuhan dalam individu diperoleh dari penambahan jaringan akibat penambahan sel secara mitosis. Hal ini teljadi apabila ada kelebihan sejumlah besar zat makanan penghasil energi dan asam amino (protein) yang mendorong proses pertumbuhan.
Pakan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam efisien dan efektifnya pertumbuhan ikan karena di dalam setiap pakan baik dalam jenis yang berbeda yaitu pakan alami maupun pakan buatan memiliki komposisi pakan yang sangat berbeda dan perbedaan komposisi dari masing masing pakan ini mengakibatkan pertumbuhan dari ikan yang berbeda juga, Menurut Dharmawan (2001). Kandungan zat-zat makanan pada masing-masing bahan pakan berbeda-beda. Setiap bahan pakan mempunyai kelebihan pada suatu zat makanan tertentu tetapi mempunyai kekurangan pada zat makanan yang lain. Hal tersebut mengakibatkan adanya pengelompokan suatu bahan pakan berdasarkan kandungan zat-zat makanan. Umumnya setiap bahan pakan mempunyai kandungan vitamin yang cukup. Untuk menambah kebutuhan vitamin dapat dilakukan dengan memberi vitamin sintesis buatan pabrik
Benih ikan Nila mengalami pertambahan Panjang rata rata yang berbeda setiap perlakuan hal ini menunjukkan bahwa pemberian perlakuan yang berbeda selama pemeliharaan yaitu dengan pemberian pakan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan benih ikan Nila, Panjang rata rata benih ikan Nila
pada awal penelitian adalah 6 – 8,1 cm menjadi 9,1 – 12,2 cm, dimana pertambahan Panjang yang paling besar terdapat pada P1 mencapai (12,2 cm ), kemudian diikuti perlakuan P3 (10,63 cm), dan P4 (10,26 cm) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan P2 (9,1 cm).
Tingginya pertambahan Panjang pada P1 diduga karena komposisi yang sangat kompleks yang terkandung di dalam pakan komersil tersebut yang mengakibatkan benih ikan Nila memiliki nutrisi yang cukup untuk melakukan pertumbuhan yang maksimal dengan mendegest semaksimal mungkin komposisi yang terkandung dalam pakan komersil tersebut, Menurut Sumantadinata (1983) untuk mendapatkan pertumbuhan ikan yang optimum, perlu ditambahkan pakan yang berkualitas tinggi, yaitu pakan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Nilai gizi pakan pada umumnya dilihat dari komposisi zat gizinya, seperti kandungan protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
Pertumbuhan dari perlakuan P1 lebih dominan jika dibandingkan dengan P3 dan P4 yang memiliki protein lebih tinggi karena adanya sifat dari organisme uji yang cenderung menghindari pakan P3 dan P4 karena kekeruhan yang ditimbulkan dari pemberian pakan tersebut, Menurut Tampubolon (2015) Kekeruhan yang ditimbulkan oleh Tubifex sp. Dan Cacing darah disebabkan oleh darah yang dikeluarkan sehingga ikan kurang bernafsu memakannya.
Berdasarkan hasil analisis ANOVA panjang benih ikan Nila menunjukkan bahwa pemberian pakan yang berbeda yang berpengaruh sangat nyata (Fhitung>Ftabel) terhadap pertambahan panjang benih ikan Nila. Pada Lampiran 3 hasil uji lanjut BNT memperlihatkan perbedaan notasi dimana menunjukkan perbedaan yang signifikan pada semua perlakuan. Masing masing ke – 4
perlakuan menunjukkan pengaruh yang sangat nyata.
Pertumbuhan Panjang disetiap perlakuan pada awal pemeliharaan sampai pada hari ke 35 atau minggu ke 5 menunjukkan pertumbuhan yang tidak signifikan jika dibandingkan dengan pertumbuhan benih ikan Nila pada minggu ke 5 sampai akhir pemeliharaan hal ini diasumsikan karena waktu adaptasi pada benih ikan Nila yang cukup lama sehingga mengakibatkan kemampuan ikan tersebut untuk mendegest pakan tidak maksimal dan setelah proses adaptasi selesai pertumbuhan yang signifikan ditunjukkan setiap perlakuan pada minggu ke 5 sampai akhir pemeliharaan. Rata rata pertumbuhan benih ikan Nila dapat dilihat pada table 11.
Pertumbuhan Berat Benih Ikan Nila
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran volume dan berat suatu organisme, yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam satuan waktu. Dalam waktu 56 hari waktu pemeliharaan terjadi pertumbuhan yakni perubahan berat ikan. Peningkatan berat yaitu dari 4,27 – 8,56 gr menjadi 18,72 – 26,54 gr Data dan analisis ragam berat rata-rata (g) benih ikan Nila selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3.
Benih ikan Nila mengalami pertambahan bobot rata rata yang berbeda pada setiap perlakuan hal ini menunjukkan bahwa pemberian perlakuan yang berbeda selama pemeliharaan yaitu dengan pemberian pakan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan benih ikan Nila, Panjang rata rata benih ikan Nila pada awal penelitian adalah 4,27 – 8,56 gr menjadi 18,72 – 26,54 gr, dimana pertambahan Panjang yang paling besar terdapat pada P1 (26,54 gr), kemudian diikuti perlakuan P3 (22,18 gr), dan P4 (20,46 gr) sedangkan yang
terendah terdapat pada perlakuan P2 (18,72 gr).
Tingginya pertumbuhan bobot pada P1 menunjukkan bahwa dengan mengandung komposisi pakan yang kompleks akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan secara signifikan dimana kandungan protein pada pakan komersil mencapai 30 % dan memiliki kandungan pakan non protein yang sangat lengkap, berbeda dengan kandungan pakan alami yang memiliki kandungan pakan yang kurang memiliki kandungan pakan yang sesuai jika dibandingkan dengan pakan komersil, Menurut Haetami (2012), Kebutuhan ikan akan energi diharapkan sebagian besar dipenuhi oleh nutrient non protein seperti lemak dan karbohidrat. Apabila energi yang berasal dari non protein tersebut cukup tersedia maka sebagian besar protein akan dimanfaatkan untuk tumbuh. Namun apabila energi dan nutrient non protein tidak terpenuhi , maka protein akan digunakan sebagai sumber energi sehingga fungsi protein sebagai pembangun tubuh akan berkurang. Adanya perbedaan yang sangat signifikan dimana P1 sangat menunjukkan perbedaan diantara ke 3 perlakuan lainnya dimana pakan komersil adalah pakan pellet yang bersifat herbivora dan sifat dari organisme uji tersebut memiliki sifat omnivore yang cenderung digolongkan herbivora dimana di lingkungan alaminya lebih suka memakan fitoplankton dibandingkan pakan alami lainnya, Menurut Mardhia (2013) Pakan alami yang hidup dan bergerak cenderung lebih disukai oleh ikan yang versifat karnivora.
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA), menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pakan yang berbeda berpengaruh sangat nyata (Fhitung>Ftabel) terhadap peningkatan berat larva ikan lele. Pada Lampiran 6 hasil uji lanjut BNT memperlihatkan perbedaan notasi dimana menunjukkan
perbedaan yang signifikan pada semua perlakuan. Masing masing perlakuan menunjukkan pengaruh yang sangat nyata.
Kelangsungan Hidup
Pengamatan terhadap tingkat kelangsungan hidup larva ikan benih ikan Nila dilakukan dengan cara mengamati dan menghitung jumlah benih ikan pada awal dan akhir penelitian. Tingkat kelangsungan hidup larva Ikan Nilaselama penelitian berkisar antara 83.33-85.33%. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) Tabel 16 menunjukkan bahwa setiap perlakuan yang ada dalam media pemeliharaan yaitu perlakuan P1, P2, P3 dan P4 tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup benih ikan Nila.
Tingkat kelangsungan hidup benih ikan Nila selama pemeliharaan tergolong baik. Dari Tabel 16 menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yaitu pada P1 dengan 83.33 %, P2 dengan 85.33%, P3 dengan 83.33% dan P4 dengan 83.33% Menurut Mulyani et al, (2014) menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup (SR) ≥50% tergolong baik, kelangsungan hidup 30-50% sedang dan kurang dari 30% tidak baik. Kematian benih hanya terjadi pada awal pemeliharaan, hal ini disebabkan karna benih baru beardaptasi terhadap kondisi lingkungan media pemeliharaanya serta pengaruh respon dari luar misalnya pada saat penyiponan dan penanganan pada saat menimbang ikan.
Data dari kualitas air selama pemeliharaan ikan berlangsung selama 56 hari masih tergolong baik karena pada saat pemeliharaan ikan setiap 2 hari sekali media uji selalu dibersihkan dengan metode penyifonan air sebanyak 80 % dengan tujuan menjaga kualitas air tetap sesuai dengan standard budidaya benih
ikan Nila dan mengambil sisa sisa pakan ikan yang ada di dasar media uji dan perbandingan ekor / volume juga mempengaruhi kelangsungan ikan pada saat pemeliharaan ,Menurut Effendie (1997) menyatakan bahwa survival rate atau derajat kelangsungan hidup dipengaruhi oleh faktor biotic yaitu persaingan, parasit, umur, predator kepadatan dan penanganan manusia, sedangkan faktor abiotik adalah sifat fisika dan kimia dalam perairan.
Kualitas Air
Kualitas air adalah salah satu factor primer dalam suatu kegiatan budidaya dimana menentukan apakah kegiatan budidaya ikan tersebut dapat dikatakan berhasil atau tidak, Kualitas air di dalam pemeliharaan 56 hari diukur 1 kali dalam 7 hari dengan beberapa parameter yaitu pH, DO, dan suhu, ketiga parameter tersebut masih dalam ambang batas standard pemeliharaan, sumber air untuk pemeliharaan adalah berasal dari air PDAM dan secara kontineu air disifon selama pemeliharaan 1 kali dalam 2 hari dengan air sebelumnya dilakukan pengendapan selama 48 jam.
Suhu pada saat pemeliharaan berada dalam kisaran normal dimana tidak mempengaruhi metabolism benik ikan pada saat pemeliharaan suhu pada saat pemeliharaan yang tertinggi adalah P2 ( 21.1-22.4), P3 (23.1-24.7), P4 (23.1 – 24.7) dan P1 (24.1 – 25.7), hasil ini diasumsikan bahwa suhu pada saat pemeliharaan masih dalam kadar optimum untuk memelihara benih ikan Nila, Menurut Suyanto (2002). Keadaan suhu air yang optimal untuk ikan Nila adalah 25°C 28°C. Secara alami ikan akan memijah pada suhu 22°C-33°C. Suhu kurang dari 6°C atau lebih dari 42° C dapat mematikan ikan Nila. Perubahan suhu yang sangat drastis dapat mengganggu laju respirasi dan aktivitas jantung.
Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan ion hydrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa. Derajat keasaman (pH) pada setiap perlakuan selama penelitian berkisar antara 7.5-7.75, hasil ini masih dalam keadaan normal untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan lele. Menurut Suyanto (2002) Nilai pH air yang dapat ditoleransi oleh ikan Nila berkisar antara 5-11, sedangkan pertumbuhan optimal terjadi pada pH 7-8.
Oksigen merupakan satu parameter yang sangat penting bagi seluruh organisme dalam kehidupannya. Kandungan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ikan dapat menyebabkan penurunan daya hidup ikan yang mencakup seluruh aktifitas ikan, seperti berenang, pertumbuhan dan reproduksi. Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa kandungan oksigen terlarut (DO) pada setiap perlakuan selama penelitian yaitu berkisar antara 6.2-6.9 mg/l. Kadar oksigen terlarut cukup baik untuk ikan Nila berkisar antara 4-9 ppm. Ikan Nila dapat mentoieransi kadar DO sampai 1 ppm. (Suyanto, 2002)