• Tidak ada hasil yang ditemukan

Percobaan Pendahuluan

Percobaan pendahuluan yang dilakukan mengalami beberapa kendala karena buah mengalami serangan antraknosa yang parah dan menyebar dengan cepat sehingga buah menjadi rusak lebih cepat. Hal ini terjadi akibat terdapatnya tomat busuk di dalam laboratorium pascapanen yang letaknya berdekatan dengan penyimpanan mangga, sehingga cendawan yang berasal dari tomat busuk tersebut menyebar hingga menyerang mangga. Suhu penyimpanan berpengaruh nyata dalam menekan terjadinya luka bakar pada 14 HSP (Tabel 2). Skor luka bakar tertinggi terdapat pada buah yang disimpan pada suhu ruang. Bahan pencuci juga berpengaruh nyata dalam menekan timbulnya luka bakar hingga 14 HSP. Buah yang tidak dicuci memiliki skor paling tinggi, sedangkan buah yang dicuci dan ditambah dengan fungisida benomil memiliki skor yang paling rendah.

Suhu penyimpanan berpengaruh nyata dalam menekan terjadinya busuk pangkal buah pada 14 HSP. Dapat dilihat pada tabel 2 bahwa buah yang disimpan pada suhu rendah tidak terjadi busuk pangkal hingga 14 HSP sedangkan pada suhu ruang memiliki skor lebih dari 1. Namun, bahan pencuci tidak berpengaruh nyata dalam menekan timbulnya busuk pangkal buah karena skor untuk semua aplikasi bahan pencuci termasuk kontrol adalah <1. Terdapat interaksi antar kedua perlakuan, dengan perlakuan terbaik terdapat pada mangga yang disimpan pada suhu rendah.

Kondisi yang sama juga terlihat pada peubah busuk buah, dimana suhu penyimpanan yang rendah nyata lebih baik dibandingkan suhu ruang. Busuk buah bahkan belum terjadi pada buah yang disimpan pada suhu 15 dan 12°C hingga 14 HSP. Tidak terdapat pengaruh yang nyata pada aplikasi bahan pencuci.

Aplikasi bahan pencuci tidak berpengaruh nyata dalam menekan timbulnya serangan antraknosa pada mangga karena semua buah terkena serangan antraknosa dengan skor yang relatif sama. Terdapat interaksi antar kedua perlakuan dengan perlakuan terbaik terdapat pada buah yang disimpan pada suhu rendah. Akibat tingkat serangan antraknosa yang cukup parah, buah hanya

11 disimpan hingga 14 HSP karena dikhawatirkan akan menular ke buah lain dalam waktu yang singkat. Hal ini yang menjadi latar belakang dilakukannya panen kembali agar penyimpanan buah lebih lama dan terlihat hasil yang signifikan. Tabel 2 Hasil pengamatan kerusakan buah pada percobaan pendahuluan

Keterangan: tn = tidak nyata. * = nyata. ** = sangat nyata. Angka yang diikuti huruf berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.

Persentase Getah dan Kotoran

Aplikasi bahan pencuci nyata lebih baik dibandingkan dengan mangga yang tidak dicuci. Pencucian ini mampu menghilangkan getah yang terdapat pada permukaan buah. Buah mangga yang dicuci memiliki skor getah < 1 sedangkan buah mangga yang tidak dicuci memiliki rata-rata skor 4.67 dengan persentase getah >25 %. Pencucian juga berpengaruh nyata dalam mengurangi kotoran yang terdapat pada buah. Buah mangga yang dipanen memiliki banyak kotoran yang sulit dihilangkan dengan bahan pencuci. Namun hasil pada tabel 3 menunjukkan bahwa semua bahan pencuci nyata menurunkan skor kotoran pada buah mangga. Penurunan skor kotoran yang signifikan terjadi pada kombinasi bahan pencuci deterjen + Ca(OH)2 dan deterjen + Ca(OH)2 + fungisida fludioxonil.

Getah yang terdapat pada permukaan kulit mangga mengandung minyak dan gula serta bersifat asam. Getah juga menyebabkan terjadinya beberapa kerusakan pada buah, seperti luka bakar, bintik lentisel, dan bintik dendritik yang dapat mengurangi kualitas buah. Bagian buah yang terdapat getah juga dapat menjadi tempat berkembangnya cendawan atau bakteri (Yahia 2011). Kandungan gula dalam getah dapat mengundang cendawan penyebab beberapa penyakit pada buah, seperti busuk pangkal, busuk buah, hingga antraknosa Kombinasi bahan pencuci berupa deterjen dan Ca(OH)2 mampu menghilangkan getah karena mengandung basa dan mampu menghilangkan kandungan minyak.

Perlakuan Luka Kondisi Buah pada 14 HSP Bakar Pangkal Busuk Busuk Buah Antraknosa Suhu Penyimpanan

Suhu Ruang 3.45b 1.91b 2.09b 3.00b

18°C 2.25a 0.00a 0.17a 1.42a

15°C 2.36a 0.00a 0.00a 0.45a

12°C 1.58a 0.00a 0.00a 0.17a

Bahan Pencuci

Kontrol 2.82b 0.50 0.58 1.17

Deterjen + Ca(OH)2 2.25a 0.25 0.17 1.00

Deterjen + Ca(OH)2 + benomil 2.08a 0.17 0.25 1.25 deterjen + Ca(OH)2 + azoksistrobin 2.42ab 0.00 0.17 0.50

12

Tabel 3 Pengaruh bahan pencuci terhadap getah dan kotoran pada buah mangga

Perlakuan Getah Kotoran

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Kontrol 4.67 4.67b 3.08 3.08c

Deterjen + Ca(OH)2 3.92 0.08a 3.33 1.83bc

Deterjen + Ca(OH)2 + benomil 3.92 0.42a 2.58 1.67ab Deterjen + Ca(OH)2 +

azoksistrobin 3.83 0.17a 2.50 1.17a

Deterjen + Ca(OH)2 + fludioxonil 4.50 0.25a 3.25 1.75bc Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. ** = sangat nyata. Angka yang diikuti

huruf berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.

A. Sebelum Pencucian

B. Sesudah Pencucian

Gambar 2 Pengaruh pencucian terhadap getah mangga Daya Simpan Buah

Tabel 4 menunjukkan bahwa daya simpan mangga memiliki perbedaan antar bahan pencuci. Kemunduran paling cepat terdapat pada buah mangga yang disimpan pada suhu ruang dan tidak diaplikasikan bahan pencuci. Daya simpan yang rendah juga ditunjukkan pada bahan pencuci lain yang disimpan pada suhu ruang, yaitu hanya bertahan paling lama hingga 14 HSP pada bahan pencuci deterjen + Ca(OH)2 + fludioxonil. Kemudian untuk mangga yang memiliki daya simpan paling lama adalah mangga yang dicuci dengan deterjen + Ca(OH)2 + azoksistrobin dan disimpan pada suhu 12°C yaitu hingga 28 hari. Terdapat beberapa mangga yang memiliki daya simpan >20 HSP, diantaranya adalah mangga dengan bahan pencuci deterjen + Ca(OH)2 pada suhu 15°C (22 HSP), deterjen + Ca(OH)2 + azoksistrobin pada suhu 15°C (22 HSP), dan deterjen +

Deterjen +

Ca(OH)2 Deterjen + Ca(OH)2 + benomil Deterjen + Ca(OH)2 + azoksistrobin Deterjen + Ca(OH)2 + fludioxonil

13 Ca(OH)2 + fludioxonil pada suhu 15 dan 12°C (22 HSP). Terdapat dua jenis bahan pencuci yang baru terjadi busuk buah pada 30 HSP yaitu deterjen + Ca(OH)2 + fludioxonil dan Deterjen + Ca(OH)2 + benomil.

Selain akibat faktor repirasi, faktor lain yang menyebabkan rendahnya daya simpan buah adalah waktu pemanenan, suhu saat pemanenan, tingkat kematangan dan kualitas buah saat awal dipanen, dan faktor lingkungan lain yang terjadi selama panen, transportasi, maupun penyimpanan (Nunes et al. 2006). Mangga Gedong yang dipanen memiki kandungan getah dan kotoran yang cukup banyak sehingga menyebabkan timbulnya beberapa kerusakan dan rendahnya kualitas visual. Data daya simpan buah ini juga perlu didukung dengan data lain seperti skor tingkat kerusakan buah yang terdiri atas luka bakar (sapburn), bintik lentisel, bintik dendritik, busuk pangkal, busuk buah, antraknosa, dan kekerasan. Perlu juga dilakukan pengujian terhadap sifat kimia buah dengan cara mengukur kadar asam buah (ATT) dan kadar gula buah (PTT). Pembahasan lebih lanjut akan menunjukkan data-data yang mendukung daya simpan buah tersebut.

Tabel 4 Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan suhu simpan terhadap daya simpan mangga Gedong

Perlakuan

Kriteria

Daya Simpan Periode

Kesegaran Busuk Mulai Hari ke- (HSP) Bahan Pencuci*Suhu penyimpanan

Kontrol*Suhu Ruang 8 10 8

Deterjen + Ca(OH)2 *Suhu Ruang 12 12 12

Deterjen + Ca(OH)2 + benomil*Suhu Ruang 12 10 10 Deterjen + Ca(OH)2 + azoksistrobin*Suhu Ruang 12 12 12 Deterjen + Ca(OH)2 + fludioxonil*Suhu Ruang 16 14 14

Kontrol*18°C 14 12 12

Deterjen + Ca(OH)2*18°C 16 20 16

Deterjen + Ca(OH)2 + benomil*18°C 22 20 20

Deterjen + Ca(OH)2 + azoksistrobin*18°C 22 14 14 Deterjen + Ca(OH)2 + fludioxonil*18°C 22 20 20

Kontrol*15°C 20 18 18

Deterjen + Ca(OH)2*15°C 24 22 22

Deterjen + Ca(OH)2 + benomil*15°C 18 18 18

Deterjen + Ca(OH)2 + azoksistrobin*15°C 24 22 22 Deterjen + Ca(OH)2 + fludioxonil*15°C 22 28 22

Kontrol*12°C 20 10 10

Deterjen + Ca(OH)2*12°C 18 28 18

Deterjen + Ca(OH)2 + benomil*12°C 20 30 20

Deterjen + Ca(OH)2 + azoksistrobin*12°C 28 28 28 Deterjen + Ca(OH)2 + fludioxonil*12°C 22 30 22 Keterangan: HSP (Hari Setelah Panen), Data tidak dianalisis statistika

14

Luka Bakar (Sapburn)

Hasil uji Dunn pada Tabel 5 menunjukkan bahwa bahan pencuci berpengaruh nyata dalam mengurangi luka bakar pada 2 HSP. Skor pada masing-masing bahan pencuci sangat rendah bila dibandingkan dengan kontrol. Suhu penyimpanan juga berpengaruh nyata pada 18 dan 24 HSP dengan hasil suhu 18-12°C nyata lebih baik bila dibandingkan kontrol. Pada penyimpanan suhu ruang terjadi kerusakan pada buah akibat penyakit pada buah dengan persentase > 25% pada 26 HSP sehingga buah tidak layak disimpan kembali.

Getah mangga mengandung dua jenis fraksi, yaitu minyak dan protein polisakarida. Pada minyak tersebut terkandung terpinolene yang akan menimbulkan luka bakar saat jatuh ke permukaan kulit buah (O’Hare dan Prasad 1991). Luka bakar ini berwarna cokelat dan dapat menyebar ke seluruh permukaan kulit buah sehingga menurunkan kualitas visual buah. Menurut Maqbool dan Amin (2008), Ca(OH)2 merupakan larutan kimia yang efektif dalam menghilangkan getah penyebab terjadinya luka bakar (sapburn) pada permukaan kulit buah. A. Suhu Ruang 1 2 3 4 5 B. Suhu 18°C 1 2 3 4 5 C. Suhu 15°C 1 2 3 4 5 D. Suhu 12°C 1 2 3 4 5

Gambar 3 Luka bakar yang terdapat pada buah mangga pada 8 HSP

Keterangan : 1. Tidak dicuci; 2. Deterjen + Ca(OH)2; 3. Deterjen + Ca(OH)2 + benomil; 4. Deterjen + Ca(OH)2 + azoksistrobin; 5. Deterjen + Ca(OH)2 + fludioxonil

15

Tabel 5 Pengaruh suhu penyimpanan dan bahan pencuci terhadap luka bakar pada buah mangga selama penyimpanan

Perlakuan Rata-rata Skor Luka Bakar pada hari ke- (HSP)

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Suhu Penyimpanan

Suhu Ruang 0.87 1.00 1.27 1.40 1.67 1.87 2.27 2.73b 2.93b 3.40b 3.47b 3.53b

18°C 0.67 0.80 1.13 1.33 1.40 1.60 1.60 1.80a 1.87a 1.93a 2.20a 2.40a 2.40 2.53 2.53

15°C 0.87 0.87 1.07 1.07 1.27 1.60 1.60 1.73a 1.80a 1.80a 1.93a 2.33a 2.40 2.47 2.47

12°C 0.73 0.87 1.07 1.20 1.33 1.53 1.67 1.87a 2.00a 2.00a 2.00a 2.00a 2.00 2.13 2.13 Bahan Pencuci Kontrol 0.17a 0.67 1.08 1.08 1.33 1.58 1.67 2.33 2.50 2.50 2.67 3.00 3.00 3.08 3.08 Deterjen + Ca(OH)2 1.25b 1.25 1.50 1.50 1.58 1.75 2.00 2.00 2.08 2.25 2.33 2.42 2.50 2.67 2.67 Deterjen + Ca(OH)2 + benomil 1.17b 1.00 1.17 1.33 1.50 1.83 2.08 2.25 2.42 2.42 2.50 2.67 2.67 2.67 2.67 Deterjen + Ca(OH)2 + azoksistrobin 0.75ab 0.92 1.08 1.25 1.42 1.58 1.58 1.75 1.83 2.08 2.33 2.42 2.42 2.42 2.42 Deterjen + Ca(OH)2 + fludioxonil 0.58ab 0.58 0.83 1.08 1.25 1.50 1.58 1.83 1.92 2.17 2.17 2.33 2.33 2.50 2.50 Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn * * tn tn tn

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. ** = sangat nyata. Angka yang diikuti huruf berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5% .

16

Bintik Lentisel dan Bintik Dendritik

Bintik lentisel yang terdapat pada permukaan kulit mangga dapat ditekan dengan aplikasi bahan pencuci. Hasil uji Dunn pada Tabel 6 menunjukkan bahwa kombinasi bahan pencuci berpengaruh nyata pada 14, 16, 26, 28, dan 30 HSP. Namun, faktor suhu tidak berpengaruh nyata dalam menekan bintik lentisel pada permukaan buah mangga. Hasil skor bintik lentisel mengalami peningkatan selama penyimpanan dengan skor paling tinggi terdapat pada buah mangga yang tidak dicuci. Berdasarkan hasil rata-rata skoring, dapat dilihat bahwa kombinasi bahan pencuci deterjen + Ca(OH)2 + fungisida azoksistrobin memiliki nilai rata-rata skor paling rendah. Kemudian untuk faktor suhu penyimpanan, yang memiliki nilai rata-rata skor paling rendah adalah pada suhu ruang.

Bintik lentisel merupakan jaringan gabus yang membengkak dan menghitam yang menimbulkan bintik-bintik hitam di permukaan kulit. Bintik ini semakin jelas saat buah mangga sudah mulai matang dan mengalami perubahan warna menjadi kuning. Hal ini dapat disebabkan oleh penanganan pascapanen yang tidak sesuai, seperti lamanya perendaman buah dalam larutan deterjen (Prusky 2009). Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Oosthuyse (1999) juga menunjukkan bahwa bintik lentisel muncul bukan hanya karena proses pascapanen yang tidak sesuai, namun juga karena faktor lingkungan seperti pemanenan yang dilakukan saat musim hujan dimana kelembaban yang tinggi dan penyimpanan pada suhu rendah. Dalam penelitian ini, skor bintik lentisel pada suhu 18 – 12°C lebih tinggi dibandingkan dengan suhu ruang.

Bintik dendritik merupakan bintik hitam dengan bentuk tidak beraturan yang terdapat pada buah yang sudah matang. Bintik dendritik hanya terdapat pada permukaan kulit dan tidak menginfeksi busuk ke dalam buah (Holmes et al. 2009). Penggunaan bahan pencuci dan perbedaan suhu penyimpanan nyata menekan terjadinya bintik dendritik pada permukaan kulit buah (Tabel 7).

Bintik dendritik baru terdapat pada permukaan kulit buah pada 6 HSP pada suhu ruang dan 18°C. Skor bintik dendritik meningkat hingga 30 HSP. Bila dibandingkan dengan kontrol, semua kombinasi bahan pencuci memiliki rata-rata skor yang lebih rendah. Bintik dendritik pada buah mangga yang disimpan dalam suhu 12°C juga nyata memberikan rata-rata skor yang paling rendah. Terdapat interaksi antar kedua perlakuan pada 20, 24, 26, 28, dan 30 HSP dengan kombinasi perlakuan terbaik pada bahan pencuci deterjen + Ca(OH)2 + fungisida fludioxonil dan suhu 12°C.

Aplikasi bahan pencuci berpengaruh nyata dalam menekan terjadinya bintik dendritik pada permukaan kulit buah pada 14, 16, 26, 28, dan 30 HSP dengan bahan pencuci terbaik adalah fungisida fludioxonil. Namun, dapat dilihat pada Tabel 7 bahwa semua kombinasi bahan pencuci nyata lebih rendah dibandingkan dengan kontrol pada 30 HSP. Penanganan pascapanen yang baik mampu menekan terjadinya kerusakan visual pada buah mangga, termasuk bintik dendritik dan bintik lentisel yang dapat mempengaruhi jumlah ekspor buah Indonesia.

17 A. Suhu Ruang 1 2 3 4 5 B. Suhu 18°C 1 2 3 4 5 C. Suhu 15°C 1 2 3 4 5 D. Suhu 12°C 1 2 3 4 5

Gambar 4 Bintik lentisel yang terdapat pada buah mangga pada 14 HSP

Keterangan : 1. Tidak dicuci; 2. Deterjen + Ca(OH)2; 3. Deterjen + Ca(OH)2 + benomil; 4. Deterjen + Ca(OH)2 + azoksistrobin; 5. Deterjen + Ca(OH)2 + fludioxonil

18

A. Suhu Ruang pada 12 HSP

1 2 3 4 5 B. Suhu 18°C pada 20 HSP A. 1 2 3 4 5 C. Suhu 15°C pada 20 HSP 1 2 3 4 5 D. Suhu 12°C pada 20 HSP 1 2 3 4 5

Gambar 5 Bintik dendritik yang terjadi pada 12 dan 20 HSP

Keterangan : 1. Tidak dicuci; 2. Deterjen + Ca(OH)2; 3. Deterjen + Ca(OH)2 + benomil; 4. Deterjen + Ca(OH)2 + azoksistrobin; 5. Deterjen + Ca(OH)2 + fludioxonil

19

Tabel 6 Pengaruh suhu penyimpanan dan bahan pencuci terhadap bintik lentisel pada buah mangga selama penyimpanan

Perlakuan 2 4 6 8 10 Rata-rata Skor Bintik Lentisel pada hari ke- (HSP)12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Suhu Penyimpanan Suhu Ruang 0.67 0.93 1.00 1.33 1.53 1.67 1.73 1.73 1.80 1.93 1.93 2.00 18°C 0.73 1.00 1.13 1.20 1.47 1.87 2.00 2.00 2.00 2.13 2.27 2.33 2.40 2.40 2.53 15°C 1.20 1.27 1.27 1.33 1.40 1.47 1.60 1.67 1.93 2.00 2.20 2.47 2.47 2.60 2.67 12°C 0.80 0.93 1.13 1.13 1.53 1.67 1.73 1.87 2.00 2.07 2.40 2.53 2.60 2.67 2.67 Bahan Pencuci Kontrol 1.00 1.25 1.50 1.42 1.83 2.00 2.17b 2.25b 2.33 2.50 2.58 2.67 3.00c 3.11c 3.11b

Deterjen + Ca(OH)2 0.83 1.08 1.17 1.25 1.33 1.67 1.67a 1.75a 1.83 1.92 2.00 2.17 2.11ab 2.22ab 2.56b

Deterjen + Ca(OH)2 +

benomil 1.00 1.08 1.25 1.42 1.75 1.75 1.83a 1.83a 1.92 2.00 2.33 2.42 2.78c 2.89c 2.89b

Deterjen + Ca(OH)2 +

azoksistrobin 0.67 0.92 0.92 1.00 1.08 1.25 1.42a 1.42a 1.75 1.75 1.92 2.00 2.00a 2.00a 2.00a

Deterjen + Ca(OH)2 +

fludioxonil 0.75 0.83 0.83 1.17 1.42 1.67 1.75a 1.83a 1.83 2.00 2.17 2.42 2.56bc 2.56ab 2.56b

Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn * tn

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. ** = sangat nyata. Angka yang diikuti huruf berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%

Tabel 7 Pengaruh suhu penyimpanan dan bahan pencuci terhadap bintik dendritik pada buah mangga selama penyimpanan

Perlakuan Rata-rata Skor Bintik Dendritik pada hari ke- (HSP)

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Suhu Penyimpanan

Suhu Ruang 0.00 0.00 0.20 0.27b 0.73b 0.87b 1.27 1.67b 1.80b 2.07b 2.07b 2.13b

18°C 0.00 0.00 0.33 0.33b 0.33ab 0.53ab 0.73 1.07b 1.27b 1.80b 1.93b 2.20b 2.20b 2.20b 2.20b

15°C 0.00 0.00 0.00 0.00a 0.00a 0.07a 0.53 0.73ab 1.07b 1.33b 1.60b 1.73b 1.80ab 2.07b 2.07b

12°C 0.00 0.00 0.00 0.00a 0.13a 0.20a 0.20 0.20a 0.27a 0.27a 0.53a 0.93a 1.20a 1.40a 1.40a Bahan Pencuci

Kontrol 0.00 0.00 0.00 0.17 0.67 0.92 1.67b 1.75b 1.83 2.08 2.17 2.42 2.50b 2.92b 2.92b

Deterjen + Ca(OH)2 0.00 0.00 0.25 0.17 0.25 0.33 0.33a 0.50a 0.83 1.25 1.42 1.83 1.83ab 1.83ab 1.83a

Deterjen + Ca(OH)2 +

benomil 0.00 0.00 0.08 0.17 0.33 0.33 0.42a 0.75a 0.92 1.08 1.33 1.42 1.75ab 1.75a 1.75a

Deterjen + Ca(OH)2 +

azoksistrobin 0.00 0.00 0.25 0.17 0.17 0.25 0.42a 0.75ab 0.92 1.08 1.42 1.67 1.67a 1.75ab 1.75a

Deterjen + Ca(OH)2 +

fludioxonil 0.00 0.00 0.08 0.08 0.08 0.25 0.58a 0.83ab 1.00 1.33 1.33 1.42 1.42a 1.50a 1.50a

Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn tn * tn * * * **

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. ** = sangat nyata. Angka yang diikuti huruf berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.

21 Penyakit pada Buah Mangga

Busuk Pangkal

Suhu penyimpanan nyata dalam menunda terjadinya busuk pangkal pada buah (Tabel 8), sedangkan untuk bahan pencuci hanya berpengaruh nyata pada 14, 24, 26, 28, dan 30 HSP. Bahan pencuci deterjen + Ca(OH)2 dan penambahan fungisida azoksistrobin nyata lebih rendah dibandingkan bahan pencuci lain pada 26-30 HSP. Busuk pangkal pada buah baru terdapat pada 10 HSP dengan skor paling tinggi terdapat pada buah yang tidak dicuci dan pada suhu ruang. Kemudian untuk suhu 15°C dan 12°C busuk pangkal terjadi pada 22 dan 24 HSP. Suhu 12°C merupakan suhu penyimpanan paling tepat dengan rata-rata skor paling rendah dan mampu bertahan 22 hari tanpa terinfeksi busuk pangkal. Semua bahan pencuci memiliki skor yang lebih rendah dibandingkan dengan mangga yang tidak dicuci. Buah yang dicuci dengan deterjen + Ca(OH)2 + fungisida fludioxonil baru terdapat busuk pangkal pada 16 HSP dan merupakan yang paling lama dibandingkan dengan bahan pencuci lain. Buah yang disimpan dalam suhu ruang mengalami kerusakan pada 26 HSP sehingga sudah tidak layak untuk disimpan. Terdapat interaksi antar kedua perlakuan dengan kombinasi perlakuan terbaik pada bahan pencuci deterjen + Ca(OH)2 + fungisida azoksistrobin dan suhu 12°C.

Busuk Buah

Hasil uji Dunn pada Tabel 9 menunjukkan bahwa suhu penyimpanan sangat berpengaruh nyata dalam menekan terjadinya busuk buah, sedangkan penggunaan bahan pencuci hanya berpengaruh nyata pada 26 dan 30 HSP. Buah yang dicuci dengan bahan pencuci yang ditambahkan fungisida fludioxonil dan azoksistrobin nyata memiliki skor busuk buah yang lebih rendah dibandingkan bahan pencuci lain pada 30 HSP. Busuk buah baru terjadi pada 10 HSP pada suhu ruang dan 18°C dengan rata-rata skor < 1, sedangkan pada suhu 15°C dan 12°C baru terjadi pada 22 HSP. Buah mangga yang disimpan pada suhu 12°C memberikan hasil terbaik dengan rata-rata skor terendah bila dibandingkan dengan suhu penyimpanan lain. Buah mangga yang dicuci dengan fungisida azoksistrobin dan fludioxonil merupakan yang paling lama terserang busuk buah, yaitu hingga 14 HSP. Terdapat interaksi antara dua jenis perlakuan tersebut dengan kombinasi perlakuan terbaik terdapat pada bahan pencuci deterjen + Ca(OH)2 + fungisida fludioxonil dan deterjen + Ca(OH)2 + fungisida azoksistrobin pada suhu 12°C.

Antraknosa

Hasil Uji Dunn pada Tabel 10 menunjukkan bahwa suhu penyimpanan berpengaruh sangat nyata dalam menekan serangan antraknosa. Aplikasi bahan pencuci juga berpengaruh nyata pada 26 dan 30 HSP. Bahan pencuci deterjen + Ca(OH)2 dan deterjen + Ca(OH)2 + fungisida azoksistrobin nyata lebih rendah dibandingkan bahan pencuci lain pada 26 HSP, sedangkan pada 30 HSP semua bahan pencuci nyata lebih rendah dibandingkan kontrol. Kemudian terdapat interaksi antar dua faktor perlakuan dengan kombinasi terbaik terdapat pada bahan

22

pencuci deterjen + Ca(OH)2 + fungisida azoksistrobin atau fludioxonil pada suhu 120C. Antraknosa baru terjadi pada 10 HSP pada suhu ruang dan 18°C. Kemudian pada suhu 12°C antraknosa baru terjadi pada 18 HSP dan 20 HSP untuk suhu 15°C dengan skor yang rendah yaitu < 1 dan terus mengalami peningkatan selama penyimpanan. Semua kombinasi bahan pencuci memiliki skor yang rendah untuk antraknosa. Sama seperti penyakit yang lain, suhu 12°C merupakan suhu penyimpanan terbaik untuk menekan antraknosa pada mangga.

A. Suhu Ruang pada 12 HSP

1 2 3 4 5 B. Suhu 18°C pada 26 HSP 1 2 3 4 5 C. Suhu 15°C pada 26 HSP 1 2 3 4 5 D. Suhu 12°C pada 26 HSP 1 2 3 4 5

Gambar 6 Busuk pangkal yang terjadi pada 12 dan 26 HSP

Keterangan : 1. Tidak dicuci; 2. Deterjen + Ca(OH)2; 3. Deterjen + Ca(OH)2 + benomil; 4. Deterjen + Ca(OH)2 + azoksistrobin; 5. Deterjen + Ca(OH)2 + fludioxonil

23 A. Suhu Ruang pada 14 HSP

1 2 3 4 5 B. Suhu 18°C pada 26 HSP 1 2 3 4 5 C. Suhu 15°C pada 26 HSP 1 2 3 4 5 D. Suhu 12°C pada 26 HSP 1 2 3 4 5

Gambar 7 Busuk buah yang terjadi pada 14 HSP dan 26 HSP

Keterangan : 1. Tidak dicuci; 2. Deterjen + Ca(OH)2; 3. Deterjen + Ca(OH)2 + benomil; 4. Deterjen + Ca(OH)2 + azoksistrobin; 5. Deterjen + Ca(OH)2 + fludioxonil

Penyakit pada buah mangga dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu busuk pangkal, busuk buah, dan antraknosa. Penyakit ini disebabkan oleh jenis jamur yang berbeda. Busuk pangkal biasanya disebabkan oleh jamur Lasiodiplodia theobromae, busuk buah disebabkan oleh jamur Alternaria sp. dan Aspergillus sp., sedangkan antraknosa disebabkan oleh jamur Colletrotichum gloesporioides (Iram dan Hamd 2013). Berdasarkan penelitian Adiputra (2011), perlakuan fungisida mampu menekan penyakit pascapanen pada permukaan buah mangga dengan perlakuan terbaik terdapat pada fungisida benomil dengan konsentrasi 0.025%. Herdiyanti (2014) juga menyebutkan bahwa fungisida benomil mampu menunda terjadinya busuk buah dan antraknosa mangga Arumanis hingga 9 HSP pada suhu ruang.

24

A. Suhu Ruang pada 14 HSP

1 2 3 4 5 B. Suhu 18°C pada 26 HSP 1 2 3 4 5 C. Suhu 15°C pada 26 HSP 1 2 3 4 5 D. Suhu 12°C pada 30 HSP 1 2 3 4 5

Gambar 8 Serangan antraknosa yang terjadi pada buah selama penyimpanan Keterangan : 1. Tidak dicuci; 2. Deterjen + Ca(OH)2; 3. Deterjen + Ca(OH)2 +

benomil; 4. Deterjen + Ca(OH)2 + azoksistrobin; 5. Deterjen + Ca(OH)2 + fludioxonil

Namun, pada penelitian ini terdapat jenis fungisida baru yang mampu menekan penyakit pada buah mangga yaitu fungisida fludioxonil dan azoksistrobin dengan konsentrasi 0.025%. Fungisida azoksistrobin mampu menghambat pertumbuhan mycelia C. gloesporioides penyebab penyakit antraknosa pada mangga secara signifikan dengan dosis optimum 100 ppm (Adhikary et al. 2013).

Suhu penyimpanan sangat berpengaruh nyata dalam menekan terjadinya busuk pangkal, busuk buah, dan antraknosa pada mangga. Penelitian yang dilakukan Raza et al. (2013) menunjukkan bahwa respirasi buah menurun pada mangga yang disimpan di suhu yang rendah. Hal ini menyebabkan jamur sulit bertahan hidup pada suhu yang rendah sehingga diperoleh hasil penyakit pada buah mangga yang disimpan pada suhu 10 dan 12°C lebih sedikit jika dibandingkan buah yang disimpan pada suhu 14°C.

25

Tabel 8 Pengaruh suhu penyimpanan dan bahan pencuci terhadap busuk pangkal buah mangga selama penyimpanan

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. ** = sangat nyata. Angka yang diikuti huruf berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.

Perlakuan 2 4 6 8 10 Rata-rata Skor Busuk Pangkal Buah pada hari ke- (HSP)12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Suhu Penyimpanan

suhu ruang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.40 0.93b 1.40b 2.13b 2.67b 2.93b 2.93b 2.93b

18°C 0.00 0.00 0.00 0.00 0.13 0.20a 0.47a 0.67a 0.73a 0.87a 1.27b 1.53b 1.87b 2.13b 2.33b

15°C 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00a 0.00a 0.00a 0.00a 0.00a 0.33ab 0.40a 0.53a 0.87a 0.93a

12°C 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00a 0.00a 0.00a 0.00a 0.00a 0.00a 0.20a 0.33a 0.47a 0.53a Bahan Pencuci

Kontrol 0.00 0.00 0.00 0.00 0.33 0.75 1.25b 1.58 1.58 1.67 2.25 2.58b 2.75b 3.08b 3.17b

Deterjen + Ca(OH)2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.17 0.33ab 0.50 0.67 0.67 0.83 0.83a 0.83a 0.92a 1.00a

Deterjen + Ca(OH)2 +

benomil 0.00 0.00 0.00 0.00 0.33 0.42 0.67ab 0.83 1.08 1.08 1.25 1.25a 1.67ab 1.83ab 1.92ab

Deterjen + Ca(OH)2 +

azoksistrobin 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.08 0.08a 0.25 0.50 0.75 0.75 0.75a 0.83a 1.00a 1.08a

Deterjen + Ca(OH)2 +

fludioxonil 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00a 0.33 0.42 0.58 0.58 0.92a 1.00ab 1.17ab 1.25ab

Interaksi tn tn tn tn tn ** ** ** ** ** ** ** * * *

Tabel 9 Pengaruh suhu penyimpanan dan bahan pencuci terhadap busuk buah mangga selama penyimpanan

Perlakuan Rata-rata Skor Busuk Buah pada hari ke- (HSP)

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Suhu Penyimpanan

Suhu Ruang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.40 0.87 2.07b 2.60b 2.60b 3.20b 3.20b 3.40b

18°C 0.00 0.00 0.00 0.00 0.13 0.13 0.40a 0.60a 0.60a 0.67a 0.67a 0.87a 1.20 1.47b 1.67

15°C 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00a 0.00a 0.00a 0.00a 0.20a 0.20a 0.20 0.53ab 0.87

12°C 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00a 0.00a 0.00a 0.00a 0.07a 0.13a 0.13 0.27a 0.53 Bahan Pencuci

Kontrol 0.00 0.00 0.00 0.00 0.33 0.33 1.42 1.75 1.75 1.83 1.92 2.00 2.25 2.58 2.92b

Deterjen + Ca(OH)2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.25 0.42 0.42 0.42 0.83 1.08 1.08 1.08 1.42 1.58ab

Deterjen + Ca(OH)2 + benomil 0.00 0.00 0.00 0.00 0.33 0.67 0.83 1.00 1.00 1.17 1.17 1.42 1.58 1.58 1.92ab Deterjen + Ca(OH)2 + azoksistrobin 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.25 0.42 0.42 0.58 0.58 0.58 0.58 0.67 0.75a Deterjen + Ca(OH)2 + fludioxonil 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.17 0.42 0.42 0.42 0.42 0.67 0.67 0.83 0.92a Interaksi tn tn tn tn tn tn ** ** ** ** ** ** * tn tn

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. ** = sangat nyata. Angka yang diikuti huruf berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%.

27

Tabel 10 Pengaruh suhu penyimpanan dan bahan pencuci terhadap serangan antraknosa pada buah mangga selama penyimpanan

Perlakuan Rata-rata Skor Antraknosa pada hari ke- (HSP)

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Suhu Penyimpanan

Suhu Ruang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.27 1.20b 2.07b 2.80b 3.27b 3.53b 3.60b 3.60b

18°C 0.00 0.00 0.00 0.00 0.13 0.13a 0.20a 0.87a 1.27b 1.73b 2.27b 2.40b 2.60b 2.73b 2.87b

15°C 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00a 0.00a 0.00a 0.00a 0.67ab 0.87a 0.87a 0.87a 1.33a 1.80b

12°C 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00a 0.00a 0.00a 0.07ab 0.13a 0.13a 0.20a 0.20a 0.73a 0.73a Bahan Pencuci

Kontrol 0.00 0.00 0.00 0.00 0.33 0.75 1.00 1.67 1.92 2.67 2.75 2.92 3.00b 3.67 3.75b

Deterjen + Ca(OH)2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.33 0.58 0.75 0.92 1.00 1.25 1.25 1.42a 1.75 1.92a

Deterjen + Ca(OH)2 +

benomil 0.00 0.00 0.00 0.00 0.17 0.42 0.83 1.00 1.08 1.50 1.75 1.75 1.75ab 1.92 2.17a

Deterjen + Ca(OH)2 +

azoksistrobin 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.17 0.25 0.67 0.92 1.25 1.33 1.42 1.42a 1.58 1.75a

Deterjen + Ca(OH)2 +

fludioxonil 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.17 0.50 0.92 1.17 1.50 1.50 1.50ab 1.58 1.67a

Interaksi tn tn tn tn tn ** ** ** ** ** ** ** ** ** **

Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. ** = sangat nyata. Angka yang diikuti huruf berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada uji Dunn 5%

28

Kekerasan Buah

Selama penyimpanan, rata-rata skor kekerasan buah meningkat setiap harinya. Tabel 11 menunjukkan bahwa suhu penyimpanan berpengaruh sangat nyata untuk menekan pelunakan selama penyimpanan. Bahan pencuci hanya berpengaruh nyata pada 2 HSP. Namun, tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan bahan pencuci pada HSP lain. Suhu rendah dapat menunda terjadinya pelunakan buah mangga, suhu yang efektif yaitu suhu 12°C dengan rata-rata skor yang paling rendah. Terdapat interaksi antar kedua faktor perlakuan dalam menekan pelunakan buah mangga.

Kekerasan pada buah mangga mulai berkurang pada 8 HSP untuk suhu ruang. Hal ini karena daging buah sedikit tertekan saat diberi tekanan ibu jari pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah mangga (Rubbery). Sedangkan pada suhu lainnya mulai terjadi kelunakan saat 16 HSP dengan skor yang cukup rendah. Skor kekerasan paling tinggi terdapat pada suhu ruang di 24 HSP dengan skor rata-rata 4.5.

Syafutri et al. (2006) menyatakan bahwa kekerasan pada buah mangga yang menurun setiap harinya dapat disebabkan oleh adanya proses respirasi dan transpirasi. Proses ini akan mengakibatkan pecahnya karbohidrat menjadi senyawa lain yang lebih sederhana. Pemecahan karbohidrat ini akan menyebabkan pecahnya jaringan pada buah sehingga terjadi kelunakan. Penelitian yang dilakukannya juga menunjukkan perlakuan suhu yang lebih tinggi (20°C) menghasilkan penurunan kekerasan yang lebih besar bila dibandingkaan dengan perlakuan suhu yang lebih rendah (10°C).

Perubahan Warna Kuning Buah

Dokumen terkait