• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL

Karakteristik Ibu Usia Ibu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia ibu berkisar antara 20-46 tahun dengan rata-rata usia ibu secara keseluruhan adalah 31.46 tahun (Tabel 3). Hampir seluruh ibu dalam penelitian ini berusia antara 21 – 40 tahun yakni sebesar 91.34%. Sebanyak 98.08 persen ibu bekerja masuk ke dalam kategori usia dewasa muda, dengan rata-rata usia 30.06 tahun. Sebanyak 84.62 persen usia ibu rumah tangga juga masuk ke dalam kategori usia dewasa muda dengan rata-rata usia 32.87 tahun. Kedua kelompok ibu dalam penelitian ini masuk ke dalam kategori usia produktif. Usia produktif adalah masa seseorang untuk aktif bekerja sebelum memasuki masa pensiun. Proporsi ibu bekerja yang berada dalam kategori dewasa muda lebih banyak (96.15%) dibandingkan dengan ibu rumah tangga (84.62%). Berdasarkan uji beda, terdapat perbedaan yang nyata antara usia ibu bekerja dan

ibu rumah tangga dimana usia ibu rumah tangga sedikit lebih tua dibandingkan usia ibu bekerja.

Tabel 3 Sebaran ibu berdasarkan kategori usia (persen)

Keterangan: *** signifikansi ≤0.01; ** signifikansi ≤0.05;* signifikan ≤0.1

Status Pernikahan Ibu

Di banyak Negara, angka perceraian dan jumlah anak yang lahir di luar pernikahan mengalami peningkatan. Anak yang tinggal di rumah dengan orang tua tunggal atau dalam keluarga tiri menjadi lebih banyak. Ibu tunggal bekerja penuh waktu dan tidak memiliki waktu untuk merawat anak-anak mereka sehingga kakek dan nenek lebih memungkinkan untuk merawat cucu jika orang tua cucu sudah bercerai. Namun, kondisi ini sedikit berbeda dengan di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, hampir seluruh ibu dalam penelitian ini berstatus menikah, yakni sebesar 91.35 persen, sementara hanya sekitar 7.69 persen ibu berstatus janda karena bercerai dan 0.96 persen berstatus janda karena suami sudah meninggal. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia, anak yang diasuh oleh nenek atau kakeknya tidak berarti bahwa mereka berasal dari keluarga single parents.

Tabel 4 Sebaran ibu berdasarkan status pernikahan (persen)

Proporsi ibu yang bercerai pada ibu bekerja (13.46%) lebih tinggi dibandingkan ibu rumah tangga (1.92%). Hal ini menunjukkan bahwa ada sebagian kecil ibu yang bekerja dikarenakan memiliki status sebagai single parents sehingga mengharuskan ibu untuk mencari nafkah bagi keluarga. Sementara ibu bekerja yang berstatus menikah memiliki beberapa alasan yakni alasan ekonomi, mempertahankan posisi sebagai pegawai, terbiasa bekerja sejaksebelum menikah, serta sebagai bentuk aktualisasi diri.

Besar Keluarga Ibu

Kategori Usia

Ibu Bekerja (n= 52)

Ibu Rumah Tangga (n = 52)

Total (N = 104)

21 – 40 tahun (dewasa muda) 98.08 84.62 91.34

41 – 65 tahun (dewasa madya) 1.92 15.38 8.65

65 -74 tahun (lansia muda) 0.00 0.00 0.00

Total 100.00 100.00 100.00

Rata-rata (tahun) 30.06 32.87 31.46

p-value 0.018**

Status Pernikahan Ibu Bekerja

(n= 52)

Ibu Rumah Tangga (n = 52)

Total (N = 104)

Menikah 86.54 96.15 91.35

Bercerai 13.46 1.92 7.69

Janda (suami meninggal) 0.00 1.92 0.96

Besar keluarga contoh berkisar antara 2 – 9 orang dengan rata-rata 4.16 orang, artinya rata-rata keluarga contoh termasuk dalam kategori keluarga kecil. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5, sebanyak 64.42 persen keluarga contoh termasuk dalam kategori keluarga kecil. Kondisi ekonomi keluarga ibu rumah tangga yang hampir separuhnya termasuk ke dalam kategori keluarga miskin diduga dapat diatasi dengan memiliki anak yang banyak, dengan harapan semakin banyak anak berarti semakin banyak pula tenaga kerja yang dapat diberdayakan untuk membantu kekurangan finansial keluarga.

Persentase terbesar keluarga ibu bekerja (94.23%) dan ibu rumah tangga (59.62%) termasuk dalam kategori keluarga kecil. Rata-rata besar keluarga contoh ialah sebanyak 4 orang. Rata-rata besar keluarga ibu bekerja adalah hampir 4 orang, sedangkan pada keluarga ibu rumah tangga hampir 5 orang. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata keluarga contoh termasuk dalam kategori keluarga sedang. Keluarga sedang lebih banyak (38.46%) terdapat pada keluarga ibu rumah tangga dibandingkan dengan keluarga ibu bekerja (5.77%), sementara tidak ada ibu bekerja yang masuk ke dalam kategori keluarga besar. Hal ini diduga persentase ibu bekerja yang berada dalam kategori usia dewasa muda sangat tinggi, yang berarti ibu sehingga memungkinkan jumlah anak pada keluarga ibu bekerja lebih sedikit dibandingkan dengan ibu rumah tangga.

Tabel 5 Sebaran ibu berdasarkan besar keluarga (persen)

Keterangan: *** signifikansi ≤0.01; ** signifikansi ≤0.05;* signifikan ≤0.1

Tingkat Pendidikan Ibu

Salah satu cara untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi rumah tangga suatu daerah adalah dengan melihat tingkat pendidikan di daerah tersebut. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya manusia. Tingkat pendidikan akan menentukan kemampuan keluarga untuk mengakses kebutuhan hidupnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan suami akan memudahkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Syarief 1998 diacu dalam Astuti 2007). Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat dari lamanya pendidikan formal yang berhasil diselesaikan. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan ibu tersebar pada berbagai tingkat pendidikan yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan tamat PT.

Persentase terbesar tingkat pendidikan ibu ialah tamat SMA (37.50%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu sudah cukup baik. Jika dilihat dari masing-masing kelompok maka persentase terbesar pendidikan ibu bekerja adalah tamat SMA (44.23%), sedangkan persentase terbesar tingkat pendidikan ibu

Besar Keluarga (orang) Ibu Bekerja

(n= 52) Ibu Rumah Tangga (n = 52) Total (N = 104) Kecil (≤ 4) 82.69 46.15 64.42 Sedang (5–7) 17.31 51.92 34.62 Besar (≥ 8) 0.00 1.92 0.96 Total 100.00 100.00 100.00 Rata-rata (orang) 3.66 4.63 4.14 p-value 0.000***

rumah tangga adalah tamat SMP (42.31%). Berdasarkan hasil perbandingan antara tingkat pendidikan pada ibu bekerja dan ibu rumah tangga dapat terlihat bahwa tingkat pendidikan ibu bekerja lebih baik karena tingkat pendidikannya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu rumah tangga. Sebanyak 26.92 persen ibu bekerja memiliki tingkat pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi sehingga memungkinkan ibu bekerja untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Tabel 6 Sebaran ibu berdasarkan tingkat pendidikan (persen)

Keterangan: *** signifikansi ≤0.01; ** signifikansi ≤0.05;* signifikan ≤0.1

Pekerjaan Ibu

Berdasarkan hasil penelitian, persentase terbesar pekerjaan pada kelompok ibu bekerja ialah pegawai swasta (57.69%). Persentase terbesar pekerjaan ibu berikutnya ialah buruh, yakni sebesar 19.23 persen. Persentase jenis pekerjaan sebagai PNS, guru dan perawat menunjukkan angka yang sama yakni sebesar 5.77 persen. Jenis pekerjaan ibu yang lainnya ialah pekerja rumah tangga dengan persentase sebesar 3.85 persen. Cukup tingginya tingkat pendidikan ibu bekerja diduga mempengaruhi jenis pekerjaan ibu yang ditunjukkan dengan banyaknya ibu yang bekerja sebagai pegawai swasta.

Tabel 7 Sebaran ibu bekerja berdasarkan jenis pekerjaan (persen)

Jenis pekerjaan N % Pegawai Swasta 30 57.69 PNS 3 5.77 Guru 3 5.77 Perawat 3 5.77 Buruh 10 19.23

Pekerja Rumah Tangga 2 3.85

Total 52 100.00

Lama Ibu Bekerja

Berdasarkan hasil penelitian, persentase terbesar lama ibu bekerja berada di kisaran waktu 9 hingga 15 jam per hari (78.85%). Persentase ibu bekerja dengan durasi lebih dari 15 jam per hari ialah sebesar 5.77 persen. Hal ini berkaitan dengan terdapatkan jenis pekerjaan dengan sistem shift yang diberlakukan kepada

Tingkat Pendidikan Ibu Bekerja

(n= 52) Ibu Rumah Tangga (n = 52) Total (N = 104) Tidak tamat SD 3.85 1.92 2.88 Tamat SD 7.69 25.00 16.35 Tamat SMP 17.31 42.31 29.81 Tamat SMA 44.23 30.77 37.50 Tamat PT 26.92 0.00 13.46 Total 11.58 9.06 10.32 Rata-rata (tahun) 3.66 4.63 4.14 p-value 0.000***

para ibu yang bekerja sebagai buruh dan perawat sehingga lama waktu bekerja menjadi lebih tinggi dibandingkan pekerjaan lainnya.

Tabel 8 Sebaran ibu bekerja berdasarkan lama ibu bekerja (persen)

Lama Ibu Bekerja N %

<= 8 jam 8 15.38

9 – 15 jam 41 78.85

> 15 jam 3 5.77

Total 52 100.00

Rata-rata (jam) 10.29

Pendapatan per Kapita Keluarga

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi. Sumber penghasilan rumah tangga berupa pendapatan digunakan untuk membeli dan memproduksi barang dan jasa yang dapat meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan anggota rumahtangga. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain (pendidikan, perumahan, kesehatan, dan lain-lain). Pendapatan keluarga adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat oleh anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaannya. Pada kondisi pendapatan terbatas, keluarga akan mendahulukan pemenuhan kebutuhan makanan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya akan digunakan untuk mengkonsumsi makanan.

Tabel 9 menunjukkan bahwa kondisi ekonomi keluarga ibu rumah tangga menunjukkan perbedaan dengan ibu bekerja. Keluarga ibu bekerja memiliki rata- rata pendapatan sebesar Rp 1.069.700,00, sementara pendapatan per kapita keluarga ibu rumah tangga jauh lebih kecil yakni sebesar Rp 481.200,00.

Tabel 9 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kelompok pendapatan per kapita per bulan (persen)

Pendapatan perkapita per bulan Ibu Bekerja (n= 52) Ibu Rumah Tangga (n = 52) Total (N = 104) ≤ Rp 360.518 9.62 42.31 25.96 Rp 360.519 - Rp 721.036 36.54 42.31 39.42 Rp 721.037 - Rp 1.081.584 19.23 11.54 15.38 Rp 1.081.584 - Rp 1.442.072 7.69 1.92 4.81 > Rp 1.442.072 26.92 1.92 14.42 Total 100.00 100.00 100.00 Rata-rata (Rp/bulan) Rp 1.069.700,00 Rp 481.200,00 Rp. 775.440,00 p-value 0.000***

Keterangan: *** signifikansi ≤0.01; ** signifikansi ≤0.05;* signifikan ≤0.1; +berdasarkan batas garis kemiskinan BPS (2013)

Pendapatan terkecil dan terbesar pada keluarga ibu bekerja memiliki rentang yang sangat besar yakni sebesar Rp 250.000,00 per kapita per bulan dan Rp

4.500.000,00 per kapita per bulan. Namun, pendapatan terkecil dan terbesar pada keluarga ibu rumah tangga memiliki rentang yang sangat kecil yakni sebesar Rp 125.000,00 per kapita per bulan dan Rp 2.333.333,00 per kapita per bulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah keluarga yang berada dalam kategori miskin pada keluarga ibu rumah tangga lebih tinggi dibandingkan dengan ibu bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan keluarga per kapita per bulan pada keluarga ibu rumah tangga masih banyak yang berada di bawah garis kemiskinan, yakni batas dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan makanan dan non-makanan (Dinas Kesehatan 2008). Namun, pada kelompok ibu bekerja, sejumlah keluarga yang masih berada dalam kategori keluarga miskin dimungkikan karna terdapat ibu yang memiliki status pernikahan janda dan bekerja sebagai buruh dan pekerja rumah tangga sehingga pendapatan yang diperoleh setiap bulannya masih belum memadai.

Karakteristik Nenek Usia Nenek

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia nenek berkisar antara 40-92 tahun dengan rata-rata usia nenek secara keseluruhan adalah 53.94 tahun (Tabel 10). Hampir seluruh nenek dalam penelitian ini berusia antara 41 – 65 tahun yakni sebesar 90.38% sehingga masuk ke dalam kategori usia dewasa madya. Sebanyak 3.85 persen nenek masuk ke dalam kategori usia lansia muda, 1.92 persen nenek masuk ke dalam kategori usia lansia tua, bahkan sebesr 1.92 persen nenek sudah masuk ke dalam kategori usia lansia tertua. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar nenek yang mengasuh cucu tergolong ke dalam kategori usia yang masih memiliki kesehatan fisik dan psikis yang baik. Sementara sebagian kecil lainnya sudah mulai memasuki kondisi penurunan kondisi kesehatan fisik dan psikis. Tabel 10 Sebaran nenek berdasarkan kelompok usia (persen)

Kategori Usia N %

21 – 40 tahun (dewasa muda) 1 1.92

41 – 65 tahun (dewasa madya) 47 90.38

65 -74 tahun (lansia muda) 2 3.85

75 – 84 tahun (lansia tua) 1 1.92

> 84 tahun (lansia tertua) 1 1.92

Total 52 100.00

Rata-rata (tahun) 53.94

Status Pernikahan Nenek

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar nenek dalam penelitian ini berstatus menikah, yakni sebesar 73.08 persen, sementara sebanyak 1.92 persen nenek berstatus janda karena bercerai dan 25 persen berstatus janda karena suami sudah meninggal. Jumlah nenek yang berstatus janda menunjukkan bahwa usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki pada kategori usia dominan nenek kelompok usia dewasa madya.

Tabel 11 Sebaran nenek berdasarkan status pernikahan (persen)

Menikah 38 73.08

Bercerai 1 1.92

Janda (suami meninggal) 13 25.00

Total 52 100.00

Tingkat Pendidikan Nenek

Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan nenek tersebar pada berbagai tingkat pendidikan yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tidak tamat SMP, ttamat SMP, tidak tamat SMA, tamat SMA, dan tidak tamat PT. Persentase terbesar tingkat pendidikan nenek ialah tamat SD (30.77%), kemudian tidak tamat SD (25.00%), tamat SMP (23.08%), tamat SMA (11.54%). Hanya sebagian kecil nenek yang tidak sekolah (3.85%), tidak tamat SMP (1.92%), tidak tamat SMA (1.92%) dan tidak tamat PT (1.92%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan nenek sangat bervariatif sesuai dengan status sosial dan ekonomi masing-masing. Nenek yang memiliki strata tidak tamat PT termasuk ke dalam kategori keluarga berstatus sosial ekonomi tinggi.

Tabel 12 Sebaran nenek berdasarkan tingkat pendidikan (persen)

Tingkat Pendidikan N % Tidak Sekolah 2 3.85 Tidak tamat SD 13 25.00 Tamat SD 16 30.77 Tidak Tamat SMP 1 1.92 Tamat SMP 12 23.08

Tidak tamat SMA 1 1.92

Tamat SMA 6 11.54

Tidak Tamat PT 1 1.92

Total 52 100.00

Pendapatan per Kapita Nenek

Tabel 13 menunjukkan bahwa kondisi ekonomi keluarga nenek sebagian besar berada di atas garis kemiskinan.

Tabel 13 Sebaran nenek berdasarkan kelompok pendapatan per kapita per bulan (persen)

Pendapatan perkapita per Bulan N %

≤ Rp 360.518* 16 30.77 Rp 360.519 - Rp 721.036 19 36.54 Rp 721.037 - Rp 1.081.584 9 17.31 Rp 1.081.584 - Rp 1.442.072 3 5.77 > Rp 1.442.072 5 9.62 Total 52 100.00 Rata-rata (Rp/Bulan) Rp 739.544

*berdasarkan batas garis kemiskinan BPS (2013)

Keluarga nenek memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp 739.544,00. Pendapatan terkecil dan terbesar pada keluarga nenek memiliki rentang yang

sangat besar yakni sebesar Rp 200.000,00 per kapita per bulan dan Rp 4.000.000,00 per kapita per bulan. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan per kapitan keluarga nenek sangat bervariatif. Sepertiga nenek yang memiliki pendapatan di bawah Rp 360.518 berada dalam kategori keluarga miskin. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah keluarga miskin pada kelompok nenek dan ibu rumah tangga masih cukup banyak.

Peran Pengasuhan Nenek Jumlah Cucu

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar nenek dalam penelitian ini memiliki cucu kurang dari 6 orang, yakni sebesar 71.15 persen. Sebanyak 19.23 persen nenek memiliki cucu sebanyak 6 - 10 orang dan 9.62 persen nenek memiliki cucu lebih dari 10 orang. Banyaknya nenek yang memiliki cucu kurang dari 6 orang diduga berkaitan dengan banyaknya usia nenek yang masih memasuki kategori dewasa madya.

Tabel 14 Sebaran nenek berdasarkan jumlah cucu (persen)

Jumlah Cucu N %

< 6 orang 37 71.15

6 – 10 orang 10 19.23

> 10 0rang 5 9.62

Total 52 100.00

Frekuensi Mengasuh Cucu

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar nenek dalam penelitian ini memiliki frekuensi pengasuhan sebanyak 6 hari dalam satu pekan yakni sebesar 67.31%. Sebanyak 26.92 persen nenek mengasuh sebanyak 5 hari dalam satu pekan, 3.85 persen nenek mengasuh sebanyak 3 hari dalam satu pekan, dan sebanyak 1.92 persen nenek mengasuh cucunya setiap hari.

Tabel 15 Sebaran nenek berdasarkan frekuensi mengasuh cucu (persen)

Frekuensi Mengasuh Cucu (jumlah per

pekan) N % 3 hari 2 3.85 5 hari 14 26.92 6 hari 35 67.31 7 hari 1 1.92 Total 52 100.00

Banyaknya proporsi frekuensi pengasuhan sebanyak 6 hari menunjukkan bahwa banyak ibu bekerja yang hanya memiliki waktu libur 1 hari dalam satu minggu dengan waktu libur bervariatif yakni pada hari sabtu, minggu dan hari kerja pada ibu yang bekerja di toko atau supermarket. Nenek yang mengasuh sebanyak 5 hari dalam satu pekan biasanya dikarnakan ibu libur bekerja pada hari sabtu dan minggu, sementara nenek yang mengasuh 3 hari dalam satu pekan dikarnakan ibu bekerja sebagai pegawai freelance.

Jumlah Cucu yang diasuh

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar nenek dalam penelitian ini memiliki cucu kurang dari 6 orang, yakni sebesar 71.15 persen, sementara sebanyak 19.23 persen nenek memiliki cucu sebanyak 6 - 10 orang dan 9.62 persen nenek memiliki cucu lebih dari 10 orang. Banyaknya nenek yang memiliki cucu kurang dari 6 orang diduga berkaitan dengan banyaknya usia nenek yang masih memasuki kategori dewasa madya.

Tabel 16 Sebaran nenek berdasarkan jumlah cucu yang diasuh (persen)

Jumlah Cucu yang Diasuh n %

1 orang 30 57.69 2 orang 17 32.69 3 orang 3 5.77 4 orang 1 1.92 6 orang 1 1.92 Total 52 100.00

Usia Cucu saat Pertama Kali diasuh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cucu diasuh oleh nenek dengan rentang usia sejak 0 bulan hingga 4 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar cucu dalam penelitian ini diasuh oleh nenek dengan rentang usia 0-3 bulan yakni sebanyak 75%. Sebanyak 9.62 persen cucu diasuh oleh nenek dengan rentang usia 3-12 bulan, sebanyak 7.69% cucu diasuh dengan rentang usia 1-2 tahun, dan sebanyak 7.69% cucu diasuh sejak usia di atas 2 tahun.

Tabel 17 Sebaran nenek berdasarkan usia cucu saat pertama kali diasuh (persen)

Usia cucu saat diasuh pertama kali (bulan) N %

<= 3 bulan 39 75.00

4 – 12 bulan 5 9.62

12 – 24 bulan 4 7.69

> 24 bulan 4 7.69

Total 52 100.00

Banyaknya proporsi usia cucu yang diasuh sejak cucu berusia di bawah 3 bulan menunjukkan bahwa banyak ibu bekerja yang mengambil cuti melahirkan hanya sampai anak berusia 1 hingga 3 bulan. Sementara cucu yang dititipkan sejak berusia lebih dari 3 bulan biasanya dikarenakan ibu berhenti bekerja hingga anak dianggap sudah bisa ditinggal bekerja atau dikarenakan kondisi ekonomi yang kurang baik dalam keluarga sehingga menyebabkan ibu yang tadinya tidak bekerja harus mencari nafkah untuk kkeluarga.

Lokasi Tempat Tinggal Nenek

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar nenek dalam penelitian ini tinggal satu rumah dengan anak dan cucunya yakni sebanyak 76.92%. Hanya sebagian kecil nenek yang tidak tinggal satu rumah dengan cucu namun masih satu wilayah dan satu kota. Banyaknya nenek yang tinggal satu rumah dengan anak dan cucu dikarenakan ibu bekerja dan anaknya ikut tinggal di rumah nenek

dan kakeknya atau sebaliknya, nenek dan kakek ikut tinggal bersama dengan ibu bekerja baik sebelum ataupun sesudah cucu lahir. Hal ini membuat banyaknya ibu bekerja yang menitipkan anaknya kepada ibu atau mertua mereka baik dengan pengasuhan penuh oleh nenek maupun dibantu oleh kerabat dekat atau asisten rumah tangga.

Tabel 18 Sebaran nenek berdasarkan kategori tempat tinggal nenek (persen)

Kategori tempat tinggal nenek n %

Satu rumah dengan cucu 40 76.92

Berbeda rumah dengan cucu 12 23.08

Total 52 100.00

Jumlah Aktivitas Bersama Cucu

Aktivitas harian bersama cucu dalam penelitian ini terdiri dari menjaga cucu, mengantar ke sekolah, berbelanja, memandikan cucu, menyediakan makan untuk cucu, menemani nonton tv, naik kendaraan bersama, main ke mall/pasar, menyuapi makan, tidur siang, dan tidur malam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh nenek dalam penelitian ini memiliki aktivitas pengasuhan yang cukup banyak dengan cucunya yakni sebanyak 59.62%. Hanya sedikit nenek yang memiliki aktivitas bersama cucu kurang dari 6 kegiatan per harinya. Banyaknya nenek yang aktivitas nenek bersama dengan cucu menandakan bahwa peran nenek sangat besar pada keluarga ibu bekerja sebagai pengasuh pengganti agar membuat keberadaan cucu saat bersama nenek menjadi nyaman. Namun, sedikitnya aktivitas nenek saat bersama cucu dimungkinkan karena nenek berharap cucu dapat mandiri dalam kegiatan mandi, makan dan tidur.

Tabel 19 Sebaran nenek berdasarkan jumlah aktivitas harian bersama cucu (persen)

Jumlah aktivitas harian bersama cucu N %

<= 6 kegiatan 6 11.54

7 – 9 kegiatan 31 59.62

> 9 kegiatan 15 28.85

Total 52 100.00

Karakteristik Anak

Jenis Kelamin Anak

Penelitian ini melibatkan anak usia prasekolah dengan proporsi jenis kelamin yang hampir seimbang, yakni sebanyak 51.92 persen anak laki-laki dan 48.08 persen anak perempuan. Proporsi anak laki-laki pada ibu bekerja lebih banyak dibandingkan ibu rumah tangga, sementara proporsi anak perempuan pada ibu rumah tangga lebih banyak dibandingkan dengan ibu bekerja.

Tabel 20 Sebaran anak usia prasekolah berdasarkan jenis kelamin (persen)

Jenis Kelamin Anak Ibu Bekerja

(n= 52)

Ibu Rumah Tangga

Total (N = 104)

(n = 52)

Laki-laki 57.69 46.15 51.92

Perempuan 42.31 53.85 48.08

Total 100.00 100.00 100.00

Urutan Kelahiran Anak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak usia prasekolah yang menjadi contoh memiliki urutan kelahiran yang bervariasi mulai dari anak pertama hingga anak ke-6 (Tabel 21). Sebagian anak dalam penelitian ini merupakan anak pertama (50.96%), kemudian dilanjutkan dengan anak kedua (25.96%), anak ketiga (13.46%), anak keempat (6.73%), anak keenam (1.96%) dan anak kelima (0.96%). Pada keluarga ibu bekerja, lebih dari separuh anak dalam penelitian merupakan anak pertama yakni sebesar 67.31 persen, kemudian dilanjut anak kedua sebesar 26.92 persen dan anak ketiga sebesar 5.77 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ibu bekerja masuk ke dalam kategori keluarga muda karna urutan anak terbesar ialah anak ketiga. Pada keluarga ibu bekerja, proporsi terbesar urutan kelahiran anak dalam penelitian ialah anak pertama yakni sebesar 34.62 persen, kemudian dilanjut anak kedua sebesar 25.00 persen, anak ketiga sebesar 21.15 persen, anak keempat sebesar 13.46 persen, anak kelima sebesar 1.92 persen, dan anak keenam sebesar 3.85 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ibu bekerja masuk ke dalam kategori keluarga muda karna urutan anak terbesar ialah anak ketiga.

Tabel 21 Sebaran anak usia prasekolah berdasarkan urutan kelahiran anak (persen)

Urutan Kelahiran Anak Ibu Bekerja

(n= 52) Ibu Rumah Tangga (n = 52) Total (N = 104) Pertama 67.31 34.62 50.96 Kedua 26.92 25.00 25.96 Ketiga 5.77 21.15 13.46 Keempat 0.00 13.46 6.73 Kelima 0.00 1.92 0.96 Keenam 0.00 3.85 1.92 Total 100.00 100.00 100.00 Usia Anak

Anak dalam penelitian ini merupakan anak usia prasekolah dengan rata-rata usia anak ialah 49.52 bulan (Tabel 22). Sebagian anak dalam penelitian ini berusia antara 36 hingga 48 bulan (50%). Pada keluarga ibu bekerja, proporsi terbesar usia anak berkisar antara 3 - 4 tahun yakni sebesar 59.62 persen, sementara pada ibu rumah tangga proporsinya lebih kecil, yakni 40.38 persen. Proporsi anak usia 4 – 5 tahun pada keluarga ibu rumah tangga (42.31%) lebih besar dibandingkan anak pada keluarga ibu bekerja (28.85%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah anak yang berusia 3 – 5 tahun lebih banyak dibandingkan jumlah anak yang beruusia 5 hingga 6 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nenek dalam penelitian ini lebih banyak mengasuh anak berusia 3 hingga 4 tahun sehingga

aktivitas pengasuhan masih lebih didominasi di rumah nenek. Sementara pada anak usia 4 hingga 6 tahun, biasanya aktivitas nenek diselingi dengan kegiatan mengantar cucu ke sekolah.

Tabel 22 Sebaran anak usia prasekolah berdasarkan usia anak (persen)

Usia Anak Ibu Bekerja

(n= 52) Ibu Rumah Tangga (n = 52) Total (N = 104) 36 – 48 bulan 59.62 40.38 50.00 49 – 60 bulan 28.85 42.31 35.58 61 – 72 bulan 11.54 17.31 14.42 Total 100.00 100.00 100.00

Rata-rata (bulan) 47.73 bulan 51.31 bulan 49.52 bulan

Status Sekolah Anak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi anak yang belum sekolah (66.35%) lebih sedikit dibandingkan dengan anak yang sekolah (33.65%) baik pada keluarga ibu bekerja maupun ibu rumah tangga. Hal ini berkaitan dengan lebih banyaknya anak yang berusia di bawah 4 tahun. Anak yang sekolah dalam penelitian ini bersekolah di TK, TKA dan TPA. Jumlah anak yang belum sekolah pada keluarga ibu bekerja lebih banyak dikarnakan banyaknya anak yang berusia di bawah 4 tahun pada keluarga ibu bekerja.

Tabel 23 Sebaran anak usia prasekolah berdasarkan status sekolah anak (persen)

Status Sekolah Ibu Bekerja

(n= 52) Ibu Rumah Tangga (n = 52) Total (N = 104) Belum Sekolah 71.15 61.54 66.35 Sekolah (TK/TPA) 28.85 38.46 33.65 Total 100.00 100.00 100.00 Gaya Pengasuhan

Gaya Pengasuhan Otoritatif

Rata-rata skor indeks gaya pengasuhan autoritatif untuk masing-masing kelompok memiliki nilai yang berbeda, yakni pada nenek 68.11, pada ibu bekerja 78.29, dan pada ibu rumah tangga 68.19. Sebagian besar ibu bekerja dalam penelitian ini memiliki skor gaya pengasuhan otoritatif yang tinggi (76.92%). Lebih dari separuh nenek (65.38%) dan ibu rumah tangga (69.23%) memiliki skor

Dokumen terkait