• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Fisis Papan Partikel Kerapatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kerapatan papan terendah, yaitu 0,57 g/cm3 diperoleh pada papan partikel dengan perendaman asam asetat sedangkan nilai kerapatan tertinggi, yaitu 0,64 g/cm3 diperoleh pada papan partikel dengan tanpa perendaman (kontrol). Hasil pengujian kerapatan papan partikel batang pisang barangan dapat dilihat pada Gambar 3.

Keterangan. a, b. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT.

Gambar 3. Grafik kerapatan papan partikel

Nilai kerapatan hasil penelitian ini belum mencapai sasaran yang diharapkan yaitu 0,70 g/cm3. Hal tersebut diduga karena adanya daya spring back (pengembangan tebal kembali) yaitu usaha pembebasan dari tekanan yang dialami pada waktu pengempaan yang lebih besar sehingga tebal akhir papan yang diinginkan kurang terpenuhi. Rata-rata data Spring back pada penelitian ini adalah

0,64b

0,59a 0,61ab 0,57a

0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90

Kontrol Air Dingin Air Panas Asam Asetat

K er ap at an ( g /cm 3) Perlakua Perendaman JIS A 5908-2003 � = 0,4-0,9 g/cm3

22,50%. Spring back ini disebabkan karena sifat bulky pada partikel penyusunnya yaitu batang pisang, yang pada umumnya bahan pertanian memiliki sifat volumenous. Kondisi tersebut akan menyebabkan kerapatan papan partikel yang dihasilkan cenderung lebih rendah (Nurwayan, et al. 2008).

Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan perlakuan perendaman menurunkan nilai kerapatan, hal ini disebabkan karena dengan perendaman menyebabkan terjadinya kelarutan zat ekstraktif yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi perekat, pengerasan perekat dan daya tahan partikel yang dihasilkan. Selain itu bahan ekstraktif yang mudah menguap dapat menyebabkan terjadinya blowing atau delaminasi pada proses pengempaan panas (Maloney, 1993).

Kerapatan akhir papan partikel dipengaruhi oleh beberapa faktor penting yaitu, kerapatan bahan baku (jenis kayu) dan banyaknya bahan pada lembaran (kepadatan lembaran). Selain itu, dapat dipengaruhi pula oleh kondisi proses produksi terutama proses pengempaan, pengeringan bahan baku, kadar perekat, dan bahan tambahan lainnya (Kelly 1977 dalam Sidabutar 2000).

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kerapatan papan partikel berpengaruh nyata pada perendaman partikel pada selang kepercayaan 95%. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kontrol, berbeda nyata terhadap perendaman asam asetat dan air dingin dan air panas. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Lampiran 9. dan sidik ragam kerapatan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Sidik ragam kerapatan

* = Berpengaruh nyata ** = Sangat berpengaruh nyata Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Sig Perlakuan 3 0,008 0,003 5,095* 0,029 Galat 8 0,004 0,001 Total terkoreksi 11 0,012

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua papan partikel yang dihasilkan dengan kerapatan 0,57-0,64 g/cm³ termasuk dalam kategori papan partikel berkerapatan sedang. Hal ini dikarenakan dari awal penelitian sudah ditetapkan target kerapatan yaitu 0,70 g/cm³. Maloney (1993) mengemukakan bahwa papan partikel dengan kerapatan 0,40–0,80 g/cm³ termasuk kedalam kategori papan partikel berkerapatan sedang (medium density particleboard).

Nilai kerapatan papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini telah memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan nilai kerapatan papan 0,4-0,9 g/cm3 (JSA, 2003). Namun nilai kerapatan papan partikel yang dihasilkan tidak mencapai target yang diharapkan yaitu 0,70 g/cm3.

Kadar Air

Kadar air merupakan sifat fisis yang ditentukan setelah melalui proses pengovenan. Kadar air menunjukkan besarnya kandngan air yang terdapat pada papan partikel ketika berada dalam keadaan kesetimbangan dengan lingkungan sekitarnya. Kadar air dinyatakan dalam satuan persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kadar air papan partikel batang pisang barangan terendah, yaitu 8,92% diperoleh pada papan partikel dengan perendaman asam asetat sedangkan nilai kadar air tertinggi, yaitu 11,55% diperoleh pada papan partikel dengan tanpa perendaman (kontrol).

Keterangan. a, b, c. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT.

Gambar 4. Grafik kadar air papan partikel

Berdasarkan Gambar 4 kadar air papan dengan perlakuan perendaman lebih rendah dibandingkan dengan tanpa perlakuan perendaman. Hal ini dikarenakan berkurangnya kadar ekstraktif pati dan gula melalui perendaman membuat perekat lebih mudah masuk sehingga ikatan partikel dengan perekat lebih kuat akibatnya kadar airnya menjadi rendah (Iswanto, et al. 2007).

Menurut Colak et al (2006) bahwa laju pematangan perekat berbasis formaldehida seperti UF sangat tergantung pada pH lingkungannya. Nilai pH kayu harus berada pada kisaran tertentu untuk menghasilkan daya ikat kayu. Dimana perekat UF sebagai perekat yang optimal bekerja pada kondisi asam akan menimbulkan permasalahan dalam hal pematangan perekat ketika dipergunakan dalam pembuatan papan partikel yang memiliki pH tinggi.

Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan bahwa dengan perlakuan perendaman asam asetat menghasilkan papan berkadar air lebih rendah

11,55c 10,50b 9,20a 8,92a 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00

Kontrol Air Dingin Air Panas Asam Asetat

K ad ar A ir (% ) Perlakuan Perendaman JIS A 5908-2003 KA = 5 – 13 %

dikarenakan perendaman asam asetat meningkatkan keasaman partikel sehingga penetrasi perekat UF akan lebih baik dan hal ini juga menunjukan bahwa perendaman asam tidak hanya menurunkan pH tapi juga mempercepat pengerasan perekat UF dimana resin urea formaldehida akan cepat mengeras dengan meningkatnya keasaman (Pari, 2006).

Faktor yang mempengaruhi nilai kadar air adalah kondisi lingkungan, bahan baku papan partikel, ukuran partikel yang semakin besar dan tidak seragam menyebabkan penyerapan air papan semakin tinggi dan selain itu, batang pisang merupakan bahan berlignoselulosa bersifat higroskopis sehingga mampu menyerap dan mengikat air. Menurut Ruhendi et al. (2007) kadar air papan komposit dipengaruhi juga oleh kerapatannya, papan dengan kerapatan tinggi memiliki ikatan antar molekul partikel dengan molekul perekat terbentuk sangat kuat sehingga molekul air sulit mengisi rongga yang terdapat dalam papan komposit karena terisi dengan molekul perekat.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kadar air papan partikel sangat berpengaruh nyata pada perendaman partikel pada selang kepercayaan 95%. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kontrol, air dingin berbeda nyata terhadap perendaman asam asetat dan air panas. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Lampiran 10. dan sidik ragam pada Tabel 6.

Tabel 6. Sidik ragam kadar air

Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung Sig Perlakuan 3 13,35 4,451 53,94** 0,000 Galat 8 0,660 0,082 Total Terkoreksi 11 14,01 * = Berpengaruh nyata

Nilai kadar air papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini telah memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan nilai kadar air papan partikel antara 5-13% (JSA, 2003). Namun nilai kadar air papan partikel yang dihasilkan masih tinggi.

Daya Serap Air

Nilai daya serap air papan partikel dari batang pisang barangan ditampilkan pada Gambar 5. Nilai ini didapat dari pengujian daya serap air selama 2 jam dan 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai daya serap air papan partikel batang pisang barangan yang dihasilkan pada perendaman 2 jam berkisar 86,09%-154,28%. Nilai daya serap air papan partikel batang pisang barangan yang dihasilkan pada perendaman 24 jam berkisar 124,94%-184,94%. Hasil pengujian daya serap air papan partikel batang pisang barangan dapat dilihat pada Gambar 5 dan data lengkap disajikan pada Lampiran 4.

Keterangan. a, b, c, d. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT.

Gambar 5. Grafik daya serap air 2 dan 24 jam

113.38b 154.28c 86,09a 90,88a 151.85c 184,94d 140,95b 124,94a 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00

Kontrol Air Dingin Air Panas Asam Asetat

D ay a S er ap A ir ( % ) Perlakuan Perendaman 2 jam 24 jam

Berdasarkan Gambar 5 menunjukkan perlakuan perendaman air panas dan perendaman asam asetat menghasilkan nilai daya serap air papan partikel yang lebih rendah. Hal ini disebabkan adanya zat ekstraktif yang keluar dan proses perekatan yang lebih baik. Iswanto et al. (2012) dalam Murtianah (2014) melaporkan bahwa penetrasi perekat yang baik akan menyebabkan aksesibilitas pergerakan air dan uap air terbatas, akibatnya nilai kadar air dan daya serap air dari papan yang dihasilkan menjadi rendah.

Muharam (1995) dalam Iswanto et al. (2007) mengemukakan apabila kontak antar partikel semakin rapat maka air akan sulit masuk kedalam papan partikel dan papan dengan perlakuan perendaman menurunkan kadar gula, yang berkontribusi positif terhadap penurunan kadar air. Namun, pengaruh ini belum signifikan dikarenakan adanya pengaruh faktor lain seperti perekat yang digunakan pada penelitian ini yaitu perekat urea formaldehida yang notabene adalah perekat untuk papan partikel tipe interior.

Djalal (1984) dalam Maghfirah (2013) menyatakan bahwa selain daya tahan terhadap air dan kemampuan daya serap bahan baku, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya penyerapan air papan partikel yaitu adanya saluran kapiler yang menghubungkan antara ruang kosong, volume ruang kosong diantara kapiler dan luas permukaan partikel yang tidak dapat ditutupi perekat.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perendaman partikel dalam penelitian sangat pengaruh nyata terhadap daya serap air papan partikel yang dihasilkan pada selang kepercayaan 95%. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perendaman asam asetat, air panas, kontrol, air dingin berbeda nyata. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Lampiran 12. dan sidik ragam pada Tabel 7.

Tabel 7. Sidik ragam daya serap air Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Sig Perlakuan 3 5796,81 1932,27 73,612** 0,000 Galat 8 209,99 26,25 Total Terkoreksi 11 6006,81 * = Berpengaruh nyata

** = Sangat berpengaruh nyata

Pada Standar JIS A 5908-2003 tidak mensyaratkan nilai daya serap air papan partikel. Namun nilai daya serap air yang dihasilkan cukup tinggi karena daya serap air merupakan sifat fisis papan partikel yang perlu diperhatikan karena mempengaruhi kualitas papan partikel yang dihasilkan dan untuk mengetahuai ketahanan papan terhadap air (JSA, 2003).

Pengembangan Tebal

Nilai pengembangan tebal papan partikel dari batang pisang barangan ditampilkan pada Gambar 6 papan partikel setelah direndam dalam air selama 2 jam dan direndam selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pengembangan tebal papan partikel batang pisang barangan yang dihasilkan pada perendaman 2 jam berkisar 46,05%-114,24%. Pengembangan tebal terendah terdapat pada perendaman asam asetat yaitu sebesar 46,05% dan pengembangan tebal tertinggi terdapat pada perendaman air dingin yaitu sebesar 114,24%. Nilai pengembangan tebal papan partikel batang pisang barangan yang dihasilkan pada perendaman 24 jam berkisar 56,90%-122,04%. Pengembangan tebal terendah terdapat pada perendaman asam asetat yaitu sebesar 56,90% dan pengembangan tertinggi terdapat pada perendaman air dingin yaitu sebesar 122,04%.

Keterangan. a, b, c, d. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT.

Gambar 6. Grafik pengembangan tebal 2 dan 24 jam

Berdasarkan Gambar 6 nilai pengembangan tebal papan dengan perlakuan asam lebih rendah dibandingkan dengan kontrol, air dingin dan air panas. Hal ini karena perekat UF optimal pada kondisi asam dan perlakuan perendaman asam asetat melarutkan zat ekstraktif terutama pati yang bersifat higroskopis dan akibat kehilangan zat ekstraktif tersebut maka sifat higroskopis papan rendah, sehingga pengembangan tebal juga menjadi rendah dan selain itu, kelarutan zat ekstraktif menyebabakan perekat lebih mudah masuk kedalam rongga partikel sehingga papan yang dihasilkan lebih padat (Pasaribu, 1987 dalam Murtianah, 2014).

Tingginya nilai pengembangan tebal papan partikel batang pisang barangan yang dihasilkan pada perlakuan perendaman air dingin dan perlakuan perendaman pada air panas diduga disebabkan partikel masih mengandung pati yang memiliki kemampuan mengikat air yang tinggi sehingga pengembangan tebalnya semakin tinggi. Riyadi (2004) mengemukakan bahwa pengembangan tebal diduga ada hubungannya dengan daya serap air karena banyaknya air yang

77,16b 114,24d 98,53c 46,05a 110,63b 122,04b 115,87b 56,90a 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

Kontrol Air Dingin Air Panas Asam Asetat

P en g em b an g an T eb al ( % ) Perlakuan Perendaman 2 jam 24 jam JIS A 5908-2003 PT ≤ 12%

diserap dan memasuki struktur papan partikel akan mempengaruhi dimensi papan yang dihasilkan.

Ruhendi et al. (2007) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi pengembangan tebal adalah jumlah kadar perekat dan penyebarannya, kadar air bahan baku, jenis perekat yang digunakan dan komposisi kimia yang terdapat didalam bahan baku pembuatan papan partikel.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perendaman partikel dalam penelitian ini sangat berpengaruh nyata terhadap pengembangan tebal papan partikel yang dihasilkan pada selang kepercayaan 95%. Hasil uji lanjut dengan menggunakan Duncan menunjukkan bahwa pada perendaman asam asetat, berbeda nyata dengan kontrol, air panas, air dingin. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Lampiran 14. dan sidik ragam pada Tabel 8.

Tabel 8. Sidik ragam pengembangan tebal

Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F Tabel Perlakuan 3 8103,89 2701,29 48,99** 0,000 Galat 8 441,06 55,13 Total Terkoreksi 11 8544,95 * = Berpengaruh nyata

** = Sangat berpengaruh nyata

Nilai pengembangan tebal papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini tidak memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan nilai pengembangan tebal papan partikel maksimal 12% (JSA, 2003). Namun nilai pengembangan tebal papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini cukup tinggi.

Sifat Mekanis Papan Partikel

Keteguhan Lentur atau Modulus of Elasticity (MOE)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai MOE papan partikel batang pisang barangan yang dihasilkan berkisar 15.646,09-24.549,17 kg/cm2. Nilai MOE papan terendah, yaitu 15.646,09 kg/cm2 diperoleh pada papan partikel dengan perendaman asam asetat sedangkan nilai MOE tertinggi, yaitu 24.549,17 kg/cm2 diperoleh pada papan partikel tanpa perendaman (kontrol). Hasil pengujian

MOE papan partikel batang pisang barangan dapat dilihat pada Gambar 7.

Keterangan. a, b, c. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT.

Gambar 7. Grafik MOE papan partikel

Berdasarkan Gambar 7 menunjukkan bahwa papan dengan perendaman asam asetat memiliki nilai terendah dibandingkan dengan kontrol, air dingin dan air panas. Hal ini diduga perendaman asam asetat menyebabkan ikut terdegradasinya selulosa dan ukuran partikel yang tidak homogen sehingga kekuatan rekat jadi lebih rendah. Fengel dan Wegener (1995) menyatakan bahwa suasana asam akan menghidrolisis polisakarida kayu termasuk didalamnya selulosa dan hemiselulosa.

24.549,17c 19.848,18b 21.365,73b c 15.646,09a 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

Kontrol Air Dingin Air Panas Asam Asetat

M O E ( kg/ cm 2) Perlakuan Perendaman JIS A 5908-2003 MOE ≥ 20000 kg/cm2

Tingginya nilai MOE yang dihasilkan pada perendaman air panas dibandingkan dengan perendaman air dingin dan asam asetat disebabkan perendaman pada air panas melarutkan zat ekstraktif seperti garam-garam organik, garam-garam anorganik, gula, siklol, gum pektin, glaktat, tanin, pigmen, polisakarida dan komponen-komponen lain yang terhidrolisis. Kamil (1970) dalam Saputra (2004) menyatakan bahwa perendaman panas sangat berpengaruh positif terhadap stabilitas dimensi papan partikel dan perendaman air panas dapat meningkatkan nilai keteguhan lentur papan partikel.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perendaman partikel dalam penelitian ini berpengaruh nyata terhadap modulus lentur papan partikel yang dihasilkan pada selang kepercayaan 95%. Hasil uji lanjut dengan menggunakan Duncan menunjukkan bahwa pada perendaman asam asetat dan kontrol berbeda nyata dengan air panas dan air dingin. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Lampiran 15. dan sidik ragam pada Tabel 9.

Tabel 9. Sidik ragam MOE

Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F Tabel Perlakuanl 3 1,231 4,104 13,54* 0,002 Galat 8 2,425 3078,51 Total Terkoreksi 11 1,474 * = Berpengaruh nyata ** = Sangat berpengaruh nyata

Berdasarkan standar JIS A 5908-2003 nilai modulus elastis (MOE) rata-rata papan partikel batang pisang barangan pada contoh uji dengan perlakuan perendaman air panas dan tanpa perendaman (kontrol) dinyatakan memenuhi standar dengan ketentuan nilai ≥20.000 kg/cm2. Namun contoh uji dengan perlakuan perendaman air dingin dan perendaman asam asetat dinyatakan tidak memenuhi standar dengan ketentuan nilai ≥20.000 kg/cm2.

Keteguhan Patah atau Modulus of Rupture (MOR)

Modulus of Rupture (MOR) papan partikel merupakan sifat mekanis yang

menunjukkan kekuatan material dalam menahan beban yang bekerja terhadapnya. Modulus patah papan partikel batang pisang barangan yang dihasilkan berkisar 36,64-60,38 kg/cm2. Nilai MOE papan terendah, yaitu 36,64 kg/cm2 diperoleh pada papan partikel tanpa perendaman (kontrol) sedangkan nilai MOR tertinggi, yaitu 60,38 kg/cm2 diperoleh pada papan partikel dengan perendaman asam asetat. Hasil pengujian MOR papan partikel batang pisang barangan dapat dilihat pada Gambar 8.

Keterangan. a, b, c. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT

Gambar 8. Grafik MOR papan partikel

Berdasarkan Gambar 8 menunjukkan nilai keteguhan patah dengan perlakuan perendaman asam asetat menghasilkan keteguhan patah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan perendaman asam asetat meyebabkan terlarutnya zat

JIS A 5908-2003 MOR ≥ 80 kg/cm2 36,64a 35,69a 48,32b 60,38c 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00

Kontrol Air Dingin Air Panas Asam Asetat

M O R ( kg/ cm 2) Perlakuan Perendaman

ekstraktif sehingga memfasilitasi terjadinya pematangan perekat UF. Dengan demikian ikatan antara partikel dengan perekat semakin efektif sehingga papan dengan perlakuan asam memiliki kekuatan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Pada penelitian Iswanto (2007) tentang pengaruh perendaman partikel terhadap sifat fisis dan mekanis papan patikel dari ampas tebu menunjukkan nilai MOR meningkat pada papan partikel dengan perlakuan perendaman. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hal yang sama dengan penelitian ini. Hal ini diduga karena zat ekstraktif yang terkandung dalam partikel batang pisang barangan telah larut dalam air sehingga daya rekat perekat semakin baik.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perendaman partikel dalam penelitian ini sangat berpengaruh nyata terhadap modulus patah papan partikel yang dihasilkan pada selang kepercayaan 95%. Hasil uji lanjut dengan menggunakan Duncan menunjukkan bahwa pada perendaman asam asetat dan air panas berbeda nyata dengan air dingin dan kontrol. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Lampiran 16. dan sidik ragam pada Tabel 10.

Tabel 10. Sidik ragam MOR

Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Sig Perlakuan 3 1211,49 403,83 28,38** 0,000 Galat 8 113,80 14,22 Total Terkoreksi 11 1325,30 * = Berpengaruh nyata

** = Sangat berpengaruh nyata

Nilai MOR yang dihasilkan berdasarkan standar JIS A 5908-2003 nilai modulus patah (MOR) rata-rata papan partikel batang pisang barangan pada semua contoh uji dengan perlakuan perendaman dinyatakan tidak memenuhi standar dengan ketentuan nilai ≥ 80 kg/cm2 (JSA, 2003).

Internal bond (IB)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai IB papan partikel batang pisang barangan yang dihasilkan berkisar 0,35-0,87 kg/cm2. Nilai IB papan terendah, yaitu 0,35 kg/cm2 diperoleh pada papan partikel dengan perendaman air dingin, sedangkan nilai IB tertinggi, yaitu 0,87 kg/cm2 diperoleh pada papan partikel dengan perendaman asam asetat. Hasil pengujian IB papan partikel batang pisang barangan dapat dilihat pada Gambar 9.

Keterangan. a, b, c. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT.

Gambar 9. Grafik IB papan partikel

Berdasarkan Gambar 9 menunjukkan perendaman dengan asam asetat menghasilkan papan partikel dengan nilai IB yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, air panas dan air dingin. Hal ini disebabkan perekat UF mengeras dengan baik pada kondisi asam yang akan berpengaruh pada keteguhan rekat papan partikel. Dengan demikian kekuatan ikatan antar partikel lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, air panas dan air dingin (Nawawi et al. 2005).

0,45ab 0,35a 0,55b 0,87c 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60

Kontrol Air Dingin Air Panas Asam Asetat

Int er na l b o nd ( kg/ cm 2) Perendaman Partikel JIS A 5908-2003 IB ≥ 1,5 kg/cm2

Nilai IB pada setiap perlakuan dipengaruhi oleh zat ekstraktif, semakin tinggi zat ekstraktif maka perekat sulit untuk berpenetrasi dengan partikel karena terhalang oleh zat ekstraktif sehingga daya rekat antar partikel semakin rendah, rata-rata jumlah zat ektraktif dalam perlakuan air panas untuk kontrol 30%,air dingin 25,33%, air panas 15%, asam asetat 10,83, dan jumlah zat ektraktif ddengan perlakuan air dingin untuk control 23,5%, air dingin 29,33%, air panas 13,5%, asam asetat 16%.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perendaman partikel dalam penelitian ini sangat berpengaruh nyata terhadap internal bond papan partikel yang dihasilkan pada selang kepercayaan 95%. Hasil uji lanjut dengan menggunakan Duncan menunjukkan bahwa pada perendaman asam asetat dan air panas berbeda nyata dengan air dingin dan kontrol. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Lampiran 17. dan sidik ragam pada Tabel 11.

Tabel 11. Sidik ragam internal bond

Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Sig Perlakuan 3 0,45 0,151 27,63** 0,000 Galat 8 0,44 0,005 Total Terkoreksi 11 0,49 * = Berpengaruh nyata ** = Sangat berpengaruh nyata

Berdasarkan standar yang dipersyaratkan JIS A 5908-2003 nilai internal bond (IB) rata-rata papan partikel batang pisang barangan pada contoh uji dengan perlakuan perendaman dinyatakan tidak memenuhi standar dengan ketentuan nilai ≥1,5 kg/cm2 (JSA, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan perendaman partikel yang dihasilkan belum optimal.

Dokumen terkait