PENGARUH PERENDAMAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI BATANG PISANG BARANGAN
SKRIPSI
Oleh
Ika Purnama Sari Manik 111201002
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Peneletian : Pengaruh Perendaman Partikel Terhadap Kualitas Papan Partikel Dari Batang Pisang Barangan
Nama : Ika Purnama Sari Manik
NIM : 111201002
Program Studi : Kehutanan
Minat : Teknologi Hasil Hutan
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Tito Sucipto, S.Hut, M.Si Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut, M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRAK
IKA PURNAMA SARI MANIK : Pengaruh Perendaman Partikel Terhadap Kualitas Papan Partikel dari Batang Pisang Barangan. Di bawah bimbingan TITO SUCIPTO dan APRI HERI ISWANTO
Batang pisang merupakan salah satu alternatif subsitusi bahan baku kayu untuk dikembangkan pembuatan papan partikel. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh perendaman partikel batang pisang barangan terhadap kualitas papan partikel dan menentukan perlakuan perendaman partikel yang optimal untuk sifat fisis dan mekanis papan partikel. Perlakuan terhadap partikel meliputi perendaman air dingin selama 24 jam, perendaman air panas 6 jam dan perendaman asam asetat 1% selama 24 jam. Partikel yang sudah dikeringkan dicampur dengan perekat UF pada kadar 12%. Tahap selanjutnya adalah pembentukan lembaran papan dan pengempaan lembaran dengan menggunakan kempa panas pada suhu 120°C tekanan 23 kg/cm2 selama 10 menit. Hasil penelitian menunjukkan nilai kerapatan berkisar antara 0,57-0,64 g/cm3, Kadar air 8,92-11,55%, Daya serap air 124,94-184,94%, Pengembangan tebal 56,90-122,04%, MOE 15646,09-24.549,17 kg/cm2, MOR 36,64-60,38 kg/cm2, IB 0,45-0,87 kg/cm2. Perlakuan perendaman partikel dalam air dingin, air panas, dan asam asetat 1% mampu memperbaiki sifat fisis dan mekanis papan. Perlakuan perendaman partikel dalam asam asetat merupakan perlakuan terbaik untuk meningkatkan stabilitas dimensi papan.
ABSTRACT
IKA PURNAMA SARI MANIK : The Effect Particle Immersing treatment to Quality Particle Board from barangans banana Stem. Supervised by TITO SUCIPTO and APRI HERI ISWANTO.
Banana stem is one of alternative materials to substitute wood for particle board manufacturing. The objective of this research was to evaluated of the effect particle immersing treatment to quality particle board from barangans banana stem and to determine the optimum particle immersing treatment on physical and mechanichal properties particle board. Particle treatment in this research include of immersing in cold water for 24 hours, immersing in hot water 6 hours and immersing in asetat acid 1% for 24 hours.
dried off particle 5% moisture content, the production of batter using UF glue 12%, the formation of sheet that density 0,7 g/cm3 with dimention 25cm x 25cm x 1 cm, hot press in temperature 120°C tension 23 kg/cm2 in 10 minutes, conditioning in 7 days, making example experiment, the physical and mechanichal experiment that refer to JIS A 5908-2003. The results showed that density was 0,57-0,64 g/cm3, moisture content was 8,92-11,55%, water absorption was 124,94-184,94%, thichness swelling was 56,90-122,04%, MOE 15646,09-24.549,17 kg/cm2, MOR 36,64-59,36 kg/cm2, and internal bond was 0,35-0,87 kg/cm2.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tomok pada tanggal 27 November 1992. Penulis merupakan
anak ketiga dari pasangan Larius Manik dan Esmi Sitanggang.
Penulis memulai pendidikan di SD Inpres Tomok pada tahun 1999-2005,
pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Simanindo pada
tahun 2005-2008, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1
Simanindo pada tahun 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis lulus di Program
Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian USU melalui jalur Undangan. Penulis
memilih minat studi Teknologi Hasil Hutan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis merupakan anggota organisasi
Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU. Penulis telah mengikuti Praktik
Pengenalan Ekosistem Hutan di Taman Hutan Rakyat Bukit Barisan dan Hutan
Pendidikan USU pada tahun 2013. Pada tahun 2015 penulis juga telah
menyelesaikan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Inhutani I Batu Ampar,
Balikpapan, Kalimantan Timur. Pada akhir tahun 2014 penulis melaksanakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Perendaman Partikel Terhadap Kualitas Papan
Partikel dari Batang Pisang Barangan” di bawah bimbingan Tito Sucipto, S.Hut.,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Perendaman Partikel Terhadap
Kualitas Papan Partikel dari Batang Pisang Barangan”.
Skripsi ini berisi tentang pembuatan papan partikel dari batang pisang
barangan dengan perlakuan perendaman (air dingin, air panas, dan asam asetat).
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh perendaman partikel batang
pisang barangan terhadap kualitas papan partikel dan menentukan perlakuan
perendaman partikel yang optimal.
Selama pembuatan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyatakan terimakasih kepada:
1. Ayah dan ibu tercinta Larius Manik dan Esmi Sitanggang yang selalu
memberikan dukungan, doa, kasih sayang serta memberi motivasi untuk tetap
semangat kepada penulis
2. Bapak Tito Sucipto S.Hut., M.Si., dan Bapak Dr. Apri Heri Iswanto,
S.Hut,M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Kakak, abang dan adk tercinta yaitu Feronika Manik, Rosalina Manik,
Romantap Sihaloho, Romada Manik yang telah memberi motivasi untuk
tetap semangat kepada penulis.
5. Teman-teman tercinta yaitu Indah Sihombing, Surianty Saragih, bg Nicho
Siregar, Sehat Pasaribu, Yonri Situmorang, Shanty Sianturi, Swesti Nadeak,
Gabriella Ginting yang telah memberi motivasi untuk tetap semangat kepada
penulis.
6. Teman-teman satu kost yaitu Ria Sianipar, Riris Situmorang, Siska
Situmorang, Citra Siallagan, Martha Panggabean, Tari, Ita br Barus dan Sari
yang telah memberi motivasi untuk tetap semangat kepada penulis.
7. Teman-teman Kehutanan ‘011 yaitu Idris, Jonny Hutabarat, Samuel Sirait,
Champion, Evan Aritonang, Sabar Hutasoit dan teman-teman teknologi hasil
hutan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Medan, Oktober 2015
DAFTAR ISI
Halaman.
ABSTRAK ... i
ABSTRACT………. ii
RIWAYAT HIDUP……… iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ………... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 4
Manfaat Penelitian ... 4
Hipotesis ……….. 4
TINJAUAN PUSTAKA Pisang Barangan ... 5
Papan Partikel ... 7
Perlakuan Perendaman ... 11
Perekat Urea Formaldehida ... 13
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 15
Bahan dan Alat ... 15
Prosedur Penelitian ... 15
Pengujian Sifat Fisis ... 18
Kerapatan ... 18
Kadar Air ... 19
Daya Serap Air ... 19
Pengembangan Tebal ... 20
Pengujian Sifat Mekanis ... 20
Modulus Lentur atau Modulus of Elasticity (MOE) ... 20
Modulus Patah atau Modulus of Rupture (MOR) ... 21
internal bond ……… 22
Analisis data ... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisis Papan Partikel ... 25
Kerapatan ... 25
Daya Serap Air ... 29
Pengembangan Tebal ... 31
Sifat Mekanis Papan Partikel ... 34
Modulus of Elasticity (MOE) ... 34
Modulus of Rupture (MOR) ... 36
internal Bond (IB) ... 37
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 40
Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
DAFTAR TABEL
No. Halaman.
2. Komponen kimia beberapa serat penting ... 6
3. Sifat mekanis beberapa serat penting ... 6
4. Data luas panen, produktivitas dan produksi tanaman pisang tahun 2007 ... 7
5. Standar Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel ... 22
6. Sidik ragam kerapatan papan partikel ……….. 26
7. Sidik ragam kadar air papan partikel ……….. 29
8. Sidik ragam daya serap air papan partikel ………... 31
9. Sidik ragam pengembangan tebal papan partikel ……… 33
10. Sidik ragam MOE papan partikel ………. 35
11. Sidik ragam MOR papan partikel ……… 37
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman.
1. Pola pemotongan untuk sampel uji fisis dan mekanis papan ... 18
2. Bagan alir penelitian ... 24
3. Grafik rata-rata kerapatan papan partikel ... 26
4. Grafik rata-rata kadar air papan partikel ... 27
5. Grafik rata-rata daya serap air papan partikel ... 30
6. Grafik rata-rata pengembangan tebal papan partikel ... 32
7. Grafik rata-rata modulus lentur (MOE) papan partikel ... 34
8. Grafik rata-rata modulus patah (MOR) papan partikel ... 36
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman.
1. Perhitungan bahan baku papan partikel batang pisang barangan... 44
2. Rekapitulasi hasil kadar air papan partikel ... 45
3. Rekapitulasi hasil kerapatan papan partikel ………... 46
4. Rekapitulasi hasil daya serap air papan partikel ... 47
5. Rekapitulasi hasil pengembangan tebal papan partikel ... 48
6. Rekapitulasi hasil MOE papan partikel ... 49
7. Rekapitulasi hasil MOR papan partikel ... 50
8. Rekapitulasi hasil internal bond papan partikel ... 51
9. Hasil uji Duncan untuk kerapatan ……… 52
10. Hasil uji Duncan untuk kadar air ……… 52
11. Hasil uji Duncan untuk daya serap air ……… 53
14. Hasil uji Duncan untuk pengembangan tebal ………. 53
15. Hasil uji Duncan untuk MOE ………. 54
16. Hasil uji Duncan untuk MOR ………. 54
17. Hasil uji Duncan untuk internal bond ……… 54
ABSTRAK
IKA PURNAMA SARI MANIK : Pengaruh Perendaman Partikel Terhadap Kualitas Papan Partikel dari Batang Pisang Barangan. Di bawah bimbingan TITO SUCIPTO dan APRI HERI ISWANTO
Batang pisang merupakan salah satu alternatif subsitusi bahan baku kayu untuk dikembangkan pembuatan papan partikel. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh perendaman partikel batang pisang barangan terhadap kualitas papan partikel dan menentukan perlakuan perendaman partikel yang optimal untuk sifat fisis dan mekanis papan partikel. Perlakuan terhadap partikel meliputi perendaman air dingin selama 24 jam, perendaman air panas 6 jam dan perendaman asam asetat 1% selama 24 jam. Partikel yang sudah dikeringkan dicampur dengan perekat UF pada kadar 12%. Tahap selanjutnya adalah pembentukan lembaran papan dan pengempaan lembaran dengan menggunakan kempa panas pada suhu 120°C tekanan 23 kg/cm2 selama 10 menit. Hasil penelitian menunjukkan nilai kerapatan berkisar antara 0,57-0,64 g/cm3, Kadar air 8,92-11,55%, Daya serap air 124,94-184,94%, Pengembangan tebal 56,90-122,04%, MOE 15646,09-24.549,17 kg/cm2, MOR 36,64-60,38 kg/cm2, IB 0,45-0,87 kg/cm2. Perlakuan perendaman partikel dalam air dingin, air panas, dan asam asetat 1% mampu memperbaiki sifat fisis dan mekanis papan. Perlakuan perendaman partikel dalam asam asetat merupakan perlakuan terbaik untuk meningkatkan stabilitas dimensi papan.
ABSTRACT
IKA PURNAMA SARI MANIK : The Effect Particle Immersing treatment to Quality Particle Board from barangans banana Stem. Supervised by TITO SUCIPTO and APRI HERI ISWANTO.
Banana stem is one of alternative materials to substitute wood for particle board manufacturing. The objective of this research was to evaluated of the effect particle immersing treatment to quality particle board from barangans banana stem and to determine the optimum particle immersing treatment on physical and mechanichal properties particle board. Particle treatment in this research include of immersing in cold water for 24 hours, immersing in hot water 6 hours and immersing in asetat acid 1% for 24 hours.
dried off particle 5% moisture content, the production of batter using UF glue 12%, the formation of sheet that density 0,7 g/cm3 with dimention 25cm x 25cm x 1 cm, hot press in temperature 120°C tension 23 kg/cm2 in 10 minutes, conditioning in 7 days, making example experiment, the physical and mechanichal experiment that refer to JIS A 5908-2003. The results showed that density was 0,57-0,64 g/cm3, moisture content was 8,92-11,55%, water absorption was 124,94-184,94%, thichness swelling was 56,90-122,04%, MOE 15646,09-24.549,17 kg/cm2, MOR 36,64-59,36 kg/cm2, and internal bond was 0,35-0,87 kg/cm2.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beberapa dekade terakhir, kebutuhan kayu mengalami peningkatan yang
cukup signifikan, sementara persediaan kayu terbatas. Data Kementerian
Kehutanan (2012) menjelaskan bahwa produksi kayu bulat tahun 2007 sebanyak
10,83 juta m3 dan mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 5,69 juta m3.
Hal ini disebabkan ketidakseimbangan antara persediaan kayu sebagai bahan baku
dengan pemakaiannya dalam kehidupan masyarakat baik untuk kontruksi,
perabotan rumah tangga, furniture dan lain-lain. Oleh karena itu perlu dicari
bahan baku alternatif untuk industri pengolahan kayu. Pisang barangan
merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut.
Pemanfaatan pisang barangan untuk papan partikel dapat mengurangi permintaan
kayu untuk industri papan partikel.
Pisang barangan (Musa paradisiaca sapientum L) merupakan salah satu
komoditas buah unggulan nasional. Pisang sebagai salah satu di antara tanaman
buah-buahan memang merupakan tanaman asli Indonesia. Hampir di setiap
wilayah banyak dijumpai tanaman ini. Sebenarnya jika tanaman Pisang barangan
dibudidayakan secara komersial, keuntungannya tidak kalah dengan komoditi lain
mengingat buah ini sudah diekspor (Satuhu, 2006).
Batang pisang merupakan limbah pertanian potensial yang belum banyak
dimanfaatkan. Pada tahun 2007 produksi buah pisang mencapai 5,454 juta ton
Rahman (2010) dalam Lisnurani (2010) menyatakan bahwa perbandingan bobot
segar antara batang, daun, dan buah pisang berturut-turut adalah 63%, 14%, dan
14,939 juta ton pada tahun yang sama dan batang pisang memiliki berat jenis 0,29
g/cm3 dengan ukuran panjang serat 4,20 – 5,46 mm dan kandungan lignin
33,51%. Dilihat dari anatomi seratnya, batang pisang memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi bahan baku produk papan serat. Pernyataan ini juga
didukung oleh Lisnawati (2000) dalam Lisnurani (2010) yang menyatakan bahwa
batang pisang mempunyai potensi serat yang berkualitas baik, sehingga
merupakan salah satu alternatif bahan baku potensial untuk pembuatan papan
partikel dan papan serat.
Perkembangan teknologi papan komposit mendorong banyak penelitian
seputar pemanfaatan limbah perkayuan atau perkebunan dilakukan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas papan komposit dalam rangka
efisiensi penggunaan kayu bulat berdiameter besar dan berkualitas yang
ketersediaannya semakin terbatas. Batang pisang adalah salah satu limbah
perkebunan yang memenuhi syarat utama sebagai bahan baku papan komposit
karena mengandung bahan berlignoselulosa.
Penelitian papan partikel dari batang pisang telah dilakukan seperti
pengembangan teknologi papan komposit dari limbah batang pisang : sifat fisis
dan mekanis papan pada berbagai kadar perekat dan parafin (Hendrasetiafitri,
2002), pemanfaatan batang pisang sebagai bahan baku papan serat dengan
perlakuan termo-mekanis (Nurrani, 2010), pengaruh ketebalan serat pelepah
pisang kepok terhadap sifat fisis mekanik material komposit poliester-serat
(Nopriantina, 2013 ).
Papan partikel merupakan salah satu produk dari upaya pengembangan
(1991) mengemukakan bahwa papan partikel adalah produk komposit yang dibuat
dengan merekatkan partikel berupa potongan kayu yang kecil atau material lain
yang mengandung lignoselulosa. Dengan kata lain bahwa semua bahan
belignoselulosa dapat dipergunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan papan
partikel
Pisang memiliki kandungan zat ekstraktif terutama gula atau pati sehingga
dapat menghambat proses perekatan dan menurunkan sifat papan partikel yang
dihasilkan. Menurut Maloney (1993), zat ekstraktif berpengaruh terhadap
konsumsi perekat, laju pengerasan perekat dan daya tahan papan partikel yang
dihasilkannya. Perendaman partikel merupakan perlakuan yang cukup efektif
untuk mengurangi kandungan zat ekstraktif.
Penelitian tentang papan partikel dari batang pisang barangan belum
pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Perendaman Partikel Terhadap Kualitas Papan Partikel dari
Batang Pisang Barangan (Musa paradisiaca sapientum L)”. Diharapkan dengan
penelitian ini dapat memanfaatkan batang pisang yang terbuang menjadi berguna.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengevaluasi pengaruh perendaman partikel batang pisang barangan
(Musa Paradisiaca sapientum L)”terhadap kualitas papan partikel.
2. Menentukan perlakuan perendaman partikel yang optimal untuk sifat fisis
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memanfaatkan limbah batang pisang
barangan sebagai bahan baku papan partikel
Hipotesis
Perlakuan perendaman partikel batang pisang barangan berpengaruh
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Pisang Barangan
Sistematika tanaman atau Taksonomi tanaman pisang barangan
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo : Musales
Familia : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa Paradisiaca sapientum L
Pisang barangan ini berasal dari Medan, Sumatera Utara. Kulit buahnya
agak tebal, bentuk buahnya melengkung dengan ujung menbulat. Produksi
buahnya antara 100 – 150 buah per pohon. Bobot rata-rata setiap buahnya sekitar
100 g.
Pisangan barangan sangat terkenal sebagai pisang meja. Panjang buah
12-18 cm dan diameter 3-4 cm. Warna kulit buah kuning kemerahan dengan bintik-
bintik coklat. Warna daging buah agak orange. Rasa daging buah enak dengan
rasa agak manis dan sedikit asam dan aromanya harum. Pohon pisang barangan
berakar rimpang dan dan tidak mempunyai akar tunggang. Akar ini berpangkal
pada umbi batang. Akar terbanyak berada di bagian bawah tanah. Batang pisang
sebenarnya terletak dalam tanah berupa umbi batang. Dibagian atas umbi batang
bunga pisang (jantung), sedangkan yang berdiri tegak diatas tanah yang biasanya
dianggap batang itu adalah batang semu. Batang semu ini terbentuk dari pelepah
daun panjang yang saling menelangkup dengan menutupi dengan kuat dan
kompak sehingga bisa berdiri tegak seperti batang tanaman (Satuhu, 2006).
Menurut Purseglove (1972) dalam Hendrasetiafitri. (2002), menyatakan
bahwa sehabis di tebang batang pisang bisa mempunyai berat mencapai lebih dari
27 kg mengandung 93% air dan 1,5-3% serat. Serat tersebut mengandung sekitar
63% selulosa, 20% hemiselulosa dan sekitar 5% lignin.
Tabel 1. Komponen kimia beberapa serat penting
Fiber Lignin (%) Selulosa (%) Hemiselulosa AshContent
Tandan kosong sawit 19 65 - 2
Serat mesocarp sawit 11 60 - 3
Sabut 40-50 32-43 0,15-0,25 - Pisang 5 63-64 19 - Daun nanas 12,7 81,5 - - Sumber: Sreekala et.al (1997)
Sifat mekanis serat pisang apabila dibandingkan dengan serat penting
lainnya ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Sifat mekanis beberapa serat penting
Fiber Tensile strength (MPa) Elongation (%) Tuoghness (MPa)
Sisal 580 4,3 1,200
Daun nanas 640 2,4 970
Pisang 540 3 816
Sabut 140 25 3,200
Sumber: Sreekala et.al (1997)
Potensi sektor pertanian khususnya hortikultura cukup besar bagi
masyarakat di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Lahan Hortikultura yang
diusahakan di kecamatan ini didominasi oleh pisang terutama pisang
Tabel 3. Data Luas Panen, Produktifitas dan Produksi Tanaman Pisang Tahun 2007
No. Kabupaten/Kota Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha)
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008
Papan Partikel
Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel
kayu terbuat dari partikel- partikel kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa
lainnya yang diikat dengan perekat atau bahan pengikat lainnya kemudian
dikempa panas (Maloney, 1993). Menurut Dewan Standarisasi Nasional (DSN,
1996) dalam SNI 03-2105-1996 papan partikel merupakan produk kayu yang
dihasilkan dari hasil pengempaan panas antara campuran partikel kayu atau
berlignoselulosa lainnya dengan perekat organic serta bahan pelengkap lainnya
dibuat dengan cara pengempaan mendatar dengan dua lempeng mendatar
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu papan partikel adalah sebagai
1. Berat jenis kayu
Perbandingan antara kerapatan atau berat jenis papan partikel dengan berat jenis
kayu harus lebih dari satu, yaitu lebih dari 1,3 agar mutu papan partikelnya baik.
Pada keadaan tersebut proses pengempaan berjalan optimal sehingga kontak antar
partikel baik.
2. Zat ekstrktif kayu
Kayu yang berminyak akan menghasilkan papan partikel yang kurang baik
dibandingkan dengan papan partikel yang tidak berminyak. Zat ektraktif seperti
itu akan mengganggu proses perekatan.
3. Jenis kayu
Jenis kayu (misalnya Meranti kuning) yang kalau dibuat papan partikel emisi
formaldehidanya lebih tinggi dari jenis lain (misalnya meranti merah).
4. Jenis campuran kayu
Keteguhan lentur papan partikel dari campuran jenis kayu ada diantara keteguhan
lentur papan partikel dari jenis tunggalnya, karena itu papan partikel struktural
lebih baik dibuat dari satu jenis kayu dari pada campuran jenis kayu.
5. Ukuran partikel
Papan partikel yang dibuat dari tatal akan lebih baik daripada yang dibuat dari
serbuk kayu karena ukuran tatal lebih besar daripada serbuk. Karena itu, papan
partikel struktural dibuat dari partikel yang relatif panjang dan relatif lebar.
6. Kulit kayu
Makin banyak kulit kayu dalam partikel kayu sifat papan partikelnya makin
kurang baik karena kulit kayu akan mengganggu proses perekat antar partikel.
7. Perekat
Macam partikel yang dipakai mempengaruhi sifat papan partikel. Penggunaan
perekat eksterior akan menghasilkan papan partikel eksterior sedangkan
pemakaian perekat interior akan menghasilkan papan partikel interior. Walaupun
demikian, masih mungkin terjadi penyimpangan, misalnya karena ada perbedaan
dalam komposisi perekat dan terdapat banyak sifat papan partikel. Sebagai
contoh, penggunaan perekat Urea Formaldehida yang kadar formaldehidanya
tinggi akan menghasilkan papan partikel yang keteguhan lentur dan keteguhan
rekat internalnya lebih baik tetapi emisi formaldehidanya lebih jelek.
8. Pengolahan
Proses produksi papan partikel berlangsung secara otomatis. Walaupun demikian,
masih mungkin terjadi penyimpangan yang dapat mengurangi mutu papan
partikel. Sebagai contoh hamparan (campuran partikel dengan perekat) yang
optimum adalah 10-14% bila terlalu tinggi keteguhan lentur dan keteguhan rekat
internal papan partikel akan menurun.
Maloney (1993) dalam Hendrasetiafitri (2002) membedakan papan
partikel berdasarkan ukuran partikel dalam pembentukan lembaran menjadi tiga
macam, yaitu:
a. Papan partikel homogen (Single-Layer Particleboard). Papan jenis ini tidak
memiliki perbedaan ukuran partikel pada bagian tengah ataupun permukaan.
b. Papan partikel berlapis tiga (Three-Layer Particleboard). Papan jenis ini
c. Papan partikel bertingkat berlapis tiga (Graduated Three-Layers
Particleboard). Papan jenis ini mempunyai ukuran partikel dan kerapatan
yang berbeda antara bagian permukaan dan bagian tengahnya.
Dikemukakan juga bahwa berdasarkan kerapatannya, papan partikel dapat
dibagi kedalam 3 golongan yaitu: a. Papan partikel berkerapatan rendah (Low
Density Particleboard), yaitu papan mempunyai kerapatan kurang dari 0,4 g/cm3.
b. Papan partikel berkerapatan sedang (Medium Density Particle), yaitu papan
partikel yang mempunyai kerapatan antara 0,4-0,8 g/cm3. c. Papan partikel
berkerapatan tinggi (Hight Density Particleboard), yaitu papan partikel yang
mempunyai kerapatan lebih dari 0,8 g/cm3.
Menurut Haygreen dan Bowyer (1996) tiga ciri utama papan yang
menentukan sifat-sifatnya adalah sebagai berikut:
1. Spesies dan Bentuk Partikel
Sifat yang diinginkan dari partikel berbentuk serpih untuk kekuatan dan
partikel-partikel halus untuk permukaan yang licin. Aspek terpenting bentuk
partikel ialah panjang partikel dan nisbah tebal ke panjang.
2. Kerapatan Papan dan Profil Kerapatan
Semakin tinggi kerapatan menyeluruh papan dari suatu bahan baku tertentu,
semakin tinggi kekuatannya. Tetapi, sifat-sifat papan lain seperti kestabilan
dimensi mungkin terpengaruh jelek oleh naiknya kerapatan. Untuk memproduksi
papan dengan keteguhan lengkung setinggi mungkin pada setiap kerapatan
menyeluruh tertentu, papan dengan permukaan yang lebih rapat daripada intinya
lebih disukai. Variasi kerapatan di seluruh tebal papan disebut profil kerapatan.
Semakin banyak resin digunakan dalam suatu papan, semakin kuat dan
semakin stabil dimensi papannya. Namun, untuk alasan-alasan ekonomis tidak
diinginkan untuk menggunakan jumlah resin yang lebih banyak daripada yang
diperlukan untuk memperoleh sifat-sifat yang diinginkan. Secara normal,
kandungan resin papan berperekat urea bervariasi dari 6 sampai 10% atas dasar
berat resin padat.
Perlakuan Perendaman
Gula atau zat ektraktif lainnya dapat mengurangi keteguhan rekat karena
dapat menghalangi perekat untuk bereaksi dengan komponen dalam dinding sel
seperti kayu seperti selulosa. Makin banyak zat ekstraktif dalam suatu kayu,
makin banyak pula pengarunya terhadap keteguhan rekat. Salah satu cara untuk
mengurangi zat ekstraktif ini adalah dengan cara perendaman (Sutigno, 2000).
Zat ekstraktif berpengaruh terhadap konsumsi perekat, laju pengerasan
perekat dan daya tahan papan partikel yang dihasilkannya. Selain itu bahan yang
dapat menguap dapat menyebabkan terjadinya blowing atau deliminasi pada
proses pengempaan (Maloney, 1993).
Perendaman partikel berpengaruh positif pada pengembangan papan
partikel yaitu, semakin lama partikel kayu direndam air dingin semakin rendah
pengembangan tebal papan partikel yang dihasilkan. Hal ini berhubungan dengan
kadar ekstraktif yaitu dengan adanya perlakuan perendaman partikel kayu didalam
air dingin melarutkan sebagian zat ekstraktif yang mengakibtkan daya rekatnya
Perendaman dalam air dingin selama 24 jam sudah cukup untuk
mengeluarkan dan melarutkan beberapa senyawaan dalam kayu. Kelarutan dengan
air panas dapat menimbulkan hidrolisis beberapa lignin dan resin. Kelarutan
dalam air panas tersebut akan menghasilkan asam organik bebas. Sifat tersebut
menyebabkan bagian yang larut dalam air panas selalu lebih besar daripada dalam
air dingin (Riyadi, 2004).
Saputra (2004) dalam Iswanto et al. (2007) menyatakan dengan
menggunakan air panas, dapat larut zat-zat seperti getah, lilin, pektin, zat warna
dan protein selain itu, zat ekstraktif yang larut dalam air panas meliputi
garam-garam anorganik, garam-garam-garam-garam organik, gula siklotot, gum pektin, galaktan, tanin,
pigmen, polisakarida dan komponen lain yang terhidrolisis. Hadi (1988)
mengemukakan bahwa perendaman panas sangat berpengaruh positif terhadap
stabilitas dimensi papan partikel.
Iswanto et al. (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh perendaman
partikel terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel dari ampas tebu, hasil
analisis menunjukkan bahwa Papan partikel terbaik dari hasil penelitian ini adalah
papan yang dihasilkan dari perlakuan perendaman partikel dalam air panas selama
2 jam. Hasil pengujian papan partikel telah memenuhi standar JIS A 5908-2003
dan SNI 03- 2105-1996, kecuali untuk nilai Modulus of Elasticit dan kuat pegang
sekrup masih di bawah standar yang dipersyaratkan.
Perendaman partikel dalam larutan asam lemah, misalnya asam asetat,
diduga dapat melarutkan sebagian zat ekstraktif dan menghasilkan partikel
berkondisi asam yang sesuai dengan kondisi untuk pematangan perekat UF.
sehingga mendukung keberhasilan proses perekatan dan kondisi partikel yang
bersifat asam akan menghasilkan pengerasan perekat.
Perendaman asam asetat melarutkan zat ekstraktif terutama pati yang
bersifat polihidroksi atau bersifat higroskopis. Akibat kehilangan zat ekstraktif
tersebut maka sifat higroskopis papan rendah, sehingga PT juga menjadi rendah.
Selain itu, kelarutan zat ekstraktif menyebabakan perekat lebih mudah masuk
kedalam rongga partikel sehingga papan yang dihasilkan lebih padat. Pasaribu
(1987) menyatakan struktur papan yang lebih padat akan menyerap air dari
lingkungan lebih sedikit dibanding struktur lembaran yang kurang padat, sehingga
PT papan partikel, semen akan lebih rendah.
Fengel dan Wegener (1984) menyatakan bahwa suasana asam akan
menghidrolisis polisakarida kayu termasuk didalamnya selulosa dan hemiselulosa.
Tingginya keasaman juga dapat menyerang komponen kayu tersebut, sehingga
berkurangnya daya tahan kayu, kekuatan kayu, dan bertambahnya kerusakan
kayu. Pengempaan pada kondisi partikel yang asam dan tidak diiringi dengan
penurunan suhu kempa menyebabkan penurunan kekuatan ikatan pada garis rekat.
Perekat Urea Formaldehida
Saat ini, urea formaldehida (UF) merupakan jenis perekat yang paling
banyak digunakan pada pembuatan papan partikel dan produk panel lainnya. Hal
ini karena harganya yang lebih murah, juga memiliki sifat pengerasan yang lebih
cepat dibandingkan fenol formaldehida pada suhu yang sama. Penggunaan UF
menyebabkan pencemaran pada udara, mulai dari bau yang kurang enak sampai
terjadinya gangguan kesehatan (Sutigno, 2000).
Urea formaldehida (UF) termasuk salah satu perekat termosetting hasil
reaksi kondensasi dan polimerisasi antara urea dan formaldehid. Rendahnya harga
perekat, cepatnya pengerasan dibandingkan PF pada suhu yang sama, dan
pembentukan garis retak (glue line) yang tak berwarna menyebabkan perekat ini
menguntungkan dalam industri kayu lapis dan papan partikel (Achmadi, 1990).
Penggunaan perekat pada suhu dingin, laju kerusakan struktur perekat
sangat lambat tetapi pada suhu diatas 40°C kerusakan perekat dipercepat
sedangkan diatas 60°C kerusakan sangat cepat. Kebutuhan perekat UF untuk
pembuatan papan partikel berkisar 6-12 %. Dengan perekat UF, suhu inti pada
lembaran papan partikel sekitar 100°C diperlukan untuk pematangan akhir.
Semakin banyak resin digunakan dalam suatu papan, semakin kuat dan
semakin stabil dimensi papannya. Namun, untuk alasan- alasan ekonomis tidak
diinginkan untuk menggunakan jumlah resin yang lebih banyak daripada yang
diperlukan untuk memperoleh sifat-sifat yang diiginkan. Secara normal,
kandungan resin papan berperekat urea bervariasi dari 6 smpai 10% atas dasar
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Perendaman Partikel Terhadap
Kualitas Papan Partikel Dari Batang Pisang Barangan“ ini dilaksanakan pada
bulan November 2014 – Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Work Shop (WS)
dan Laboratorium Teknologi Hasil Hutan (THH) Program Studi Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara dan pengujian sifat mekanis
papan dilaksanakan di Laboratorium Keteknikan Kayu, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kempa panas, oven,
timbangan elektrik, plat besi berukuran 25 cm x 25 cm x 1 cm, alumunium foil,
blender drum, sprayer gun, kertas label, ember plastik, kompor, kuali, kantong
plastik, kaliper, parang, kamera digital, kalkulator, alat tulis,dan UTM (Universal
Testing Machine). Sedangkan bahan yang digunakan adalah batang pisang
barangan (Musa Paradisiaca sapientum L) dan perekat urea formaldehida.
Prosedur Penelitian 1. Persiapan bahan baku
Persiapan bahan baku yang dilakukan adalah dengan memilih batang pisang
yang tidak produktif dan ditebang dari permukaan tanah dengan parang. Batang
kulitnya yang sudah kering. Partikel batang pisang dicacah menjadi partikel
dengan ukuran ±3 cm secara manual kemudian dikering udarakan.
2. Perendaman Partikel
Partikel batang pisang diberikan perlakuan pendahuluan yaitu tanpa
perendaman (kontrol), perendaman dalam air panas selama 6 jam dan suhunya
dibiarkan turun, perendaman dalam air dingin selama 24 jam dan perendaman
dalam asam asetat. Setelah direndam partikel dikering sampai kadar air 5 %.
Kebutuhan berat komposisi dari masing-masing bahan baku untuk membuat 1
buah papan partikel yaitu jumlah partikel 430 gr dan jumlah perekat 83,33 gr.
3. Pengujian pH dan kelarutan ekstraktif dalam air panas dan air dingin
Serbuk pisang ditambah aquades dengan perbandingan 1:10 (5 gram
serbuk: 50 ml aquades), selanjutnya serbuk dan aquades dipanaskan pada suhu
800C selama satu jam. Tahap berikutnya sampel disaring dengan menggunakan
kertas saring dan ekstra siap untuk diukur pH.
Penentuan kelarutan ekstraktif dalam air panas dilakukan penimbangan
serbuk sebanyak 2±0.1 gram, kemudian serbuk dimasukkan kedalam gelas piala
400 ml. Sebanyak 100 ml air panas dimasukkan kedalam gelas piala yang telah
berisi serbuk, kemudian dipanaskan diatas penangas selama 3 jam. Larutan
tersebut disaring selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 105±30C selama
4 jam atau sampai beratnya konstan, sampel didinginkan selanjutnya ditimbang
beratnya.
Penentuan kelarutan ekstraktif dalam air dingin dilakukan penimbangan
serbuk sebanyak 2 gram, kemudian dimasukkan kedalam gelas piala 400 ml dan
larutan tersebut disaring dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105±30C selama
4 jam atau sampai beratnya konstan, sampel didinginkan selanjutnya ditimbang
beratnya.
4. Pembuatan adonan
Semua bahan-bahan dasar yang dibutuhkan untuk pembuatan adonan
(furnish) harus ditimbang secara seksama. Lalu partikel batang pisang
dimasukkan ke dalam drum dan dimasukkan perekat UF sebanyak 12 % ke
dalam sprayer gun dan perekat diaplikasikan dengan cara di semprot mengacu
pada penelitan Sinulingga (2009).
5. Pembentukan Lembaran
Papan partikel yang telah dicampur dengan perekat dimasukkan kedalam
alat pencetak lembaran. Pembentukan lembaran dilakukan dengan menggunakan
cetakan berkuran 25 cm x 25 cm x 1 cm.
6. Pengempaan Panas
Setelah adonan masuk ke dalam cetakan, selanjutnya dilakukan
pengepresan menggunakan kempa panas pada suhu 120°C, tekanan 23 kg/cm2
selama 10 menit mengacu pada penelitian Iswanto, (2007 ).
7. Pengkondisian
Setelah selesai pengepresan, lembaran papan yang dihasilkan dilakukan
pengkondisian selama satu minggu untuk mencapai distribusi kadar air yang
seragam dan melepaskan tegangan sisa akibat pengempaan.
8. Pembuatan contoh uji
Pola pemotongan contoh uji untuk pengujian sifat fisis dan mekanik
Gambar 1. Pola pemotongan contoh uji papan partikel
Keterangan :
A : contoh uji untuk kadar air dan kerapatan (10 cm x 10 cm x 1 cm ) B : contoh uji daya serap air dan pengembangan tebal (5 cm x 5 cm x 1 cm) C : contoh uji keteguhan rekat internal (5 cm x 5 cm x 1 cm)
D : contoh uji untuk MOE dan MOR (20 cm x 5 cm x 1 cm
Pengujian sifat fisis 1. Kerapatan
Kerapatan menunjukkan perbandingan antara massa atau berat benda
terhadap volumenya. Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi kering udara.
Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm x 1 cm ditimbang beratnya, lalu diukur
rata-rata panjang, lebar dan tebalnya untuk menentukan volume contoh uji. Nilai
kerapatan contoh uji dihitung dengan rumus:
Keterangan:
ρ = kerapatan (g/cm³)
B = berat contoh uji kering udara (gram) V = volume contoh uji kering udara (cm³)
= ρ
V B D
2. Kadar air
Kadar air menunjukkan besarnya kandungan air di dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Penetapan kadar air papan partikel dilakukan dengan
menghitung selisih berat awal (B0) dan berat kering oven (B1) setelah dikeringkan
dalam oven selama 24 jam pada suhu (103±2)ºC. Pengukuran berat kering oven
papan partikel dilakukan sampai beratnya konstan. Contoh uji berukuran 10 cm x
10 cm x 1 cm. Nilai kadar air papan partikel dihitung dengan rumus:
Keterangan :
KA = kadar air papan (%) B0 = berat awal (gram)
B1 = berat kering oven (gram)
3. Pengembangan tebal
Pengembangan tebal merupakan besarnya nilai pertambahan tebal dari
papan, setelah direndam dalam air. Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm x 1 cm.
Pengembangan tebal didasarkan pada tebal papan sebelum perendaman (T1)
dalam kondisi kering udara dan tebal papan setelah perendaman (T2) dalam air
dingin selama 2 jam dan 24 jam.
Adapun prosedur pengukuran pengembangan tebal yaitu diukur tebal pada
papan sebelum perendaman (T1) kemudian diukur tebal papan setelah perendaman
selama 2 jam kemudian 24 jam (T2)
Pengukuran tebal papan dilakukan pada keempat sudut dan dirata-ratakan.
Nilai pengembangan tebal dihitung dengan rumus:
KA (%) = 100
1 1
0 − ×
B B B
TS (%) = 100
1 1
2 x
T T
Keterangan :
TS = pengembangan tebal (%)
T1 = tebal papan sebelum perendaman (cm) T2 = tebal papan setelah perendaman (cm)
4. Daya serap air
Daya serap air merupakan kemampuan papan untuk menyerap air dalam
jangka waktu tertentu. Daya serap air papan dilakukan dengan mengukur selisih
berat contoh uji sebelum dan setelah perendaman dalam air dingin selama 2 jam
dan 24 jam.
Adapun prosedur daya serap air yaitu ditimbang papan yang berukuran 5
cm x 5 cm x 1 cm sebelum perendaman (B1) kemudian ditimbang papan yang
berukuran 5 cm x 5 cm x 1 cm setelah perendaman selama 2 jam serta 24 jam (B2)
Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm x 1 cm. Nilai daya serap air tersebut
dihitung dengan rumus:
Keterangan:
DSA = daya serap air (%)
B1 = berat contoh uji sebelum perendaman (gram) B2 = berat contoh uji setelah perendaman (gram)
Pengujian sifat mekanis 1. Keteguhan lentur
Modulus of Elasticity (MOE) menunjukkan ukuran ketahanan papan
menahan beban dalam batas proporsi (sebelum patah). Pengujian MOE
dilaksanakan bersamaan dengan pengujian modulus patah (MOR) dengan
DSA(%) = 100
1 1 2
x B
menggunakan Universal Testing Machine. Sifat ini sangat penting jika papan
digunakan sebagai bahan konstruksi. Contoh uji berukuran 20 cm x 5 cm x 1 cm.
Nilai MOE dihitung dengan rumus:
Keterangan :
MOE = keteguhan lentur (kg/cm2)
ΔP = beban sebelum batas proporsi (kg) L = jarak sangga (cm)
ΔY = lenturan pada beban sebelum batas proporsi (cm) b = lebar contoh uji (cm)
h = tebal contoh uji (cm)
3. Keteguhan patah
Contoh uji berukuran 20 cm x 5 cm x 1 cm. Pengujian keteguhan patah
(MOR) dilakukan dengan menggunakan Universal Testing Machine dengan
lebar bentang (jarak penyangga) 15 kali tebal nominal, tetapi tidak kurang dari 15
cm. Nilai MOR dihitung dengan rumus
Keterangan:
MOR = keteguhan patah (kg/cm2) P = beban maksimum (kg) L = jarak sangga (cm) b = lebar contoh uji (cm) h = tebal contoh uji (cm)
2
2 3
bh PL
MOR=
Y bh
PL MOE
∆ ∆ = 3 3
3. Keteguhan rekat internal
Keteguhan rekat internal (internal bond) diperoleh dengan cara merekatkan
kedua permukaan contoh uji pada balok besi kemudian balok besi tersebut ditarik
secara berlawanan sampai pada beban maksimum (P), dihitung panjang dan lebar
contoh uji dan dihitung juga luas permukaannya (A). Contoh uji berukuran 5 cm x
5 cm x 1 cm. Keteguhan rekat contoh uji dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
Keterangan:
IB = keteguhan rekat (kg/cm2)
P = gaya maksimum yang bekerja (kg) A = luas permukaan contoh uji (cm2)
Standard yang ingin dicapai pada pada penelitian ini adalah SNI
03-2105-1996 dan JIS A 5908-2003 sesuai dengan Tabel 4.
Tabel 4. Standard pengujian sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel
No. Sifat Fisis dan Mekanis SNI 03-2105-1996 JIS A 5908-2003
1 Kerapatan (gr/cm3) 0,5-0,9 0,4-0,9
2 Kadar Air (%) <14 5-13
3 Daya Serap Air (%) - -
4 Pengembangan Tebal (%) Maks 12 Maks 12
5 MOR (kg/cm2) Min 80 Min 80
6 MOE (kg/cm2) Min 15000 Min 20000
7 Internal bond (kg/cm2) Min 1,5 Min 1,5
8 Kuat Pegang Skrup (kg) Min 30 Min 30
9 Linier Expansion (%) - -
10 Hardnes (N) - -
11 Emisi Formaldehyde (ppm) - Min 0,3
Sumber : Standar Nasional Indonesia dan Japanese Industri Standart A
P
Analisis data
Penelitian ini menggunakan analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Perlakuan perendaman terhadap papan partikel dengan tanpa perendaman,
perendaman air panas 6 jam, air dingin 24 jam, asam asetat 1% masing-masing
dengan jumlah ulangan sebanyak 3. Model statistik linier dari rancangan
percobaan ini dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
Yij = µ + α
i+
∑
ijKeterangan:
Yij = Respon pengamatan pada perlakuan perendaman ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai rata-rata umum
αi = Pengaruh perlakuan perendaman ke- i
∑ij = Sisaan acak dari satuan percobaan ulangan ke-j yang diberi perlakuan perendaman i
i = 123,…
j = 123
Adapun hipotesis yang digunakan adalah
H0 = Perlakan perendaman terhadap papan partikel tidak berpengaruh terhadap
sifat fisis dan mekanis papan.
H1 = Perlakuan perendaman terhadap papan partikel berpengaruh terhadap sifat
fisis dan mekanis papan.
Untuk mengetahui pengaruh perendaman terhadap sifat fisis dan mekanis
papan maka dilakukan analisis keragaman. Analisis keragaman tersebut
menggunakan kriteria uji sebagai berikut:
a. Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima atau perlakuan tidak memberikan
pengaruh pada suatu selang kepercayaan tertentu.
b. Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak atau perlakuan memberikan pengaruh
Proses penelitian secara singkat dapat disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2: Bagan alur penelitian
Batang pisang barangan
Dicacah ± 3 cm
Tanpa perendaman (kontrol) perendaman air panas (6 jam), perendaman air dingin (24 jam) perendaman asam asetat 1%
Pengeringan sampai KA 5%
Pencampuran dengan perekat urea formaldehida (kadar perekat 12% )
Pembentukan lembaran papan dengan kerapatan 0,7 g/cm3 dimensi 25 cm x 25 cm x 1 cm
Pengempaan panaspada suhu 120°C, tekanan 23 kg/cm2 selama 10 menit.
Pengkondisian (conditioning) 7 hari
Pembuatan contoh uji
Pengujian papan partikel berdasarkan JIS A 5908-2003
Sifat fisis: Sifat mekanis:
1. Kadar air 1. Keteguhan lentur (MOE) 2. Kerapatan 2. Keteguhan patah (MOR) 3. Daya serap air 3. internal bond
4. Pengembangan tebal
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisis Papan Partikel Kerapatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kerapatan papan terendah, yaitu
0,57 g/cm3 diperoleh pada papan partikel dengan perendaman asam asetat
sedangkan nilai kerapatan tertinggi, yaitu 0,64 g/cm3 diperoleh pada papan
partikel dengan tanpa perendaman (kontrol). Hasil pengujian kerapatan papan
partikel batang pisang barangan dapat dilihat pada Gambar 3.
Keterangan. a, b. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT.
Gambar 3. Grafik kerapatan papan partikel
Nilai kerapatan hasil penelitian ini belum mencapai sasaran yang
diharapkan yaitu 0,70 g/cm3. Hal tersebut diduga karena adanya daya spring back
(pengembangan tebal kembali) yaitu usaha pembebasan dari tekanan yang dialami
pada waktu pengempaan yang lebih besar sehingga tebal akhir papan yang
diinginkan kurang terpenuhi. Rata-rata data Spring back pada penelitian ini adalah
0,64b
Kontrol Air Dingin Air Panas Asam Asetat
K
JIS A 5908-2003
22,50%. Spring back ini disebabkan karena sifat bulky pada partikel penyusunnya
yaitu batang pisang, yang pada umumnya bahan pertanian memiliki sifat
volumenous. Kondisi tersebut akan menyebabkan kerapatan papan partikel yang
dihasilkan cenderung lebih rendah (Nurwayan, et al. 2008).
Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan perlakuan perendaman menurunkan
nilai kerapatan, hal ini disebabkan karena dengan perendaman menyebabkan
terjadinya kelarutan zat ekstraktif yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi
perekat, pengerasan perekat dan daya tahan partikel yang dihasilkan. Selain itu
bahan ekstraktif yang mudah menguap dapat menyebabkan terjadinya blowing
atau delaminasi pada proses pengempaan panas (Maloney, 1993).
Kerapatan akhir papan partikel dipengaruhi oleh beberapa faktor penting
yaitu, kerapatan bahan baku (jenis kayu) dan banyaknya bahan pada lembaran
(kepadatan lembaran). Selain itu, dapat dipengaruhi pula oleh kondisi proses
produksi terutama proses pengempaan, pengeringan bahan baku, kadar perekat,
dan bahan tambahan lainnya (Kelly 1977 dalam Sidabutar 2000).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kerapatan papan partikel
berpengaruh nyata pada perendaman partikel pada selang kepercayaan 95%. Hasil
uji Duncan menunjukkan bahwa kontrol, berbeda nyata terhadap perendaman
asam asetat dan air dingin dan air panas. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada
Lampiran 9. dan sidik ragam kerapatan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Sidik ragam kerapatan
* = Berpengaruh nyata ** = Sangat berpengaruh nyata Sumber
Keragaman
db Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Sig Perlakuan 3 0,008 0,003 5,095* 0,029 Galat 8 0,004 0,001
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua papan partikel yang
dihasilkan dengan kerapatan 0,57-0,64 g/cm³ termasuk dalam kategori papan
partikel berkerapatan sedang. Hal ini dikarenakan dari awal penelitian sudah
ditetapkan target kerapatan yaitu 0,70 g/cm³. Maloney (1993) mengemukakan
bahwa papan partikel dengan kerapatan 0,40–0,80 g/cm³ termasuk kedalam
kategori papan partikel berkerapatan sedang (medium density particleboard).
Nilai kerapatan papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini telah
memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam JIS A 5908-2003 yang
mensyaratkan nilai kerapatan papan 0,4-0,9 g/cm3 (JSA, 2003). Namun nilai
kerapatan papan partikel yang dihasilkan tidak mencapai target yang diharapkan
yaitu 0,70 g/cm3.
Kadar Air
Kadar air merupakan sifat fisis yang ditentukan setelah melalui proses
pengovenan. Kadar air menunjukkan besarnya kandngan air yang terdapat pada
papan partikel ketika berada dalam keadaan kesetimbangan dengan lingkungan
sekitarnya. Kadar air dinyatakan dalam satuan persen. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai kadar air papan partikel batang pisang barangan
terendah, yaitu 8,92% diperoleh pada papan partikel dengan perendaman asam
asetat sedangkan nilai kadar air tertinggi, yaitu 11,55% diperoleh pada papan
Keterangan. a, b, c. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT.
Gambar 4. Grafik kadar air papan partikel
Berdasarkan Gambar 4 kadar air papan dengan perlakuan perendaman
lebih rendah dibandingkan dengan tanpa perlakuan perendaman. Hal ini
dikarenakan berkurangnya kadar ekstraktif pati dan gula melalui perendaman
membuat perekat lebih mudah masuk sehingga ikatan partikel dengan perekat
lebih kuat akibatnya kadar airnya menjadi rendah (Iswanto, et al. 2007).
Menurut Colak et al (2006) bahwa laju pematangan perekat berbasis
formaldehida seperti UF sangat tergantung pada pH lingkungannya. Nilai pH kayu
harus berada pada kisaran tertentu untuk menghasilkan daya ikat kayu. Dimana
perekat UF sebagai perekat yang optimal bekerja pada kondisi asam akan
menimbulkan permasalahan dalam hal pematangan perekat ketika dipergunakan
dalam pembuatan papan partikel yang memiliki pH tinggi.
Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan bahwa dengan perlakuan
perendaman asam asetat menghasilkan papan berkadar air lebih rendah
11,55c
10,50b
9,20a 8,92a
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00
Kontrol Air Dingin Air Panas Asam Asetat
K
ad
ar A
ir
(%
)
Perlakuan Perendaman
dikarenakan perendaman asam asetat meningkatkan keasaman partikel sehingga
penetrasi perekat UF akan lebih baik dan hal ini juga menunjukan bahwa
perendaman asam tidak hanya menurunkan pH tapi juga mempercepat pengerasan
perekat UF dimana resin urea formaldehida akan cepat mengeras dengan
meningkatnya keasaman (Pari, 2006).
Faktor yang mempengaruhi nilai kadar air adalah kondisi lingkungan,
bahan baku papan partikel, ukuran partikel yang semakin besar dan tidak seragam
menyebabkan penyerapan air papan semakin tinggi dan selain itu, batang pisang
merupakan bahan berlignoselulosa bersifat higroskopis sehingga mampu
menyerap dan mengikat air. Menurut Ruhendi et al. (2007) kadar air papan
komposit dipengaruhi juga oleh kerapatannya, papan dengan kerapatan tinggi
memiliki ikatan antar molekul partikel dengan molekul perekat terbentuk sangat
kuat sehingga molekul air sulit mengisi rongga yang terdapat dalam papan
komposit karena terisi dengan molekul perekat.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kadar air papan partikel sangat
berpengaruh nyata pada perendaman partikel pada selang kepercayaan 95%. Hasil
uji Duncan menunjukkan bahwa kontrol, air dingin berbeda nyata terhadap
perendaman asam asetat dan air panas. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada
Lampiran 10. dan sidik ragam pada Tabel 6.
Tabel 6. Sidik ragam kadar air
Sumber Keragaman
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F hitung Sig Perlakuan 3 13,35 4,451 53,94** 0,000 Galat 8 0,660 0,082
Total Terkoreksi 11 14,01 * = Berpengaruh nyata
Nilai kadar air papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini telah
memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan nilai kadar air papan
partikel antara 5-13% (JSA, 2003). Namun nilai kadar air papan partikel yang
dihasilkan masih tinggi.
Daya Serap Air
Nilai daya serap air papan partikel dari batang pisang barangan
ditampilkan pada Gambar 5. Nilai ini didapat dari pengujian daya serap air selama
2 jam dan 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai daya serap air papan
partikel batang pisang barangan yang dihasilkan pada perendaman 2 jam berkisar
86,09%-154,28%. Nilai daya serap air papan partikel batang pisang barangan
yang dihasilkan pada perendaman 24 jam berkisar 124,94%-184,94%. Hasil
pengujian daya serap air papan partikel batang pisang barangan dapat dilihat pada
Gambar 5 dan data lengkap disajikan pada Lampiran 4.
Keterangan. a, b, c, d. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT.
Gambar 5. Grafik daya serap air 2 dan 24 jam
113.38b
Kontrol Air Dingin Air Panas Asam Asetat
Berdasarkan Gambar 5 menunjukkan perlakuan perendaman air panas dan
perendaman asam asetat menghasilkan nilai daya serap air papan partikel yang
lebih rendah. Hal ini disebabkan adanya zat ekstraktif yang keluar dan proses
perekatan yang lebih baik. Iswanto et al. (2012) dalam Murtianah (2014)
melaporkan bahwa penetrasi perekat yang baik akan menyebabkan aksesibilitas
pergerakan air dan uap air terbatas, akibatnya nilai kadar air dan daya serap air
dari papan yang dihasilkan menjadi rendah.
Muharam (1995) dalam Iswanto et al. (2007) mengemukakan apabila
kontak antar partikel semakin rapat maka air akan sulit masuk kedalam papan
partikel dan papan dengan perlakuan perendaman menurunkan kadar gula, yang
berkontribusi positif terhadap penurunan kadar air. Namun, pengaruh ini belum
signifikan dikarenakan adanya pengaruh faktor lain seperti perekat yang
digunakan pada penelitian ini yaitu perekat urea formaldehida yang notabene
adalah perekat untuk papan partikel tipe interior.
Djalal (1984) dalam Maghfirah (2013) menyatakan bahwa selain daya
tahan terhadap air dan kemampuan daya serap bahan baku, terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi besarnya penyerapan air papan partikel yaitu adanya
saluran kapiler yang menghubungkan antara ruang kosong, volume ruang kosong
diantara kapiler dan luas permukaan partikel yang tidak dapat ditutupi perekat.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perendaman partikel
dalam penelitian sangat pengaruh nyata terhadap daya serap air papan partikel
yang dihasilkan pada selang kepercayaan 95%. Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa perendaman asam asetat, air panas, kontrol, air dingin berbeda nyata. Hasil
Tabel 7. Sidik ragam daya serap air
Sumber Keragaman
db Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Sig
Perlakuan 3 5796,81 1932,27 73,612** 0,000 Galat 8 209,99 26,25
Total Terkoreksi 11 6006,81 * = Berpengaruh nyata
** = Sangat berpengaruh nyata
Pada Standar JIS A 5908-2003 tidak mensyaratkan nilai daya serap air
papan partikel. Namun nilai daya serap air yang dihasilkan cukup tinggi karena
daya serap air merupakan sifat fisis papan partikel yang perlu diperhatikan karena
mempengaruhi kualitas papan partikel yang dihasilkan dan untuk mengetahuai
ketahanan papan terhadap air (JSA, 2003).
Pengembangan Tebal
Nilai pengembangan tebal papan partikel dari batang pisang barangan
ditampilkan pada Gambar 6 papan partikel setelah direndam dalam air selama 2
jam dan direndam selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
pengembangan tebal papan partikel batang pisang barangan yang dihasilkan pada
perendaman 2 jam berkisar 46,05%-114,24%. Pengembangan tebal terendah
terdapat pada perendaman asam asetat yaitu sebesar 46,05% dan pengembangan
tebal tertinggi terdapat pada perendaman air dingin yaitu sebesar 114,24%. Nilai
pengembangan tebal papan partikel batang pisang barangan yang dihasilkan pada
perendaman 24 jam berkisar 56,90%-122,04%. Pengembangan tebal terendah
terdapat pada perendaman asam asetat yaitu sebesar 56,90% dan pengembangan
Keterangan. a, b, c, d. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT.
Gambar 6. Grafik pengembangan tebal 2 dan 24 jam
Berdasarkan Gambar 6 nilai pengembangan tebal papan dengan perlakuan
asam lebih rendah dibandingkan dengan kontrol, air dingin dan air panas. Hal ini
karena perekat UF optimal pada kondisi asam dan perlakuan perendaman asam asetat
melarutkan zat ekstraktif terutama pati yang bersifat higroskopis dan akibat
kehilangan zat ekstraktif tersebut maka sifat higroskopis papan rendah, sehingga
pengembangan tebal juga menjadi rendah dan selain itu, kelarutan zat ekstraktif
menyebabakan perekat lebih mudah masuk kedalam rongga partikel sehingga
papan yang dihasilkan lebih padat (Pasaribu, 1987 dalam Murtianah, 2014).
Tingginya nilai pengembangan tebal papan partikel batang pisang
barangan yang dihasilkan pada perlakuan perendaman air dingin dan perlakuan
perendaman pada air panas diduga disebabkan partikel masih mengandung pati
yang memiliki kemampuan mengikat air yang tinggi sehingga pengembangan
tebalnya semakin tinggi. Riyadi (2004) mengemukakan bahwa pengembangan
tebal diduga ada hubungannya dengan daya serap air karena banyaknya air yang
77,16b
Kontrol Air Dingin Air Panas Asam Asetat
P
Perlakuan Perendaman
diserap dan memasuki struktur papan partikel akan mempengaruhi dimensi papan
yang dihasilkan.
Ruhendi et al. (2007) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi
pengembangan tebal adalah jumlah kadar perekat dan penyebarannya, kadar air
bahan baku, jenis perekat yang digunakan dan komposisi kimia yang terdapat
didalam bahan baku pembuatan papan partikel.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perendaman partikel
dalam penelitian ini sangat berpengaruh nyata terhadap pengembangan tebal
papan partikel yang dihasilkan pada selang kepercayaan 95%. Hasil uji lanjut
dengan menggunakan Duncan menunjukkan bahwa pada perendaman asam asetat,
berbeda nyata dengan kontrol, air panas, air dingin. Hasil uji Duncan dapat dilihat
pada Lampiran 14. dan sidik ragam pada Tabel 8.
Tabel 8. Sidik ragam pengembangan tebal
Sumber Keragaman
db Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F hitung F Tabel Perlakuan 3 8103,89 2701,29 48,99** 0,000 Galat 8 441,06 55,13
Total Terkoreksi 11 8544,95 * = Berpengaruh nyata
** = Sangat berpengaruh nyata
Nilai pengembangan tebal papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian
ini tidak memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan nilai
pengembangan tebal papan partikel maksimal 12% (JSA, 2003). Namun nilai
pengembangan tebal papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini cukup
Sifat Mekanis Papan Partikel
Keteguhan Lentur atau Modulus of Elasticity (MOE)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai MOE papan partikel batang
pisang barangan yang dihasilkan berkisar 15.646,09-24.549,17 kg/cm2. Nilai
MOE papan terendah, yaitu 15.646,09 kg/cm2 diperoleh pada papan partikel
dengan perendaman asam asetat sedangkan nilai MOE tertinggi, yaitu 24.549,17
kg/cm2 diperoleh pada papan partikel tanpa perendaman (kontrol). Hasil pengujian
MOE papan partikel batang pisang barangan dapat dilihat pada Gambar 7.
Keterangan. a, b, c. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT.
Gambar 7. Grafik MOE papan partikel
Berdasarkan Gambar 7 menunjukkan bahwa papan dengan perendaman
asam asetat memiliki nilai terendah dibandingkan dengan kontrol, air dingin dan
air panas. Hal ini diduga perendaman asam asetat menyebabkan ikut
terdegradasinya selulosa dan ukuran partikel yang tidak homogen sehingga
kekuatan rekat jadi lebih rendah. Fengel dan Wegener (1995) menyatakan bahwa
suasana asam akan menghidrolisis polisakarida kayu termasuk didalamnya
selulosa dan hemiselulosa.
24.549,17c
Kontrol Air Dingin Air Panas Asam Asetat
M
Tingginya nilai MOE yang dihasilkan pada perendaman air panas
dibandingkan dengan perendaman air dingin dan asam asetat disebabkan
perendaman pada air panas melarutkan zat ekstraktif seperti garam-garam
organik, garam-garam anorganik, gula, siklol, gum pektin, glaktat, tanin, pigmen,
polisakarida dan komponen-komponen lain yang terhidrolisis. Kamil (1970)
dalam Saputra (2004) menyatakan bahwa perendaman panas sangat berpengaruh
positif terhadap stabilitas dimensi papan partikel dan perendaman air panas dapat
meningkatkan nilai keteguhan lentur papan partikel.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perendaman partikel
dalam penelitian ini berpengaruh nyata terhadap modulus lentur papan partikel
yang dihasilkan pada selang kepercayaan 95%. Hasil uji lanjut dengan
menggunakan Duncan menunjukkan bahwa pada perendaman asam asetat dan
kontrol berbeda nyata dengan air panas dan air dingin. Hasil uji Duncan dapat
dilihat pada Lampiran 15. dan sidik ragam pada Tabel 9.
Tabel 9. Sidik ragam MOE
Sumber Keragaman
db Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F hitung F Tabel Perlakuanl 3 1,231 4,104 13,54* 0,002 Galat 8 2,425 3078,51
Total Terkoreksi 11 1,474
* = Berpengaruh nyata ** = Sangat berpengaruh nyata
Berdasarkan standar JIS A 5908-2003 nilai modulus elastis (MOE)
rata-rata papan partikel batang pisang barangan pada contoh uji dengan perlakuan
perendaman air panas dan tanpa perendaman (kontrol) dinyatakan memenuhi
standar dengan ketentuan nilai ≥20.000 kg/cm2. Namun contoh uji dengan
perlakuan perendaman air dingin dan perendaman asam asetat dinyatakan tidak
Keteguhan Patah atau Modulus of Rupture (MOR)
Modulus of Rupture (MOR) papan partikel merupakan sifat mekanis yang
menunjukkan kekuatan material dalam menahan beban yang bekerja terhadapnya.
Modulus patah papan partikel batang pisang barangan yang dihasilkan berkisar
36,64-60,38 kg/cm2. Nilai MOE papan terendah, yaitu 36,64 kg/cm2 diperoleh
pada papan partikel tanpa perendaman (kontrol) sedangkan nilai MOR tertinggi,
yaitu 60,38 kg/cm2 diperoleh pada papan partikel dengan perendaman asam asetat.
Hasil pengujian MOR papan partikel batang pisang barangan dapat dilihat pada
Gambar 8.
Keterangan. a, b, c. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT
Gambar 8. Grafik MOR papan partikel
Berdasarkan Gambar 8 menunjukkan nilai keteguhan patah dengan
perlakuan perendaman asam asetat menghasilkan keteguhan patah yang lebih
tinggi. Hal ini disebabkan perendaman asam asetat meyebabkan terlarutnya zat
JIS A 5908-2003 MOR ≥ 80 kg/cm2
36,64a 35,69a
48,32b
60,38c
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00
Kontrol Air Dingin Air Panas Asam Asetat
M
O
R
(
kg/
cm
2)
ekstraktif sehingga memfasilitasi terjadinya pematangan perekat UF. Dengan
demikian ikatan antara partikel dengan perekat semakin efektif sehingga papan
dengan perlakuan asam memiliki kekuatan lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan lainnya.
Pada penelitian Iswanto (2007) tentang pengaruh perendaman partikel
terhadap sifat fisis dan mekanis papan patikel dari ampas tebu menunjukkan nilai
MOR meningkat pada papan partikel dengan perlakuan perendaman. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan hal yang sama dengan penelitian ini. Hal ini
diduga karena zat ekstraktif yang terkandung dalam partikel batang pisang
barangan telah larut dalam air sehingga daya rekat perekat semakin baik.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perendaman partikel
dalam penelitian ini sangat berpengaruh nyata terhadap modulus patah papan
partikel yang dihasilkan pada selang kepercayaan 95%. Hasil uji lanjut dengan
menggunakan Duncan menunjukkan bahwa pada perendaman asam asetat dan air
panas berbeda nyata dengan air dingin dan kontrol. Hasil uji Duncan dapat dilihat
pada Lampiran 16. dan sidik ragam pada Tabel 10.
Tabel 10. Sidik ragam MOR
Sumber Keragaman
db Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Sig
Perlakuan 3 1211,49 403,83 28,38** 0,000 Galat 8 113,80 14,22
Total Terkoreksi 11 1325,30
* = Berpengaruh nyata
** = Sangat berpengaruh nyata
Nilai MOR yang dihasilkan berdasarkan standar JIS A 5908-2003 nilai
modulus patah (MOR) rata-rata papan partikel batang pisang barangan pada
semua contoh uji dengan perlakuan perendaman dinyatakan tidak memenuhi
Internal bond (IB)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai IB papan partikel batang pisang
barangan yang dihasilkan berkisar 0,35-0,87 kg/cm2. Nilai IB papan terendah,
yaitu 0,35 kg/cm2 diperoleh pada papan partikel dengan perendaman air dingin,
sedangkan nilai IB tertinggi, yaitu 0,87 kg/cm2 diperoleh pada papan partikel
dengan perendaman asam asetat. Hasil pengujian IB papan partikel batang pisang
barangan dapat dilihat pada Gambar 9.
Keterangan. a, b, c. Notasi yang sama menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan uji DMRT.
Gambar 9. Grafik IB papan partikel
Berdasarkan Gambar 9 menunjukkan perendaman dengan asam asetat
menghasilkan papan partikel dengan nilai IB yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kontrol, air panas dan air dingin. Hal ini disebabkan perekat UF mengeras
dengan baik pada kondisi asam yang akan berpengaruh pada keteguhan rekat
papan partikel. Dengan demikian kekuatan ikatan antar partikel lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrol, air panas dan air dingin (Nawawi et al. 2005).
0,45ab
Kontrol Air Dingin Air Panas Asam Asetat
Int
Nilai IB pada setiap perlakuan dipengaruhi oleh zat ekstraktif, semakin
tinggi zat ekstraktif maka perekat sulit untuk berpenetrasi dengan partikel karena
terhalang oleh zat ekstraktif sehingga daya rekat antar partikel semakin rendah,
rata-rata jumlah zat ektraktif dalam perlakuan air panas untuk kontrol 30%,air
dingin 25,33%, air panas 15%, asam asetat 10,83, dan jumlah zat ektraktif
ddengan perlakuan air dingin untuk control 23,5%, air dingin 29,33%, air panas
13,5%, asam asetat 16%.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perendaman partikel
dalam penelitian ini sangat berpengaruh nyata terhadap internal bond papan
partikel yang dihasilkan pada selang kepercayaan 95%. Hasil uji lanjut dengan
menggunakan Duncan menunjukkan bahwa pada perendaman asam asetat dan air
panas berbeda nyata dengan air dingin dan kontrol. Hasil uji Duncan dapat dilihat
pada Lampiran 17. dan sidik ragam pada Tabel 11.
Tabel 11. Sidik ragam internal bond
Sumber Keragaman
db Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Sig Perlakuan 3 0,45 0,151 27,63** 0,000 Galat 8 0,44 0,005
Total Terkoreksi 11 0,49
* = Berpengaruh nyata ** = Sangat berpengaruh nyata
Berdasarkan standar yang dipersyaratkan JIS A 5908-2003 nilai internal
bond (IB) rata-rata papan partikel batang pisang barangan pada contoh uji dengan
perlakuan perendaman dinyatakan tidak memenuhi standar dengan ketentuan
nilai ≥1,5 kg/cm2 (JSA, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan perendaman partikel batang pisang barangan dalam air dingin,
air panas, dan asam asetat 1% mampu memperbaiki sifat fisis dan mekanis
papan partikel.
2. Perlakuan perendaman partikel dalam asam asetat merupakan perlakuan
terbaik untuk meningkatkan stabilitas dimensi papan.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan jenis perekat yang lain
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas papan partikel batang pisang