• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen PENGARUH TARAF TEPUNG TANAMAN TARBANGUN (Halaman 27-48)

Keadaan Usaha Peternakan Babi PT. Adhi Farm Lokasi

Penelitian ini dilakukan di PT. Adhi Farm yang berlokasi di Desa Sepreh, Kelurahan Seroyo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Desa Sepreh secara geografis berbatasan dengan Desa Kemiri disebelah utara, timur, dan selatan sedangkan disebelah barat berbatasan dengan Desa Ngabean.

Peternakan ini dibangun di lokasi yang cukup strategis. Jarak lokasi peternakan dari ibukota kecamatan adalah 6 km sedangkan dari kotamadya hanya 12 km. Peternakan ini dibangun diatas lahan seluas 5 ha tetapi lahan produktif untuk peternakan hanya digunakan seluas 2 ha untuk bangunan kandang dan tempat pembuatan pakan. Lahan yang 3 ha digunakan untuk gudang bahan baku pakan, tempat pengolahan limbah, tempat menanam rumput dan bangunan mess untuk karyawan.

Sejarah Peternakan

Peternakan ini awalnya didirikan pada bulan Juni tahun 1994. Usaha ini merupakan bisnis keluarga yang dibangun oleh Bapak Robby Koesnadhi dan Bapak Haryadhi. Adhi Farm sendiri merupakan gabungan nama belakang dari kedua pemilik usaha ini.

Usaha ini awalnya didirikan di daerah Jomboran, Palur, Kecamatan Kebakkramat, namun usaha ini kemudian dipindahkan ke Desa Sepreh karena kawasan sebelumnya menjadi pemukiman masyarakat. Masyarakat sekitar Jomboran, Palur merasa

terganggu dengan keberadaan peternakan ini karena alasan bau. Pemindahan ini tidak dilakukan secara total, usaha peternakan di Jomboran masih tetap ada hingga

sekarang, hanya saja bukan sebagai tempat utama kegiatan produksi melainkan sebagai cabang usaha. Kegiatan usaha di Jomboran meliputi pemesanan, administrasi dan penggemukan babi. Kegiatan di Desa Sepreh meliputi produksi pakan,

pemeliharaan babi dara, induk babi bunting, induk babi menyusui, fase pre starter, starter, dan sebagian grower-finisher serta pejantan.

Usaha peternakan babi ini melakukan kegiatan pemeliharaan bibit, pengembangbiakan dan penggemukan babi. Sekarang peternakan ini juga mengembangkan usahanya dengan cara merombak beberapa kandangnya untuk usaha pembibitan dan penggemukan sapi. Bangsa babi yang dibudidayakan di peternakan ini adalah Landrace, Yorkshire, Duroc, dan hasil persilangan ketiga bangsa tersebut. Saat penelitian ini dilakukan populasi babi di peternakan ini sudah lebih banyak hasil persilangan daripada purebred. Alasan pemilik peternakan lebih memilih kawin silang adalah untuk mendapatkan efek heterosis sehingga babi yang dihasilkan produktivitasnya lebih baik. Total populasi ternak babi di peternakan dimana saat penelitian dilakukan adalah 1200 ekor yang terdiri dari sembilan ekor pejantan, 21ekor induk babi menyusui, 212 ekor induk babi bunting, 190 ekor anak menyusu (pre-stater), 245 ekor anak lepas sapih (starter) dan 523 ekor babi fase grower-finisher.

Babi yang digunakan sebagai induk ataupun pejantan diseleksi dari sejak lahir sampai berumur enam bulan oleh petugas peternakan ini sendiri. Kriteria yang digunakan untuk dipilih sebagai calon induk babi yakni telah berumur 10-12 bulan,

berasal dari induk babi yang memiliki litter size yang tinggi (lebih daripada 11 ekor), memiliki puting susu yang bagus (6-7 pasang), tubuhnya ramping, kencang dan tidak terlalu gemuk serta memiliki kaki yang kuat.

Babi pejantan di peternakan ini kebanyakan didatangkan dari luar farm dengan alasan mencegah terjadinya kawin silang dalam (biak dalam) sehingga genetik dari babi yang diproduksi tetap terjaga. Pembelian babi penjantan biasanya didatangkan dari Bali, Dinas Pertanian Sukoharjo dan Tangerang.

Struktur Organisasi

Usaha peternakan babi ini didirikan dalam bentuk perseroan terbatas (PT) yang bergerak dibidang usaha peternakan dengan ijin usaha ternak babi dan sapi. Awalnya pemilik perusahaan langsung bertindak sebagai pimpinan dan pengawas. Namun sekarang jabatan itu dipercayakan kepada Bapak Alex yakni menantu dari pemilik usaha tersebut. Bapak Alex secara langsung membawahi pengawas kandang dan staf administrasi.

Tenaga kerja yang ada di peternakan ini berjumlah 23 orang yang terdiri dari tiga orang staf administrasi, empat orang staf pembuat pakan, tujuh orang tenaga di kandang, seorang penanggungjawab kesehatan ternak dan IB, dua orang tukang kebun, dua orang tukang arit, dua orang sopir, satu orang penjaga malam, dan

seorang penggungjawab pengolahan limbah. Penangan limbah dilakukan dengan cara membuat kolam-kolam limbah kemudian endapannya diambil lalu dikeringkan untuk dijadikan pupuk kompos.

Suhu dan Kelembaban

Pengukuran suhu dan kelembaban di dalam kandang menggunakan

thermohygrometer dan pencatatan dilakukan tiga kali dalam sehari yakni pada pukul 08.00 WIB (pagi), pukul 13.00 WIB (siang) dan pukul 22.00 WIB (malam) selama masa penelitian dan hasil pencatatan diperlihatkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Suhu dan Kelembaban di Lokasi Penelitian

Pengukuran Waktu Rataan Maksimum Minimum

Suhu (0C) Pagi 21,76±1,45 27 19 Siang 27,08±1,62 30 24 Malam 20,61±1,17 24 19 Rataan 23,15±1,41 27 20,7 Kelembaban (%) Pagi 77,84±8,23 87 49 Siang 54,55±1,69 78 34 Malam 81,06±5,14 89 57 Rataan 71,15±8,02 84,67 46,7

Hasil pencatatan yang diperoleh, suhu udara di lokasi penelitian sekitar 19-270C pada pagi hari dengan rataan 21,760C, pada siang hari kisaran suhu penelitian 24-300C dengan rataan 27,080C, sedangkan pada malam hari kisaran suhu penelitian berkisar 19-240C dengan rataan 20,610C. Rataan suhu secara umum di lokasi penelitian adalah 23,15±1,410C dengan suhu maksimum 300C pada siang hari dan 190C pada pagi dan malam hari.

Rataan suhu selama penelitian ini telah memenuhi suhu optimum untuk ternak babi. Menurut Sihombing (2006), suhu ideal untuk pertumbuhan anak babi berkisar 20-260C. Kisaran suhu optimal dalam kandang dapat tercapai oleh karena dilakukan penyiraman dan penggunaan kipas angin pada siang hari sehingga babi merasa sejuk dan mengurangi cekaman. Atap bangunan juga didesain cukup tinggi dan dinding kandang menggunakan sistem open house window (sisi-sisi bangunan kandang terbuka) sehingga sirkulasi udara didalam kandang baik. Ketika malam hari atau pada saat suhu disekitar kandang dingin maka tirai diturunkan yang dipasang pada setiap sisi dinding kandang.

Berdasarkan hasil pencatatan, kelembaban udara di lokasi penelitian sekitar 49-87% pada pagi hari dengan rataan 77,84%, pada siang hari 34-78% dengan rataan 54,55%, sedangkan pada malam hari berkisar 57-89% dengan rataan 81,06%. Rataan

kelembaban secara umum di lokasi penelitian adalah 71,15±8,02%. Kelembaban udara yang optimal untuk ternak babi adalah 30-70% (Sihombing, 2006).

Manajemen Pemeliharaan Ternak Babi di PT. Adhi Farm

Kegiatan pemeliharaan ternak babi di PT. Adhi Farm meliputi pemeliharaan dara, induk bunting, induk laktasi, pejantan, anak babi fase prestarter, starter, lepas sapih, grower hingga periode siap dijual. Untuk mendukung kegiatan pemeliharaan ternak babi tersebut agar berjalan dengan baik maka dilakukan beberapa hal yaitu meliputi manajemen perkandangan, manajemen pakan, pemeliharaan induk babi menyusui dan anaknya dan manajemen kesehatan ternak babi.

Manajemen Perkandangan

Usaha peternakan ini memiliki sembilan bangunan besar atau kandang yang terdiri dari 411 unit, yaitu kandang khusus beranak 63 unit, kandang individu 254 unit, kandang pejantan sembilan unit, kandang sapihan 12 unit, kandang karantina satu unit dan kandang penggemukan dari los A hingga E berjumlah 69 unit. Terdapat pula satu unit tempat penampungan sperma yang dilengkapi dengan dummy.

Masing-masing tipe kandang disesuaikan dengan fase produksi ternak babi. Fase starter, induk babi menyusui dan anaknya di kandang beranak individu dengan lantai kisi (Gambar 4), kandang babi dara dan induk kering berupa kandang individu berlantai semen permanen, babi lepas sapih di kandang panggung dengan lantai kisi yang terbuat dari besi, untuk grower dan finisher sebagian di kandang koloni dan sebagian lagi di kandang individu berlantai semen, khusus untuk calon induk dan pejantan. Kandang jantan dibuat lebih besar daripada kandang individu lainnya dan berlantai semen.

Gambar 4. Kandang Induk Babi Menyusui

Kandang babi bunting, kering dan calon induk berukuran 2,14 x 0,71, x 0,92 m3. Kandang induk beranak khusus (farrowing crate) dengan ukuran 1,90 x 0,66 x 0,64 m3 dilengkapi dengan kotak penghangat dan diberi lampu yang berfungsi sebagai pemanas untuk menjaga kenyamanan anak babi.

Manajemen Pakan

Ransum yang diberikan untuk setiap fase ternak babi dibuat sendiri di PT. Adhi Farm dengan komposisi yang dapat dilihat pada Tabel 6. Penyusunan ransum dilakukan dengan mencampur bahan-bahan pakan yang dibeli dari luar farm dengan peralatan mixer dan mesin penggiling untuk terlebih dahulu memperhalus partikel bahan makanan.

Volume mixer yang digunakan adalah sebesar 500 kg. Bahan makanan yang akan digunakan ditimbang terlebih dahulu kemudian dicampur dengan menggunakan mixer selama ± 30 menit. Rata-rata dalam satu hari dilakukan 12 kali pencampuran dan menghasilkan enam ton ransum yang siap digunakan. Setiap pencampuran ditambahkan Growbig Max yang mengandung herbal, glukosa dan bakteri

amylolytic, proteolotic, lipolotic, yeast untuk mengurangi bau feses yang dihasilkan ternak babi serta mempercepat pertumbuhan ternak babi.

Bahan makanan yang sudah dicampur dan siap digunakan sebagai ransum dimasukkan kedalam karung dengan berat 50 kg/karung. Ransum yang disusun sudah mengandung bahan pakan tambahan (feed additive) (Tabel 7) dan antibiotik (Tabel 8) yang komposisinya diperoleh dari label yang tertera pada bungkusnya. Tabel 6. Komposisi Ransum yang Digunakan di PT. Adhi Farm

Bahan Makanan

Ternak Babi (%) Prestarter Starter Grower I Grower

II Finisher Dara Induk

Katul - 3 8 22 30 60 28 Jagung 60 60 50 40 42 10 30 MBM 2 2 3 2 2 2 2 SBM - - 22 22 20 8 20 SBM (Ex-Argentina) 25 25 - - - - - Wheat Pollard - - 10 10 - 10 10 Bungkil Kelapa - - - 2 4 8 8 Yenher Premix A 2 1 - - - -

Milk Replacer 4 2 - - - - -

T-51 5 5 5 - - - -

Mineral (Makro) 2 2 2 2 2 2 2

Total 100 100 100 100 100 100 100

Sumber: Laporan Gudang Pakan PT. Adhi Farm Bulan Juli-Agustus 2010

Keterangan: MBM: Meat Bone Meal; SBM:Soy Bean Meal; T-51: jenis milk replacer

Tabel 7. Komposisi Feed Additive Dalam Ransum di PT. Adhi Farm

Bahan

Fase Ternak Babi Prestarter Starter Grower I Grower

II Finisher Dara Induk ---%--- Rac-20 ppm - - - 0,5 - - - Gbc-20 ppm - - - - 0,6 - - Rovimix hy-d - - - - - 0,4 0,4 Cyc-100 2 2 1 1 1 1 1 Allzyme ssf (enzyme) 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 Biofos (mcp-dcp) - - 1 1 1 1 1

Demytox (anti mould) 2 2 2 1 1 2 2

Trouw swine ks-eco - - 3 3 2 - -

Trouw sow premix - - - - - 4 4

Copper sulfate - - 0,6 0,6 0,6 - -

Choline chloride - - 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6

Zinc oxide - - 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

Vit plus-1000 - - 0,2 0,2 0,2 - -

Vit E (golden guard) - - - 2 - 0,2 0,2

Garam 2 2 2 2 2 2 2

Acidifier 2 2 - - - - -

Quixalud 0,2 0,2 - - - - -

Vitamin E 0,2 0,2 - - - - -

Sumber: Laporan Gudang Pakan PT. Adhi Farm Bulan Juli-Agustus 2010

Pemberian ransum di PT. Adhi Farm dilakukan dua kali sehari secara teratur yakni pagi hari pukul 08.00 WIB dan siang hari pukul 13.00 WIB.

Tabel 8. Komposisi Antibiotik Dalam Ransum di PT. Adhi Farm Antibiotik

Fase Ternak Babi Pre-

Starter Starter

Grower I

Grower

II Finisher Dara Induk ---%---

Tylosin-10% - - 0,8 0,8 0,8 - -

CTC-15% 0.8 0.8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

Lincomix - - - 0,2 0,2

Tiamulin HCl 0,8 0,8 - - - - -

Sumber : Laporan Gudang Pakan PT. Adhi Farm Bulan Juli-Agustus 2010

Antibiotik yang digunakan di PT. Adhi Farm antara lain Tylosin-10%, CTC-15%, Lincomix dan Tiamulin HCl. Pemakaian antibiotik dosisnya disesuaikan menurut umur ternak dan fase produksi babi sehingga tidak terjadi over dosis yang dapat menyebabkan kerugian baik bagi ternak itu sendiri maupun bagi manusia yang mengkonsumsi dagingnya.

Pemeliharaan Induk Babi Menyusui dan Anaknya

Setiap hari secara rutin induk babi diberi makan dua kali sehari yaitu pagi pukul 08.00 WIB dan siangnya pukul 13.00 WIB, kecuali hari Minggu makan pagi pukul 05.00 WIB karena alasan istirahat untuk pekerja kandang. Induk babi yang baru beranak, dalam waktu ±24 jam akan mendapatkan perlakuan khusus. Induk babi dimandikan dengan menggunakan sabun mandi biasa terutama pada bagian ambing sangat diperhatikan kebersihannya. Kemudian induk babi disuntik antibiotik dengan merk dagang Shotapen LA untuk mencegah mastitis. Selain itu, induk babi juga disuntik vitamin B-12. Vitamin B12 berperan penting pada saat pembelahan sel yang berlangsung dengan cepat.Vitamin B12 juga memelihara lapisan yang mengelilingi dan melindungi serat syaraf dan mendorong pertumbuhan normalnya. Selain itu juga berperan dalam aktifitas dan metabolisme sel-sel tulang. Vitamin B12 juga

dibutuhkan untuk melepaskan folat, sehingga dapat membantu pembentukan sel-sel darah merah.Vitamin B12 diperlukan dalam fungsi normal metabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran pencernaan, sumsum tulang, dan jaringan saraf. Fungsi vitamin B12 adalah membantu bekerjanya enzim methionine synthase dan

5-metilmalonil-CoA mutase. Produksi metilkobalamin memerlukan vitamin B12 yang ditemukan pada sistem syaraf pusat dan otak. Hal tersebut merupakan alasan

mengapa kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan kelainan darah seperti

macrocytos dan anemia pernisiosa serta kerusakan syaraf seperti alzeimer (Miswadi, 2011). Untuk mencegah ektoparasit dan endoparasit induk babi yang baru beranak juga disuntik invermectin. Vagina induk babi yang baru beranak disuntik dengan Luteolysis untuk mempercepat pemulihan uterus induk babi tersebut.

Anak babi yang baru lahir, selaput lendir pada bagian hidung dan mulut dibersihkan terlebih dahulu agar supaya dapat bernafas dengan bebas. Setelah itu, tubuh anak babi juga dibersihkan dari lapisan tipis dengan kain yang telah disediakan kemudian dibedaki dengan bedak merk dagang Mistral yang mengandung antibakteri sehingga anak babi yang baru lahir terlindungi dari bakteri yang kemungkinan ada di

lingkungan sekitar. Anak babi yang baru lahir mendapatkan beberapa perlakuan lain diantaranya pemotongan gigi, ekor, dan tali pusar. Identifikasi permanen atau dengan penomoran dilakukan dengan cara menyobek daun telinga dengan gunting menurut bulan kelahiran. Anak babi yang baru lahir kemudian dibantu untuk

menemukan puting induknya agar dapat memperoleh kolostrum. Seluruh kegiatan ini dilakukan dalam jangka waktu ± 24 jam setelah lahir.

Untuk menjaga suhu yang sesuai untuk anak babi yang baru lahir maka disediakan box yang terbuat dari papan dan dilengkapi dengan lampu pemanas untuk anak babi tersebut. Menurut Williamson dan Payne (1993) bahwa anak babi yang baru lahir

belum mempunyai sistem pengaturan suhu tubuh yang baik. Anak babi belum mampu mengatasi dirinya terhadap panas atau dingin yang berlebihan. Kisaran suhu yang sesuai untuk anak babi yang baru lahir adalah 30-320C.

Untuk memenuhi kebutuhan zat besi bagi anak babi yang baru lahir, dalam jangka waktu ± 24 jam setelah lahir diberi suntikan zat besi 1 cc/ekor dengan merk dagang Dufadex 20%. Anak babi juga diberi multivitamin dengan cara menyuntik sebanyak 1 cc/ekor dengan merk dagang Hidro Rex Vital Aminoacids untuk meningkatkan penampilan anak babi. Sebelum disapih anak babi diberi vaksin hog cholera melalui oral. Anak yang telah berumur 7-10 hari diberi pakan prestarter. Tujuan memberi pakan ini adalah untuk memperkenalkan pakan, dan mengoptimalkan pertumbuhan anak babi sebelum disapih. Pakan yang diberikan berupa mesh (tepung). Penyapihan dilakukan setiap hari Jumat bagi anak babi yang telah mencapai umur kurang lebih 21 hari.

Penyapihan dilakukan secara berkelompok dan serentak setiap hari Jumat bertujuan agar induk babi tersebut diharapkan dapat berahi secara serentak. Pemilihan hari Jumat hanya untuk memudahkan manajemen pengawinan induk babi karena induk babi akan berahi 4-5 hari kemudian setelah disapih sehingga akan jatuh di hari selasa atau rabu untuk jadwal IB yang tentunya hari aktif kerja.

Manajemen Pemeliharaan Kesehatan Ternak Babi

Setiap pagi secara rutin mulai dari pukul 08.00 WIB dilakukan pemeriksaan ternak babi secara keseluruhan oleh petugas kandang yang khusus menangani kesehatan ternak babi di peternakan ini. Ternak babi diamati meliputi rambut (tegak atau

kusam), nafsu makan, kelincahan ternak, bunyi pernafasan dan keberadaan luka fisik. Ternak babi yang terlihat sakit segera diberi pengobatan sesuai penyakit yang

diderita oleh ternak. Ternak yang diobati akan diberi tanda berupa cat untuk memberi informasi agar petugas lain mengawasi ternak tersebut. Jika ternak yang telah

mandapatkan perawatan selama tiga hari dan belum sembuh maka ternak tersebut akan dipisahkan ke kandang isolasi yang lokasinya agak jauh dari kandang produksi dengan tujuan untuk mencegah penyebaran penyakit kepada ternak yang sehat. Selain melakukan pemeriksaan secara rutin, juga dilakukan desinfeksi setiap hari Senin, Kamis dan Sabtu. Desinfeksi dilakukan dengan menyemprotkan Hi-G yang berfungsi sebagai desinfektan virusidal, bakteriosidal dan fungisidal yang

mengandung alkyldimetyl benzylalammonium chloride, glutaraldehyde, pine oil dan surfactan aquademin keseluruh bagian kandang. Setiap jalan menuju blok kandang disediakan bak yang mengandung desinfektan untuk para pekerja ataupun orang yang berkunjung ke area kandang tersebut.

Setiap ternak terutama induk babi menyusui kartu identitasnya yang berisi nama induk, paritas, tanggal kawin, tanggal beranak, dilengkapi juga dengan jadwal penyuntikan vitamin, zat besi dengan merk dagang Dufadex 20% serta vaksin. Semua kegiatan ini dimaksudkan untuk menjaga produktivitas ternak babi yang dihasilkan pada peternakan ini.

Induk babi bunting dipindahkan ke kandang induk beranak pada tujuh sampai sepuluh hari sebelum tanggal prediksi akan beranak. Hal ini merupakan periode adaptasi bagi induk babi serta tindakan preventif bagi kesehatan anak yang akan dilahirkan. Induk babi sesaat akan beranak disuntik 2,5 cc hormon oksitosin untuk memperlancar proses kelahiran. Hal ini biasanya dilakukan untuk induk babi yang bermasalah pada saat proses beranak.

Mistral adalah desinfektan berbentuk tepung yang ditaburkan diseluruh badan anak babi saat dilahirkan. Hal ini juga dilakukan sebagai tindakan preventif bagi anak yang baru lahir untuk menghadapi lingkungan disekitar kandang.

Ransum Penelitian

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum babi yang diproduksi sendiri oleh PT. Adhi Farm, kemudian dilakukan penambahan berbagai taraf tepung tanaman tarbangun (TTT) sebagai ransum perlakuan. Hasil analisis proksimat

ransum penelitian dan TTT yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 9.

Hasil analisis proksimat digunakan sebagai acuan untuk mengidentifikasi kandungan zat bahan makanan yang belum diketahui, menguji kualitas bahan yang telah

diketahui dibandingkan dengan standarnya, mengevaluasi hasil formula ransum yang telah dibuat dan menjadi dasar analisa lebih lanjut (Anonim, 2011). Berdasarkan hasil analisis proksimat ransum penelitian (Tabel 10), terlihat bahwa ransum yang ditambahkan TTT dengan taraf berbeda mengakibatkan komposisi kandungan zat makanan didalamnya menjadi berubah. Perubahan yang terjadi tidak berbanding lurus dengan peningkatan taraf TTT yang ditambahkan kedalam ransum kontrol. Berdasarkan hasil analisis proksimat ransum perlakuan (Tabel 9) dapat dikatakan bahwa ransum penelitian telah memenuhi standar kebutuhan nutrisi yang yang dibutuhkan oleh induk babi menyusui. Kebutuhan energi untuk induk babi menyusui menurut NRC (1998) adalah 3265 kkal/kg. Menurut Siagian (1999) induk babi menyusui memerlukan ransum yang mengandung 15% protein kasar, 3300 kkal/kg energi yang dapat dicerna, 0,6% Ca dan 0,4% fosfor yang tersedia.

Tabel 9. Analisa Proksimat Ransum Penelitian Ransum/

TTT

KA Abu Lemak Protein Serat Kasar

BS BK BS BK BS BK BS BK --- % BK--- R1 14,11 6,43 7,49 3,28 3,82 16,97 19,76 2,89 3,36 R2 13,72 8,37 9,70 3,52 4,08 15,28 17,71 3,92 4,54 R3 13,16 8,77 10,10 5,70 6,56 15,61 17,98 3,83 4,41 R4 10,57 9,73 10,88 6,01 6,72 14,57 16,29 4,28 4,79 TTT 10,90 13,71 15,39 4,10 4,61 20,98 23,55 7,36 8,26 Sumber : Laboratorium Pusat Antar Universitas, IPB (2010). Keterangan : KA= Kadar Air; BS= Bahan Segar; BK= Bahan Kering; TTT= Tepung tanaman tarbangun;R1= Ransum kontrol, R2= R1 ditambah 2,5% TTT, R3= R1 ditambah 5% TTT, R4= R1 ditambah 7,5% TTT.

Hasil komposisi zat nutrisi ransum perlakuan yang dihitung berdasarkan komposisi ransum kontrol dengan penambahan berbagai taraf TTT dalam ransum maka akan diperoleh hasil seperti tercantum pada Tabel 10.

Tabel 10. Komposisi Kandungan Nutrisi Ransum Perlakuan

Keterangan : KA= Kadar Air; BS= Bahan Segar; BK= Bahan Kering; TTT= Tepung tanaman tarbangun; R1= Ransum kontrol, R2= R1 ditambah 2,5% TTT, R3= R1 ditambah 5% TTT, R4= R1 ditambah 7,5% TTT.

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa perubahan komposisi BETN dalam ransum perlakuan berbanding terbalik dengan meningkatnya pemberian TTT dalam ransum tersebut. Hal ini tentunya berbeda dengan hasil analisa proksimat yang diperoleh pada Tabel 9. Perbedaan ini dapat disebabkan pengambilan dan pencampuran sampel yang tidak merata, serta lamanya waktu sampai ransum dianalisa di laboratorium karena jarak antara laboratorium dengan tempat penelitian yang relatif jauh.

Standar Nasional Indonesia (SNI) (1995), menganjurkan kandungan lemak kasar pada ransum induk babi bunting dan menyusui adalah 3% dengan serat kasar optimum 7%. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa serat kasar dalam ransum berpengaruh besar terhadap kecernaan energi yang dapat dicerna. Kandungan serat kasar yang tinggi akan menyebabkan kandungan gula dan lemak semakin rendah. Keberadaan serat kasar yang tinggi dapat menurunkan kecernaan gula, pati dan lemak. Kandungan serat kasar yang tinggi juga mengakibatkan meningkatnya konsumsi ransum tetapi menurunkan konversi ransum. Oleh karena pemahaman akan hal ini, maka di peternakan PT. Adhi Farm dilakukan penambahan Growbig Max yang mengandung herbal, glukosa dan bakteri amylolytic, proteolotic, lipolotic, yeast untuk mengurangi bau feses yang dihasilkan ternak babi serta mempercepat

pertumbuhan ternak babi.

Konsumsi Ransum Induk Babi

Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dimakan oleh induk babi setiap hari. Konsumsi ransum diperoleh dengan cara melakukan penimbangan ransum yang diberikan dikurangi sisa ransum dalam waktu 24 jam. Faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum adalah bobot individu ternak, tipe dan tingkat produksi, umur, jenis makanan dan faktor lingkungan (Church, 1991). Termasuk faktor lingkungan adalah keadaan kandang, temperatur dan kelembaban kandang (Malole dan Pramono,1989). Konsumsi ransum penting untuk mengetahui seberapa banyak TTT yang dikonsumsi, oleh induk babi. Berdasarkan rataan konsumsi induk babi pada Tabel 11, dapat

diketahui rataan TTT yang dikonsumsi induk babi berdasarkan taraf penambahannya. Rataan konsumsi ransum induk babi selama penelitian menurut perlakuan dapat dilihat pada Tabel 11. Rataan umum konsumsi ransum induk babi selama penelitian

Ransum KA Abu Lemak

Kasar Protein Kasar Serat Kasar BETN ---%BK--- R1 14,11 7,49 3,82 19,76 3,36 51,46 R2 14,38 7,87 3,94 20,35 3,57 49,89 R3 14,65 8,26 4,05 20,94 3,77 48,33 R4 14,93 8,64 4,17 21,53 3,98 46,75

adalah 3,50±0,98 kg dengan koefisien keragaman (KK) 13,55%. Induk babi menyusui membutuhkan ransum yang lebih banyak untuk kebutuhan hidup pokok, dan menggunakan zat makanan yang diperoleh dari ransum untuk menghasilkan air susu yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak babi. Konsumsi ransum induk babi dalam penelitian ini secara rataan sudah memenuhi kebutuhannya selama menyusui seperti pernyataan Sihombing (2006), bahwa konsumsi ransum induk babi menyusui berkisar antara 3-4,5 kg/e/h.

Tabel 11. Rataan Konsumsi Ransum Harian Induk Babi Selama Penelitian

Ransum Waktu Pemberian Rataan

H1 H2 ---kg/e/h--- R1 3,47±0,40 3,55±0,26 3,51±0,30 R2 2,95±0,19 3,87±0,33 3,41±0,51 R3 2,80±0,68 4,03±0,49 3,41±0,77 R4 3,34±0,70 4,05±0,19 3,69±0,35 Rataan 3,03±0,55B 3,98±0,35A 3,50±0,98 KK (%) 18,23 8,88 13,55

Keterangan: Superskrip huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan bahwa perlakuan sangat nyata (P<0,01) R1 = Ransum kontrol; R2 = R1 dengan penambahan

Baca selengkapnya

Dalam dokumen PENGARUH TARAF TEPUNG TANAMAN TARBANGUN (Halaman 27-48)

Dokumen terkait