Sejarah Sistem Agroforesry
Pada awalnya pengembangan areal Sayum Sabah menjadi daerah areal
pertanian dan hutan rakyat sudah mulai ada sejak tahun 80-an dan berlangsung
sampai dengan sekarang. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, masyarakat
Sayum Sabah adalah masyarakat yang kental dengan adat istiadatnya yaitu adat
istiadat Karo. Tradisi turun temurun dan pewarisan harta maupun benda sudah
menjadi kebiasaan nenek moyang mereka dahulu sampai dengan sekarang. Hal itu
juga dibuktikan dengan adanya kepemilikan lahan yang diturunkan kepada ahli
waris atau keturunan.
Berawal dari kondisi lahan yang dikelola masyarakat berupa hutan rakyat
yang diberikan pemerintah sebagian bantuan kepada masyarakat tidak banyak
memberi pendapatan yang lebih dan hanya sebagian masyarakat saja yang
memahami teknik mengelola hutan rakyat, disamping juga lokasi hutan rakyat
yang cukup jauh membuat masyarakat mulai memikirkan metode baru untuk
beralih dari pola yang lama. Masyarakat mulai beralih kepada pengelolaan
agroforestry pada lahan milik mereka sendiri.
Seiring dengan berjalannya waktu,agroforestry mulai saja muncul dan bergerak di desa ini sejak adanya satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) Bitra
di tahun 1996, dimana lembaga ini sangat banyak membantu masyarakat
khususnya para petani didalam memulai pandangan dan pemikiran baru guna
pengembangan lahan yang mereka usahakan. Karena pengarahan dan bimbingan
hati maka lama kelamaan masyarakat mulai tertarik dengan sistem pengelolaan
lahan dengan agroforestry.
Tahap awal LSM Bitra mulai memberikan pasokan bibit coklat dan karet
untuk ditanam masyarakat di areal ladangnya. Ternyata tanaman coklat dan karet
yang mereka usahakan mendatangkan hasil yang lumayan. Hal inilah yang
membuat sebagian besar masyarakat mulai mengganti lahan pertanian mereka
yang hanya bersifat monokultur menjadi tanaman agroforestry. Selain itu LSM Bitra juga memberi bibit mindi, durian yang juga membantu masyarakat
khususnya para petani dalam pengelolanya pertaniannya.
Peternakan digerakkan dengan mulainya masyarakat menerima program
yang diberikan pemerintah yaitu program kambing dan lembu bergilir. Sistem ini
menerapkan bahwa dalam satu rumah tangga diberi saru ekor anak kambing atau
anak lembu. Lembu dan kambing inilah nantinya dikembangbiakkan oleh petani
sampai mencapai dewasa dan melahirkan anak. Anak ternak tersebut diberi lagi
kepada petani yang lain dan demikian seterusnya.
Jika dilihat dari perkembangan agroforestry dari tahun ke tahun banyak mengalami perkembangan, pendapatan petani yang bertambah bahkan tingkat
kesejahteraan penduduk desa yang meningkat. Hal ini berhubungan pola
pemikiran masyarakat yang mau berperan serta dalam kemajuan desa tempat
tinggal mereka. Mereka juga turut membantu pemerintah yang bekerja sama
dengan LSM Bitra untuk memberdayakan hasil usaha agroforestry yang dikelola oleh para petani.
Sistem Agroforestry
Agroforestry sebagai suatu teknik penanaman campuran memiliki ruang lingkup beragam. Klasifikasi ini ditunjukkan dari beberapa unsur penyusun dalam
pengelolaan. Berdasarkan pengamatan di lapangan didapat bahwa sistem
agroforestry memiliki teknik dan cara yang baik dalam pengelolaan lahan yang petani lakukan. Hal ini dibuktikan dengan adanya bentuk dan pola agroforestry
yang berbeda-beda dari pengelolaan agroforestry yang dimiliki masing-masing petani. Pengelolaan agroforestry yang dilakukan oleh petani dilakukan dengan mempertimbangkan segi pemanfaatan lahan dan segi keefektifan produksi
penggunaan lahan.
Pengelolaan dari segi pemanfaatan lahan (luas lahan dan kemiringan)
dimana petani lebih memilih jenis tanaman komersial seperti jenis pohon mahoni,
rambutan, durian dan lain-lain. Jika petani memiliki lahan yang luas petani
mereka memilih tanaman karet dan Jika petani memiliki memiliki kondisi lahan
yang miring mereka memilih tanaman coklat.
Petani juga mempertimbangkan dari segi keefektifan produksi penggunaan
lahan (hasil yang diharapkan) dimana petani banyak menanam tanaman musiman
atau berdaur pendek seperti cabai dan jagung untuk nilai produksi tinggi dan
hasilnya didapat setiap tahunnya petani menjadikannya sebagai pendapatan utama
mereka. Petani juga memilih jenis tanaman tahunan (pohon) seperti mahoni yang
digunakan untuk pendapatan petani dengan nilai ekonomi yang tinggi di masa
yang akan datang.
Dibawah ini disajikan bentuk dan pola agroforestry yang menyatu dalam suatu sistem agroforestry yang dikelola oleh petani di Desa Sayum Sabah.
Tabel 1. Bentuk dan pola agroforestry yang dikelola petani di Desa Sayum Sabah
No. Nama Petani Luas Lahan Bentuk Agroforestry Pola Agroforestry
1. Jamal Sembiring 6,5 AgrisilvilcultureAlley cropping
2. Selamat Gurusinga 3,0SylvopastoralRandom mixture
3. Ramlan Ginting 1,0AgrisilvicultureRandom mixture
4. Elijon Bukit 1,7AgrosylvopastoralAlley cropping
5. Jhonson Ginting 1,2SylvofisheryRandom mixture
6. Piter Perangin- angin 1,0SylvopastoralRandom mixture
7. Kaitman Tarigan 1,2Sylvopastoral Random mixture
8. Johanes Sembiring 2,5 SylvopastoralRandom mixture
9. Ngasup Sembiring 0,9AgrosylvopastoralAlley cropping
10. Lima Tarigan 0,7Sylvopastoral Random mixture
11. Aston Gurusinga 1,1Sylvofishery Random mixture
12. Selamet Perangin- angin 1,4AgrisilvicultureTrees along border (TAB)
13. Kasman Gurusinga 1,8 Sylvopastoral Random mixture
14. Jamalul Sembiring 1,2Sylvopastoral Random mixture
15. Keriahenta Tarigan 2,1Agrisilviculture Alley cropping
16. Salomo Perangin-angin 1,2Sylvofishery Random mixture
Tabel 2. Jenis komoditi agroforestry yang dikelola petani di Desa Sayum Sabah
No. Nama Petani Jenis Komoditi Agroforestry
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21* 1. Jamal Sembiring V V V V V V 2. Selamat V VV V V V V Gurusinga 3. Ramlan Ginting V V V V 4. Elijon Bukit V V V V V V 5. Jhonson Ginting V V V V 6. Piter V V V V Perangin-angin 7. Kaitman Tarigan V V V V V 8. Johanes Sembiring V V V V V 9. Ngasup Sembiring V V V V
Sambungan Tabel 2.
No. Nama Petani Jenis Komoditi Agroforestry
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21* 10.Lima Tarigan V V V V 11.Aston Gurusinga V V V V V V 12.Selamet Perangin- V V V V V angin 13.Kasman Gurusinga V V V V V 14.Jamalul Sembiring V V V V V V 15.Keriahenta Tarigan VV V V V 16.Salomo Perangin- V V V V V angin
*) Jenis komoditi agroforestry 1. Karet 2. Kelapa sawit 3. Aren 4. Mahoni 5. Pinang
6. Rumbia 7. Durian 8. Manggis 9. Duku 10. Nenas 11. Rambutan 12. Pisang 13. Coklat 14. Cabai 15. Jambu air 16. Alvokat 17. Jagung 18. Ayam 19. Kambing 20. Lembu 21. Ikan
Bentuk agroforestry Agrisilviculture
Agrisilviculturemerupakan pola pemanfaatan lahan yang terdiri atas kombinasi tanaman pertanian (pangan) dengan tanaman kehutanan. Dari jumlah
responden didapat bahwa petani yang menggunakan bentuk agroforestry dengan
agrisilviculture sebanyak 4 orang petani. Mereka mengkombinasikan jenis tanaman kehutanan/pohon (tanaman tahunan) seperti mahoni, manggis, duku,
aren, kelapa sawit, pinang, durian, jambu air, alvokat dan rumbia. Petani
memanfaatkan mahoni untuk dikombinasikan dengan tanaman pertanian dan
buah-buahan seperti pisang, rambutan, jagung dan cabai.
Untuk jenis tanaman kehutanan yang berdaur panjang (tree crops) diharapkan nantinya tanaman ini dapat memberi hasil dan bernilai ekonomi yang
tinggi di masa yang akan datang ketika akan dipanen. Selain itu fungsi dari
naungan dari efek penyinaran matahari yang berlebihan untuk tanaman yang
terdapat di bawahnya. Tanaman ini yang membutuhkan naungan untuk tumbuh
dengan baik sehingga dan memberikan hasil sesuai dengan waktunya.
Interaksi yang terjadi dalam pola pemanfaatan lahan dengan sistem
Agrisilvicultureadalah lahan dapat dimanfaatkan secara terus-menerus yang mendukung dalam hal perlindungan dan konservasi tanah. Jika tanaman
kehutanan (tanaman tahunan) seperti mahoni, duku, durian, jambu air, alvokat
dipanen kayunya rata-rata mencapai umur 15 tahun maka tanaman pertanian
seperti pisang, rambutan, jagung, dan lain-lainnya dapat dipanen sampai beberapa
kali dan jenis tanaman dapat diganti sesuai dengan kepentingan.
Jenis tanaman tahunan tidak hanya dimanfaatkan kayunya (bersifat
tahunan) tetapi dapat juga bersifat musiman dalam hal produksi buah yang
dihasilkan. Hal ini memberi banyak keuntungan bagi petani karena petani
mendapat tambahan yang lebih, ketika tanaman mahoni belum bisa dipanen maka
solusinya mereka terlebih dahulu memanen tanaman pertanian yang mereka
tanam.
Gambar 1. Sistem agroforestrybentukagrisilvicultureyang mengkombinasikan tanaman buah-buahan dan pohon mahoni pada lahan milik Keriahenta Tarigan
Sylvopastoral
Sistem agroforestry yang meliputi komponen kehutanan (pohon) dengan komponen peternakan. Dari jumlah responden didapat bahwa petani yang
menggunakan bentuk agroforestry dengan sylvopastoral adalah sebanyak 7 orang petani. Petani banyak mengkombinasikan tanaman pinang, durian, manggis, duku,
coklat, karet, pinang, aren, kelapa sawit dan rumbia yang dikombinasikan dengan
ternak lembu, ikan, kambing dan ayam.
Beberapa petani ada juga yang mengkhususkan satu lokasi lahannya
khusus untuk ditumbuhi rumput dan di sekeliling lahan ditanami pohon-pohon
seperti mahoni, buah-buahan dan aren. Petani membawa ternak peliharaan berupa
lembu dan kambing ke padang rumput penggembalaan lalu ternak dibiarkan di
lahan untuk makan dari rumput yang terdapat di lahan tersebut.
Interaksi yang terlihat antara komponen-komponen agroforestry ini dapat berupa ketika ternak mengeluarkan kotoran maka hasil kotoran ternak dapat
dijadikan pupuk bagi pohon dan rumput tersebut sehingga tanaman dan rumput
dapat tumbuh subur. Ternak juga dapat memberikan hasil yang maksimal bagi
pertumbuhan dan perkembangan jenis pohon yang ditanam karena ternak ikut
serta membantu dalam hal memakan gulma (rumput liar) yang dapat mengganggu
pertumbuhan pohon. Produksi tanaman (pohon) semakin meningkat sehingga
didapat hasil yang memuaskan.
Sewaktu-waktu jika ternak sudah menghasilkan maka dapat dijual tanpa
harus menunggu produksi buah dan kayu yang dihasilkan dari tanaman kehutanan
Gambar 2. Sistem agroforestry bentuksilvopastoral dengan mengkombinasikan tanaman buah-buahan, pohon mahoni dan juga komponen peternakan pada lahan milik Selamet Gurusinga
Agrosylvopastoral
Agrosylvopastoralmerupakan pola pemanfaatan lahan yang mengkombinasikan komponen tanaman berkayu (kehutanan) dengan tanaman
pertanian (semusim) sekaligus peternakan pada kondisi lahan yang sama. Dari
jumlah responden didapat bahwa petani yang menggunakan bentuk agroforestry
dengan agrosylvopastoral adalah sebanyak 2 orang petani. Petani memanfaatkan lahan dengan hewan ayam dengan kandang yang berada ditengah lahan kemudian
di sekeliling lahan ditanami dengan coklat, mahoni, aren (tanaman berkayu)
dengan tanaman musiman berupa pisang.
Interaksi yang terlihat antara komponen-komponen agroforestry ini dapat berupa ketika ternak mengeluarkan kotoran maka hasil kotoran ternak dapat
dijadikan pupuk bagi pohon dan pisang tersebut sehingga pohon dan pisang dapat
tumbuh subur.
Petani memanfaatkan lahannya dengan trifungsi ketika ternak ayam
jenis tanaman tahunan lain menghasilkan buah ataupun kayu, jadi memberi
keuntungan yang banyak. Ketika pun ada jenis komoditi yang belum
menghasilkan maka petani tidak perlu ambil pusing untuk menunggu hasilnya,
petani mendapatkan hasil dari jenis komoditi yang lainnya. Jadi memberi
keuntungan sewaktu-waktu.
Gambar 3. Sistem agroforestry bentukagrosylvopastoraldengan
mengkombinasikan tanaman buah-buahan, pohon mahoni dengan kandang ternak ditengahnya pada lahan milikElijon Bukit
Sylvofishery
Sylvofisherymerupakan pola pemanfaatan lahan yang mengkombinasikankomponen tanaman berkayu (kehutanan) dengan tambak ikan
(kolam). Dari jumlah responden didapat bahwa jumlah petani yang menggunakan
bentuk agroforestry dengan sylvofishery adalah sebanyak 3 orang petani. Petani biasanya mengkombinasikan tanaman tahunan (pohon) berupa coklat, karet,
pinang, duku, manggis dan rumbia yang dikombinasikan dengan komponen ikan
nila yang berada di tengah-tengah lahan. Petani memanfaatkan pekarangan untuk
manfaat dan fungsi bagi jenis tanaman dan budidaya ikan yang dilakukan oleh
petani.
Interaksi yang terjadi berupa dimana pohon-pohon tersebut dapat menjadi
pohon peneduh bagi ikan jika terjadi efek penyinaran matahari yang berlebihan
yang terdapat di kolam yang sangat bermanfaat bagi proses perkembangbiakan
ikan. Pohon-pohon juga berpengaruh dalam hal perlindungan terhadap tanah dan
air kolam ketika terjadinya hujan dimana pohon-pohon dapat menahan hempasan
air hujan sehingga dapat melindungi tanah dari longsor dan pendangkalan kolam.
Dengan penggunaan bentuk ini, petani memanfaatkan lahan pekarangan
mereka untuk dilengkapi dengan jenis tanaman yang berkualitas baik sekaligus
pemanfaatan lahan yang lain untuk perikanan yang bermanfaat secara ekonomi
untuk menambah penghasilan petani dan juga sebagai sumber protein.
Gambar 4. Sistem agroforestry bentuksylvofishery dengan mengkombinasikan tanaman buah-buahan, pohon mahoni dan juga komponen perikanan pada lahan milik Jhonson Ginting
Pola agroforestry
Dari hasil pengamatan di lapangan, pola penanaman agroforestry yang dilakukan oleh para petani terdiri dari 3 pola penanaman diantaranya adalah :
Trees along border (TAB)
Dalam pemanfaatan lahan agroforestry pohon (tumbuhan berkayu) ditanam di pinggir jalan dan tanaman pertanian berada di tengah. Pohon-pohon
yang ditanam mengelilingi lahan biasanya difungsikan sebagai pagar atau
pembatas lahan. Hal ini dapat dijumpai pada areal lahan petani yang ditanami
pohon pinang, aren, rumbia, sebagai batas lahan dengan tanaman-tanaman
pertanian dan perkebunan termasuk sebagai tanaman pengisi yang berada di
tengahnya seperti coklat, jagung dan lain-lain. Dari jumlah responden petani di
lapangan didapat bahwa jumlah petani yang menggunakan pola agroforestry
dengan tres along border (TAB) adalah sebanyak 1 orang petani.
Keterangan : A = Pohon (aren, rumbia) B = Tanaman pertanian (jagung)
Gambar 5. Lay out pola trees along border(TAB) pada lahan milik Selamet Perangin-angin
Alley cropping
Pola penanaman ini hampir mirip dengan pola penanaman trees along border (TAB), tetapi bentuknya hanya menempatkan pohon di pinggir kanan dan kiri tanaman tanpa harus mengelilingi lahan. Pola seperti ini sering juga disebut
dengan bentuk lorong karena apabila dilihat dari ujung lahan akan menyerupai
goa. Lahan yang terdapat di lokasi penelitian banyak bertopografi miring sehingga
banyak petani yang menerapkan pola penanaman agroforestry dengan bentuk seperti ini. Pohon yang juga berfungsi sebagai pembatas dengan mengikuti arah
terasering (bukit menurun).
Hal yang menjadi manfaat dengan pola alley cropping adalah dapat melindungi tanaman yang terdapat di tengahnya dari pengaruh angin kencang dan
cahaya berlebihan dan keuntungan dalam hal konservasi tanah berupa pengaruh
tanah longsor.Dari jumlah responden petani dilapangan didapat bahwa jumlah
petani yang menggunakan polaagroforestry dengan alley cropping adalah sebanyak 4 orang petani.
Keterangan : A = Pohon (pinang, mahoni) B = Tanaman pertanian (pisang)
Random mixture
Random mixturemerupakan pola tanam acak, dimana para petani menanam jenis tanaman dengan letak yang tidak beraturan. Sebagian besar petani di daerah
ini melakukan pola penanaman random mixture. Hal ini dikarenakan tidak adanya perencanaan awal dalam menata letak tanaman dan petani berpendapat selain
mengisi lahan yang kosong, cukup disayangkan jika lahan tersebut tidak ditanam
dengan pohon dan jenis tanaman yang bermanfaat atau alasan bersifat ekonomis.
Pola penanaman ini banyak dibuktikan oleh petani yang memiliki luas
lahan lebih dari 3 hektar, dimana petani menanam jenis tanaman tahunan pada
sebagian besar besar lahan dengan jenis tanaman seperti coklat, duku, durian dan
pinang sedangkan di sebagian besar areal lahan lainnya secara tidak beraturan
ditanami jenis tanaman musiman seperti cabai, jagung dan nenas. Dari jumlah
responden petani dilapangan didapat bahwa jumlah petani yang menggunakan
bentuk agroforestry dengan random mixture adalah sebanyak 14 orang petani.
Keterangan : A = Pohon (coklat, aren) B = Tanaman pertanian (jagung)
Gambar 7. Lay out pola random mixture pada lahan milik Johanes Sembiring Hubungan Penerapan Sistem Agroforestry dengan Pendapatan Petani
Jika dilihat dari segi aspek ekonomi, maka penerapan sistem agroforestry
di Desa Sayum Sabah memiliki masa depan yang cerah. Dengan sistem yang
diterapkan pada lahan petani maka akan memberikan produktivitas hasil panen
yang meningkat. Logikanya, setiap komoditas memiliki nilai jual masing-masing,
ketika petani menggunakan sistem agroforestry dengan tanaman-tanaman yang komersial maka total pasca panen akan melimpah. Misalnya dalam lahan
diusahakan komoditi coklat, pinang, cabai, jagung dan aren maka bila jumlahnya
cukup akan mendukung penerimaan pendapatan petani yang semakin besar. Dari
pengamatan di lapangan penentuan pola agroforestry dalam bentuk alley cropping, trees along border dan random mixture sangat berpengaruh bagi pendapatan petani. Hal ini berhubungan dengan untung dan rugi dalam
pengambilan keputusan penentuan pola agroforestry.
Jika dilihat di lapangan untuk lahan yang luas biasanya petani menerapkan
pola agroforestryrandom mixture dimana jenis komoditi ditanam secara acak dalam lokasi. Hal ini dapat memperngaruhi peningkatan produktivitas lahan.
Selain itu petani juga mempertimbangkan jangan sampai biaya produksi dan upah
tenaga kerja yang dikeluarkan terlalu besar. Untuk lokasi lahan yang miring petani
menerapkan pola agroforestryalley cropping dengan pertimbangan efisiensi tenaga kerja dan nilai produksi lahan sehingga dapat menekan biaya produksi.
Para petani juga melihat jenis komoditi agroforestry yang sesuai untuk dikelola. Untuk nilai jual yang tinggi dimasa mendatang, petani biasanya
menanam mahoni di lahannya. Untuk mendapatkan hasil musiman atau beberapa
pisang dan lain-lain. Hal ini berpengaruh pada pendapatan petani baik dari jangka
pendek sampai jangka panjang.
Petani yang dulunya masih menggantungkan kebutuhan dasarnya pada
lahan, saat ini mulai berkurang. Mereka mulai merasakan manfaat yang cukup
memadai dengan menggunakan sistem agroforestry apalagi lahan yang dimiliki petani rata-rata memiliki luas > 0,5 hektar. Petani menyadari bahwa ada saatnya
membutuhkan uang tunai mendadak mungkin untuk membayar sewa rumah,
membayar utang, biaya sekolah dan kuliah anak mereka, dll. Biasanya untuk
memenuhi kebutuhan tersebut dengan menebang pohon, memanen buah, menjual
ternak dan menjual telur ayam yang kesemuanya memberikan manfaat yang lebih
bagi petani.
Jenis Komoditi dan Teknik Pengelolaan Komoditi Agroforestry
Salah satu keuntungan diterapkannnya sistem agroforestry adalah terciptanya variasi (keragaman) hayati, terutama keragaman vegetasi (tumbuhan
dan tanaman). Berdasarkan data yang dikumpulkan dari 16 sampel responden
petani agroforestryterdapat sedikitnya 13 jenis komoditi tanaman. Menurut Mahendra (2009) jenis dan komposisi tanamandalam agroforestry yang terbagi kedalam kelompok tanaman hutansebanyak 1 jenis yaitu mahoni, tanaman
perkebunan dan industri sebanyak 5 jenis (coklat, karet, aren, rumbia, pinang dan
kelapa sawit), tanaman buah-buahan terdapat 5 jenis (durian, manggis, duku,
nenas dan pisang), tanaman pangan dan sayuran sebanyak 2 jenis (cabai dan
jagung). Terdapat juga hewan ternak peliharaan sebanyak 4 jenis (kambing,
Tabel 3. Jenis komoditi, jumlah pemilik dan luas areal komoditi agroforestry
No. Komoditi Responden Pemilik Total luas lahan (ha) Frekwensi %*) 1. Coklat 7 43,75 4,5 2. Kelapa sawit 7 12,50 2,5 3. Karet 4 25,00 3,3 4. Aren 7 43,75 5,4 5. Pinang 8 50,00 2,6 6. Rumbia 3 18,75 1,8 7. Durian 7 43,75 7,0 8. Manggis 5 31,25 3,7 9. Duku 7 43,75 5,6 10. Nenas 1 6,25 0,5 11. Pisang 3 18,75 2,7 12. Cabai 1 6,25 0,2 13. Jagung 2 12,50 0,2 14. Jambu air 1 6,25 0,2 15. Alvokat 1 6,25 0,2 16. Padang rumput 2 12,50 1,1 17. Ikan 6 37,50 1,7 18. Ayam 3 18,75 - 19. Lembu 4 25,00 - 20. Kambing 2 12,50 - Jumlah 43,11
*) Persen petani terhadap jumlah petani sampel 16 orang petani
Dari komoditi tanaman yang diusahakan oleh para petani didapat bahwa
jenis tanaman pinang tanaman agroforestry pilihan dengan responden petani pemilik sebanyak 8 orang petani. Hal ini disebabkan petani lebih mudah
memanfaatkan lahan karena lebih banyak memberi keuntungan termasuk dalam
hal penggunaan lahan, petani memanfaatkan pinang sebagai tanaman pembatas
durian, duku dan aren sebagai tanaman terbanyak ke-2 yang dikelola petani (7
orang). Kebanyakan jenis tanaman ini sudah ada sejak dahulu (pohon tua) dan
tidak dibudidayakan. Untuk jenis tanaman ke-3 yang paling banyak
dibudidayakan petani adalah tanaman manggis (5 orang). Jenis tanaman ini juga
merupakan jenis tanaman yang sudah ada sejak dahulu (pohon tua) dan tidak
dibudidayakan.
Untuk tingkat penggunaan luas lahan didapat bahwa tanaman durian
memiliki luas lahan yang terbesar dengan total luas lahan sebesar 7 ha, dimana
tanaman durian dapat menempati areal lahan secara acak. Kebanyakan tanaman.
Untuk tingkat luas lahan 0,2 ha didapat bahwa jenis tanaman cabai, jagung, jambu
air, dan alvokat memiliki luas lahan relatif kecil karena tanaman memiliki jarak
tanam yang berukuran kecil. Tidak mencapai ukuran 1 m2 untuk jenis tanaman jagung dan cabai dan memiliki jumlah tanaman yang relatif sedikit untuk jenis
tanaman jambu air dan alvokat.
Selain jenis-jenis tanaman, petani juga memanfaatkan jenis hewan ternak
dalam pengelolaan agroforestry. Petani memanfaatan kolam (komoditi ikan) dengan total luas lahan 1,7 ha. Kondisi lahan didukung adanya irigasi yang baik
sehingga baik bagi pengelolaan komoditi ini untuk mendapatkan keuntungan yang
lebih banyak.
Berikut ini akan dijelaskan gambaran beberapa jenis komoditi penyusun
sistem agroforestry diantaranya tanaman kehutanan, tanaman perkebunan dan industri, tanaman buah-buahan, tanaman pangan, tanaman sayuran, ternak dan
Tanaman kehutanan
Mahoni (Swietenia mahagoni)
Mahoni ádalah jenis pohon dengan pertumbuhan yang lambat. Mahoni
biasa dipanen antara umur 20-40 tahun. Karena rentang waktu yang lama maka
petani agroforestry cukup jarang membudidayakan tanaman ini dan petani menyebutnya sebagai tanaman masa depan karena bisa dipanen di waktu-waktu
mendatang.
Tidak adanya perlakuan yang khusus terhadap pengelolaan tanaman ini,
para petani hanya membiarkan saja tanaman ini tumbuh, cuma mendapat
perhatian khusus sewaktu masa umur 1-3 tahun dimana dilakukan perawatan
dengan pemberian pupuk NPK sebanyak 3 kali pemupukan dengan dosis 100
gram per tanaman.
Pada umumnya tanaman mahoni juga dijadikan sebagai tanaman
pelindung bagi tanaman yang ada dibawah tegakannya, seperti tanaman pertanian
seperti jagung dan kacang- kacangan. Letak lahan yang diusahakan para petani
biasanya berada pada lereng bukit.
Dari pengamatan yang dilakukan dilapangan, bahwa terdapat seorang
petani yang baru memanen kayu mahoninya dimana dalam usia panen pohon
mahoninya mencapai umur 25 tahun dan pohon mahoninya sudah dapat mencapai
50 m3 dalam 1,5 ha lahan yang dimilikinya dengan harga kayu per m3 seharga Rp 400.000,00. Kayu-kayu tersebut dijual ke pasar untuk dijadikan kayu