• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengurangan dampak negatif pabrik pengolahan kelapa sawit mengacu pada Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) dan Peraturan Pemerintah (Pardamean 2011). Jenis-jenis limbah yang dihasilkan terdiri dari limbah padat seperti Tandan Kosong (TKS), serabut (fiber), dan cangkang serta limbah cair yaitu Palm Oil

Mill Effluent (POME). PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) memiliki satu unit

pabrik yaitu Selucing Agro Mill (SAGM) dengan kapasitas olah 60 ton jam-1. Persentase limbah POME yang dihasilkan oleh Pabrik SAGM paling tinggi dibandingkan dengan limbah lainnya seperti TKS (19 % dari TBS yang diolah),

fiber (13 % dari TBS yang diolah), dan cangkang (0.15 % dari TBS yang diolah). Jumlah limbah yang dihasilkan pada tahun 2012 yaitu TKS sebesar 56 959.89 ton tahun-1, fiber sebesar 38 972. 55 ton tahun-1, cangkang sebesar 449. 68 ton tahun-1, dan POME sebesar 149 894.44 ton tahun-1. Limbah POME dan TKS dimanfaatkan kembali sebagai pupuk organik. Cangkang dan Fiber dimanfaatkan untuk bahan bakar di Pabrik SAGM dan sebagian cangkang dijual. Komposisi jenis limbah yang dihasilkan oleh Pabrik SAGM dapat dilihat pada Tabel 8.

26

Tabel 8 Komposisi jenis limbah yang dihasilkan Pabrik Selucing Agro Mill (SAGM) pada tahun 2012

Bulan / Tahun TBS yang diolah (ton) Tandan kosong (ton) Fiber (ton) Cangkang

(ton) POME (ton) Januari /12 17 726.769 3 368.09 2 304.48 26.59 8 863.38 Februari/12 18 831.532 3 577.99 2 448.09 28.25 9 415.77 Maret/12 20 661.189 3 925.63 2 685.95 30.99 10 330.59 April/12 22 147.721 4 208.07 2 879.20 33.22 11 073.86 Mei/12 24 728.359 4 698.39 3 214.69 37.09 12 364.18 Juni/12 21 081.671 4 005.52 2 740.62 31.62 10 540.84 Juli/12 24 005.489 4 561.04 3 120.71 36.01 12 002.74 Agustus/12 23 227.819 4 413.29 3 019.62 34.84 11 613.91 September/12 32 537.057 6 182.04 4 229.82 48.81 16 268.53 Oktober/12 33 401.896 6 346.36 4 342.25 50.10 16 700.95 November/12 30 902.441 5 871.46 4 017.32 46.35 15 451.22 Desember/12 30 536.936 5 802.02 3 969.80 45.81 15 268.47 Total 299 788.88 56 959.89 38 972.55 449.68 149 894.44 Persentase (%) 19.00 13.00 0.15 50.00

Sumber : Selucing Agro Mill (2013)

Tandan Kosong (TKS)

Tandan kosong (TKS) adalah salah satu produk sampingan yang berasal dari stasiun bantingan (tresher). TKS yang dihasilkan Pabrik SAGM sebesar 19% dari jumlah TBS yang diolah atau sekitar 190 kg ton-1 dari setiap 1 ton TBS yang diolah. TKS dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang dapat menambah kekurangan unsur hara tanaman kelapa sawit. Pemanfaatan TKS dilihat dari segi ekonomis dapat meningkatkan keuntungan perusahaan melalui peningkatan produksi dan dari segi efektivitas dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Limbah TKS dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos, pupuk kalium, dan bahan serat (Pardamean 2011). TKS yang dihasilkan Pabrik SAGM didistribusikan ke kebun-kebun yang ada di PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) seperti Kebun SAGE, SBHE, SCME, dan BKLE. Setiap kebun memperoleh TKS sesuai dengan anggaran biaya dan kebutuhan TKS yang telah ditetapkan oleh kebun masing-masing.

Kandungan unsur hara dalam 1 ton TKS yaitu 8.00 kg Urea, 2.90 kg RP, 18.30 kg MOP, dan 5.00 kg Kieserit. Aplikasi TKS dapat meningkatkan proses dekomposisi sehingga kandungan fisik, biologi, dan kimia tanah meningkat. Selain itu, TKS juga meningkatkan peremajaan tanah yang penting untuk jangka waktu lama dalam rangka mempertahankan produksi TBS agar tetap tinggi. Alur distribusi TKS yaitu TKS yang dihasilkan di PKS dari stasiun pembantingan (tresher) kemudian diangkut ke blok aplikasi menggunakan Dump Truck dengan kapasitas 7 ton setiap truk. Pengisian TKS ke dalam truk menggunakan alat

excavator dan loader kemudian diletakkan di Collection Road (CR) dan sesegera mungkin diaplikasikan. Eko, Fandi dan Heri (2011) menyatakan bahwa

27 kandungan K2O pada TKS sebesar 2.25% dengan kandungan air sebesar 29.42% sehingga dapat meningkatkan massa akar yang berpengaruh pada efektivitas penyerapan hara. Jumlah TKS yang teraplikasikan pada masing-masing blok di Kebun SAGE dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah Tandan Kosong (TKS) yang teraplikasikan di Kebun Selucing Agro Estate (SAGE) Divisi III pada tahun 2012

Blok aplikasi

TKS Luas blok (ha)

Luas teraplikasi TKS (ha)

Total TKS yang dapat teraplikasi (ton) C010 32.41 1.56 43.68 C011 32.77 5.72 55.16 D009 32.83 1.40 39.20 D010 40.47 4.00 28.00 Total 138.48 12.68 166.04

Sumber : Data Kebun SAGE Divisi III (2013)

Berdasarkan data pada Tabel 9, luas blok yang teraplikasikan TKS pada tahun 2012 yaitu 12.68 ha dengan total TKS yang teraplikasikan 166.04 ton atau sekitar 166 040 kg. TKS yang diaplikasikan pada tahun 2012 merupakan sisa TKS yang belum teraplikasi di tahun 2011. Secara keseluruhan rata-rata TKS yang teraplikasikan dari tahun 2011-2012 lebih kurang setengah dari luas keseluruhan blok. TKS yang diaplikasikan tahun 2012 sedikit karena tanaman sudah normal berdasarkan indikator secara visual yaitu tanaman sudah terlihat sehat dan hijau. Jumlah TKS yang dihasilkan Pabrik SAGM tahun 2012 yaitu 56 959.89 ton sedangkan TKS yang diaplikasikan ke Divisi III Kebun SAGE hanya 166.04 ton. Sisa TKS yang dihasilkan Pabrik SAGM didistribusikan ke kebun lain seperti SBHE, SCME, dan BKLE dengan total TKS yang diterima sesuai dengan permintaan masing-masing kebun (tergantung kondisi tanaman).

Perbandingan produksi antara blok aplikasi TKS (C010, C011, D009, dan D010) dengan blok tanpa aplikasi TKS (B013, B014, D012, dan E012) dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Perbandingan produksi Tandan Buah Segar (TBS) pada blok aplikasi tandan kosong dengan blok tanpa aplikasi tandan kosong

Parameter Blok aplikasi TKS Blok tanpa aplikasi TKS

Produksi TBS (janjang) 33 607a 34 043a

Produksi TBS (kg) 148 912a 223 001a

Produktivitas TBS (kg ha-1) 3 680a 835 098a

Sumber : Data Kebun SAGE Divisi III (2013);angka-angka diikuti huruf yang sama pada baris

yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan hasil analisis terhadap produksi TBS yang disajikan pada Tabel 10, produksi TBS pada blok yang diaplikasikan TKS tidak berbeda nyata dengan produksi TBS pada blok yang tidak diaplikasikan TKS dengan pemberian TKS tidak diaplikasikan pada keseluruhan blok aplikasi. Hal ini mengindikasikan

28

bahwa pemberian TKS ke blok aplikasi hanya berfungsi sebagai penambah kelembaban tanah pada blok yang diaplikasikan TKS. Pada umumnya TKS yang diaplikasikan di Kebun SAGE diperuntukkan untuk areal berpasir (C010, C011) sehingga dengan pemberian TKS yang tidak pada keseluruhan blok hanya mampu meningkatkan kelembaban tanah. Produksi TBS tidak berbeda nyata juga disebabkan oleh pemberian TKS yang tidak dilakukan secara kontinyu seperti yang terjadi pada tahun 2012. Aplikasi TKS tahun 2012 sedikit (sisa aplikasi tahun 2011) sehingga tidak terjadi peningkatan produksi secara nyata dibandingkan dengan blok tanpa aplikasi.

Produksi dan produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) pada blok tanpa aplikasi TKS lebih tinggi dibandingkan dengan blok aplikasi TKS. Hal ini disebabkan oleh jenis tanah yang berbeda, dimana blok aplikasi TKS merupakan areal tanah berpasir yang mengandung sedikit humus. Eko, Fandi dan Heri (2011) menyatakan bahwa subsitusi pupuk MoP dengan tandan kosong yang dikombinasikan dengan aplikasi pupuk MoP nyata meningkatkan pH tanah, C-organik, KTK tanah. Aplikasi TKS secara nyata dapat mensubsitusi pupuk MoP hingga 25% dengan peningkatan produksi mencapai 11.7% dari pemupukan standar kebun. Oleh karena itu, aplikasi TKS seharusnya dilakukan secara kontinyu seperti pemberian pupuk anorganik sehingga dapat meningkatkan produksi TBS kelapa sawit.

Organisasi pengangkutan TKS di Kebun SAGE merupakan koordinasi antara pihak kebun dan Pabrik SAGM. Manajer Kebun berkoordinasi dengan Manajer Pabrik dalam hal jumlah TKS yang dapat diangkut. Pengelola Unit bertanggung jawab dalam hal penyediaan alat transportasi dan berkoordinasi dengan Asisten Divisi untuk peletakan TKS di blok aplikasi. Mandor TKS mengkoordinir pengaplikasian TKS di lapangan, membuat pancang untuk peletakan TKS di Collection Road (CR), mengontrol tenaga kerja dan mencatat prestasi kerja. Struktur organisasi pengangkutan TKS di Kebun SAGE dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tenaga kerja untuk aplikasi TKS tergantung jumlah TKS yang akan diaplikasikan ke blok aplikasi. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tiga orang untuk areal sulit dan dua orang untuk areal normal. Rata-rata TKS yang dapat diaplikasi setiap hari adalah 3 500 kg dengan satu tumpukan TKS di Collection Road (CR) sebesar 7 000 kg. Sehingga dalam satu hari TKS yang dapat diaplikasikan 7 000-10 500 kg setiap hari. Pada tahun 2012, TKS yang diaplikasikan yaitu 166.04 ton, sehingga TKS dapat diaplikasikan dalam waktu 15-23 hari. Rata-rata TKS yang diaplikasikan adalah 27 ton ha-1 sehingga dalam satu hektar (ha) terdapat empat tumpukan TKS.

Limbah Cair (POME)

Limbah POME yang diaplikasikan ke lahan merupakan limbah yang berasal dari kolam 6 yaitu kolam land application. Air limbah yang ditampung dalam kolam diusahakan tidak sampai terisi penuh dengan tujuan menghindari limpahan air limbah terutama saat hujan. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) yang dihasilkan pabrik sekitar 2.9-3.5 m3 dalam setiap ton CPO dan kaya akan senyawa karbon organik dengan kandungan Chemical Oxygen Demand (COD) lebih dari

29 40 g L-1 dan kandungan nitrogen sekitar 0.2 dan 0.5 g L-1 sebagai ammonia nitrogen dan total nitrogen (Nasution et al. 2010).

Limbah POME yang dihasilkan Pabrik SAGM pada tahun 2012 yaitu sebesar 149 894.44 ton atau sekitar 50% dari setiap ton TBS yang diolah. Limbah yang dihasilkan pabrik memiliki BOD 5 000-10 000 mg L-1 dan pH yang rendah. Standar BOD yang ditetapkan untuk aplikasi ke perkebunan adalah 3 500-5 000 mg L1 dan pH 6 (Sutarta et al. 2003). Oleh karena itu, air limbah yang dihasilkan Pabrik SAGM diolah terlebih dahulu dengan kolam pendingin untuk menurunkan nilai BOD dan menaikkan pH air limbah. Spesifikasi kolam limbah di Pabrik SAGM dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Jenis-jenis kolam dan kapasitas masing-masing kolam di Pabrik Selucing Agro Mill (SAGM)

Nomor kolam Jenis kolam Volume (m3)

Kolam 1 Cooling Pond 20 408

Kolam 2 Primary Anaerob Bactery 22 184

Kolam 3 Secondary Anaerob 33 812

Kolam 4 Anaerob Bactery 36 581

Kolam 5 Anaerob Bactery 36 581

Kolam 6 Land Application 27 852

Sumber : Selucing Agro Mill (2013)

Pengolahan limbah yang terjadi pada setiap kolam berbeda-beda. Limbah POME yang dihasilkan pabrik pertama kali ditampung dalam kolam 1 yaitu kolam Cooling Pond. Kolam 1 merupakan kolam pendinginan. Pada kolam ini terjadi proses pengendapan lumpur dan pendangkalan. Komposisi kolam 1 berupa sekam (60%), limbah (35%), dan sisa minyak (5%). Pada kolam 1 tidak terdapat aktivitas bakteri. Pencairan sekam yang terdapat pada kolam 1 dilakukan dengan penyuntikan bakteri dari kolam 6. Penyuntikan bakteri juga bertujuan untuk menurunkan suhu air limbah. Air limbah selanjutnya dialirkan ke kolam 2 yaitu kolam Primary Anaerob Bactery melalui proses under flow. Proses under flow

dilakukan karena limbah yang ditampung di kolam nomor 1 masih mengandung minyak sehingga minyak harus dikutip kembali. Pada kolam 2 terjadi proses penguraian sekam, limbah dan minyak oleh bakteri anaerob. Sekam, limbah, dan minyak telah dapat dibedakan dengan jelas pada kolam 2.

Setelah terjadi penguraian oleh bakteri, limbah kemudian dialirkan melalui pipa under flow ke kolam 3 yaitu kolam Secondary Anaerob. Kondisi sekam pada kolam 3 sudah berkurang, sekam belum terurai 100%. Pada kolam 3 bakteri aktif 75%. Reaksi bakteri terlihat membentuk gelembung-gelembung dalam kolam. Pada kolam ini terjadi pengaliran bakteri dari kolam 6 untuk menurunkan pH. Pada kolam 3 pH kolam mencapai 7, tetapi belum layak diaplikasikan ke lahan. Selanjutnya air limbah dialirkan ke kolam 4 dan kolam 5 yaitu kolam Anaerob Bactery. Pada kolam 4 bakteri aktif sebesar 80% sedangkan pada kolam 5 bakteri aktif 85%. Derajat kemasaman (pH) yang terdapat pada kolam 4 dan 5 yaitu 7. Pengaliran air limbah terakhir ditampung dalam kolam 6 yaitu kolam Land Application. Kolam 6 merupakan kolam yang menghasilkan limbah cair yang siap

30

untuk diaplikasikan. Kondisi kolam 6 sudah bebas sekam dan suhu kolam 0 oC. Kolam 6 berisi limbah murni. Pada kolam 6 terdapat pompa aplikasi dengan kapasitas 60 ton jam-1. Pipa untuk mengalirkan limbah diletakkan di dalam tanah agar tidak mudah bocor. Kolam 4 dan 6 dijadikan sebagai titik pemantauan kualitas air limbah. Lay out effluent treatment Pabrik SAGM dapat dilihat pada Lampiran 10.

Pengolahan air limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dilakukan dengan monitoring air limbah setiap bulan. Monitoring baku mutu air limbah Pabrik SAGM pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Monitoring baku mutu air limbah Pabrik Selucing Agro Mill (SAGM) pada tahun 2012 Parameter Satuan Pergub No. 35 tahun 2007 (kadar maksimum) KEPMENLH No. 28 Tahun 2003 (kadar maksimum) Rata-rata hasil pengujian air limbah aplikasi BOD mg L-1 5 000 5 000 1 030.5 COD mg L-1 10 000 * 2 130.4 Pb mg L-1 * * 0.1 Cu mg L-1 * * 0.1 Cd mg L-1 * * 0.02 pH - 6-9 6-9 6.8 TSS mg L-1 12 500 * -

Sumber : Laboratorium Pengujian Komoditi dan Lingkungan (2012); *angka-angka tidak

dipersyaratkan; - tidak dilakukan pengujian

Berdasarkan Tabel 12, semua parameter limbah masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan. Hal ini ditandai dengan nilai BOD tidak melebihi 5 000 mg L-1 dan nilai pH masih berada di antara pH 6-9. Hasil semua parameter monitoring baku mutu limbah POME di Pabrik SAGM sesuai dengan Peraturan Gubernur No. 35 tahun 2007 dan Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 28 tahun 2003, sehingga aktivitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pabrik SAGM tidak berdampak negatif bagi manusia dan lingkungan sekitar. Nilai BOD dengan nilai 1 030.5 mg L-1 (nilai BOD rendah) cukup baik untuk keamanan lingkungan apabila akan diaplikasikan karena air limbah yang dihasilkan sudah sangat cair (dengan standar kepekatan lebih kecil dari 3 500 mg L-1) sehingga cocok untuk air irigasi. Apabila dilihat dari segi kandungan bahan organiknya, limbah dengan nilai BOD 1 030.5 mg L-1 sangat miskin senyawa organik dan unsur hara bagi tanaman karena nilai BOD menunjukkan banyaknya bahan organik yang terkandung dalam limbah.

Sutarta et al. (2003) menyatakan bahwa kualifikasi limbah POME yang diaplikasikan ke lahan yaitu limbah dengan BOD antara 3 500-5 000 mg L-1. Air limbah dengan BOD 1 030.5 mg L-1 yang diaplikasikan ke Kebun SAGE menyebabkan produksi TBS yang dihasilkan belum berbeda nyata dengan produksi pada blok yang tidak diaplikasikan limbah POME, tetapi bila dilihat dari segi lingkungan limbah tersebut aman diaplikasikan. Nilai BOD yang tinggi (lebih besar dari 5 000 mg L-1) sangat mencemari lingkungan karena oksigen yang

31 terlarut digunakan untuk merombak limbah, sehingga dapat membunuh organisme lain yang hidup di badan air yang sama-sama membutuhkan oksigen (Irvan 2009).

Metode aplikasi limbah POME di Kebun SAGE menggunakan sistem land

application pada flat bed. Departemen Riset melaksanakan survei kelayakan

aplikasi POME meliputi lokasi, sistem dan dosis aplikasi. Syarat-syarat blok aplikasi POME adalah tidak terlalu jauh letaknya dari PKS (maksimal berjarak 5 km dari PKS), topografi tidak terlalu datar (sedikit bergelombang) dan tidak terlalu banyak areal rendahan. Blok untuk aplikasi limbah POME terletak di Divisi III Kebun SAGE yang letaknya sekitar 300 m dari pabrik yaitu blok B013, C010, dan C011. Luas blok yang diaplikasikan limbah yaitu 50.7 ha dengan jumlah flat bed sebanyak 1 868 buah dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Luas blok aplikasi limbah POME yang disertai dengan jumlah flat bed

dan kran di Kebun Selucing Agro Estate (SAGE) Blok aplikasi POME Tahun tanam Luas blok (ha) Luas yang teraplikasi POME (ha) Jumlah flat bed Volume (m3flat bed-1 ) Jumlah kran B013 2008 41.76 23.3 824 6.4 45 C010 2007 32.41 14.3 751 6.4 47 C011 2007 32.77 13.1 293 6.4 17 Total 106.94 50.7 1 868 19.2 109

Sumber : Data kebun SAGE Divisi III (2013)

Berdasarkan Tabel 13, luas blok yang diaplikasikan limbah POME adalah 50.7 ha atau sekitar 47.4% dari luas keseluruhan blok aplikasi dengan volume tampung flat bed 35 865.6 m3. Aliran air limbah pada masing-masing flat bed

berbeda-beda tergantung topografi lahan dan jarak dari pompa aplikasi. Lama waktu pengisian flat bed adalah 10 menit setiap flat bed. Rata-rata pengisian flat bed yaitu 13 jam setiap hari dan debit limbah 60 m3 jam-1, sehingga limbah yang diaplikasi yaitu 780 m3 setiap hari atau 18 720 m3 bulan-1 (224 640 m3 tahun-1). Luas blok yang diaplikasikan limbah POME adalah 50.7 ha sehingga dosis aplikasi yang diperoleh setiap hektar (ha) yaitu 369.2 m3 setiap bulan atau 4 430.8 m3 setiap tahun.

Rata-rata limbah yang dapat ditampung dalam flat bed yaitu 6.4 m3 setiap

flat bedsetinggi 0.8 cm dari permukaan flat bed untuk menghindari pelimpahan air limbah. Dosis aplikasi POME yang ditetapkan yaitu 750 ton ha-1 setiap tahun atau 250 ton ha-1 untuk setiap rotasi dengan rotasi 3 kali setahun dan nilai BOD 3 000-5 000 mg L-1 (Susilawati 2012). Aplikasi POME di Kebun SAGE dilakukan setiap hari dengan rotasi aplikasi 4-5 kali setiap tahun. Dosis yang digunakan juga lebih tinggi dibandingkan standar dosis yang telah ditetapkan karena nilai BOD limbah yang dihasilkan cukup rendah sehingga limbah tersebut sudah sangat cair (standar kepekatan lebih kecil dari 3 500 mg L-1) dan hanya berfungsi sebagai air irigasi.

Susilawati (2012) menyatakan bahwa air limbah dengan BOD 626.7 mg L-1 cukup baik untuk keamanan lingkungan apabila akan diaplikasikan, tetapi apabila dilihat dari kandungan bahan organiknya limbah tersebut miskin

32

bahan organik dan unsur hara bagi tanaman karena nilai BOD menunjukkan banyaknya bahan organik yang terkandung di dalam limbah tersebut. Silalahi

(2011) juga menyatakan bahwa air limbah dengan BOD lebih kecil dari 1 000 mg L-1 cukup baik dari segi keamanan lingkungan, tetapi pada dasarnya

nilai BOD menunjukkan banyaknya bahan organik yang terkandung di dalam limbah.

Limbah POME yang dihasilkan Pabrik SAGM pada tahun 2012 yaitu 149 894.44 ton. Dosis POME yang diaplikasikan adalah 224 640 m3 per tahundengan luas blok yang diaplikasikan POME adalah 50.7 ha. Apabila dilihat dari standar dosis air limbah, diperoleh air limbah yang seharusnya dapat diaplikasikan yaitu 199 ha sedangkan kenyataan di lapang luas blok yang diaplikasikan limbah hanya 50.7 ha. Air limbah yang tidak tertampung pada flat bed dibuang ke badan sungai yang berada di sekitar blok aplikasi. Pembuangan air limbah ke badan sungai tidak menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan karena nilai BOD air limbah yang dihasilkan sangat rendah (BOD 1 030.5 mg L-1) sehingga air limbah tidak mengganggu kehidupan organisme lain yang terdapat di badan sungai.

Kegiatan aplikasi POME merupakan kerjasama antara pihak pabrik dengan kebun. Pihak kebun bertanggungjawab terhadap penyaluran POME ke setiap flat bed sesuai jadwal yang telah ditentukan, perawatan flat bed, pengaturan pembukaan serta penutupan kran. Pihak pabrik bertanggungjawab terhadap penyaluran POME dari pabrik ke blok-blok aplikasi melalui instalasi pipa-pipa POME, perencanaan pembangunan IPAL, pemasangan instalasi pompa atau pipa-pipa POME, pemeliharaan serta perbaikan pompa atau pipa apabila terjadi kerusakan, pengamatan dan pemantauan dampak yang mungkin terjadi akibat aplikasi limbah POME.

Dampak Aplikasi Limbah POME terhadap Produksi

Limbah POME diaplikasikan ke lahan dengan tujuan meningkatkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Perbandingan produksi antara blok aplikasi limbah POME (C010, C011, dan B013) dengan blok tanpa aplikasi limbah POME (B014, D010, dan E012) dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Perbandingan produksi Tandan Buah Segar (TBS) antara blok aplikasi limbah POME dengan blok tanpa aplikasi limbah POME di Kebun Selucing Agro Estate (SAGE) tahun 2012

Parameter Blok aplikasi POME Blok tanpa aplikasi POME

Produksi TBS (janjang) 25 358a 23 586a

Produksi TBS (kg) 106 192a 146 937a

Produktivitas TBS (kg ha-1) 2 977a 3 943a

Sumber : Data Kebun SAGE Divisi III (2013);angka-angka diikuti huruf yang sama pada baris

yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan hasil analisis terhadap produksi TBS yang disajikan pada Tabel 14, produksi dan produktivitas TBS pada blok yang diaplikasikan limbah POME tidak berbeda nyata dengan blok yang tidak diaplikasikan limbah POME

33 (dengan luas blok yang diaplikasikan POME 50.7 ha). Hal tersebut disebabkan oleh aplikasi limbah tidak diaplikasikan pada keseluruhan blok. Luas blok yang diaplikasikan limbah POME hanya 50.7 ha dari keseluruhan blok aplikasi. Hal ini dikarenakan aplikasi limbah POME membutuhkan biaya yang mahal dalam pembuatan pipa dan pengolahan air limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Selain itu, hal ini juga disebabkan oleh nilai BOD air limbah yang rendah yaitu 1 030.5 mg L-1 yang mengindikasikan bahwa kandungan bahan organik limbah tersebut miskin bahan organik dan unsur hara bagi tanaman karena nilai BOD menunjukkan banyaknya bahan organik yang terkandung di dalam limbah. Rendahnya nilai BOD dan sempitnya luas lahan yang teraplikasi limbah POME berdampak pada produksi Tandan Buah segar (TBS) kelapa sawit yang dihasilkan.

Dampak Aplikasi Limbah POME terhadap Kualitas Air

Limbah POME yang diaplikasikan ke blok dapat menyebabkan pencemaran kualitas air sehingga diperlukan pemantauan kualitas air di lingkungan sekitar blok aplikasi limbah POME. Pemantauan tehadap kualitas air tanah bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya dampak aplikasi limbah POME terhadap kualitas air tanah, serta mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan. Pemantauan kualitas air dilakukan dengan mengambil sampel air dari Sumur Pantau I, II dan III yang berada di blok aplikasi dan sumur penduduk. Lokasi sumur pantau berada pada ketiga blok aplikasi yaitu blok B013, C010, C011 yang berjarak kurang lebih 100 m dari flat bed dan lokasi sumur penduduk lebih kurang 1 000 m dari blok aplikasi. Sumur pantau pada blok aplikasi di Kebun SAGE dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Sumur pantau aplikasi limbah POME

Hasil analisis sampel air dari sumur pantau dan sumur penduduk dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Hasil pemeriksaan kualitas air tanah pada sumur pantau dan sumur penduduk dapat dilihat pada Tabel 15.

34

Tabel 15 Hasil pemeriksaan kualitas air tanah pada Sumur Pantau (SP I, SP II, SP III) di blok aplikasi limbah POME dan sumur penduduk

Parameter Uji Satuan

Hasil uji Standar

(kadar maksimum) SP I SP II SP III Sumur penduduk pH - 2.64 4.44 3.96 6.5 6.5-9 Nitrat (NO3) mg L-1 2.473 3.254 1.208 0.703 10 Amoniak ((NH3-N) mg L-1 0.01 0.009 0.01 - * Kadmium (Cd) mg L-1 < 0.012 <0.012 <0.012 <0.012 0.05 Tembaga (Cu) mg L-1 0.028 0.022 0.025 - * Sulfat (SO4) mg L-1 32.53 3.399 1.742 3.158 400 Klorida (Cl) mg L-1 17.484 29.14 6.799 0.62 600 Timbal (Pb) mg L-1 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 0.05 Seng (Zn) mg L-1 0.441 0.073 0.03 0.253 15

Sumber : Laboratorium Pengujian Komoditi dan Lingkungan (2012); *angka tidak dipersyaratkan;

tidak dilakukan pengujian

Berdasarkan hasil uji pada Tabel 15, seluruh parameter hasil pengujian pada sumur pantau telah memenuhi standar baku yang telah ditetapkan kecuali pH. Kurangnya nilai pH pada sumur pantau disebabkan oleh kondisi tanah pada blok aplikasi POME yaitu tanah pasir (C010 dan C011) dan tanah marjinal (B013). Sumur penduduk yang dijadikan sampel menurut hasil analisis yang dilakukan cocok digunakan sebagai air bersih (untuk air minum) karena seluruh parameter uji telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990.

Dokumen terkait