• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1.1. Karakteristik Lokasi Pengkajian

Kecamatan Jagong Jeget secara umum bergunung dan berbukit, bergelombang, terjal dengan ketinggian bervariasi antara 900 meter sampai dengan 1800 diatas permukaan laut. Berdasarkan peruntukan lahan dari luas Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah 11.698,73 Ha, kawasan lindung, 5.164,62 Ha.

1. Letak dan Luas

Wilayah Kerja BPP Kecamatan Jagong Jeget secara geografis terletak diantara N 04⁰22′39,2″ Lintang Utara dan E 096⁰45′38,4″ Bujur Timur, dengan luas wilayah 18.824,75 Ha atau 188,2875 Km².

2. Topografi

Keadaan Topografi Wilayah Kerja Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan/Balai Penyuluhan Peruntukan (BPP) Keckebunan dan pertanian15,5 Ha, lahan perikanan (Kolam)289,4Ha Lahan Bangunan atau pekarangan 42,5 Ha, untuk fasilitas umum dan Lahan keritis 1.614 Ha

3. Jenis Tanah

Pada umumnya jenis tanah di Wilayah Kerja BPP Kecamatan Jagong Jeget Potsolid Merah Kuning dengan kisaran pH tanah antara 5 – 7.

4. Iklim

Curah hujan rata-rata pertahun mencapai 9 bulan basah dengan hari hujan 22 hari/bulan. Cuah hujan rata-rata pertahun mencapai antara; mm sampai dengan mm/tahun

5. Penduduk dan Mata Pencaharian

Jumlah penduduk di Wilayah KerjaBalai Penyuluhan (BPP) Kecamatan Jagong Jeget sebesar ;9.496Jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan domisili tempat tinggal di sajikan pada Tabel 1.

Tabel1. Jumlah Penduduk Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah berdasarkan Kampung

No Kampung KK LPendududukP Jumlah

1 2 3 4 5 6 1 Jagong Jeget 153 283 284 567 2 Jeget Ayu 506 994 887 1,881 3 Paya Tungel 379 657 656 1,313 4 Telege Sari 202 383 362 745 5 Gegarang 268 519 518 1,037 6 Berawang Dewal 132 252 221 473 7 Merah Said 84 163 200 363 8 Bukit Sari 101 210 299 509 9 Paya Dedep 183 344 250 594 10 Bukit Kemuning 253 494 453 947 11 Gading Jaya 154 287 264 551 12 Tawar Bengi 143 266 250 516 J u m l a h 2,558 4,852 4,644 9,496

Sumber : Kantor Camat Jagong Jeget, 30 Agustus 2013

Penduduk Kecamatan Jagong Jeget sebagian besar bermata pencaharian sebagai Petani Kebun Kopi dan Sebagian Kecil Pegawai Negeri Sipil dan Buruh Tani.Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah penduduk Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah berdasarkan mata pencarian

No Mata Pencarian Jumlah Keterangan 1. Peladang berpindah 62

2. Peladang tani tetap 2.152

3. Tani sawah 2

4. Buruh Tani 432 5. Buruh lainnya 177

6. Dagang 249

7. Pegawai

a. Negeri Negeri Sipil 142

b. Swasta 29

c. TNI 10

d. Polri 9

8. Lainnya

J u m l a h 3264

Sumber : data hasil identifikasi penyuluh 2014

Berdasarkan Tingkat Pendidikan penduduk di Kecamatan Jagong Jeget sebagian besar berpendidikan sekolah dasar dan sebagian kecil tamat SLTP, SMU dan Perguruan tinggi. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di sajikan pada Tabel 3

Tabel 3. Jumlah penduduk Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Ket 1. SD (tidak tamat) 504

2. SD (Tamat) 874 3. SMP (tidak tamat) 515 4. SMP (tamat) 633 5. SMA (tidak tamat) 172 6. SMA (tamat) 583 7. Perguruan Tinggi a. D 1 11 b. D 2 4 c. D 3 25 d. Sarjana 107 J u m l a h 3.428

Sumber : data hasil identifikasi penyuluh 2014

Berdasarkan Tingkat umur penduduk diKecamatan Jagong Jeget, dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4. Jumlah penduduk Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah berdasarkan umur

No Kelompok Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah 1 a. 00 – 04 485 544 1029 2 b. 05 – 09 512 501 1013 3 c. 10 – 14 502 473 975 4 d. 15 – 19 375 347 722 5 e. 20 – 24 342 333 675 6 f. 25 – 29 469 462 931 7 g. 30 – 34 483 438 921 8 h. 35 – 39 416 383 799 9 i. 40 – 44 329 255 584 10 j. 45 – 49 225 205 430 11 k. 50 – 54 158 153 311 12 l. 55 – 59 137 104 241 13 m 60 – 64 82 71 153 14 n. 65 – 69 85 47 132 15 o. 70 – 74 36 38 74 16 p. 75+ 40 44 84 J u m l a h 4676 4398 9074

Sumber : data dari hasil identifikasi penyuluh 2014 6. Potensi lahan dan Sasaran Pengembangan

Pertanian dan Perkebunan

Wilayah Kerja Penyuluh Kehutanan Teknis Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan/Balai penyuluhan Pertanian BPPKecamatan Jagong Jeget terdapat berbagai macam komoditi pertanian yang telah diusahakan oleh petani. Baik komoditi yang sifatnya sebagai usaha pokok maupun usaha sampingan. Ditinjau dari fakta dan data kondisi wilayah, dari sektor pertanian dan Kehutanan sangat berpeluang besar untuk dikembangkan produktifitasnya.

7. Sasaran Pengembangan Komoditas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan.

Sasaran luas tanam, panen, Produktivitas dan produksi komoditas prioritas pertanian tanaman pangan dan perkebunan Tahun 2014 di Wilayah Kerja BPP Kecamatan Jagong Jeget dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 5 : Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Komoditas Pertanian dan Perkebunan Tahun 2013.

No Jenis Komoditi Luas Tanam (ha) Luas Panen Produksi 1 Kopi 4.032 3.187 2230,90 kg 2 Kakao - - - 3 Tebu - - - 4 Tembakau 0,5 0,5 800 kg 5 Kemiri 6 Alpukat 15 15 22,5 ton 7 Padi lokal 9 9 3600 kg 8 Padi Unggul -9 Jagung 10 Kedelai 11 Kacang Tanah

12 Kacang Merah 14,25 14,25 14,25 ton 13 Singkong

14 Ubi Rambat 1,25 1,25 1 ton 15 Jeruk 4,5 4,5 6,75 ton 16 Markisah 5,75 5,75 1,5 ton 17 Cabe Besar 42,5 42,5 74,373 ton 18 Cabe Rawit 33,75 33,75 50,625 ton 19 Tomat 18,25 18,25 27,375 ton 20 Bawang Merah 19,25 19,25 9,625 21 Kerbau 41 41 5 22 Sapi 922 922 185 23 Kambing 2.862 2.862 239 24 Domba 25 Unggas 4.422 4.422 1.769 26 Ayam Pedaging 27 Mujahir/Nila 16.100 16.100 537 28 Ikan Bawal/Mas 1.100 1.100 69 29 Lele Jumbo

Sumber ; Data Balai Penyuluhan Kecamatan Tahun 2014 Kebijakan Dibidang Peternakan

a). Meningkatkan Populasi dan Produktifitas ternak Ruminansia besar (Sapi dan Kerbau) Ternak Ruminansia Kecil (Kambing dan Domba) dan ternak non Ruminsia (Ayam

ras,Ayam buras, dan Itik).

b). Penerapan Teknologi dan Rekayasa bioteknologi reproduksi pakan dan kesehatan-Hewan.

c). Meningkatkan daya saing Komotitas produk peternakan (keunggulan komperatif –dan kompetitif).

d). Meningkatkan upaya reposisi dan revitalisasi pembangunan peternakan.

e). Meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular. f). Pengembangan kelembagaan usaha fasilitasi kemitraan usaha, pola integrasi

danmodel usaha peternakan spesifikasi lokasi.

Strategi

a). Pengembangan kawasan sentral perbibitan ternak sapi potong.

b). Pengembangan industri peternakan rakyat (Kawasan Padang Pengembalaan)

c). Peningkatan kompetensi dan moral aparatur dinas kesehatan hewan dan peternakanagar lebih bermatabat.

d). Peningkatan investasi dan kemitraan serta akses sumber permodalan.

e). Peningkatan kualitas dan kuantitas produk peternakan yang berdaya saing komperatif dan kompetitif.

f). Penerapan rekayasa teknologi dan sistem informasi.

g). Penerapan sistem agribisnis peternakan secara terpadu dan utuh. h). Pengembangan kelembagaan peternakan dan penyuluhan.

i). Peningkatan diversifikasi dan pola konsumsi produk pangan asal hewan. j). Optimalisasi pemanfaatan sumber daya peterkan spesifik lokasi(kearifan lokal).

Perkebunan.

Dalam Tahun 2014 beberapa kegiatan pembaangunan rakyat meliputi perluasan kebun rakyat, rehabilitasi kebun, pengembangan usaha pembibitan, peningkatan dan pengembangan teknologi pengolahan hasil yang dilaksanakan pada beberapa desa dilihat pada tabel 8 berikut:

Tabel 6. Luas tanaman kopi di WKBPP Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah tahun 2014

Sumber ; Data BPP Jagong Jeget Tahun 2014 8. Administrasi Pemerintahan

Wilayah Kerja BPP Kecamatan Jagong Jeget secara Administrasi pemerintahan Nasional Berada dibawah naungan pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah, ibu kota berada di Kecamatan Jagong, dengan luas wilayah 18.824,75 Hektar, jarak tempuh± 50 Km dari ibu Kota Kabupaten, yang berbatasan langsung dengan masing-masing sebagai berikut; Sebelah Utara Berbatasan Dengan : Kecamatan Atu Lintang

Sebelah Selatan Berbatasan Dengan : Kabupaten Nagan Raya Sebelah Barat Berbatasan Dengan : Kabupaten Nagan Raya Sebelah Timur Berbatasan Dengan : Kecamatan Linge

NO Kampung

TBM TM TR Areal Luas Petani Produktivita

s Produksi Potensi Pengemban gan Ket 0-3 Thn ha ha ha ha KK kg/ha/thn Ton/Thn ha 1 2 3 7 8 9 10 11 12 13 1 Jagong Jeget 170 439 15 609 407 700 307.300 8 2 Jeget Ayu 163 437 15 600 497 700 305.900 15 3 Paya Tungel 158 468 16 626 334 700 327.600 11 4 Telege Sari 160 434 14 594 196 700 303.800 5 5 Gegarang 152 510 15 662 297 700 357.000 -6 Berawang Dewal 198 531 17 729 263 700 371.700 5 7 Merah Said 187 433 10 620 96 700 303.100 75 8 Paya Dedep 126 502 12 628 178 700 351.400 12 9 Bukit Sari 110 431 22 541 99 700 301.700 8 10 Bukit Kemuning 126 500 15 669 246 700 350.000 J u m l a h 1.550 4.685 151 6.278 2.613 7.000 3.279.500 152

9. Institusi Kelembagaan Penyuluh

Kelompok Tani di Balai Penyuluhan Pertanian ( BPP) Kecamatan Jagong Jeget berjumlah 101 Kelompok, dan masih berada dalam kelas pemula, terdiri dari 11 Kelompok Wanita Tani, 92 Kelompok Tani Dewasa dan 12 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

Sementara itu untuk Kelembagaan Penyuluhan sebagai pendukung dan penggerak dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Jagong Jeget antara lain Wilayah Kerja Penyuluhan (WKP) yang terdiri dari 12 WKPP. Masing-masing WKPP dikoordinasikan oleh satu (1) orang Penyuluh PNS untuk melancarkan pelaksanaan penyuluhan di desa-desa binaan. Penyuluh membina 1 desa, 2 desa dan ada juga yang 3 desa.

Dalam tahun 2014, jumlah penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)kecamatan Jagong Jeget berjumlah 80 orang terdiri dari penyuluh PNS 4 orang, dan Tenaga Harian Lepas (THL) 4 orang. Rincian jumlah penyuluh di Balai Penyuluhan (BPP) terdiri dari 8 orang Penyuluh Pertanian, dan satu orang Penyuluh Kehutanan.

Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dan pengembangan perkebunan rakyat Tahun 2015 mengacu kepada ;

10. Kebijakan

a).Peningkatan Produksi perkebunan Rakyat ; - Perluasan areal tanam (Extensifikasi) - Intensifikasi dan Rehabilitasi

- Pembangunan kawasan terpadu - Fasilitas dan pengawasan mutu benih. b). Pengolahan dan Pengawasan hasil.

- Penambahan alat pasca panen - Penambahan pabrik pengolahan hasil

- Penambahan dan pembinaan kelembagaan pemasaran dengan Sistem Kebersamaan Ekonomi (SKE).

c). Penataan dan Pembinaan Kelembagaan Petani :

- Pemberdayaan kelembagaan pemasaran petani/pekebun/pelaku utama - Manejemen SDM perkebunan

- Pelatihan alih teknologi bagi pelaku utama - Penumbuhan kemitraan usaha

d). Kebijakan Teknis

- Kebijakan pengembangan komoditas pertanian - Kebijakan peningkatan kemampuan SDM perkebunan - Kebijakan pengembangan kelembagaan usaha/petani - Kebijakan Investasi usaha perkebunan

- Kebijakan pengelola SDA dan lingkungan hidup

- Kebijakan dukungan penyediaan alternatif energi dan pengembangan system Informasi manajemen.

4.1.2. Survey PRA

1. Melakukan kunjungan ke BPP Jagong Jeget dalam rangka menyampaikan rencana kegiatan bioindustry pertanian berbasis kopi arabika.

2. Bersama Petugas BPP menghimpun data sekunder sebagai data penunjang dalam kegiatan ini. Data yang yang dikumpulkan meliputi; data biofisik wilayah, potensi pertanian, perkebunan dan perikanan, sasaran pengembangan komoditas permasalahan dan tindak lanjutnya (terlampir).

3. Melakukan kunjungan ke desa Paya Tungel kecamatan Jagong Jeget dalam rangka pertemuan dengan 3 kelompok tani yang akan mengikuti kegiatan bioindustry pertanian berbasis kopi arabika.

4. Menyampaikan rencana kegiatan bioindustry pertanian berbasis kopi arabika yang akan dilaksanakan pada lokasi tersebut.

5. Menghimpun data primer yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada masing-masing anggota kelompok. Pada kegiatan ini dilakukan studi terhadap potensi, kendala dan peluang yang ada di suatu wilayah serta komponen teknologi yang sudah ada dan berkembang ditingkat masyarakat tersebut. Selain itu data yang dihimpun meliputi ; umur, pendidikan, jenis pekerjaan, hal yang berkaitan dengan

usahaternak, usahatani kopi, dan data lainnya yang dapat mendukung kegiatan yang akan dilaksanakan (terlampir).

6. Melakukan pertemuan dengan Bupati Aceh Tengah dalam rangka menyampaikan kegiatan bioindustry pertanian berbasis kopi arabika yang akan dilaksanakan di kecamatan Jagong Jeget.

7. Pada pertemuan ini Bupati menyampaikan bahwa selama ini kulit merah kopi belum dimanfaatkan dan hanya dibiarkan menumpuk, dan hal ini akan berdampak terhadap pencemaran lingkungan.

8. Beliau mengharapkan adanya suatu penelitian untuk pengolahan kulit merah kopi ini. Selain diolah untuk pupuk organik, juga dapat diolah sebagai minuman yang memiliki nilai tambah terhadap limbah kopi. Selain itu Bapak Bupati juga mengharapkan adanya penelitian untuk meningkatkan nilai tambah dari buah tomat yang berlimpah di takengon

9. Melakukan kunjungan ke koperasi Baitul Qiradh Baburrayan dalam rangka membicarakan kerjasama yang akan dilakukan dalam menampung hasil panen kelompok binaan BPTP nantinya.

10. Koperasi ini bergerak dibidang ekspor biji kopi, dan pengiriman masih melalui pelabuhan Belawan. Koperasi ini sudah memiliki 105 kelompok binaan yang menghasilkan biji kopi yang sesuai dengan standar ekspor.

4.1.3.Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan terhadap 3 (tiga) kelompok tani dengan jumlah 75 orang petani. Karakteristik Kategori Jumlah Persen (%)

Umur <25 26-35 9 25 12 33

36-45 46-55 >56 Jumlah 20 15 6 75 26 20 8 100 Pendidikan <SD SD SLTP SLTA >SLTA Jumlah 0 22 27 26 0 75 0 29 36 34 0 100 Pekerjaan Petani Peternak Buruh Tani Wiraswasta Swasta PNS Jumlah 52 15 6 2 0 0 75 69 20 8 2 0 0 100 Sumber : Analisis Data primer, 2015

Berdasarkan keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristiknya yang meliputi :

A. Umur

Berdasarkan hasil yang dikumpulkan dilapangan karakteristik responden berupa umur menunjukkan bahwa usia responden kurang dari 25 tahun berjumlah 9 orang (12%), usia responden yang termasuk dalam kategori usia antara 26-35 tahun sejumlah 25 orang (33%). Sedangkan usia responden pada kategori dewasa yaitu usia antara 36-45 tahun yang berjumlah 20 orang (26%), dan usia responden yang termasuk dalam kategori umur 46-55 berjumlah 15 orang (20%) dan yang termasuk dalam usia tua lebih dari 56 tahun sebanyak 6 orang (8%).

Menurut Notoatmodjo semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih tinggi pada saat berfikir dan bekerja. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa (Notoatmodjo Soekidjo, Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei, Jakarta : Rineka Cipta, 2003). Berdasarkan dari hasil yang dikumpulkan dilapangan bahwa usia responden yang memiliki persentase yang tertinggi adalah terdapat dalam kategori usia antara 36-45 tahun dengan jumlah persentase mencapai 53,33%. Hal ini menunjukkan bahwa kategori usia tersebut termasuk dalam

kategori cukup umur dengan tingkat kematangan dalam berfikir dan bekerja. Tentunya dengan tingkat persentase yang tertinggi terhadap usia dewasa akan sangat membantu dalam proses penelitian karena responden pada umumnya berada pada tingkat usia yang baik dalam mengembangkan usaha yang produktif dalam kelompoknya.

A. Pendidikan

Dari hasil yang dikumpulkan dilapangan menunjukkan bahwa dari pemeringkatan lamanya pendidikan yang dijalankan bahwa tidak ditemukan responden yang menjalankan pendidikan dibawah 6 tahun (< SD) dan tidak ditemukan responden yang yang menjalankan pendidikan Perguruan Tinggi />SLTA. Tingkat pendidikan petani akan sangat berpengaruh terhadap tingkat perkembangan usaha Gapoktan yang produktif dan juga sangat berpengaruh terhadap adopsi suatu informasi yang berguna bagi dirinya dan juga kelompok. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat adopsinya terhadap suatu inovasi akan semakin baik, dan juga akan semakin respon terhadap hal-hal yang baru. Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa berjumlah 0 orang responden yang menjalankan pendidikan dibawah 6 tahun (0%). Berjumlah 22 orang responden yang menjalankan pendidikan selama 6 tahun /SD ( 29%) dan berjumlah 27 orang responden yang menjalankan pendidikan selama 9 tahun /SMP (36%) dan berjumlah 26 orang responden yang menjalankan pendidikan SLTA (34%). Dari hasil analisis dilapangan memperlihatkan bahwa persentase tingkat pendidikan yang paling kecil jumlah respondennya adalah tingkat pendidikan SD dan perguruan tinggi dan yang paling besar jumlah respondennya adalah berada pada tingkat pendidikan SLTA. Hal ini menunjukan bahwa pada umumnya responden telah menempuh pendidikan formal pada tingkat menengah yaitu lebih dari 9 tahun, tentunya hal ini akan sangat memudahkan bagi responden dalam menerapkan model pertanian Bioindustri.

B. Pekerjaan

Dari hasil yang didapatkan dilapangan bahwa karakteristik pekerjaan dengan kategori sebagai petani memiliki jumlah responden sebanyak 52 orang (69%) dan kategori peternak sebanyak 15 orang (20%). Kategori buruh tani sebanyak 6 orang (8%) dan

kategori wiraswasta/pedagang sebanyak 2 orang (3%) dan kategori PNS dan swasta sebanyak 0 orang. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang terbanyak berada pada kategori sebagai petani dengan persentase sebesar 20%, menunjukkan bahwa responden yang bermata pencaharian sebagai petani lebih banyak yang mengembangkan usaha pertanian kopi arabika.

4.1.4. Koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Perkebunan di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah

1. Melakukan koordinasi dengan dinas Perkebunan Aceh Tengah, yang diwakili oleh Sekretaris Kadis, Ir. Ichwan Zuhri.Tim BPTP Aceh menyampaikan tujuan dilakukan koordinasi dengan dinas, dalam rangka melakukan identifikasi calon lokasi yang akan dijadikan untuk kegiatan Bioindustri yang berbasis kopi arabika. Untuk itu diperlukan informasi tentang bagaimana teknologi pasca panen kopi di tingkat petani sekaligus tentang budaya masyarakat dalam mengelola usahatani baik kopi, ternak maupun dalam berkelompok. Selanjutnya tim juga menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak ada belanja modal yang termasuk pengadaan alat prosesing buah kopi dan prosesing kopi menjadi bubuk. Kegiatan ini seyogyanya adalah suatu system pertanian yang mengelola dan memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya hayati termasuk biomasa dan limbah organic pertanian untuk menghasilkan nilai ekonomi tinggi dalam ekosistem/lingkungan. Kegiatan ini arahnya untuk pengembangan pertanian yang ramah lingkungan, menerapkan inovasi teknologi, integrasi, yang dimulai dari hulu hingga hilir secara berkelanjutan. Sekretaris Kadisbun, menginformasikan kepada tim bahwa pihak dinas ada program Rehabilitasi kopi bukan perluasan areal tanam. Program rehabilitasi ini dilaksanakan sejak tahun 2010- 2015, dimana untuk mengganti tanaman kopi petani yang mati. Berikutnya budidaya kopi organic sudah mencapai 80% di tingkat petani. Berkaitan dengan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan yaitu integrasi kopi dengan ternak sapi, maka disarankan kegiatan ini lebih tepat dilaksanakan di Kecamatan Jagong Jeged. Kecamatan ini program bantuan ternak sapi telah berjalan dan peternak sebelum mendapat bantuan ternak terlebih dahulu sudah dipersiapkan tanaman hijauan makanan ternak, sehingga perkembangan ternak cukup baik. Kondisi ini sangat tergantung pada social masyarakatnya yaitu dari suku Jawa.

2. Melakukan koordinasi dengan Dinas Peternakan Aceh Tengah, yaitu pertemuan dengan Kadisnak, bahwa tim BPTP Aceh menyampaikan tujuan dari akan dilaksanakan kegiatan Bioindustri yang perinsip dasarnya adalah pertanian yang ramah lingkungan, pola integrasi kopi dan ternak sapi yang mana limbah masing masing komoditi ini dapat menjadi bioproduk baru yang bernilai tinggi, terpadu dan menghasilkan energy. Kegiatan ini akan dilakukan dengan pendekatan sosial, budaya dan untuk peningkatan perekonomian masyarakat tani.Kepala Disnak menyarankan beberapa kecamatan yang sudah melaksanakan kawasan terpadu yaitu, Kecamatan Bebesan, Kebayakan, Kuta Panang, Bies dan Jagong Jaget. Dari beberapa Kecamatan tersebut yang sudah terkoordinir pendistribusian sapi import adalah Jagong Jeget, untuk 1 KK mendapat 1-5 ekor dan rata rata peternak 1 ekor sapi.

3. Melakukan koordinasi dengan dinas Perkebunan Kabupaten Bener Meriah, dalam rangka menyampaikan tentang kegiatan Bioindustri berbasis kopi arabika yang akan dilaksanakan di dataran Tingg Gayo. Selanjutnya sekretaris Kadisbun menyampaikan bahwa tanaman kopi arabika yang ditanam petani tidak hanya yang sudah dilepas yaitu Gayo 1 (Timtim) dan Gayo2 (Borbor) oleh Mentri Pertanian dengan SK Mentan no 3998/Kpts/S.R.120/12/2010 pada tanggal 29 Desember 2010, tetapi varietas P 88 dalam bentuk bibit bukan biji. Jenis arabika seperti yang tersebut di atas masih disenangi oleh petani karena produksi dan harganya cukup baik, juga agak tahan penyakit jamur akar putih dan hama PBKo apabila lahan kopi bersih dan terawat/ terpelihara dengan baik.

4. Melakukan koordinasi dengan dinas Peternakan Kabupaten Bener Meriah dalam rangka menginventarisasi wilayah pengembangan ternaksapi. Informasi yang disampaikan Kabid .Produksi bahwa di Kabupaten Bener Meriah pemeliharaan ternak sapi lebih banyak diusahakan dalam kawasan luas , tidak di dalam kawasan perkebunan kopi, hanya beberapa lokasi yang berintegrasi dengan tanaman kopi, yaitu Kecamatan Timang Gajah, karena masyarakatnya darin suku jawa.

5. Melakukan koordinasi dengan Bupati Kabupaten Aceh Tengah dalam rangka penetapan calon lokasi kegiatan Model pengembangan Pertanian Bioindustri Berbasis

Tanaman-Ternak Sapi. Adapun tanggapan Bupati tentang kegiatan Bioindustri disarankan memilih lokasi yang terdapat integrasi tanaman kopi dan ternak, yaitu Kecamatan Jagong Jeget.

Berdasarkan arahan Bupati Aceh Tengah dan hasil koordinasi dengan Dinas Peternakan/Perikanan dan Dinas Perkebunan serta hasil survey PRA maka rencana tindak lanjut pada kegiatan Bioindustri pertanian berbasis kopi Arabika yang akan dilakukan adalah :

Peningkatan kemampuan SDM petani melalui :

- Pelatihan teknologi budidaya dan pengolahan hasil kopi Arabika

- Pelatihan teknologi pengendalian hama PBKo dengan menggunakan Brocap Trap dan Jamur Beuvaria Bassiana

- Pelatihan teknologi budidaya dan dan pengandangan sistim kloni - Pelatihan teknologi pembuatan biogas dari limbah ternak sapi - Pelatihan pembuatan kompos limbah kotoran ternak sapi - Pelatihan teknologi perbanyakan Trichoderma

- Pelatihan pengelolaan hijauan pakan ternak menggunakan aktivator Trichoderma

- Pelatihan teknologi pembuatan dan perbanyakan Ragur 100

- Pelatihan pembuatan fermentasi kulit kopi untuk pakan ternak dengan menggunakan Ragur 100.

- Pelatihan teknologi pemanfaatan urine sapi untuk pupuk organik cair - Pelatihan teknologi pembuatan Mineral Blok dengan formulasi 721 - Pelatihan teknologi pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL)

Peningkatan kapasitas SDM Petani dan Penyuluh - Pembuatan demplot kebun kopi

- Pembuatan demplot kebun hijauan makanan ternak Penataan dan pembinaan kelembagaan petani

- Pembinaan kelembagaan pemasaran dengan Sistem Kebersamaan Ekonomi (SKE) - Penumbuhan kemitraan usaha antara kelompok tani dengan koperasi dalam

4.1.5.Identifikasi Calon Lokasi Kegiatan

1. Melakukan kunjungan lapangan ke Kecamatan Jagong Jaget dalam rangka identifikasi lokasi calon kegiatan Bioindustri berbasis kopi arabika. Beberapa desa yang dikunjungi yaitu; (1) Desa Paya Dedep pada Kelompok Tani “Jagung Makmur “, (2) Desa Jeget Ayu pada Kelompok Tani “ Sejahtera” dan (3) Paya Tungel pada kelompok Tani “ Giri Mulyo “.

Dari hasil identifikasi dan koordinasi baik dengan dinas terkait maupun kepada petani/ peternak kegitan ini akan dilakukan di Kabupaten Aceh Tengah yaitu pada kecamatan Jagung Jeget desa Paya dedep dan desa Jeget Ayu. Hal tersebut diambil mengingat dari hasil survei komponen-komponen yang akan dilakukan secara mendasar sudah tersedia sehingga kemungkinan besar untuk memasukkan atau menerapkan teknologi kegiatan pertanian Bio-industri dapat dilakukan/dilaksanakan di tempat tersebut.

Ada beberapa paremeter yang menunjang kegiatan tersebut antara lain:

- Tersedianya sumber daya Manusia yang menunjang terlaksananya kegiatan tersebut - Adanya kelembagaan kelompok tani sebagai penerima manfaat

- Tersedianya sumber daya lahan dan ternak pada lokasi pelaksanaan

- Sarana dan prasarana yang menunjang untuk terlaksananya kegiatan tersebut.

- Belum termanfaatkan secara maksimal limbah dari hasil perkebunan terutama limbah kulit cery copi arabika dan limbah dari ternak.

- Sudah dilakukannya budidaya ternak sapi secara konvensional.

- Tersedianya bahan pakan ternak yang akan dimanfaatkan dalam proses fermentasi dengan menggunakan Trichoderma dan Rogum 100.

-

2. Kendala dan permasalahan

- Belum dilakukannya pemanfaatan limbah secara baik - Sistim perkandangan masih dilakukan di lahan kebun kopi

- Perkandangan ternak sapi belum sesuai dengan standar

- Pemberian pakan masih dalam bentuk rumput-rumputan dan belum menggunakan jenis Leguminosa

- Berdasarkan hasil survey PRA bahwa pengelolaan kebun kopi yang dilakukan petani masih tradisional, seperti bibit yang ditanam berasal dari biji yang tumbuh dibawah pohon kopi yang ada disekitar kebun dan tidak dilakukan pemupukan pada tanaman kopi sehingga produktivitas kopi yang dihasilkan belum optimal.

- Rantai pasok hasil panen masih dalam bentuk gelondongan merah yang dijual pada pedagang pengumpul. Hal ini disebabkan karena belum tumbuhnya kemitraan kelembagaan pemasaran di wilayah Jagong Jeget.

- Pemeliharaan ternak sapi potong dilakukan dengan pola dikandangkan dan kotoran ternak tersebut belum dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada tanaman kopi sebagai pupuk kompos.

4.1.6. Input teknologi dalam pengembangan model Bioindustri pertanian berbasis kopi arabika

Input teknologi yang dimasukkan dalam bioindustri berbasis integrasi tanaman kopi dan ternak sapi antara lain: 1) teknologi pengendalian hama PBKo dengan menggunakan perangkap Brocap Trap dan jamur Beauvarria Bassiana, 2) teknologi pengandangan ternak

Dokumen terkait