• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lama Pengeringan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, secara umum diperoleh bahwa lama pengeringan memberikan pengaruh terhadap rendemen, kadar air, dan nilai organoleptik (warna) tepung kentang. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2. Pengaruh lama pengeringan terhadap parameter yang diamati

Lama Pengeringan Rendemen Kadar Air Nilai Organoleptik

(hari) (%) (%) (Warna)

T1 = 2 hari 21,50 15,61 2.45

T2 = 3 hari 20,81 15,57 2.18

T3 = 4 hari 19,71 14,92 1.89

Tabel 2 menunjukkan bahwa rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan T1 yaitu sebesar 21.50% dan terendah pada perlakuan T3 yaitu sebesar 19,71%. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan T1 yaitu sebesar 15,61% dan terendah pada perlakuan T3 yaitu sebesar 14,92%. Nilai organoleptik (warna) tertinggi terdapat pada perlakuan T1 yaitu sebesar 2.45 dan nilai terendah terdapat pada perlakuan T3 yaitu sebesar 1.89.

Data hasil penelitian (Lampiran 6) menunjukkan perbandingan antara hasil pengeringan menggunakan alat pengering surya tipe rak dengan pengeringan konvensional pada lama pengeringan yang sama. Pengeringan dengan alat pada umumnya menghasilkan rendemen yang lebih tinggi, kadar air yang lebih rendah, dan nilai organoleptik warna yang lebih rendah daripada pengeringan konvensional. Hal ini disebabkan suhu pengeringan pada pengeringan dengan alat lebih tinggi daripada suhu pengeringan pada pengeringan konvensional (Lampiran 5) sehingga massa air yang diuapkan pada pengeringan dengan alat lebih banyak. Semakin banyak air yang diuapkan maka kadar air bahan semakin

25

rendah sesuai dengan pernyataan Rachmawan (2001) yang menyatakan bahwa suhu udara mempengaruhi kecepatan pengeringan. Pada suhu tinggi proses pengeringan lebih cepat dan massa air yang diuapkan semakin banyak.

Dari kriteria mutu tepung kentang (Lampiran 11) dapat dilihat bahwa tepung kentang yang dihasilkan dengan pengeringan menggunakan alat pengering surya tipe rak untuk masing-masing perlakuan lama pengeringan memenuhi kriteria tersebut yang menyatakan kadar air maksimal tepung kentang adalah 15 - 16%. Dalam hal ini perlakuan terbaik yaitu yang menghasilkan rendemen

tertinggi adalah perlakuan T1, Untuk kadar air ≤ 15% adalah perlakuan T3, dan

nilai organoleptik tertinggi adalah perlakuan T1. Pengaruh Tebal Tumpukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tebal tumpukan memberikan pengaruh terhadap rendemen, kadar air, dan nilai organoleptik (warna) tepung kentang.

Tabel 3. Pengaruh tebal tumpukan terhadap parameter yang diamati

Tebal Tumpukan Rendemen Kadar Air Nilai Organoleptik

(cm) (%) (%) (Warna)

L1 = 0.5 cm 20,48 14,65 2.40

L2 = 1 cm 20,62 15,28 2.24

L3 = 1.5 cm 20.92 16,17 1.87

Tabel 3 menunjukan bahwa rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan L3 yaitu sebesar 20,92% dan terendah pada perlakuan L1 yaitu sebesar 20,48%. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan L3 yaitu sebesar 16,17% dan terendah pada perlakuan L1 yaitu sebesar 14,65%. Nilai organoleptik (warna) tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 2.40 dan nilai terendah terdapat pada perlakuan L3 yaitu sebesar 1.87.

Data hasil penelitian (Lampiran 6) menunjukkan perbandingan antara hasil pengeringan menggunakan alat pengering surya tipe rak dengan pengeringan konvensional pada tebal tumpukan yang sama. Pengeringan dengan alat pada umumnya menghasilkan rendemen yang lebih tinggi, kadar air yang lebih rendah, dan nilai organoleptik warna yang lebih rendah daripada pengeringan konvensional. Hal ini disebabkan suhu pengeringan pada pengeringan dengan alat lebih tinggi daripada suhu pengeringan pada pengeringan konvensional (Lampiran 5), sehingga massa air yang diuapkan pada pengeringan dengan alat lebih banyak. Semakin banyak air yang diuapkan maka kadar air bahan semakin rendah sesuai dengan pernyataan Rachmawan (2001) yang menyatakan bahwa suhu udara mempengaruhi kecepatan pengeringan. Pada suhu tinggi proses pengeringan lebih cepat dan massa air yang diuapkan semakin banyak.

Kriteria mutu tepung kentang (Lampiran 11) menunjukan bahwa tepung kentang yang dihasilkan dengan pengeringan menggunakan alat pengering surya tipe rak untuk masing-masing perlakuan tebal tumpukan memenuhi kriteria tersebut yang menyatakan kadar air maksimal tepung kentang adalah 15%. Dalam hal ini perlakuan terbaik yaitu yang menghasilkan rendemen tertinggi, kadar air dibawah 15%, dan nilai organoleptik yang tinggi adalah perlakuan L1 (Tebal tumpukan 0,5 cm).

Untuk analisa tingkat perbedaan masing-masing taraf perlakuan lama pengeringan dan tebal tumpukan terhadap parameter yang diamati (rendemen, kadar air, dan nilai organoleptik warna) maka dilakukan uji statistik lebih lanjut dengan hasil sebagai berikut.

27

Rendemen

Pengaruh lama pengeringan

Daftar analisis sidik ragam rendemen (Lampiran 2) menunjukan bahwa lama pengeringan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap rendemen tepung kentang yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan duncan multiple range test (DMRT) yang menunjukkan pengaruh lama pengeringan terhadap rendemen untuk tiap-tiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Uji DMRT efek utama pengaruh lama pengeringan terhadap rendemen tepung kentang (%) Jarak P LSR Perlakuan Rataan Notasi 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - T3 19,71 a A 2 0,282 0,447 T2 20,81 b B 3 0,296 0,403 T1 21,50 c C

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.

Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan T1 memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan T2 dan T3. Perlakuan T2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan T3. Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan T1 yaitu sebesar 21,50% dan terendah pada perlakuan T3 yaitu sebesar 19,71%.

Hubungan antara lama pengeringan terhadap rendemen tepung kentang yang dihasilkan dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 1. Hubungan lama pengeringan terhadap rendemen tepung kentang yang dihasilkan.

Gambar 1 menunjukkan bahwa pengeringan dengan lama pengeringan 2 hari, 3 hari dan 4 hari menghasilkan tepung kentang dengan rendemen tertinggi hingga terendah yang mana semakin lama waktu pengeringan maka rendemen tepung kentang semakin rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Desrosier (1988) bahwa semakin lama waktu pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan suatu bahan, maka air yang menguap dari bahan akan semakin banyak. Dengan demikian maka bobot bahan menjadi berkurang dan menghasilkan rendemen yang rendah. Banyaknya air yang menguap tersebut dipengaruhi oleh lamanya bahan kontak dengan udara pengering. Hal ini sesuai dengan pernyataan Taib dkk. (1988) bahwa kecepatan pengeringan untuk setiap bahan akan berbeda-beda. Lamanya kontak antara udara panas dengan bahan selama pengeringan juga akan berpengaruh. Semakin lama kontak antara udara panas dengan bahan maka semakin cepat pengeringan berlangsung.

ŷ= -0,895x + 23,35 r = 0,982 19,50 20,00 20,50 21,00 21,50 22,00 0 1 2 3 4 5 R e ndem e n (% )

29

Pengaruh tebal tumpukan

Daftar analisis sidik ragam rendemen (Lampiran 2) menunjukkan bahwa tebal tumpukan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap rendemen tepung kentang yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan duncan multiple range test (DMRT) yang menunjukkan pengaruh tebal tumpukan terhadap rendemen untuk tiap-tiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Uji DMRT efek utama pengaruh tebal tumpukan terhadap rendemen tepung kentang (%)

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

p 0,05 0,01 0,05 0,01

- - - L1 20,48 a A

2 0,282 0,447 L2 20,62 a AB

3 0,296 0,403 L3 20,92 b B

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan L1 memberi pengaruh berbeda nyata terhadap perlakuan L2 dan sangat nyata pada perlakuan L3. Perlakuan L2 berbeda nyata terhadap perlakuan L3. Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan L3 yaitu sebesar 20.92% dan terendah pada perlakuan L1yaitu sebesar 20.48%

Hubungan antara tebal tumpukan terhadap rendemen tepung kentang yang dihasilkan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 2. Hubungan tebal tumpukan terhadap rendemen tepung kentang yang dihasilkan.

Gambar 2 menunjukkan bahwa pengeringan dengan tebal tumpukan 0.5 cm, 1 cm dan 1.5 cm menghasilkan tepung kentang dengan nilai rendemen naik dari L1 ke L2 dan naik terus hingga ke L3. Hubungan yang seharusnya adalah semakin tebal tumpukan bahan maka rendemen tepung kentang semakin tinggi, sesuai dengan pernyataan Matondang (1989) bahwa Selama proses pengeringan berlangsung, ketidakseragaman ketebalan lapisan bahan mempengaruhi proses pengeringan itu sendiri. Udara yang lewat dari bahan lebih banyak pada lapisan yang tipis daripada lapisan yang tebal. Semakin banyak udara yang lewat dari bahan maka air yang menguap semakin tinggi sehingga untuk tumpukan yang

tipis banyaknya air yang menguap tersebut menyebabkan bobot bahan menjadi lebih banyak berkurang daripada tumpukan yang tebal. Keadaan ini terjadi karena

pada kombinasi perlakuan lama pengeringan 2 hari dan tebal tumpukan 1.5 cm udara semakin susah melewati bahan sehingga proses pengeringan tidak merata dan menyebabkan irisan-irisan kentang yang dikeringkan tidak kering dan tidak dapat dijadikan tepung.

ŷ = 0,445x + 20,22 r = 0,960 20,40 20,50 20,60 20,70 20,80 20,90 21,00 0 0,5 1 1,5 2 R e ndem e n (% ) Tebal Tumpukan (cm)

31

Pengaruh interaksi

Daaftar analisis sidik ragam rendemen (Lampiran 2) menunjukan bahwa interaksi antara lama pengeringan dan tebal tumpukan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap rendemen tepung kentang yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan duncan multiple range test (DMRT) yang menunjukkan pengaruh interaksi antara lama pengeringan dan tebal tumpukan terhadap rendemen untuk tiap-tiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Uji DMRT efek utama pengaruh interaksi antara lama pengeringan dan tebal tumpukan terhadap rendemen tepung kentang (%)

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

p 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - T3L1 18,90 a A 2 0,488 0,774 T3L2 19,70 a AB 3 0,512 0,698 T2L1 20,13 b B 4 0,527 0,716 T3L3 20,53 b BC 5 0,538 0,730 T1L3 20,67 c C 6 0,545 0,741 T2L2 20,73 c CD 7 0,551 0,749 T1L2 21,43 d D 8 0,556 0,756 T2L3 21,57 d DE 9 0,559 0,761 T1L1 22,40 e E

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.

Tabel 6 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan antara lama pengeringan dan tebal tumpukan memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap rendemen tepung kentang yang dihasilkan. Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan T1L1 yaitu sebesar 22,40% dan terendah pada perlakuan T3L1 yaitu 18,90%.

Hubungan interaksi antara lama pengeringan dan tebal tumpukan terhadap rendemen tepung kentang yang dihasilkan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 3. Hubungan interaksi antara lama pengeringan dan tebal tumpukan terhadap rendemen tepung kentang yang dihasilkan.

Gambar 3 menunjukkan bahwa pada tebal tumpukan 0.5 cm; 1 cm; dan 1,5 cm dihasilkan tepung kentang dengan rendemen yang mana semakin lama waktu pengeringan maka semakin rendah rendemen tepung kentang yang dihasilkan.

Kadar Air

Pengaruh lama pengeringan

Daftar analisis sidik ragam kadar air (Lampiran 3) menunjukan bahwa lama pengeringan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air tepung kentang yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan duncan multiple range test (DMRT) yang menunjukkan pengaruh lama pengeringan terhadap kadar air untuk tiap-tiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

฀ŷ = 0,516x2 - 4,85x + 30,03 r = 1 ŷ = -0,166x2 + 0,133x + 21,83 r = 1 ฀ŷ = -0,965x2 + 5,721x + 13,08 r = 1 18,50 19,00 19,50 20,00 20,50 21,00 21,50 22,00 22,50 23,00 0 2 4 6 R e ndem e n (% )

33

Tabel 7. Uji DMRT efek utama pengaruh lama pengeringan terhadap kadar air tepung kentang (%)

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

p 0,05 0,01 0,05 0,01

- - - T3 14,92 a A

2 0,164 0,260 T2 15,57 b B

3 0,172 0,235 T1 15,61 b B

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata pada taraf 5% dan berbeda nyata pada taraf 1%.

Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan T1 memberi pengaruh berbeda tidak nyata terhadap perlakuan T2 tetapi memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan T3. Perlakuan T2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan T3. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan T1 yaitu sebesar 15,61% dan terendah pada perlakuan T3 yaitu sebesar 14,92%.

Hubungan antara lama pengeringan terhadap kadar air tepung kentang yang dihasilkan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4. Hubungan lama pengeringan terhadap kadar air tepung kentang yang dihasilkan.

Gambar 4 menunjukkan bahwa pengeringan dengan lama pengeringan 2 hari, 3 hari dan 4 hari menghasilkan tepung kentang dengan kadar air yang

ŷ = -0,305x2 + 1,484x + 13,86 r = 1 14,80 14,90 15,00 15,10 15,20 15,30 15,40 15,50 15,60 15,70 15,80 0 2 4 6 K ad ar A ir (% )

semakin menurun seiring dengan bertambahnya waktu pengeringan, yang mana semakin lama waktu pengeringan maka kadar air semakin rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Desrosier (1988) bahwa semakin lama waktu pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan suatu bahan, maka air yang menguap dari bahan akan semakin banyak. Dengan demikian maka kadar air bahan akan menjadi rendah. Banyaknya air yang menguap tersebut dipengaruhi oleh lamanya bahan kontak dengan udara pengering. Hal ini sesuai dengan pernyataan Taib dkk. (1988) bahwa kecepatan pengeringan untuk setiap bahan akan berbeda-beda. Lamanya kontak antara udara panas dengan bahan selama pengeringan juga akan berpengaruh. Semakin lama kontak antara udara panas dengan bahan maka semakin cepat pengeringan berlangsung.

Pengaruh tebal tumpukan

Daftar analisis sidik ragam rendemen (Lampiran 2) menunjukkan bahwa tebal tumpukan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap rendemen tepung kentang yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan duncan multiple range test (DMRT) yang menunjukkan pengaruh tebal tumpukan terhadap rendemen untuk tiap-tiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 8. Uji DMRT efek utama pengaruh tebal tumpukan terhadap kadar air tepung kentang (%)

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

P 0,05 0,01 0,05 0,01

- - - L1 14,65 a A

2 0,164 0,260 L2 15,28 b B

3 0,172 0,235 L3 16,17 c C

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata pada taraf 5% dan berbeda nyata pada taraf 1%.

35

Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan L1 memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L2 dan L3. Perlakuan L2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L3. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan L3 yaitu sebesar 16,17% dan terendah pada perlakuan L1yaitu sebesar 14.65%

Hubungan antara tebal tumpukan terhadap kadar air tepung kentang yang dihasilkan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar.5 : Hubungan tebal tumpukan terhadap kadar air tepung kentang yang dihasilkan

Gambar 5 menunjukkan bahwa pengeringan dengan tebal tumpukan 0.5 cm, 1 cm dan 1.5 cm menghasilkan tepung kentang dengan kadar air yang mengikuti garis linear yang naik dari L1 ke L2 dan naik terus hingga ke L3. Hubungan yang seharusnya adalah semakin tebal tumpukan bahan maka kadar air tepung kentang semakin tinggi, sesuai dengan pernyataan Matondang (1989) bahwa selama proses pengeringan berlangsung, ketidakseragaman ketebalan lapisan bahan mempengaruhi proses pengeringan itu sendiri. Udara yang lewat dari bahan lebih banyak pada lapisan yang tipis daripada lapisan yang tebal. Semakin banyak udara yang lewat dari bahan maka air yang menguap semakin tinggi sehingga untuk tumpukan yang tipis banyaknya air yang menguap tersebut menyebabkan bobot bahan menjadi lebih banyak berkurang daripada tumpukan

ŷ = 1,520x + 13,84 r = 0,989 14,40 14,60 14,80 15,00 15,20 15,40 15,60 15,80 16,00 16,20 16,40 0 0,5 1 1,5 2 Ka dar A ir ( % ) Tebal Tumpukan (cm)

yang tebal. Keadaan ini terjadi karena pada kombinasi perlakuan lama pengeringan 2 hari dan tebal tumpukan 1.5 cm udara semakin susah melewati bahan sehingga proses pengeringan tidak merata dan menyebabkan irisan–irisan kentang yang dikeringkan tidak kering dan tidak dapat dijadikan tepung.

Pengaruh interaksi

Daftar Analisis Sidik Ragam Kadar Air (Lampiran 3) menunjukkan bahwa interaksi antara lama pengeringan dan tebal tumpukan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air tepung kentang yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan duncan multiple range test (DMRT) yang menunjukkan pengaruh interaksi antara lama pengeringan dan tebal tumpukan terhadap kadar air untuk tiap-tiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 9. Uji DMRT efek utama pengaruh interaksi antara lama pengeringan dan tebal tumpukan terhadap kadar air tepung kentang (%)

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

p 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - T3L1 13,81 a A 2 0,284 0,451 T2L1 14,59 b B 3 0,298 0,406 T3L2 14,77 b B 4 0,307 0,417 T2L2 15,12 bc BC 5 0,313 0,425 T1L3 15,33 bc BC 6 0,318 0,431 T1L1 15,38 bcd BCD 7 0,321 0,436 T1L2 15,79 bcd BCD 8 0,324 0,440 T3L3 16,19 d D 9 0,326 0,443 T2L3 17,00 e E

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.

Tabel 9 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan antara lama pengeringan dan tebal tumpukan memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air tepung kentang yang dihasilkan. Kadar air tertinggi terdapat

37

pada perlakuan T2L3 yaitu sebesar 17,00% dan terendah pada perlakuan T3L1 yaitu 13.81%.

Hubungan interaksi antara lama pengeringan dan tebal tumpukan terhadap kadar air tepung kentang yang dihasilkan dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 6. Hubungan interaksi antara lama pengeringan dan tebal tumpukan terhadap kadar air tepung kentang yang dihasilkan.

Gambar 6 menunjukkan bahwa pada tebal tumpukan 0.5cm; 1 cm; dan 1,5 cm dihasilkan tepung kentang dengan rendemen yang mengikuti garis kuadratik yang mana semakin lama waktu pengeringan maka semakin rendah kadar air tepung kentang yang dihasilkan.

Nilai Organoleptik Warna (Numerik) Pengaruh lama pengeringan

Daftar analisis sidik ragam organoleptik warna (numerik) pada (Lampiran 4) menunjukkan bahwa lama pengeringan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap nilai organoleptik warna (numerik) kentang yang dihasilkan. ฀ŷ = 0,094x2 - 1,445x + 18,07 r = 1 ŷ = 0,235x2 - 2x + 19,00 r = 1 ฀ŷ = -1,245x2 + 7,900x + 4,509 r = 1 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 0 2 4 K ad ar A ir (% )

Hasil pengujian dengan duncan multiple range test (DMRT) yang menunjukkan pengaruh lama pengeringan terhadap nilai organoleptik warna (numerik) untuk tiap-tiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 10. Uji DMRT efek utama pengaruh lama pengeringan terhadap nilai

organoleptik warna (numerik) tepung kentang (%)

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

P 0.05 0.01 0.05 0.01

- - - T3 1.89 a A

2 0.314 0,497 T2 2.18 b AB

3 0.329 0,448 T1 2.58 b B

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.

Tabel 10 menunjukkan bahwa perlakuan T1 memberi pengaruh berbeda nyata terhadap perlakuan T2 tetapi memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan T3. Perlakuan T2 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan T3. Nilai organoleptik warna (numerik) tertinggi terdapat pada perlakuan T1 yaitu sebesar 2.58 yang berarti warna dari tepung kentang yang dihasilkan mendekati putih kecoklatan menurut penilaian kesepuluh panelis dan terendah pada perlakuan T3 yaitu sebesar 1.89 yang berarti warna dari tepung kentang yang dihasilkan mendekati coklat keputihan menurut penilaian kesepuluh panelis.

Hubungan antara lama pengeringan terhadap nilai organoleptik warna (numerik) tepung kentang yang dihasilkan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

39

Gambar 7. Hubungan lama pengeringan terhadap nilai organoleptik warna (numerik) tepung kentang yang dihasilkan.

Gambar 7 menunjukkan bahwa pengeringan dengan lama pengeringan 2 hari, 3 hari dan 4 hari menghasilkan tepung kentang dengan nilai organoleptik warna (numerik) yang mengikuti garis linier yang mana semakin lama waktu pengeringan maka nilai organoleptik warna semakin rendah. Hal ini disebabkan karena semakin lama proses pengeringan yang dilakukan sementara bahan belum kering semakin besar kesempatan mikroba untuk tumbuh sehingga menimbulkan kebusukan pada bahan juga terjadinya oksidasi pigmen-pigmen yang ada pada kentang ini sesuai dengan pernyataan Buckle dkk. (1987) bahwa pengeringan mempunyai beberapa kelemahan seperti terjadinya perubahan warna, tekstur, rasa, dan aroma.

Pengaruh tebal tumpukan

Daftar analisis sidik ragam organoleptik warna (numerik) (Lampiran 4) menunjukkan bahwa tebal tumpukan memberikan pengaruh berbeda

tidak nyata terhadap nilai organoleptik warna (numerik) tepung kentang yang dihasilkan. ŷ = -0,278x + 3,005 r = 0,999 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 0 1 2 3 4 5 S k a la N um e ri k ( ra ta a n)

Hasil pengujian dengan duncan multiple range test (DMRT) yang menunjukkan pengaruh tebal tumpukan terhadap nilai organoleptik warna (numerik) untuk tiap-tiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 11. Uji DMRT efek utama pengaruh tebal tumpukan terhadap nilai

organoleptik warna (numerik) tepung kentang (%)

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

P 0.05 0.01 0.05 0.01

- - - L3 1.14 a A

2 0.314 0.497 L2 2.24 b B

3 0.329 0.448 L1 2.40 b B

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.

Tabel 11 menunjukkan bahwa perlakuan L1 memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L2 tetapi memberi pengaruh berbeda nyata terhadap perlakuan L3. Perlakuan L2 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan L3. Nilai organoleptik warna (numerik) tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 2,40 yang berarti warna dari tepung kentang yang dihasilkan mendekati putih kecoklatan menurut penilaian kesepuluh panelis dan terendah pada perlakuan L3 yaitu sebesar 1,14 yang berarti warna dari tepung kentang yang dihasilkan mendekati coklat keputihan menurut penilaian kesepuluh panelis.

Hubungan antara tebal tumpukan terhadap nilai organoleptik warna (numerik) tepung kentang yang dihasilkan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

41

Gambar 8. Hubungan tebal tumpukan terhadap nilai organoleptik warna (numerik) tepung kentang yang dihasilkan.

Gambar 8 menunjukkan bahwa pengeringan dengan tebal tumpukan 0.5 cm, 1 cm dan 1.5 cm menghasilkan tepung kentang dengan nilai organoleptik warna (numerik) yang mengikuti garis linier yang mana semakin tebal tumpukan maka nilai organoleptik warnanya semakin rendah. semakin lama pengeringan maka nilai organoleptik warna tepung kentang semakin rendah. Hal ini disebabkan karena semakin tebal tumpukan bahan maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk mencapai kadar air yang diinginkan dan ini memberikan kesempatan untuk mikroba tumbuh dan menyebabkan kebusukan pada bahan ini sesuai dengan pernyataan Buckle dkk. (1987) bahwa pengeringan mempunyai beberapa kelemahan seperti terjadinya perubahan warna, tekstur, rasa, dan aroma. Pengaruh interaksi

Daftar analisis sidik ragam organoleptik warna (numerik) (Lampiran 4) menunjukan bahwa interaksi antara lama pengeringan dan tebal

tumpukan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap nilai organoleptik warna (numerik) tepung kentang yang dihasilkan.

ŷ = -0,532x + 2,703 r = 0,945 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 0 0,5 1 1,5 2 S k a la N um e ri k ( ra ta a n) Tebal Tumpukan (cm)

Hasil pengujian dengan duncan multiple range test (DMRT) yang menunjukkan pengaruh interaksi antara lama pengeringan dan tebal tumpukan terhadap nilai organoleptik warna (organoleptik) untuk tiap-tiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 12. Uji DMRT efek utama pengaruh interaksi antara lama pengeringan dan tebal tumpukan terhadap nilai organoleptik warna (numerik) tepung kentang (%)

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

p 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - T2L3 1,57 a A 2 0,543 0,862 T3L2 1,77 ab AB 3 0,570 0,777 T3L3 1,87 abc ABC 4 0,587 0,798 T3L1 2,03 abc ABC 5 0,599 0,813 T1L3 2,17 bcd BCD 6 0,607 0,825 T1L2 2,37 bcd BCD 7 0,614 0,834 T2L1 2,37 cd CD 8 0,619 0,842 T2L2 2,60 d CD 9 0,623 0,848 T1L1 2,80 d D

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.

Tabel 12 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan antara lama pengeringan dan tebal tumpukan memberi pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap nilai organoleptik warna (numerik) tepung kentang yang dihasilkan. Nilai organoleptik warna (numerik) tertinggi terdapat pada perlakuan T1L1 yaitu sebesar 2.80 dan terendah pada perlakuan T2L3 yaitu 1.57%.

Hubungan interaksi antara lama pengeringan dan tebal tumpukan terhadap nilai organoleptik warna (numerik) tepung kentang yang dihasilkan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

43

Gambar 9. Hubungan interaksi antara lama pengeringan dan tebal tumpukan terhadapnilaiorganoleptik warna (numerik) tepung kentang yang dihasilkan.

Gambar 9 menunjukkan bahwa pada tebal tumpukan 0.5 cm dihasilkan tepung kentang dengan nilai organoleptik warna yang mengikuti garis linier yang mana semakin lama waktu pengeringan maka semakin rendah nilai organoleptik warna tepung kentang yang dihasilkan. Sedangkan pada tebal tumpukan 1 cm dihasilkan tepung kentang dengan nilai organoleptik warna yang mengikuti garis linear yang naik dari T1 ke T2 kemudian turun ke T3. Dan pada tebal tumpukan 1.5 cm dihasilkan tepung kentang dengan nilai organoleptik warna yang mengikuti garis linier yang mana semakin lama waktu pengeringan maka semakin

Dokumen terkait