• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa strata-1 (S1) IPB yang masih aktif pada tahun ajaran 2013-2014 dari sembilan fakultas yang tersedia di Institut Pertanian Bogor. Kesembilan fakultas di Institut Pertanian Bogor, kesembilan fakultas tersebut adalah Fakultas Pertanian (Faperta), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Fakultas Peternakan (Fapet), Fakultas Kehutanan (Fahutan), Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), dan Fakultas Ekologi Manusia (Fema). Penelitian ini secara umum bertujuan mengkaji pengaruh pengetahuan, nilai, dan sikap responden terhadap perilaku membaca label produk pangan. Dalam penelitian ini, responden dibedakan berdasarkan pada jenis kelamin. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi strata satu Institut Pertanian Bogor dengan proporsi laki-laki (n=157) sebesar 39.2 persen dan perempuan (n=243) sebesar 60.8 persen.

Berdasarkan hasil observasi dari 307 produk pangan kemasan di sebuah supermarket ternama di Kota Bogor, ditemukan ada 14.7 persen produk pangan yang tidak memiliki label halal dan 3.9 persen produk yang menggunakan label halal bukan menurut Majelis Ulama Indonesia. Selain itu, ada 17.9 persen produk pangan kemasan yang tidak mencantumkan nilai gizi, 1.9 persen tidak mencantumkan komposisi, dan 1.0 produk yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa. Berdasarkan hasil observasi dari 124 produk pangan kemasan di sebuah minimarket terbesar yang berada di sekitar kampus Institut Pertanian Bogor, ditemukan ada 12.9 persen produk pangan yang tidak memiliki label halal dan 3.2 persen produk yang menggunakan label halal bukan menurut Majelis Ulama Indonesia. Selain itu, ditemukan juga ada 20.9 persen produk pangan kemasan yang mencantumkan tanggal kadaluarsa bukan pada tempatnya, ada 2.4 persen produk pangan kemasan yang tidak mencantumkan label komposisi dan masih menggunakan bahasa asing. Sebanyak 6.4 persen produk pangan kemasan yang tidak mencantumkan nilai gizi dan 1.6 persen produk pangan mencantumkan nilai gizi dengan bahasa asing. Berdasarkan hasil observasi, jenis makanan yang tidak memiliki label halal dan menggunakan label halal bukan menurut Majelis

Ulama Indonesia seperti cokelat, bumbu dapur, kopi bubuk, makanan cepat saji, permen, makanan ringan, minuman botol dan kaleng. Jenis makanan yang mencantumkan tanggal kadaluarsa bukan pada tempatnya, seperti produk biskuit dan makanan ringan. Jenis makanan seperti teh, cokelat, dan biskuit juga ditemukan masih ada yang tidak mencantumkan nilai gizi pada kemasan produk pangan. Selain itu, masih ditemukan juga jenis makanan seperti cokelat, teh dan mie instan yang tidak mencantumkan label komposisi dan masih menggunakan bahasa asing.

Hasil Faktor Intrinsik

Usia. Usia responden berada pada rentang 18-24 tahun. Rata-rata usia responden laki-laki adalah 20.34 tahun (sd = 1.04 tahun), sedangkan rata-rata usia responden perempuan adalah 20.20 tahun (sd = 1 tahun). Informasi pada Tabel 2 menunjukkan bahwa dua dari lima (43.3%) responden laki-laki dan responden perempuan (39.5%) berusia diatas 20 tahun.

Tabel 2 Sebaran responden berdasarkan kategori usia

Kategori Usia Laki-laki

(n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) 18 tahun 3.2 2.9 3.0 19 tahun 16.6 23.0 20.5 20 tahun 36.9 34.6 35.5 Di atas 20 tahun 43.3 39.5 41.0 Rata-rata ± Sd 20.34 ± 1.042 20.20 ± 1.002 20.26 ± 1.019 Min-Max 18-24 18-23 18-24

Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.194

Agama. Sebagian besar responden laki-laki (87.3%) dan responden perempuan (91.5%) beragama Islam. Sisanya, 12.7 persen responden laki-laki dan 8.5 persen responden perempuan memeluk agama Kristen Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha (Tabel 3).

Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan agama

Agama Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) Islam 87.3 91.5 89.8 Kristen Katolik 5.0 0.4 2.2 Kristen Protestan 6.4 6.6 6.5 Hindu 0.0 0.5 0.5 Budha 1.3 1.0 1.0

Uang Saku. Uang saku merupakan pendapatan utama bagi responden yang dapat bersumber dari orang tua, keluarga, beasiswa, usaha mandiri (kerja), atau gabungan dari beberapa sumber. Rata-rata uang saku yang diperoleh responden laki-laki sejumlah Rp930 477/bulan (sd=Rp328 115.141/bulan), sedangkan rata-rata uang saku yang diperoleh responden perempuan lebih besar, yaitu sejumlah

15 Rp1 009 053/bulan (sd= Rp444 549.555/bulan). Tabel 4 menunjukkan bahwa setengah (50.2%) dari responden memeroleh uang saku berkisar antara Rp500 000 sampai dengan Rp1 000 000 per bulan.

Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan kategori uang saku

Kategori Uang Saku (rupiah/bulan)

Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n= 400)

< Rp500 000 2.5 0.8 1.5 Rp500 000 – Rp1 000 000 52.2 49.0 50.2 Rp1 000 001 – Rp1 500 000 35.7 35.0 35.2 > Rp1 500 000 9.6 15.2 13.0 Rata-rata ± Sd Rp930 477.71 ± Rp328 115.141 Rp1 009 053.50 ± Rp444 549.555 Rp978 212.50 ± Rp404 265.623 Min-Max Rp350 000- Rp2 500 000 Rp200 000- Rp3 500 000 Rp200 000- Rp3 500 000 Uji beda jenis kelamin

(p-value)

0.221

Pengeluaran Pangan. Tujuh dari sepuluh (72.0%) responden mengeluarkan uang untuk pangan berkisar antara Rp500 000 hingga Rp1 000 000 per bulan. Rata-rata pengeluaran pangan pada responden laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar Rp699 127/bulan (sd= Rp213 262.169/bulan) dan Rp598 111/ bulan (sd= Rp249 248.739/bulan) (Tabel 5).

Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan pengeluaran pangan

Pengeluaran Pangan (Rupiah/bulan)

Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n= 400)

< Rp500 000 24.8 26.7 26.0 Rp500 000 – Rp1 000 000 73.9 70.8 72.0 > Rp1 000 000 1.3 2.5 2.0 Rata-rata ± Sd Rp600 127.39 ± Rp213 262.169 Rp598 111.11 ± Rp249 248.739 Rp598 902.50 ± Rp235 505.212 Min-Max Rp60 000- Rp1 500 000 Rp50 000- Rp2 000 000 Rp50 000- Rp2 000 000 Uji beda jenis

Kelamin (p-value)

0.678

Pekerjaan Ayah dan Ibu. Satu dari empat (28.1%) ayah responden laki-laki dalam penelitian ini bekerja sebagai PNS/ABRI/Polisi. Satu dari empat (28.1%) ayah responden perempuan dalam penelitian ini bekerja sebagai pegawai swasta. Lebih dari setengah (56,2%) ibu responden tidak bekerja atau berperan sebagai ibu rumah tangga (Tabel 6).

Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orang tua Jenis Pekerjaan Ayah Ibu Laki-laki (n=147) Perempuan (n=232) Total1 (n=379) Laki-laki (n=156) Perempuan (n=242) Total2 (n=398) Tidak bekerja 4.8 1.8 2.9 48.6 61.0 56.2 Petani 6.8 6.1 6.4 5.5 2.6 3.7 Buruh 7.5 4.3 5.6 1.4 2.2 1.9 PNS/ABRI/Polisi 28.8 23.8 25.7 19.8 21.6 21.0 Pegawai swasta 15.8 28.1 23.3 4.1 3.5 3.7 Wiraswasta 21.9 25.1 23.9 15.8 7.4 10.6 Pensiunan 12.3 9.5 10.6 2.1 1.3 1.6 Guru 2.1 1.3 1.6 2.7 0.4 1.3

Keterangan: 1 21 orang telah meninggal; 22 orang telah meninggal

Tingkat Pendidikan Orang Tua. Secara umum, ayah responden menempuh pendidikan formal yang lebih tinggi dibandingkan ibu responden. Dua dari lima (40.3%) ayah responden pernah menempuh pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi, sementara pada kelompok ibu responden hanya 29.0 persen yang mengalami hal tersebut. Lebih dari seperempat (34.8%) ibu responden hanya menempuh atau menyelesaikan pendidikan formal di tingkat menengah atas (Tabel 7).

Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan orang tua

Kategori Tingkat Pendidikan

Ayah Ibu Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n= 400) Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n= 400) Tidak tamat SD 5.2 1.6 3.0 6.4 2.5 4.0 Tamat SD 7.6 7.8 7.8 9.6 11.1 10.5 Tamat SMP 5.7 4.9 5.2 9.6 10.7 10.2 Tamat SMA 30.6 38.3 35.2 33.0 35.8 34.8 Diploma (D1/D2/D3) 7.6 9.1 8.5 14.0 9.9 11.5 Pendidikan tinggi (S1/S2/S3) 43.3 38.3 40.3 27.4 30.0 29.0

Jumlah Tanggungan Keluarga. Lebih dari setengah (53.5%) responden laki-laki keluarganya masih memiliki tanggungan sejumlah satu sampai dengan dua orang. Pada responden perempuan 50.2 persen keluarganya masih memiliki tanggungan sejumlah tiga sampai dengan empat orang. Jumlah tanggungan keluarga responden laki-laki dan perempuan secara statistik berbeda nyata (p<0.01) (Tabel 8).

Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga

Jumlah Tanggungan Keluarga Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) ≤ 2 orang 53.5 41.2 46.0 3-4 orang 40.8 50.2 46.5 5-6 orang 5.7 7.4 6.8

17

Jumlah Tanggungan Keluarga Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) ≥ 7 orang 0.0 1.2 0.7 Rata-rata ± Sd 2.71 ± 1.42 3.22 ± 1.81 3.02 ± 1.68 Min-Max 1-7 1-14 1-14

Uji beda jenis kelamin (p-value)

0.004**

Keterangan: **nyata pada p<0.01

Pendapatan Keluarga. Dalam penelitian ini pendapatan per bulan keluarga adalah total keseluruhan pemasukan yang diterima keluarga baik melalui ayah, ibu, ataupun anggota keluarga lainnya. Secara keseluruhan, rata-rata pendapatan per bulan keluarga responden adalah Rp4 945 439.39 (sd=Rp4 874 459.42). Tiga dari lima (60.5%) keluarga responden laki-laki serta lebih dari setengah (53.1%) keluarga responden perempuan berpenghasilan antara Rp1 000 000.00 - Rp5 000 000.00 per bulan (Tabel 9).

Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan pendapatan keluarga

Pendapatan Keluarga

(Rupiah/bulan) Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n= 400)

< 1 000 000 15.3 12.3 13.5 1 000 000 – 5 000 000 60.5 53.1 56.0 5 000 001 – 10 000 000 19.1 25.5 23.0 >10 000 000 5.1 9.1 7.5 Rata-rata ± Sd Rp442 1182 ± Rp4 516 158.27 Rp5 284 156.61 ± Rp5 072 867.65 Rp4 945 439.39 ± Rp4 874 459.42 Min-Max Rp300 000- Rp35 000 000 Rp250 000- Rp30 000 000 Rp250 000- Rp35 000 000 Uji beda jenis kelamin

(p-value) 0.071

Faktor Ekstrinsik

Mengikuti Kuliah Terkait Konsumen dan Label. Lebih dari seperempat responden laki-laki dan responden perempuan pernah mengikuti mata kuliah terkait konsumen. Selain itu, hampir satu per empat dari responden laki-laki pernah mengikuti kuliah tentang label yang secara statistik berbeda nyata (p<0.01) antara responden laki-laki dan perempuan yang lebih dari satu per empatnya pernah mengikuti kuliah tentang label.

Sumber Informasi Mengenai Label Produk Pangan. Secara keseluruhan, enam dari sepuluh (67.8%) responden pernah mendapatkan informasi mengenai label produk pangan. Berdasarkan jumlah sumber informasi yang didapatkan, hampir dua perlima dari (37.6%) responden laki-laki tidak pernah mendapatkan informasi mengenai label produk pangan, sedangkan pada responden perempuan. Hampir dari dua perlima (37.0%) responden mendapatkan informasi mengenai label produk pangan dari satu sumber saja. Tiga dari sepuluh (34.7%) responden mendapatkan informasi mengenai label pangan melalui media internet.

Sedangkan, 16 persen responden mendapatkan informasi mengenai label produk pangan dari media cetak seperti koran, majalah, dan tabloid (Tabel 10).

Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan sumber informasi mengenai label produk pangan

Kategori Sumber Informasi Label Laki-laki (n=157)

Perempuan (n=243)

Total (n=400) 1. Pernah mendapatkan informasi mengenai label

produk pangan

62.4 71.2 67.8

2. Jenis sumber informasi

Internet 35.6 34.2 34.7

Media cetak (koran, majalah, dan tabloid) 15.9 16.0 16.0

Media elektronik (televisi dan radio) 26.1 30.0 28.5

Teman, keluarga, atau kerabat 15.2 24.2 21.0

Penyuluhan, seminar, dan ceramah 18.4 25.9 23.0

3. Jumlah sumber informasi

Tidak mendapatkan informasi 37.6 28.8 32.0

Satu sumber 36.8 37.0 37.0

Dua sumber 10.7 16.9 14.5

Tiga sumber 7.5 9.4 8.7

Empat sumber 3.7 5.8 5.0

Lima sumber 3.7 2.1 2.8

Ket: dapat memilih dari satu sumber

Hak-hak dan Kewajiban Konsumen

Hak-hak dan kewajiban konsumen di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Secara keseluruhan, hanya satu dari dua puluh (5.8%) responden yang mengetahui bahwa responden berhak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen. Selain itu, hanya satu dari lima puluh (2.5%) responden yang mengetahui bahwa ada hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Responden perempuan lebih mengetahui hak-haknya sebagai konsumen dibandingkan dengan responden laki-laki. Terdapat perbedaan nyata antara responden laki-laki dan perempuan (p<0,05) dalam hal mengetahui beberapa hak yang diantaranya: (1) hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa; (2) hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; (3) hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan; dan (4) hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen (Tabel 11).

19 Tabel 11 Sebaran pengetahuan responden yang menjawab benar tentang hak

konsumen

No. Butir Hak Konsumen

Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) Uji Beda L-P (P) 1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa.

30.3 61.7 57.2 0.024*

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

15.9 24.7 21.1 0.037*

3. Hak atas informasiyang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

45.2 48.6 47.2 0.514

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan

12.1 21.4 17.8 0.018*

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, danupaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.

9.6 9.5 9.5 0.976

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

2.5 7.8 5.8 0.027*

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

19.1 19.3 19.2 0.954

8. Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

11.5 18.1 15.5 0.073

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

2.5 2.5 2.5 0.461

Ket: *nyata pada p<0.05

Hanya dua dari 25 responden yang mengetahui kewajibannya untuk beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa. Pengetahuan perempuan tentang kewajiban konsumen lebih baik dibandingkan laki-laki. Hal senada bisa dilihat dari adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antara responden laki-laki dan perempuan dalam hal mengetahui kewajibannya untuk beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa (Tabel 12).

Tabel 12 Sebaran pengetahuan responden yang menjawab benar tentang kewajiban konsumen

No. Butir Kewajiban Konsumen

Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) Uji Beda L-P (P)

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.

31.2 36.6 34.5 0.267

2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.

4.5 11.5 8.8 0.015*

3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

31.2 32.5 32.0 0.786

4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut

14.0 17.7 16.2 0.330

Ket: *nyata pada p<0.05

Sebagian besar responden laki-laki dan responden perempuan dalam penelitian ini berpendapat bahwa konsumen di Indonesia belum sepenuhnya dianggap raja oleh pelaku usaha. Secara keseluruhan, lebih dari setengah responden laki-laki (65.6%) dan responden perempuan (58.8%) mengetahui Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) sebagai pihak yang terkait dengan perlindungan konsumen. Namun, hanya satu dari 14 responden secara keseluruhan mengetahui bahwa Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) merupakan salah satu pihak yang terkait dengan perlindungan konsumen (Tabel 13).

Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan pengetahuan mengenai perlindungan konsumen

No. Lembaga dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) Uji Beda L-P (P) 1 BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen)

6.4 8.2 7.5 0.491

2 YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia)

65.6 58.8 61.3 0.220

3 LPKSM (Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat)

17.8 23.5 21.2 0.180

4 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

21 Pengetahuan tentang Label Halal

Secara keseluruhan lebih dari setengah (56.7%) responden laki-laki dan hampir setengah (44.4%) responden perempuan memiliki pengetahuan mengenai label halal produk pangan pada kategori baik. Pada responden perempuan tidak terdapat responden yang memiliki pengetahuan mengenai label halal produk pangan pada kategori sangat kurang. Hal tersebut dapat terlihat dari jawaban responden yang menjawab dengan benar pernyataan terkait pengetahuan tentang label halal, antara lain pernyataan mengenai pengertian label halal, pencantuman label halal dalam kemasan, dan label halal yang digunakan di Indonesia (Lampiran 5). Rata-rata skor nilai laki-laki mengenai pengetahuan (rata-rata=69.11; sd=13.65) lebih rendah dari rata-rata skor nilai perempuan mengenai pengetahuan (rata-rata=72.10; sd=12.86). Dengan demikian, hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara skor pengetahuan antara laki-laki dan perempuan (p<0.05) (Tabel 14).

Tabel 14 Sebaran dan statistik responden berdasarkan pengetahuan tentang label halal

Kategori Pengtahuan tentang Label Halal Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400)

Sangat kurang (skor ≤ 25) 0.6 0.0 0.2

Kurang (25 < skor ≤ 50 ) 11.5 9.5 10.2

Baik (50 < skor ≤ 75) 56.7 44.4 49.3

Sangat baik (75 < skor ≤ 100) 31.2 46.1 40.3

Rata-rata ± Sd 69.11 ± 13.65 72.10 ± 12.86 70.93 ± 13.24

Min-Max 20-100 30-100 20-100

Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.027*

Ket: ** nyata pada p<0.05

Nilai Religiusitas

Hampir dari setengah (46.5%) responden laki-laki memiliki nilai religiusitas pada kategori baik dan sangat baik. Lebih dari setengah (55.6%) responden perempuan memiliki nilai religiusitas pada kategori sangat baik. Namun, pada responden laki-laki tidak terdapat responden yang memiliki nilai religiusitas pada kategori sangat kurang. Hal ini dikarenakan mayoritas responden memeluk agama Islam dan memahami bahwa agama Islam melarang untuk mengonsumsi makanan yang tidak halal. Selain itu, hal tersebut dapat terlihat dari jawaban responden yang menyatakan sangat setuju dalam menjawab pernyataan terkait nilai religiusitas terhadap label halal, antara lain kepedulian terhadap kehalalan pangan, keyakinan dalam mengonsumsi pangan yang halal, dan kepercayaan terhadap pangan yang halal (Lampiran 6). Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara skor pengetahuan antara laki-laki dan perempuan (p<0.01) (Tabel 15).

Tabel 15 Sebaran dan statistik responden berdasarkan nilai religiusitas terkait label halal

Kategori Nilai Religiusitas terkait Label Halal Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400)

Sangat kurang (skor ≤ 25) 0.0 0.4 0.2

Kurang (25 < skor ≤ 50 ) 7.0 4.1 5.2

Baik (50 < skor ≤ 75) 46.5 39.9 42.3

Sangat baik (75 < skor ≤ 100) 46.5 55.6 52.3

Rata-rata ± Sd 72.82 ± 14.24 76.53 ± 13.24 75.07 ± 13.75

Min-Max 28.33-96.67 25-98.33 25-98.33

Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.009**

Ket: **nyata pada p<0.01

Sikap terhadap Label Halal

Secara keseluruhan lebih dari setengah responden laki-laki (58.6%) dan perempuan (54.4%) memiliki sikap mengenai label halal produk pangan pada kategori baik. Pada responden baik laki-laki dan perempuan tidak terdapat responden yang memiliki sikap pada kategori sangat kurang. Hal ini terlihat bahwa enam dari sepuluh responden teliti dalam membaca komposisi bahan terkait kehalalannya. Selain itu, hal tersebut dapat terlihat dari jawaban responden yang menyatakan sangat setuju dalam menjawab pernyataan terkait sikap terhadap label halal, antara lain perasaan kecewa ketika menemukan produk pangan yang tidak memiliki label halal, teliti dalam membaca komposisi bahan terkait kehalalannya, dan tetap mementingkan kehalalan produk pangan (Lampiran 7). Rata-rata skor laki-laki mengenai sikap (rata-rata=69.46; sd=13.18) lebih rendah dari rata-rata skor perempuan mengenai sikap (rata-rata=73.36; sd=12.91). Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan nyata (p<0.01) skor sikap antara laki-laki dan perempuan (Tabel 16).

Tabel 16 Sebaran dan statistik responden berdasarkan tingkat sikap terhadap label halal

Kategori Sikap terhadap Label Halal Laki-laki (n=157)

Perempuan (n=243)

Total (n=400)

Sangat kurang (skor ≤ 25) 0.0 0.0 0.0

Kurang (25 < skor ≤ 50) 8.3 5.3 6.5

Baik (50 < skor ≤ 75) 58.6 54.4 56.0

Sangat baik (75 < skor ≤ 100) 33.1 40.3 37.5

Rata-rata ± Sd 69.46 ± 13.18 73.36 ± 12.91 71.83 ± 13.14

Min-Max 40-100 33.33-100 33.33-100

Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.004**

Ket: **nyata pada p<0.01

Perilaku Membaca Label Halal

Lebih dari setengah (53.5%) responden laki-laki memiliki perilaku membaca label halal pada kategori kurang baik. Hal senada juga terjadi pada kelompok responden perempuan, hampir dari setengah responden perempuan (48.1%) memiliki perilaku membaca label halal pada kategori kurang baik. Hal tersebut dapat terlihat dari jawaban responden yang menyatakan jarang

23 memerhatikan nomor sertifikasi halal dan jarang melakukan keluhan terhadap produk pangan yang tidak memiliki label halal (Lampiran 8). Bila dibandingkan skor perilaku membaca label halal antara laki-laki dan perempuan, tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05) diantara keduanya (Tabel 17).

Tabel 17 Sebaran dan statistik responden berdasarkan perilaku membaca label halal

Kategori perilaku membaca label halal Laki-laki (n=157)

Perempuan (n=243)

Total (n=400)

Sangat kurang (skor ≤ 25) 2.5 3.7 3.2

Kurang (25 < skor ≤ 50 ) 53.5 48.1 50.2

Baik (50 < skor ≤ 75) 42.0 46.5 44.8

Sangat baik (75 < skor ≤ 100) 2.0 1.7 1.8

Rata-rata ± Sd 48.66 ± 12.10 48.93 ± 11.78 48.82 ± 11.89

Min 15-90 11.67-78.33 11.67-90

Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.826

Peringkat Prioritas Mengenai Label Produk Pangan. Tiga dari lima (61.2%) responden memilih nama produk pada peringkat satu sebagai item label yang paling prioritas dilihat ol eh responden. Pada peringkat kedua, hampir dari dua perlima (39.8%) responden memilih jenis produk. Selanjutnya, lebih dari satu per empat (33.2%) responden memilih waktu kadaluarsa di peringkat ketiga dan seperempat (25.5%) dari responden memilih keterangan halal di peringkat keempat. Satu per empat dari responden memilih komposisi (24.5%) dan cara pemakaian (19.5%) di peringkat keenam. Besarnya jumlah responden yang memilih komposisi dan cara pemakaian di peringkat keenam menyebabkan peringkat kelima tidak ditempati oleh item label apapun. Selanjutnya, lebih dari dua dari lima (22.2%) responden memilih item label informasi gizi di peringkat ketujuh dan lebih dari seperempat (26.6%) responden memilih berat bersih di peringkat kedelapan. Pada peringkat terakhir atau peringkat kesembilan, setengah dari responden memilih alamat produsen (50.8%) sebagai item label yang paling terakhir dilihat. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa keterangan halal berada pada posisi keempat setelah nama produk, jenis produk, dan wakru kadaluarsa. Secara statistik pada item label nama produk dan alamat produsen antara responden laki-laki dan perempuan berbeda nyata (p<0.01). Begitu juga pada item label waktu kadaluarsa dan informasi gizi antara laki-laki dan perempuan berbeda nyata (p<0.05) (Tabel 18).

Tabel 18 Sebaran responden berdasarkan peringkat prioritas label produk pangan

No. Item label Peringkat prioritas label produk responden

Uji Beda L-P (P) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Nama produk 61.2 18.5 7.2 3.0 2.5 2.5 1.0 1.2 2.8 0.001** 2. Jenis Produk 18.5 39.8 14.5 11.0 3.8 3.2 3.0 4.6 1.8 0.459 3. Waktu kadaluarsa 8.8 21.7 33.2 21.0 3.5 4.2 3.8 2.8 1.1 0.038*

No. Item label Peringkat prioritas label produk responden Uji Beda L-P (P) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4. Keterangan Halal 8.2 11.0 19.8 25.5 9.1 6.2 8.0 5.8 6.5 0.804 5. Berat bersih 0.5 3.5 6.0 7.5 14.1 12.2 14.8 26.6 15.0 0.455 6. Alamat produsen 1.5 0.8 1.5 3.0 7.5 6.2 8.2 20.6 50.8 0.002** 7. Komposisi 0.2 2.2 7.8 21.5 21.5 24.5 20.2 11.0 2.8 0.709 8. Informasi gizi 0.8 2.0 4.2 20.2 20.2 21.5 22.2 10.8 6.2 0.048* 9. Cara pemakaian 0.3 1.0 5.8 17.8 17.8 19.5 18.8 16.6 13.0 0.114

Ket: *nyata pada p<0.05; **nyata pada p<0.01

Hubungan Antarvariabel Penelitian.

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa jenis kelamin berhubungan positif dan nyata dengan pengetahuan (r=10.070; α<0,05) mengenai label halal produk pangan. Selain itu, agama juga berhubungan positif dan nyata dengan pengetahuan (r=28.889; α<0,01), nilai religiusitas (r=191.298; α<0,01), sikap (r=142.954; α<0,01), dan perilaku membaca (r=127.754; α<0,01) label halal produk pangan. Pengeluaran pangan berhubungan negatif dan nyata dengan sikap (r=0.122; α<0,05) dan nilai religiusitas (r=0.136; α<0,01). Selain itu, hasil korelasi juga menunjukkan bahwa pekerjaan ibu berhubungan positif dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku membaca label halal. Hal yang berbeda dapat dilihat dari pendapatan keluarga responden yang berpengaruh negatif dengan nilai religiusitas (r=0.120; α<0,01). Pengeluaran pangan responden juga berhubungan negatif dengan nilai religiusitas. Mendapatkan sumber informasi juga berhubungan positif dan nyata dengan perilaku membaca (r=0.108; α<0,05) (Lampiran 4).

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan dan Nilai religiusitas Religiusitas

Sebelum melakukan uji regresi, data penelitian harus memenuhi syarat-syarat uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui data penelitian tidak terdistribusi normal (Lampiran 3). Cara untuk mengatasi ketidaknormalan dilakukan transformasi data menggunakan “Ln”. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa variabel penelitian bebas dari multikolinearitas dengan nilai religiusitas tolerance lebih dari 0.1 dan nilai religiusitas Variance Inflation Factors (VIF) kurang dari 10. Pada penelitian ini variabel telah bebas dari heterokedastisitas, hal ini dapat dilihat dari titik-titik pada scatterplot yang menyebar di atas dan di bawah sumbu Y (Lampiran 10). Variabel penelitian telah bebas dari autokorelasi, terlihat dari nilai religiusitas Durbin-Watson pada model regresi variabel pengetahuan, nilai religiusitas, sikap, dan perilaku membaca label halal model satu dan dua masing-masing sebesar 1.110, 0.577, 2.021, dan 1.771. Model regresi ini dikatakan terbebas dari autokorelasi karena nilai religiusitas Durbin-Watson mendekati +2.

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan dan nilai religiusitas mengenai label halal produk

25 pangan. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa agama (β=0.055; sig≤0.01) berpengaruh positif dan nyata terhadap pengetahuan. Agama berpengaruh sebesar 18.7 persen terhadap pengetahuan responden mengenai label halal produk pangan. Selain itu, hasil uji regresi juga menunjukkan bahwa agama (β=0.247; sig≤0.01) berpengaruh positif dan nyata terhadap nilai religiusitas mengenai label halal produk pangan. Agamaberpengaruh sebesar 45.4 persen terhadap nilai religiusitas responden mengenai label halal produk pangan (Tabel 19).

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sikap terhadap Label Halal

Hasil uji analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa nilai religiusitas (β=0.888; sig≤0.01) berpengaruh positif dan nyata terhadap sikap responden mengenai label halal produk pangan. Artinya, nilai religiusitas berpengaruh sebesar 94.3 persen terhadap sikap responden mengenai label halal produk pangan (Tabel 19).

Tabel 19 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, nilai religiusitas, sikap, dan perilaku membaca label halal produk pangan

Variabel bebas Pengetahuan

β Nilai religiusitas β Sikap β Perilaku β Faktor intrinsik Jenis kelamin (0= laki-laki; 1=perempuan) -0.061 -0.029 -0.022 0.048 Usia (tahun) 0.072 0.054 0.041 -0.096* Agama (0= non-Islam; 1= Islam) 0.187** 0.454** -0.052 0.129**

Uang saku(Rupiah/bulan) 0.067 0.024 0.005 -0.025

Jumlah tanggungan keluarga (Orang)

0.015 0.059 0.028 -0.039

Pendidikan ibu

(0= non pendidikan tinggi; 1= pendidikan tinggi)

-0.078 -0.088 -0.009 0.053

Pekerjaan ibu

(0= tidak bekerja; 1= bekerja)

-0.084 -0.003 0.015 -0.007

Faktor ekstrinsik Mengikuti kuliah terkait konsumen

(0= tidak pernah; 1= pernah)

0.002 -0.028 0.005 0.024

Mendapatkan sumber

informasi(0= tidak pernah; 1= pernah) 0.016 -0.011 -0.017 0.009 Pengetahuan 0.005

Dokumen terkait