• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Institut Pertanian Bogor adalah sebuah perguruan tinggi negeri yang berkedudukan di Bogor. Berdasarkan hasil keputusan rapat pleno Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) tanggal 21 Februari 2013, memutuskan bahwa IPB memperoleh status terakreditasi dengan nilai 375 yaitu peringkat A (sangat baik). Program studi di IPB terdiri dari sembilan fakultas, satu sekolah Pascasarjana, dan satu program Diploma. Jumlah mahasiswa IPB tahun ajaran 2013-2014 adalah sebanyak 10 540 mahasiswa, yang tersebar dalam sembilan Fakultas yang ada di IPB, yaitu 1 272 mahasiswa Fakultas Pertanian, 534 mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, 1 145 mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, 524 mahasiswa Fakultas Peternakan, 1 151 mahasiswa Fakultas Kehutanan, 1 290 mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian, 2 009 mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1 581 mahasiswa Fakultas Ekonomi Manajemen, dan 1 034 mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu institusi yang aktif dalam menyebarkan informasi mengenai pangan di Indonesia.

Hasil observasi yang dilakukan pada 124 produk pangan di salah satu supermarket yang berada di sekitar kampus IPB ditemukan sebanyak 12.9 persen produk pangan yang tidak mencantumkan label keterangan halal, 3.2 persen produk pangan yang mencantumkan label halal bukan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), 20.9 persen produk pangan dengan label kadaluarsa tidak sesuai pada tempat penulisan yang tertera, 2.4 persen produk pangan yang tidak mencantumkan label komposisi, 2.4 persen produk pangan dengan label komposisi berbahasa asing, 6.4 persen produk pangan yang tidak mencantumkan label nilai gizi, dan 1.6 persen produk pangan yang mencantumkan label nilai gizi dalam bahasa asing.

Beberapa jenis produk yang tidak mencantumkan label halal adalah coklat, bumbu dapur, makanan cepat saji, makanan ringan, kopi bubuk, permen, serta minuman botol dan kaleng. Jenis produk dengan label kadaluarsa yang tidak sesuai pada tempat penulisan yang tertera adalah pada biskuit dan beberapa produk makanan ringan. Jenis produk yang tidak mencantumkan label gizi adalah pada beberapa produk coklat dan biskuit. Jenis produk yang tidak mencantumkan label komposisi adalah pada beberapa produk gula dan mie instan.

Hasil Karakteristik Individu

Jenis Kelamin. Jenis kelamin responden dikelompokkan menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden perempuan adalah 60.7 persen dan laki-laki 39.3 persen.

Usia. Rata-rata usia responden adalah 20.26 tahun dengan proporsi usia terbesar (41.0%) berada pada rentang 20-24 tahun dan proporsi usia terkecil (3.0%) berada pada usia 18 tahun. Rata-rata usia responden laki-laki adalah 20.34 tahun dengan proporsi terbesar (43.3%) berada pada rentang usia 20-24 tahun dan

13 proporsi terkecil (3.2%) berada pada usia 18 tahun. Rata-rata usia responden perempuan adalah 20.20 tahun dengan proporsi terbesar (39.5%) berada pada rentang usia 20-24 tahun dan proporsi terkecil (2.9%) berada pada usia 18 tahun. Tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.194) usia antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 2).

Tabel 2 Sebaran dan statistik responden berdasarkan usia

Kategori usia Laki-laki

(n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) 18 tahun 3.2 2.9 3.0 19 tahun 16.6 23.0 20.5 20 tahun 36.9 34.6 35.5 >20 tahun 43.3 39.5 41.0 Rata-rata ± SD 20.34±1.04 20.20±1.00 20.26±1.02 Min-max 18-24 18-23 18-24

Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.194

Uang Saku. Sebesar 71.5 persen uang saku responden berada pada rentang Rp500 000 hingga Rp1 000 000. Rata-rata uang saku yang diterima responden sebesar Rp978 212.50/bulan. Tujuh dari sepuluh responden laki-laki maupun perempuan memiliki uang saku pada rentang Rp500 000 hingga Rp1 000 000 dengan rata-rata uang saku responden laki-laki adalah sebesar Rp930 477.71/bulan dan perempuan adalah sebesar Rp1 009 053.50/bulan. Tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.221) uang saku antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 3).

Tabel 3 Sebaran dan statistik responden berdasarkan uang saku Kategori uang saku

(per bulan) Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) < Rp500 000 5.1 4.5 4.8 Rp500 000 – 1 000 000 73.9 70.0 71.5 Rp1 000 001 –1 500 000 17.2 18.1 17.7 > Rp1 500 000 3.8 7.4 6.0 Rata-rata ± SD 930 477.71 ± 328 115.14 1 009 053.50 ± 444 549.56 978 212.50 ± 404 265.62 Min-max 350 000-2 500 000 200 000-3 500 000 200 000-3 500 000 Uji beda jenis kelamin

(p-value)

0.221

Pengeluaran untuk Pangan. Lebih dari separuh (51.5%) responden berada pada rentang Rp500 000 hingga Rp1 000 000 untuk pengeluaran pangan dengan rata-rata pengeluaran pangan sebesar Rp598 902.50/bulan. Rata-rata responden laki-laki mengeluarkan biaya pangan sebesar Rp600 127.39/bulan dan rata-rata responden perempuan mengeluarkan biaya pangan sebesar Rp598 111.11/bulan. Tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.678) pengeluaran pangan antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 4).

14

Tabel 4 Sebaran dan statistik responden berdasarkan pengeluaran untuk pangan Kategori Pengeluaran

Pangan (per bulan)

Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) < Rp500 000 45.8 46.9 46.5 Rp500 000-Rp1 000 000 52.9 50.6 51.5 > Rp1 000 000 1.3 2.5 2.0 Rata-rata ± SD 600 127.39 ± 213 262.17 598 111.11 ± 249 248.739 598 902.50 ± 235 505.21 Min-max 60 000-1 500 000 50 000 – 2 000 000 50 000-3 500 000 Uji beda jenis kelamin

(p-value)

0.678

Pendidikan Orang Tua. Proporsi terbesar (40.2%) pendidikan ayah responden adalah sarjana. Tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.774) pendidikan ayah antara responden laki-laki dan perempuan. Sebanyak 34.8 persen pendidikan ibu responden adalah tamat SMA/SMK. Sama halnya dengan pendidikan terakhir ayah, tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.729) pendidikan ibu antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 5).

Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir orang tua Tingkat pendidikan Ayah Ibu L (n=157) P (n=243) Total (n=400) L (n=157) P (n=243) Total (n=400) Tidak tamat SD 5.2 1.6 3.1 6.4 2.5 4.0 Tamat SD 7.6 7.6 7.8 9.6 11.1 10.5 Tamat SMP 5.7 4.9 5.2 9.6 10.7 10.2 Tamat SMA/SMK 30.6 38.3 35.2 33.1 35.8 34.8 Diploma (D1/D2/D3) 7.6 9.2 8.5 14.0 9.9 11.5 Perguruan tinggi (S1/S2/S3) 43.3 38.4 40.2 27.3 30.0 29.0

Uji beda jenis kelamin (p-value)

0.774 0.729

Ket: L:laki-laki; P:perempuan

Pekerjaan Orang Tua. Lebih dari satu per empat (25.9%) pekerjaan ayah responden sebagai PNS/ABRI/Polisi. Proporsi terbesar (29.3%) pekerjaan ayah untuk responden laki-laki sebagai PNS/ABRI/Polisi dan proporsi terbesar (28.0%) pekerjaan ayah responden perempuan adalah sebagai pegawai swasta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (54.3%) ibu responden tidak bekerja (Tabel 6).

15 Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan orang tua

Jenis pekerjaan Ayah Ibu

L (n=147) P (n=232) Total (n=379)1 L (n=156) P (n=242) Total (n=398)2 Tidak bekerja 4.8 1.3 2.6 46.2 59.5 54.3 Petani 6.8 6.5 6.6 5.1 2.5 3.5 Buruh 7.5 4.3 5.5 1.3 2.1 1.8 PNS/ABRI/ Polisi 29.3 23.7 25.9 21.2 21.1 21.1 Pegawai swasta 15.6 28.0 23.2 5.1 3.7 4.3 Wiraswasta 21.8 25.4 24.0 16.7 9.1 12.1 Pensiunan 12.2 9.5 10.6 1.9 1.7 1.8 Guru 2.0 1.3 1.6 2.6 0.4 1.3

Ket: L:laki-laki; P:perempuan; 1:21 orang meninggal; 2:2 orang meninggal; **nyata pada p<0.01

Jumlah Tanggungan Keluarga. Kurang dari separuh (46.5%) responden memiliki tanggungan keluarga pada rentang tiga hingga lima orang, dengan rata-rata tanggungan keluarga sebanyak tiga orang. Proporsi terbesar tanggungan keluarga responden laki-laki berada pada rentang satu hingga dua orang yaitu sebesar 53.5 persen, sedangkan proporsi tanggungan keluarga terbesar pada responden perempuan berada pada rentang tiga hingga lima orang (50.2%). Terdapat perbedaan nyata (p=0.004) jumlah tanggungan keluarga antara responden perempuan dan laki-laki (Tabel 7).

Tabel 7 Sebaran dan statistik responden berdasarkan tanggungan keluarga Kategori jumlah tanggungan

keluarga Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) ≤ 2 orang 53.5 41.2 46.0 3 – 5 orang 40.8 50.2 46.5 6 – 8 orang 5.7 7.4 6.7 > 8 orang 0.0 1.2 0.8 Rata-rata ± SD 2.71±1.43 3.22±1.81 3.02±1.68 Min-max 1-7 1-14 1-14

Uji beda (p-value) 0.004**

Ket : **nyata pada p<0.01

Pendapatan Keluarga. Lebih dari separuh (56.0%) pendapatan keluarga responden berada pada rentang Rp1 000 000 hingga Rp5 000 000. Rata-rata pendapatan keluarga responden sebesar Rp4 945 439.39/bulan. Sebanyak 60.5 persen responden laki-laki memiliki pendapatan keluarga yang berada pada rentang Rp1 000 000 hingga Rp5 000 000 dengan rata-rata pendapatan keluarga adalah sebesar Rp4 421 182.80/bulan. Lebih dari separuh (53.1%) responden perempuan memiliki pendapatan keluarga pada rentang Rp1 000 000 hingga Rp5 000 000 dengan rata-rata pendapatan keluarga adalah sebesar Rp5 284 156.61/bulan. Tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.071) pendapatan keluarga antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 8).

16

Tabel 8 Sebaran dan statistik responden berdasarkan pendapatan keluarga Kategori pendapatan

keluarga (per bulan)

Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) < Rp1 000 000 15.3 12.3 13.5 Rp1 000 000-Rp5 000 000 60.5 53.1 56.0 Rp5 000 001 - Rp10 000 000 19.1 25.5 23.0 > Rp10 000 000 5.1 9.1 7.5 Rata-rata ± SD 4 421 182.80 ± 4 516 158.28 5 284 156.61 ± 5 072 867.68 4 945 439.39 ± 4 874 459.42 Min-max 300 000-35 000 000 250 000-30 000 000 250 000-35 000 000

Uji beda (p-value) 0.071

Faktor Eksternal

Mengikuti kuliah terkait Konsumen dan Label Pangan. Sebanyak 27.4 persen responden laki-laki dan 32.1 persen perempuan pernah mengikuti kuliah terkait konsumen. Tiga dari sepuluh responden pernah mengikuti kuliah terkait label pangan, yang terdiri dari 24.8 persen responden laki-laki dan 37.4 persen perempuan.

Sumber Informasi Label. Sebanyak enam dari sepuluh responden mengaku pernah mendapatkan informasi mengenai label produk pangan. Proporsi terbesar (37.0%) responden mendapatkan informasi label dari satu sumber. Sebanyak 34.7 persen responden mendapatkan informasi mengenai label pangan melalui media internet. Selanjutnya, hanya sebesar 16.0 persen responden yang mendapatkan informasi mengenai label pangan melalui media cetak seperti koran, majalah, dan tabloid (Tabel 9).

Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan sumber informasi mengenai label produk pangan

No Sumber informasi Laki-laki

(n = 157)

Perempuan (n = 243)

Total (n = 400)

1 Pernah mendapatkan informasi label 62.4 71.2 67.8

2 Sumber informasi :

a. Tidak mendapatkan informasi 36.9 28.8 32.0

b. Internet 35.6 34.2 34.7

c. Media cetak (koran, majalah, tabloid) 15.9 16.0 16.0 d. Media elektronik (televisi dan radio) 26.1 30.0 28.5

e. Teman, keluarga atau kerabat 15.2 24.2 21.0

f. Penyuluhan, seminar, dan ceramah 18.4 25.9 23.0 3 Jumlah sumber informasi:

a. Mendapatkan informasi dari satu sumber 36.9 37.0 37.0

b. Mendapatkan informasi dari dua sumber 10.8 16.9 14.5 c. Mendapatkan informasi dari tiga sumber 7.6 9.5 8.8 d. Mendapatkan infomasi dari empat

sumber

3.8 5.8 5.0

e. Mendapatkan informasi dari lima sumber 3.8 2.1 2.8 Ket: dapat memilih lebih dari satu sumber

17 Pelayanan dan Perlindungan Konsumen

Pelayanan Pelaku Usaha. Mayoritas (90.8%) responden menjawab belum sepenuhnya konsumen di Indonesia dianggap raja oleh pelaku usaha. Masih terdapat 5.5 persen responden yang beranggapan bahwa sama sekali konsumen di Indonesia belum dianggap raja oleh pelaku usaha. Hanya 3.7 persen responden yang beranggapan bahwa konsumen di Indonesia sudah sepenuhnya dianggap raja oleh pelaku usaha.

Perlindungan Konsumen. Enam dari sepuluh responden mengetahui keberadaan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Kurang dari separuh (33.5%) responden mengetahui mengenai UU tentang Perlindungan Konsumen, dua dari sepuluh responden mengetahui keberadaan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM). Selanjutnya, hanya 7.5 persen responden yang mengetahui tentang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Tidak terdapat perbedaan nyata antara responden laki-laki dan perempuan mengenai keempat pihak-pihak yang terkait perlindungan konsumen. secara berturut-turut hasil uji beda untuk BPSK, YLKI, LPKSM, dan UU tentang Perlindungan Konsumen adalah 0.491, 0.220, 0.180, 0.319 (Tabel 10).

Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan pengetahuan mengenai Lembaga dan UU Perlindungan Konsumen No Lembaga dan UU Perlindungan Konsumen Laki-laki (n = 157) Perempuan (n = 243) Total (n= 400) Uji beda (L-P) (p-value) 1 BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) 6.4 8.2 7.5 0.491

2 YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) 65.6 58.8 61.2 0.220 3 LPKSM (Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat) 17.8 23.5 21.2 0.180 4 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 30.6 35.4 33.5 0.319

Ket: L:laki-laki; P:perempuan

Hak dan Kewajiban Konsumen

Pengetahuan tentang Hak Konsumen. Hak-hak konsumen mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen yang terdiri dari sembilan butir hak konsumen. Hak nomor 9 yang berbunyi hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya merupakan hak terendah untuk responden yang menjawab benar, yaitu hanya 2.5 persen dari keseluruhan responden. Selanjutnya, hak mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut juga termasuk hak terendah yang dijawab benar oleh responden, yaitu hanya 5.8 persen. Terdapat perbedaan nyata antara laki-laki dan perempuan untuk menjawab benar mengenai hak konsumen nomor satu mengenai hak atas kenyaman, keamanan, dan keselamatan mengkonsumsi barang; hak konsumen nomor dua mengenai hak mendapatkan barang sesuai nilai tukar; hak konsumen nomor empat

18

mengenai hak untuk didengar pendapat dan keluhannya; dan hak konsumen nomor enam mengenai hak mendapatkan pembinaan dan pendidikan. Hasil uji beda dari keempat hak tersebut secara berturut-turut adalah 0.024, 0.037, 0.018, dan 0.027 dimana perempuan menjawab benar lebih banyak dibandingkan laki-laki (Tabel 11). Tabel 11 Sebaran responden yang menjawab benar mengenai hak konsumen

No Butir hak konsumen L

(n=157) P (n=243) Total (n=400) Uji beda (p-value)

1 Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/jasa

50.3 61.7 57.2 0.024*

2 Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan

15.9 24.7 21.2 0.037*

3 Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa

45.2 48.6 47.2 0.514

4 Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan

12.1 21.4 17.8 0.018*

5 Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut

9.6 9.5 9.5 0.976

6 Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen

2.5 7.8 5.8 0.027*

7 Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif

19.1 19.3 19.2 0.954

8 Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau

sebagaimana mestinya

11.5 18.1 15.2 0.073

9 Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya

2.5 2.5 2.5 0.961

Ket: L:laki-laki; P:perempuan; *nyata pada p<0.05

Pengetahuan tentang Kewajiban Konsumen. Terdapat empat kewajiban konsumen yang diacu dalam UU Republik Indonesia nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menjawab benar dengan jumlah paling rendah adalah pada kewajiban beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa yaitu hanya sebesar 8.8 persen, serta terdapat perbedaan nyata (p=0.015) antara laki-laki dan perempuan, responden perempuan lebih banyak menjawab benar (11.5%) dibandingkan responden laki-laki (4.5%) (Tabel 12).

19 Tabel 12 Sebaran responden yang menjawab benar mengenai kewajiban konsumen

No Butir kewajiban konsumen Laki-laki

(n = 157) Perempuan (n = 243) Total (n = 400) Uji beda (p-value)

1 Membaca dan mengikuti petunjuk infomasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan

keselamatan.

31.2 36.6 34.5 0.267

2 Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa

4.5 11.5 8.8 0.015*

3 Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakat

31.2 32.5 32.0 0.786

4 Mengikuti upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut

14.0 17.7 16.2 0.330

Ket: *nyata pada p<0.05

Pengetahuan tentang Label Kadaluarsa

Empat dari sepuluh responden termasuk pada kategori pengetahuan label kadaluarsa yang baik. Rata-rata nilai yang diperoleh untuk pengetahuan adalah sebesar 61.39. Tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.581) antara pengetahuan laki-laki dan perempuan. Tetapi ada kecenderungan rata-rata pengetahuan laki-laki-laki-laki (61.93) lebih tinggi daripada perempuan (61.04) (Tabel 13).

Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan pengetahuan tentang label kadaluarsa produk pangan

Kategori tingkat pengetahuan Laki-laki

(n = 157)

Perempuan (n = 243)

Total (n = 400)

Sangat kurang (skor ≤ 25) 6.3 7.8 7.2

Kurang (25 < skor ≤ 50) 38.9 39.9 39.5

Baik (50 < skor ≤ 75) 47.8 46.1 46.8

Sangat baik (skor > 75) 7.0 6.2 6.5

Rata-rata ± SD 61.93±15.11 61.04±15.89 61.39±15.57

Min-Max 22.22-88.89 22.22-100.00 22.22-100.00

Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.581

Persepsi Risiko tentang Produk yang terkait Label Kadaluarsa

Sebagian besar (81.2%) responden termasuk pada kategori persepsi risiko tinggi. Tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.617) persepsi risiko antara responden laki-laki dan perempuan. Namun ada kecenderungan rata-rata laki-laki (58.62) lebih tinggi persepsi risikonya dibandingkan perempuan (57.88) (Tabel 14).

20

Tabel 14 Sebaran dan statistik responden berdasarkan persepsi risiko tentang produk yang terkait label kadaluarsa produk pangan

Kategori tingkat persepsi risiko Laki-laki

(n = 157)

Perempuan (n = 243)

Total (n = 400)

Sangat rendah (skor ≤ 25) 0.0 0.0 0.0

Rendah (25 < skor ≤ 50) 14.6 16.5 15.8

Tinggi (50 < skor ≤ 75) 81.5 81.1 81.2

Sangat tinggi (skor > 75) 3.9 2.4 3.0

Rata-rata ± SD 58.62±8.36 57.88±8.81 58.17±8.63

Min-Max 35.29-84.31 27.45-82.35 27.45-84.31

Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.617

Risiko psikologi adalah risiko yang paling dirasakan responden, dengan skor rata-rata sebesar 72.28 dan terdapat perbedaan nyata (p=0.015) antara responden laki-laki dan perempuan. Rata-rata risiko psikologi yang dirasakan responden perempuan (73.52) lebih besar daripada laki-laki (70.34). Risiko kedua yang paling dirasakan responden adalah risiko fisik, dengan skor rata-rata 69.19. Selanjutnya terdapat perbedaan nyata (p=0.009) pada risiko keuangan yang dirasakan responden dengan skor rata-rata responden laki-laki lebih besar (46.07) dibandingkan perempuan (42.04). Selain itu, terdapat perbedaan nyata antara laki-laki dan perempuan pada risiko waktu dengan skor rata-rata laki-laki (45.78) lebih tinggi daripada perempuan (43.44) (Tabel 15).

Tabel 15 Analisis deskriptif dan statistik dimensi persepsi risiko terhadap label kadaluarsa Dimensi persepsi risiko Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) Uji beda (p-value)

Rata-rata SD Rata-rata SD Rata-rata SD

Risiko fungsi 33.83 1.55 31.18 1.16 32.22 1.34 0.092 Risiko fisik 68.58 1.87 69.59 1.81 69.19 1.83 0.494 Risiko keuangan 46.07 1.70 42.04 1.79 43.62 1.76 0.009** Risiko sosial 57.04 2.18 56.28 2.23 56.58 2.21 0.788 Risiko psikologi 70.34 1.50 73.52 1.78 72.28 1.68 0.015* Risiko waktu 45.78 1.31 43.44 1.09 44.36 1.19 0.019* Ket: *nyata pada p<0.05; **nyata pada p<0.01

Perilaku Membaca Label Kadaluarsa

Lima dari sepuluh responden berada pada kategori kurang untuk perilaku membaca label kadaluarsa. Tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.618) perilaku membaca antara responden laki-laki dan perempuan, namun ada kecenderungan rata-rata perilaku membaca label kadaluarsa pada perempuan (49.98) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (49.25) (Tabel 16).

21 Tabel 16 Sebaran dan statistik responden berdasarkan perilaku membaca label

kadaluarsa

Kategori perilaku membaca label kadaluarsa Laki-laki (n = 157) Perempuan (n = 243) Total (n = 400)

Sangat kurang (skor ≤ 25) 4.5 5.3 5.2

Kurang (25 < skor ≤ 50) 52.2 41.9 51.0

Baik (50 < skor ≤ 75) 39.5 46.6 40.3

Sangat baik (skor > 75) 3.8 6.2 3.5

Rata-rata ± SD 49.25±8.82 49.98±9.29 49.69±9.10

Min-Max 20.00-73.33 27.78-81.11 20.00-81.11

Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.618

Peringkat Prioritas Membaca Label Kadaluarsa

Enam dari sepuluh responden memilih nama produk sebagai label prioritas utama yang paling sering dibaca saat membeli produk pangan dan terdapat perbedaan nyata (p=0.001) antara responden laki-laki dan perempuan. Prioritas kedua adalah jenis produk dengan persentase 39.8 persen. Selanjutnya, sebanyak 33.2 persen responden memilih waktu kadaluarsa sebagai prioritas ketiga yang paling sering dibaca dan terdapat perbedaan nyata (p=0.038) antara responden laki-laki dan perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian Mensah, Lawer, dan Aidoo (2012) bahwa hal pertama yang diperhatikan konsumen sebelum membeli produk kemasan adalah label kadaluarsa karena label kadaluarsa dapat digunakan konsumen untuk menentukan kualitas, keamanan, dan kesegaran produk. Selanjutnya, keterangan halal berada pada prioritas keempat dengan persentase 25.5 persen (Tabel 17).

Tabel 17 Sebaran responden berdasarkan prioritas membaca label produk pangan

No Item label Peringkat Prioritas Membaca Label Uji

beda (P-L) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Nama Produk 61.2 18.5 7.2 3.0 2.5 2.5 1.0 1.2 2.8 0.001** 2 Jenis Produk 18.5 39.8 14.5 11.0 3.8 3.0 3.2 4.5 1.8 0.459 3 Waktu Kadaluarsa 8.8 21.8 33.2 21.0 3.5 4.2 3.8 2.8 1.0 0.038* 4 Keterangan Halal 8.2 11.0 19.8 25.5 9.0 6.2 8.0 5.8 6.5 0.804 5 Berat Bersih 0.5 3.5 6.0 7.5 14.0 12.2 14.8 26.5 15.0 0.455 6 Alamat Produsen 1.5 0.8 1.5 3.0 7.5 6.2 8.2 20.5 50.8 0.002** 7 Komposisi 0.2 2.2 7.8 9.8 21.5 24.5 20.2 11.0 2.8 0.709 8 Informasi Gizi 0.8 2.0 4.2 12.0 20.2 21.5 22.2 10.8 6.2 0.048* 9 Cara Pemakaian 0.2 1.0 5.8 7.5 17.8 19.5 18.8 16.5 13.0 0.114 Ket: *nyata pada p<0.05; **nyata pada p<0.01; P: perempuan; L:laki-laki

Label komposisi dan keterangan cara pemakaian produk sama-sama berada pada prioritas keenam. Sebanyak 22.2 persen responden memilih informasi gizi sebagai prioritas ketujuh dan terdapat perbedaan nyata (p=0.048) antara responden

22

laki-laki dan perempuan. Sebanyak 26.5 persen responden memilih berat bersih sebagai prioritas kedelapan yang dibaca. Selanjutnya, prioritas kesembilan yang dipilih responden untuk dibaca adalah alamat produsen dengan persentase 50.8 persen dan terdapat perbedaan nyata (p=0.002) antara responden laki-laki dan perempuan (Lampiran 6).

Hubungan antarvariabel penelitian

Terdapat tiga bentuk uji hubungan yang digunakan pada penelitian. Jenis data rasio diuji menggunakan korelasi pearson, data ordinal diuji menggunakan korelasi spearman, serta untuk menguji antara data nominal dan data ordinal digunakan uji khi-kuadrat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka koefisien korelasi antara usia responden dan pengetahuan adalah sebesar 0.114 dengan α<0.05. Hal ini berarti sebesar 11.4 persen data keduanya berhubungan positif nyata, yang berarti semakin bertambahnya usia contoh, maka akan semakin baik pengetahuannya mengenai label kadaluarsa. Uang saku dan pengeluaran untuk pangan berhubungan positif dengan persepsi risiko. Koefisien korelasi antara uang saku dan persepsi risiko adalah sebesar 0.136 dengan α<0.01 yang berarti sebesar 13.6 persen data keduanya berhubungan positif nyata, semakin besar uang saku yang dimiliki responden, maka akan semakin tinggi pula persepsi risiko yang dirasakan. Demikian juga dengan pengeluaran untuk pangan, nilai koefisien korelasi nya adalah sebesar 0.195 dengan α<0.01, semakin tingginya pengeluaran untuk pangan, maka akan semakin tinggi persepsi risiko yang dirasakan.

Terdapat hubungan nyata antara mendapatkan informasi tentang label dengan perilaku membaca responden sebesar 0.127 dengan α<0.05, yang berarti responden yang mendapatkan informasi tentang label akan memiliki perilaku membaca label kadaluarsa yang baik. Selanjutnya, terdapat hubungan antara persepsi dengan perilaku membaca dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.266 dengan α<0.01. Hal ini berarti sebesar 26.6 persen data keduanya berhubungan positif nyata, semakin tinggi persepsi risiko yang dirasakan, maka akan semakin baik perilaku membaca label kadaluarsa (Lampiran 7).

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Variabel Penelitian

Hasil uji Kolmogorof-Smirnov menunjukkan bahwa hampir keseluruhan variabel bebas dalam penelitian ini tidak normal, karena nilai signifikannya kurang dari 0.05, maka dari itu peneliti melakukan modifikasi data dengan menggunakan “Ln”. Data variabel bebas diubah dengan menggunakan rumus “Ln”, setelah itu dilakukan uji regresi. Nilai Durbin-Watson untuk variabel pengetahuan, persepsi risiko, perilaku membaca model 1, dan perilaku membaca model 2 secara berturut-turut adalah 2.003, 2.081, 2.011, dan 2.012 maka dapat dikatakan bahwa keempat variabel tersebut tidak mengandung autokorelasi karena nilai Durbin-Watson mendekati nilai dua.

Faktor internal dan faktor eksternal berpengaruh nyata (p=0.004) terhadap pengetahuan mengenai label kadaluarsa. Model adjusted R square hanya menjelaskan 3.5 persen pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap variabel pengetahuan, sisanya (96.5%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Variabel yang secara parsial berpengaruh terhadap pengetahuan responden adalah usia (β=0.113; p<0.05), pernah mengikuti kuliah terkait label (β=0.112;

23 p<0.05), dan status pekerjaan ibu (β=0.161; p<0.01). Hal ini berarti usia responden, pernah mengikuti kuliah terkait label, dan status pekerjaan ibu berpengaruh positif dan nyata terhadap pengetahuan dengan persentase secara berturut-turut sebesar 11.3 persen, 11.2 persen, dan 16.1 persen.

Faktor internal, faktor eksternal, dan pengetahuan berpengaruh nyata (p=0.004) terhadap persepsi risiko. Nilai adjusted R square untuk persepsi risiko adalah 0.036, hal ini berarti hanya sebesar 3.6 persen variabel yang diteliti memengaruhi persepsi risiko, sisanya (96.4%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Variabel yang secara parsial berpengaruh terhadap persepsi risiko adalah usia (β=-0.106; p<0.05), uang saku (β=0.180; p<0.01), dan pengetahuan (β=0.104; p<0.05). Variabel usia berpengaruh negatif dan nyata terhadap persepsi risiko sebesar 10.6 persen. Uang saku dan pengetahuan berpengaruh positif nyata terhadap persepsi masing-masing sebesar 18.0 persen dan 10.4 persen (Tabel 18). Tabel 18 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, persepsi risiko, dan

perilaku membaca label kadaluarsa

No Variabel bebas Pengetahuan Persepsi

risiko

Perilaku membaca

Model 1 Model 2

Koefisien Terstandarisasi (β)

1 Usia (tahun) 0.113* -0.106* -0.019

2 Jenis kelamin (0=laki-laki; 1=perempuan)

-0.013 -0.061 0.045

3 Uang saku (Rupiah) 0.004 0.180** 0.000

4 Pendidikan terakhir ibu (0=non pendidikan tinggi; 1=pendidikan tinggi)

-0.085 -0.041 -0.126**

5 Status pekerjaan ibu (0=tidak bekerja; 1=bekerja)

0.161** -0.023 -0.012

6 Pernah mengikuti kuliah terkait label (0=tidak pernah; 1=pernah)

0.112* -0.029 -0.088

7 Mendapatkan infomasi mengenai label (0=tidak pernah; 1=pernah)

-0.074 -0.046 0.149**

8 Pengetahuan (skor) 0.104* 0.035 0.021

9 Persepsi risiko (skor) 0.256** 0.255**

F 3.045 2.839 5.357 15.178

Adj.R2 0.035 0.036 0.089 0.066

p-value 0.004** 0.004** 0.000** 0.000**

Durbin-Watson 2.003 2.081 2.011 2.012

Ket: *nyata pada p<0.05; **nyata pada p<0.01

Faktor internal, faktor eksternal, pengetahuan, dan persepsi risiko berpengaruh nyata (p=0.000) terhadap perilaku membaca label kadaluarsa model 1. Nilai adjusted R square untuk variabel perilaku membaca model 1 adalah sebesar 0.089, hal ini berarti sebesar 8.9 persen variabel yang diteliti memengaruhi perilaku, sisanya (91.1%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Variabel yang secara parsial berpengaruh terhadap perilaku adalah pendidikan terakhir ibu (β= -0.126; p<0.01), mendapatkan informasi tentang label (β=0.149; P<0.01), dan

24

persepsi risiko (β=0.256; p<0.01). Pendidikan terakhir ibu berpengaruh nyata dan negatif terhadap perilaku membaca label kadaluarsa sebesar 12.6 persen. Selanjutnya, mendapatkan informasi tentang label berpengaruh sebesar 14.9 persen

Dokumen terkait