• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Rachel Farm di Parung

Kabupaten Bogor dengan ibukota Cibinong merupakan sebuah kabupaten di provinsi Jawa Barat. Kabupaten ini berbatasan dengan kota Depok dan DKI Jakarta di sebelah utara; kabupaten Purwakarta di sebelah timur, kabupaten Sukabumi di sebelah selatan serta kabupaten Lebak (Banten) di sebelah barat. Kabupaten Bogor terdiri atas 35 kecamatan, yang dibagi lagi menjadi sejumlah desa dan kelurahan (Dinas Pemerintahan Kabupaten Bogor, 2010). Dinas Peternakan Jawa Barat (2009) melaporkan bahwa populasi babi di kabupaten Bogor sebanyak 2.493 ekor.

Rachel Farm merupakan salah satu peternakan babi yang terletak di kampung Baru, desa Tajur Halang, kecamatan Tajur Halang, kabupaten Bogor, provinsi Jawa Barat. John dan Sainsbury (1995) menyatakan bahwa suhu kritis lingkungan yang masih dapat diterima babi adalah 300C, sedangkan suhu 210C merupakan suhu nyaman ternak babi. Rataan suhu di daerah tersebut berkisar 26-360C (Agus, 2009) sehingga ternak babi masih dapat hidup dan berproduksi. Pembelian babi indukan dan pejantan di peternakan ini berasal dari daerah Kuningan dan Solo.

Rachel Farm membagi kandang menjadi empat bagian yaitu kandang babi pejantan, babi betina beranak dan menyusui, babi indukan, dan babi sapihan serta pembesaran. Pemberian pakan di peternakan ini dilakukan sebanyak dua kali sehari. Pakan yang diberikan adalah pakan kering dan basah. Pakan kering terdiri atas konsentrat, jagung giling dan dedak, sedangkan pakan basah berasal dari ampas tahu. Babi dimandikan dengan cara penyemprotan air ke tubuh babi. Air yang digunakan berasal dari air sumur, yang digunakan juga untuk keperluan rumah tangga peternak. Proses pengawinan babi di peternakan ini dilakukan dengan sistem kawin alami.

Pemberian vaksin dan obat-obatan dilakukan oleh peternak sendiri. Jenis vaksin dan obat yang diberikan antara lain vaksin Hog Cholera, Calsidex, Hemadex, Intermectin, Hormonivra dan Neoxil. Pencatatan atau recording produktivitas babi telah dilakukan dengan menggunakan alat bantu komputer oleh peternak sendiri.

17

Tambangan Farm di Getasan

Kabupaten Semarang merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan kota Semarang dan kabupaten Demak di sebelah utara; kabupaten Grobogan dan kabupaten Boyolali di sebelah timur; kabupaten Magelang dan kabupaten Kendal di sebelah barat serta kabupaten Magelang dan kabupaten Boyolali di sebelah selatan. Kota Ungaran merupakan ibukota kabupaten Semarang. Luas keseluruhan wilayah Kabupaten Semarang adalah 95.020,674 hektar atau sekitar 2,92% dari luas Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini terdiri atas 19 kecamatan, 27 kelurahan dan 208 desa. Kabupaten ini merupakan dataran tinggi dan perbukitan. Ketinggian wilayah Kabupaten Semarang berkisar pada 500-2000 m di atas permukaan laut (dpl). Jumlah penduduk di kabupaten ini mencapai 978.253 jiwa pada tahun 2008. Mata pencaharian penduduk di kabupaten Semarang pada umumnya di bidang pertanian. Populasi babi di kabupaten ini sebanyak 43.794 ekor (Dinas Pemerintahan Kabupaten Semarang, 2008).

Tambangan Farm merupakan salah satu peternakan yang terdapat di desa Tambangan, kelurahan Sumogawe, kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, provinsi Jawa Tengah. Rataan suhu di kecamatan Getasan adalah 230C (Mukson et al.,2009). John dan Sainsbury (1995) menyatakan suhu 230C merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan dan peningkatan bobot babi. Hal ini berarti kecamatan Getasan merupakan daerah yang baik untuk pertumbuhan ternak babi. Tambangan Farm memiliki populasi babi sekitar 3.000 ekor. Pembelian babi untuk indukan dan pejantan berasal dari daerah Bali dan Temanggung.

Tambangan Farm membagi kandang menjadi enam bagian yaitu kandang indukan, pejantan, babi beranak dan menyusui, starter, grower dan finisher. Pemberian pakan di peternakan ini dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu jam 07.00 WIB dan jam 14.00 WIB. Pakan yang diberikan adalah pakan kering yang terdiri atas konsentrat, dedak dan jagung giling. Babi dimandikan dengan cara menyemprotkan air ke tubuh babi. Air yang digunakan adalah air sumur, yang selain digunakan untuk keperluan peternakan, air sumur juga digunakan untuk keperluan rumah tangga bagi para pegawai yang tinggal di peternakan tersebut. Proses pengawinan babi di peternakan ini secara alami walaupun skala peternakan babi ini tergolong besar.

18 Kesehatan babi di peternakan ini dilakukan dengan pemberian vaksin dan obat-obatan oleh peternak sendiri. Vaksin yang biasa diberikan adalah vaksin Hog Cholera. Pencatatan dilakukan oleh pegawai yang bertanggungjawab di setiap bagian kandang. Papan kecil disediakan pada masing-masing kandang untuk mencatat data produktivitas babi.

Peternakan Rakyat di Klungkung

Kabupaten Klungkung merupakan kabupaten yang paling kecil dari sembilan kabupaten dan kotamadya di Provinsi Bali dengan di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Bangli, di sebelah timur dengan kabupaten Karangasem, di sebelah barat dengan kabupaten Gianyar dan di sebelah selatan dengan Samudera Indonesia. Luas daerah kabupaten Klungkung adalah 315 km² dengan rataan suhu 29,8-33,40C. Mata pencaharian penduduk kabupaten Klungkung mayoritas adalah sebagai petani. Populasi babi lokal di kabupaten ini sebanyak 19.797 ekor (Dinas Pemerintahan Kabupaten Klungkung, 2010).

Babi dipelihara oleh masyarakat dalam jumlah yang relatif kecil yaitu 2-3 ekor/rumah tangga. Babi yang dipelihara adalah jenis babi lokal yang mayoritas berwarna hitam. Pemeliharaan babi dilakukan secara sederhana (ekstensif tradisional). Pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Pakan yang diberikan berasal dari limbah rumah tangga. Air yang digunakan untuk keperluan peternakan dan rumah tangga berasal dari air sumur. Proses pengawinan babi di kabupaten ini dilakukan secara alami.

Hasil Uji T2 Hotteling

Hasil pengukuran beberapa variabel pada tubuh babi kelompok Parung, Getasan dan Klungkung baik jantan maupun betina disajikan pada Tabel 2. Ukuran variabel-variabel tubuh babi jantan secara umum lebih besar dibandingkan dengan betina. Koefisien keragaman pada ukuran variabel-variabel tubuh babi jantan kelompok Parung lebih tinggi daripada betina. Hal yang sama tidak ditemukan pada babi kelompok Getasan dan Klungkung. Koefisien keragaman yang tinggi menunjukkan bahwa seleksi babi betina terhadap kelompok babi jantan di kelompok Parung lebih ketat dilakukan dibandingkan kelompok Getasan dan Klungkung. Koefisien keragaman ukuran variabel-variabel tubuh babi jantan kelompok Parung

19

Tabel 2. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran Tubuh Babi Jantan dan Betina Kelompok Parung, Getasan dan Klungkung

Variabel atau Peubah

Babi Kelompok

Parung Getasan Klungkung

♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀ --- (cm) --- Tinggi Pinggul 79,25 ± 11,81 (14,90%) (n=10) 75,23 ± 4,21 (5,60%) (n=15) 82,30 ± 4,49 (5,46%) (n=10) 76,66 ± 5,89 (7,68%) (n=25) 57,42 ± 0,95 (1,66%) (n=13) 52,08 ± 1,06 (2,03%) (n=25) Lebar Pinggul 44,10 ± 6,69 (15,17%) (n=10) 42,27 ± 5,55 (13,13%) (n=15) 55,90 ± 6,54 (11,70%) (n=10) 35,96 ± 5,25 (14,59%) (n=25) 21,35 ± 0,63 (2,93%) (n=13) 20,62 ± 0,53 (2,55%) (n=25) Panjang Rump 14,90 ± 3,60 (24,19%) (n=10) 14,67 ± 2,72 (18,52%) (n=15) 17,90 ± 1,52 (8,51%) (n=10) 16,40 ± 1,76 (10,71%) (n=25) 21,69 ± 0,60 (2,75%) (n=13) 21,60 ± 0,61 (2,84%) (n=25) Lingkar Pergelangan Kaki 22,50 ± 3,63 (16,13%) (n=10) 19,07 ± 1,22 (6,41%) (n=15) 24,90 ± 1,10 (4,42%) (n=10) 21,92 ± 1,32 (6,02%) (n=25) 17,85 ± 0,63 (3,50%) (n=13) 17,44 ± 0,46 (2,66%) (n=25) Panjang Badan 87,20 ± 14,97 (17,16%) (n=10) 84,87 ± 6,54 (7,71%) (n=15) 88,35 ± 7,00 (7,92%) (n=10) 89,00 ± 6,07 (6,82%) (n=25) 76,31 ± 0,38 (0,50%) (n=13) 72,64 ± 0,70 (0,96%) (n=25) Tinggi Pundak 72,65 ± 13,65 (18,79%) (n=10) 66,60 ± 7,03 (10,56%) (n=15) 81,30 ± 7,01 (8,63%) (n=10) 71,90 ± 4,67 (6,50%) (n=25) 58,39 ± 0,92 (1,57%) (n=13) 52,96 ± 1,01 (1,91%) (n=25) Lebar Dada 35,60 ± 7,55 (21,21%) (n=10) 27,70 ± 2,15 (7,74%) (n=15) 41,25 ± 4,22 (10,24%) (n=10 32,48 ± 3,41 (10,51%) (n=25) 23,31 ± 0,60 (2,40%) (n=13) 22,48 ± 0,55 (2,44%) (n=25) Dalam Dada 41,55 ± 6,29 (15,13%) (n=10) 39,50 ± 3,30 (8,36%) (n=15) 48,35 ± 6,13 (12,68%) (n=10) 40,40 ± 4,35 (10,77%) (n=25) 39,35 ± 0,47 (1,20%) (n=13) 37,42 ± 0,49 (1,32%) (n=25) Keterangan: Angka dalam tanda kurung (%) merupakan koefisien keragaman dan n adalah jumlah indivu yang diukur (ekor)

20 yang tinggi kemungkinan terjadi karena pengambilan sampel yang lebih menyebar pada banyak peternakan dalam satu wilayah yang tidak terjadi pada kelompok betinanya. Babi betina kelompok Parung berasal dari peternakan yang sama. Babi kelompok Getasan berasal dari peternakan yang sama, baik jantan maupun betina. Keragaman ukuran variabel-variabel tubuh babi jantan kelompok Getasan yang lebih tinggi ditemukan pada ukuran panjang badan, tinggi pundak dan dalam dada; mengindikasikan bahwa ketiga variabel tersebut masih efektif untuk diseleksi. Koefisien keragaman ukuran variabel-variabel tubuh yang tidak terlalu tinggi pada babi kelompok Klungkung baik pada jantan maupun betina mengindikasikan bahwa babi kelompok Klungkung relatif lebih seragam dibandingkan dengan babi kelompok Parung dan Getasan. Hal ini terjadi karena babi kelompok Klungkung merupakan babi lokal yang telah beradaptasi lama di lingkungan tanpa mengalami percampuran darah dari babi jenis lain (diluar babi kelompok Klungkung). Babi kelompok Klungkung telah memiliki ukuran-ukuran tubuh yang khas yang menjadi karakteristik tersendiri yang diperlihatkan dengan penampilan fenotipik morfometrik yang seragam.

Babi kelompok Parung dan Getasan merupakan babi peranakan yaitu sebagian besar dari keturunan ras murni Landrace dan Duroc, selain itu babi Yorkshire juga berperan dalam persilangan tersebut karena ditemukan ciri babi yang memiliki telinga yang tegak. Sihombing (1997) menyatakan bahwa nama lain dari babi Landrace adalah babi America Landrace. Babi jantan bangsa ini memiliki bobot dewasa sekitar 320-410 kg dan betina dewasa sekitar 250-340 kg. Bobot babi jantan dewasa Duroc sekitar 295-455 kg dan betina dewasa sekitar 275-320 kg. Natural Veterinary (2009) menyatakan bahwa jenis babi di Klungkung merupakan babi lokal yang memiliki bobot sekitar 100 kg. Bobot hidup memiliki korelasi positif dengan persentase lemak pada karkas (Busch et al., 1969). Hetzer dan Miller (1972) melaporkan bahwa ditemukan respon korelasi yang positif antara ukuran-ukuran tubuh dan lemak punggung pada babi. Korelasi positif antara lemak punggung dan bobot badan juga dinyatakan oleh Quijandria dan Robinson (1971). Hal tersebut mengindikasikan bahwa ukuran-ukuran tubuh yang besar akan memiliki bobot badan yang besar, demikian pula sebaliknya. Ukuran variabel-variabel tubuh ditemukan lebih besar pada babi kelompok Parung dan Getasan dibandingkan

21 dengan kelompok Klungkung pada penelitian ini. Babi kelompok Parung dan Getasan merupakan kelompok babi peranakan ras luar negeri tipe pedaging unggul (dari bangsa Duroc) dan tipe dwiguna (Landrace dan Yorkshire) .

Tabel 3 menyajikan rekapitulasi hasil analisis T2 Hotteling antara jantan dan betina pada setiap dua kelompok peternakan babi yang diamati. Hasil uji T2 Hotteling menunjukkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi ukuran-ukuran tubuh pada kelompok babi yang diamati.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis T2 Hotteling Antara Babi Jantan dan Betina Setiap Dua Kelompok Peternakan yang Diamati

Peternakan Jantan dengan Betina

Parung *

Getasan **

Klungkung **

Keterangan: tanda * = berbeda (P<0,05); ** = sangat berbeda (P<0,01)

Babi jantan pada kelompok Parung memiliki ukuran-ukuran tubuh yang lebih kecil daripada betina (P<0,05), sedangkan jantan pada kelompok Getasan dan Klungkung memiliki ukuran-ukuran tubuh yang lebih besar (P<0,01) dibandingkan dengan kelompok betina. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Soeparno (1998) bahwa ternak jantan tumbuh lebih cepat dan lebih berat pada umur yang sama dibandingkan dengan betina, karena perbedaan hormon yang mempengaruhi pertumbuhan.

Tabel 4 menyajikan rekapitulasi analisis T2 Hotteling antara babi jantan pada setiap dua kelompok peternakan yang diamati. Hasil uji T2 Hotteling juga menunjukkan bahwa ditemukan perbedaan yang nyata (P<0,05) antara babi jantan Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Analisis T2 Hotteling Antara Babi Jantan pada Setiap

Dua Kelompok Peternakan yang Diamati Peternakan Babi

Jantan

Parung Getasan Klungkung

Parung

Getasan *

Klungkung ** **

22 kelompok Parung dan Getasan dan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara babi jantan kelompok Parung dan Klungkung; antara babi jantan kelompok Getasan dan Klungkung.

Tabel 5 menunjukkan bahwa ukuran variabel-variabel tubuh babi betina sangat berbeda (P<0,01) antara kelompok Parung dan Getasan; antara babi betina kelompok Parung dan Klungkung juga antara babi betina kelompok Getasan dan Klungkung. Perbedaan tersebut belum memberikan informasi yang lebih rinci sehingga uji statistik diskriminan Fisher digunakan untuk melengkapi informasi tersebut.

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Analisis T2 Hotteling Antara Babi Betina pada Setiap Dua Kelompok Peternakan yang Diamati

Peternakan Babi Betina

Parung Getasan Klungkung

Parung

Getasan **

Klungkung ** **

Keterangan: tanda ** = sangat berbeda (P<0,01)

Penggolongan Berdasarkan Fungsi Diskriminan Fisher dan Wald-Anderson

Penggolongan babi kelompok Parung, Getasan dan Klungkung berdasarkan fungsi diskriminan Fisher dan Wald-Anderson dijelaskan pada uraian berikut ini. Penggolongan tersebut dilakukan masing-masing pada jantan dan betina.

Babi Kelompok Parung danGetasan

Hasil T2 Hotteling mengindikasikan bahwa ditemukan perbedaan ukuran variabel-variabel tubuh diantara babi jantan dan betina pada kelompok Parung denganGetasan. Berdasarkan fungsi diskriminan Fisher, perbedaan ukuran variabel-variabel tubuh tersebut hanya ditemukan pada babi betina walaupun berdasarkan hasil uji T2 Hotteling perbedaan ukuran variabel-variabel tubuh ditemukan nyata (P<0,05) antara babi jantan kelompok Parung danGetasan.

Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak ditemukan satupun ukuran variabel-variabel tubuh babi jantan kelompok Parung dan Getasan yang berkorelasi dengan skor diskriminan (P>0,05) sehingga persamaan diskriminan Fisher pada babi jantan

23 Tabel 6. Koefisien Korelasi Antara Fungsi Diskriminan dan Masing- masing Variabel yang Diamati pada Selang Kepercayaan 95% Berikut Fungsi Diskriminan yang Dibentuk pada Babi Jantan Kelompok Parung dengan Getasan (Hasil Pengolahan Pertama Penentuan Variabel Pembeda)

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95% (α = 0,05)

Tinggi Pinggul (X1) – 0,103 tn

Lebar Pinggul (X2) – 0,537 tn

Panjang Rump (X3) 0,326 tn

Lingkar Pergelangan Kaki (X4) – 0,269 tn

Panjang Badan (X5) – 0,030 tn

Tinggi Pundak (X6) – 0,240 tn

Lebar Dada (X7) 0,278 tn

Dalam Dada (X8) – 0,330 tn

Keterangan : tn = tidak nyata (P>0,05)

kelompok Parung dan Getasan tidak dapat dibentuk. Analisis Wald-Anderson tidak dapat dilakukan karena tidak ditemukan variabel pembeda pada babi jantan kelompok Parung dan Getasan. Gambar 3 menyajikan babi jantan kelompok Parung denganGetasan yang diamati.

(a) (b)

Gambar 3. Babi Jantan Kelompok Parung (a) dengan Getasan (b) Fungsi diskriminan Fisher babi betina antara kelompok Parung dan Getasan disajikan pada Tabel 7. Variabel-variabel yang menjadi pembeda antara kedua kelompok babi betina tersebut adalah lingkar pergelangan kaki (X4) dan lebar dada (X7) karena pada pengujian selang kepercayaan memberikan hasil nyata (P<0,05).

24 Koefisien korelasi masing-masing variabel pembeda tersebut terhadap skor diskriminan juga disajikan pada Tabel 7 yang menunjukkan nilai negatif. Nilai negatif yang dihasilkan memiliki arti bahwa setiap kenaikan ukuran lingkar pergelangan kaki (X4) dan lebar dada (X7) akan menurunkan skor diskriminan. Persamaan diskriminan yang dibentuk antara babi betina kelompok Parung dan Getasan adalah Y = – 1,476 X4 – 0,310 X7 .

Tabel 7. Koefisien Korelasi Antara Fungsi Diskriminan dan Masing- masing Variabel yang Diamati pada Selang Kepercayaan 95% Berikut Fungsi Diskriminan yang Dibentuk pada Babi Betina Kelompok Parung dengan Getasan

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95% (α = 0,05)

Tinggi Pinggul (X1) – 0,0801) tn

Lebar Pinggul (X2) 0,3521) tn

Panjang Rump (X3) – 0,2401) tn

Lingkar Pergelangan Kaki (X4) – 0,9302) *

Panjang Badan (X5) – 0,1981) tn

Tinggi Pundak (X6) – 0,2801) tn

Lebar Dada (X7) – 0,6662) *

Dalam Dada (X8) – 0,0671) tn

Fungsi Diskriminan Fisher Y = – 1,476 X4 – 0,310 X7

Keterangan : * = nyata (P<0,05); tn = tidak nyata (P>0,05); 1) adalah hasil pengolahan pertama penentuan variabel pembeda; 2) adalah hasil pengolahan kedua penentuan variabel pembeda

Hal ini didukung dengan hasil penelitian Scanes (2003) yang menyatakan bahwa perbedaan ukuran tubuh, kecepatan pertumbuhan, muscling atau komposisi tubuh pada saat dewasa kelamin dapat memberikan penampakan yang berbeda setiap ternak. Frandson (1992) menyatakan bahwa kerangka yang disusun dari beberapa jenis tulang memberikan dasar pada struktur eksternal dan wujud ternak. Tulang-tulang yang memberikan pengaruh berbeda pada babi betina kelompok Parung dan Getasan adalah radius ulna dan os scapula (Gambar 1). Gambar 4 menyajikan babi betina Parung dan Getasan yang diamati.

25 (a) (b)

Gambar 4. Babi Betina Kelompok Parung (a) dengan Getasan (b)

Penggolongan individu-individu pada babi betina kelompok Parung dan Getasan berdasarkan kriteria Wald-Anderson disajikan pada Tabel 8. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat dua ekor babi betina kelompok Getasan yang pada kenyataannya digolongkan ke dalam kelompok Parung dengan persentase koreksi sebesar 86,67% dan satu ekor babi betina kelompok Parung yang pada kenyataannya digolongkan kedalam kelompok Getasan dengan persentase koreksi sebesar 96%.

Tabel 8. Penggolongan Individu Babi Betina Kelompok Parung dengan Getasan Berdasarkan Kriteria Wald-Anderson

Kelompok Aktual Penggolongan Babi Kelompok % Koreksi

Parung Getasan Parung (n = 15) 13 2 13/15x 100 % = 86,67 % Getasan (n = 25) 1 24 24/25 x 100 % = 96 % Total (n = 40) 14 26 (40-3)/40 x 100 % = 92,5 %

Keterangan: n adalah jumlah sampel (ekor)

Kesalahan penggolongan berdasarkan analisis statistik Wald-Anderson adalah sebanyak tiga ekor dengan persentase koreksi sebesar 92,5%. Kesalahan penggolongan terjadi kemungkinan karena variabel pembeda antara babi betina

26 kelompok Parung dan Getasan sedikit ditemukan. Penggolongan dengan kriteria ini masih berdasarkan pada variabel pembeda yang diperoleh berdasarkan analisis diskriminan Fisher.

Skor Wald Anderson Babi Betina

F r e k u e n s i 8 4 0 -4 -8 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Kelompok Peternakan Getasan Parung

Gambar 5. Grafik Distribusi Frekuensi dan Penggolongan Data Individu Babi Betina Kelompok Parung dengan Getasan

Grafik distribusi frekuensi dan penggolongan data individu-individu pada babi betina kelompok Parung dan Getasan berdasarkan skor Wald-Anderson masing-masing individu disajikan pada Gambar 5. Data babi betina kelompok Getasan berada pada daerah grafik sebelah kiri, sedangkan kelompok Parung berada di daerah sebelah kanan pada gambar tersebut. Pola tumpang tindih disajikan pada kedua data kelompok babi betina, hal ini menunjukkan beberapa data babi betina kelompok Parung digolongkan kedalam data kelompok Getasan dan sebaliknya beberapa data babi betina kelompok Getasan digolongkan kedalam kelompok Parung.

Noor (2008) menyatakan bahwa fenotip suatu ternak dipengaruhi oleh gen dan lingkungan. Kesalahan penggolongan pada data babi betina kelompok Parung dengan Getasan berdasarkan analisis statistik kemungkinan terjadi karena sama-sama merupakan babi peranakan dan masih dalam satu wilayah yang sama yaitu Pulau Jawa.

27

Babi Kelompok Parung dan Klungkung

Hasil T2 Hotteling mengindikasikan bahwa ditemukan perbedaan ukuran variabel-variabel tubuh antara babi jantan dan antara babi betina kelompok Parung dengan Klungkung. Berdasarkan fungsi diskriminan ditemukan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada ukuran variabel-variabel tubuh pada babi jantan dan betina pada dua kelompok babi tersebut.

Variabel-variabel yang membedakan antara babi jantan kelompok Parung dan Klungkung adalah tinggi pinggul (X1), lebar pinggul (X2), panjang rump (X3) dan lebar dada (X7). Fungsi diskriminan Fisher yang dibentuk antara babi jantan kelompok Parung dan Klungkung adalah Y = 1,399 X1 + 3,988 X2 – 10,375 X3 – 0,440 X7 (Tabel 9).

Tabel 9. Koefisien Korelasi Antara Fungsi Diskriminan dan Masing- masing Variabel yang Diamati pada Selang Kepercayaan 95% Berikut Fungsi Diskriminan yang Dibentuk pada Babi Jantan Kelompok Parung dengan Klungkung

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95% (α = 0,05)

Tinggi Pinggul (X1) 0,2062) *

Lebar Pinggul (X2) 0,3782) *

Panjang Rump (X3) – 0,2072) *

Lingkar Pergelangan Kaki (X4) 0,0611) tn

Panjang Badan (X5) 0,0361) tn

Tinggi Pundak (X6) 0,0511) tn

Lebar Dada (X7) 0,1912) *

Dalam Dada (X8) 0,0171) tn

Fungsi Diskriminan Fisher Y = 1,399 X1 + 3,988 X2 – 10,375 X3 – 0,440 X7

Keterangan : * = nyata (P<0,05); tn = tidak nyata (P>0,05); 1) adalah hasil pengolahan pertama penentuan variabel pembeda; 2) adalah hasil pengolahan kedua penentuan variabel pembeda

Frandson (1992) menyatakan bahwa struktur eksternal dan wujud ternak berdasarkan kerangka terdiri atas beberapa tulang. Tulang–tulang yang memberikan pengaruh

28 berbeda pada babi jantan kelompok Parung dan Klungkung adalah tulang femur, fibula, metatarsus, pelvis, ischium, pubis dan os scapula (Gambar 1).

Koefisien korelasi masing-masing ukuran variabel-variabel tubuh dan skor diskriminan disajikan pada Tabel 9. Koefisien korelasi pada variabel panjang rump (X3) memiliki korelasi yang negatif terhadap skor diskriminan individu, sedangkan koefisien korelasi pada variabel tinggi pinggul (X1), lebar pinggul (X2) dan lebar dada (X7) memiliki korelasi yang positif terhadap skor individu (P<0,05). Hal ini menunjukkan jika tinggi pinggul (X1), lebar pinggul (X2) dan lebar dada (X7) mengalami kenaikan maka skor diskriminan akan naik pula, tetapi jika panjang rump (X3) mengalami kenaikan maka akan menurunkan skor diskriminan. Gambar 6 menyajikan babi jantan kelompok Parung dengan Klungkung yang diamati.

(a) (b)

Gambar 6. Babi Jantan Kelompok Parung (a) dengan Klungkung (b)

Penggolongan individu babi jantan kelompok Parung dengan Klungkung berdasarkan kriteria Wald-Anderson disajikan pada Tabel 10. Hasil yang diperoleh dari analisis Wald-Anderson adalah tidak ditemukan kesalahan penggolongan babi secara statistik dengan persentase koreksi sebesar 100%.

Grafik distribusi frekuensi dan penggolongan data individu babi jantan kelompok Parung dengan Klungkung berdasarkan skor Wald-Anderson disajikan pada Gambar 7. Grafik tersebut menunjukkan sebaran frekuensi data skor Wald-Anderson masing-masing data individu babi. Data babi jantan kelompok Klungkung berada pada daerah grafik sebelah kiri, sedangkan data babi jantan kelompok Parung berada di daerah sebelah kanan. Grafik yang saling lepas menunjukkan tidak

29 Tabel 10. Penggolongan Individu Babi Jantan Kelompok Parung dengan Klungkung

Berdasarkan Kriteria Wald-Anderson

Kelompok Aktual Penggolongan Babi Kelompok % Koreksi

Parung Klungkung Parung (n = 10) 10 0 10/10x 100 % = 100 % Klungkung (n = 13) 0 13 13/13 x 100 % = 100 % Total (n = 23) 10 13 23/23 x 100 % = 100 %

Keterangan: n = jumlah sampel (ekor)

ditemukan kesalahan penggolongan secara statistik pada babi jantan kelompok Parung dengan Klungkung. Hal tersebut bersesuaian dengan hasil analisis diskriminan Fisher antara babi jantan kelompok Parung dan Klungkung dengan variabel pembeda yang banyak ditemukan.

Skor Wald-Anderson Babi Jantan

F r e k u e n s i 100 50 0 -50 -100 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Kelompok Peternakan Klungkung Parung

Gambar 7. Grafik Distribusi Frekuensi dan Penggolongan Data Individu Babi Jantan Kelompok Parung dengan Klungkung

30 Hasil analisis diskriminan antara babi betina kelompok Parung dan Klungkung disajikan pada Tabel 11. Fungsi diskriminan yang dibentuk antara dua kelompok babi tersebut secara nyata (P<0,05) dipengaruhi oleh variabel tinggi pinggul (X1), lebar pinggul (X2), panjang rump (X3), lingkar pergelangan kaki (X4), panjang badan (X5), tinggi pundak (X6) dan lebar dada (X7). Seluruh variabel yang diamati kecuali dalam dada (X8) merupakan variabel pembeda antara babi betina kelompok Parung dan Klungkung sehingga fungsi diskriminan yang dibentuk adalah Y = 9,893X1 + 3,124X2 –11,646 X3 + 9,017 X4 – 0,505 X5 + 1,810 X6 – 8,453 X7. Tulang–tulang yang memberikan pengaruh berbeda pada babi betina kelompok Parung dan Klungkung adalah tulang sacrum, femur, tibia, metatarsus, pelvis, ischium, pubis, radius ulna, tepi tulang processus spinosus dan os scapula (Gambar 1). Tulang- tulang tersebut dapat memberikan dasar pada wujud dan struktur kerangka ternak yang diamati (Frandson, 1992).

Tabel 11. Koefisien Korelasi Antara Fungsi Diskriminan dan Masing- masing Variabel yang Diamati pada Selang Kepercayaan 95% Berikut Fungsi Diskriminan yang Dibentuk pada Babi Betina Kelompok Parung dengan Klungkung

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95% (α = 0,05)

Tinggi Pinggul (X1) 0,4442) *

Lebar Pinggul (X2) 0,3292) *

Panjang Rump (X3) – 0,2082) *

Lingkar Pergelangan Kaki (X4) 0,1012) *

Panjang Badan (X5) 0,1572) *

Tinggi Pundak (X6) 0,1622) *

Lebar Dada (X7) 0,1962) *

Dalam Dada (X8) – 0,0501) tn

Fungsi Diskriminan Fisher Y = 9,893X1 + 3,124X2–11,646 X3 + 9,017 X4–0,505 X5 + 1,810 X6– 8,453 X7

Keterangan : * = nyata (P<0,05); tn = tidak nyata (P>0,05); 1) adalah hasil pengolahan pertama penentuan variabel pembeda; 2) adalah hasil pengolahan kedua penentuan variabel pembeda

31 Koefisien korelasi antara variabel-variabel yang diukur dan skor diskriminan juga disajikan pada Tabel 11. Nilai korelasi yang positif ditemukan pada variabel tinggi pinggul (X1), lebar pinggul (X2), lingkar pergelangan kaki (X4), panjang badan (X5), tinggi pundak (X6) dan lebar dada (X7) sedangkan korelasi negatif ditemukan pada variabel panjang rump (X3). Gambar 8 menyajikan babi betina kelompok Parung dan Klungkung yang diamati.

(a) (b)

Gambar 8. Babi Betina Kelompok Parung (a) dengan Klungkung (b)

Tabel 12 menyajikan penggolongan data individu babi betina kelompok Parung dan Klungkung berdasarkan kriteria Wald-Anderson. Hasil penggolongan menunjukkan bahwa tidak terdapat salah penggolongan pada dua kelompok babi tersebut. Nilai koreksi yang ditunjukkan pada masing-masing kelompok adalah 100%.

Tabel 12. Penggolongan Individu Babi Betina Kelompok Parung dengan Klungkung Berdasarkan Kriteria Wald-Anderson

Kelompok Aktual Penggolongan Babi Kelompok % Koreksi

Parung Klungkung Parung (n = 15) 15 0 15/15x 100 % = 100 % Klungkung (n = 25) 0 25 25/25 x 100 % = 100 % Total (n = 40) 15 25 40/40 x 100 % = 100 %

32

Gambar 9 menyajikan grafik distribusi frekuensi dan penggolongan data individu babi betina kelompok Parung dan Klungkung. Gambar 9 juga

Dokumen terkait