• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bobot Potong

Bobot potong diperoleh dari broiler yang berumur 6 minggu. Ayam terlebih dahulu dipuasakan selama 12 jam sebelum dipotong. Dari hasil penelitian diperoleh rataan bobot potong pada tabel berikut:

Tabel 4. Data Rataan bobot potong ayam broiler umur 6 minggu (g)

Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 Total Rataan (g) Standard Deviasi R0 1910,00 2082,00 2189,00 2229,00 2039,00 10449,00 2089,80 126,67 R1 1645,00 1668,00 1668,00 1743,00 1635,00 8359,00 1671,80 42,34 R2 1715,00 1841,00 1656,00 1588,00 1628,00 8428,00 1685,60 98,40 R3 1721,00 1635,00 1660,00 1550,00 1707,00 8273,00 1654,60 68,02 Total 6991,00 7226,00 7173,00 7110,00 7009,00 35509,00 7101,00 335,43 Rataan 1747,75 1806,50 1793,25 1777,50 1752,25 8877,25 1775,25 83,86

Dari Tabel 4 dapat dilihat rataan bobot potong tertinggi terdapat pada perlakuan R0 (ransum komersil) yaitu sebesar 2089,80 g/ekor, sedangkan rataan bobot potong terendah terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 1654,60 g/ekor.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian asam amino Metionin dan Lisin dalam ransum terhadap bobot potong ayam broiler umur 6 minggu, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Analisis keragaman bobot potong broiler umur 6 minggu

F.tabel Keragaman DB JK KT F. hitung 0,05 0,01 Perlk. 3 661184,95 220394,98 27,42** 3,24 5,29 Galat 16 128600 8037,5 Total 19 789784,95 Keterangan : ** = sangat nyata

Dari tabel analisis keragaman di atas diperoleh bahwa penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin pada ayam broiler memberikan pengaruh yang sangat nyata (P > 0,01) terhadap bobot potong. Hal ini dapat terlihat pada analisis keragaman, dimana nilai F hitung lebih besar dari F tabel 0,01.

Untuk mengetahui perbedaan antara penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin terhadap bobot potong, maka dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Hasil Uji BNT untuk bobot potong broiler umur 6 minggu

Perlakuan Rataan(g) Notasi

R0 2089 A

R1 1671,8 B

R2 1685,6 B

R3 1654,6 B

Bobot potong berkaitan erat dengan pertambahan bobot badan. Dimana dari hasil penelitian pertambahan bobot badan tertinggi di dapat pada perlakuan R0, sedang yang terendah pada perlakuan R3.

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa bobot potong pada perlakuan R0 berbeda sangat nyata dengan bobot potong pada perlakuan R1, R2 dan R3. Sementara pada perlakuan R2 dan R3 tidak berbeda nyata dengan R1. Hal ini terjadi dikarenakan pada pakan komersil kandungan nutrisi dan proses pembuatan pakannya sudah lebih sempurna dan merata dibandingkan dengan yang dilakukan sendiri.

Akan tetapi pada perlakuan R2, meskipun tidak berbeda nyata dengan R1 dan R3, tetapi dalam bobot potong R2 lebih besar dibanding R1 dan R3, dimana R2 merupakan ransum basal dengan penambahan asam amino sesuai dengan kebutuhan pakan broiler. Hal ini sesuai dengan widodo (2002) yang menyatakan bahwa umumnya pakan unggas yang berasal dari produk nabati mempunyai kekurangan asam amino Lisin dan Metionin, sehingga perlu disuplementasi ke dalam pakan dalam bentuk amino sintetis.

Bobot Karkas

Bobot karkas diperoleh dari hasil penimbangan karkas yaitu hasil penimbangan dari daging bersama tulang ayam hasil pemotongan yang telah dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal leher dan dari kaki sampai batas lutut, isi rongga perut, darah dan bulu. Dari hasil penelitian diperoleh rataan bobot karkas pada tabel berikut:

Tabel 7. Rataan bobot karkas broiler umur 6 minggu (g)

Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 Total Rataan (g) Standard Deviasi R0 1465,60 1665,60 1728,80 1804,80 1724,40 8389,20 1677,84 128,53 R1 1217,20 1333,60 1286,40 1333,60 1248,50 6419,30 1283,86 51,60 R2 1379,20 1377,20 1273,60 1190,00 1361,60 6581,60 1316,32 82,90 R3 1317,60 1212,00 1275,00 1189,00 1332,00 6325,60 1265,12 63,13 Total 5379,60 5588,40 5563,80 5517,40 5666,50 27715,70 5543,14 326,16 Rataan 1344,90 1397,10 1390,95 1379,35 1416,63 6928,93 1385,79 81,54

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan bobot karkas tertinggi terdapat pada perlakuan R0 (ransum komersil) yaitu sebesar 1677,84 g/ekor, sedangkan rataan terendah terdapat pada R3 yaitu sebesar 1265,12 g/ekor.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian asam amino Metionin dan Lisin dalam ransum terhadap bobot karkas broiler umur 6 minggu, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Analisis keragaman bobot karkas broiler umur 6 minggu

F.tabel Keragaman DB JK KT F. hitung 0,05 0,01 Perlk. 3 575351,29 191783,76 25,54** 3,24 5,29 Galat 16 120160,68 7510,04 Total 19 695511,97 Keterangan : ** = sangat nyata

kk = 2,33 %

Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 8 diketahui bahwa penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin pada broiler memberikan pengaruh yang sangat nyata (P > 0,01) terhadap bobot karkas. Hal ini dapat terlihat pada analisis keragaman, nilai F hitung lebih besar dari F tabel.

Untuk mengetahui perbedaan antara penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin terhadap bobot potong, maka dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9. Hasil Uji BNT untuk bobot karkas broiler umur 6 minggu

Perlakuan Rataan(g) Notasi

R0 1677,84 A

R1 1283,86 B

R2 1316,32 B

R3 1265,12 B

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa bobot karkas pada perlakuan R0 (ransum komersil) berbeda sangat nyata dengan bobot potong pada perlakuan R1, R2 dan R3. Hal ini dikarenakan pada ransum komersil penyerapan bahan makanan lebih banyak terserap, dimana dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah konsumsi pakan pada perlakuan R0 adalah lebih tinggi di banding R1, R2 dan R3. Hal ini sesuai dengan penuturan Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa bahan makanan memang sumber pertama kebutuhan nutrisi broiler untuk keperluan hidup pokok dan produksinya. Selain itu juga menurut Soeparno (1994), produksi karkas erat hubungannya dengan bobot badan, dimana pada perlakuan R0 berbeda nyata dengan perlakuan R1, R2 dan R3.

Persentase karkas

Persentase karkas diperoleh dari perbandingan antara bobot karkas dengan bobot potong dikali 100%. Dari hasil penelitian diperoleh rataan persentase karkas pada tabel berikut:

Tabel 10. Rataan persentase karkas broiler umur 6 minggu (%)

Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 Total Rataan (%) Standard Deviasi R0 77,90 80,07 80,01 81,95 85,86 405,79 81,16 2,99 R1 75,77 80,11 78,74 76,40 77,16 388,18 77,64 1,77 R2 80,73 74,89 78,92 75,15 84,90 394,60 78,92 4,17 R3 76,52 75,83 78,52 77,40 78,29 386,56 77,31 1,14 Total 310,92 310,89 316,19 310,90 326,21 1575,12 315,02 10,07 Rataan 77,73 77,72 79,05 77,73 81,55 393,78 78,76 2,52

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa rataan persentase karkas tertinggi terdapat pada perlakuan R0 (ransum komersil) yaitu sebesar 81,16%, sedangkan rataan persentase terendah terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 77,31%.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian asam amino Metionin dan Lisin dalam ransum terhadap persentase karkas broiler umur 6 minggu, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 11. Analisis keragaman bobot karkas broiler umur 6 minggu

F.tabel Keragaman DB JK KT F. hitung 0,05 0,01 Perlk. 3 45,67 15,22 1,976tn 3,24 5,29 Galat 16 123,27 7,705 Total 19 168,94 Keterangan : tn = tidak berbeda nyata kk = 0,31 %

Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 11 diketahui bahwa penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin pada broiler tidak memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,05) terhadap persentase karkas. Hal ini dapat terlihat pada analisis keragaman, nilai F hitung lebih besar dari F tabel. Ini di karenakan strain ayam yang digunakan masih sejenis dengan bobot akhir yang tidak jauh berbeda. Dimana menurut Soeparno (1994) selain faktor bobot badan, bobot karkas juga dipengaruhi genetis atau strain, umur, mutu ransum, tata laksana dan kesehatan ternak. Selain itu persentase karkas ayam menurut Cahyono (2004) adalah sekitar 65 – 75 % dari bobot hidup.

Lemak Abdominal

Lemak abdominal diperoleh dari hasil penimbangan lemak disekitar rongga perut (abdomen) dan daerah disekitar kloaka. Dari hasil penelitian diperoleh rataan lemak abdominal pada tabel berikut:

Tabel 12. Rataan lemak abdominal broiler umur 6 minggu (g) Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 Total Rataan (g) Standard Deviasi R0 45,60 45,60 48,80 54,80 54,40 249,20 49,84 4,54 R1 27,20 33,60 36,40 43,60 36,00 176,80 35,36 5,90 R2 39,20 37,20 33,60 30,00 31,60 171,60 34,32 3,83 R3 27,60 24,50 25,00 26,50 32,00 135,60 27,12 2,99 Total 139,60 140,90 143,80 154,90 154,00 733,20 146,64 17,26 Rataan 34,90 35,23 35,95 38,73 38,50 183,30 36,66 4,32

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rataan lemak abdominal tertinggi terdapat pada perlakuan R0 (ransum komersil) yaitu sebesar 49,84 g/ekor, sedangkan rataan terendah terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 27,12 g/ekor.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian asam amino Metionin dan Lisin dalam ransum terhadap lemak abdominal broiler umur 6 minggu, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 13. Analisis keragaman lemak abdominal broiler umur 6 minggu

F.tabel Keragaman DB JK KT F. hitung 0,05 0,01 Perlk. 3 1359,45 453,15 22,95** 3,24 5,29 Galat 16 315,98 19,75 Total 19 1675,43 Keterangan : ** = sangat nyata

kk = 0,73 %

Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 13 diketahui bahwa penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin pada broiler memberikan pengaruh yang sangat nyata (P > 0,01) terhadap lemak abdominal. Hal ini dapat terlihat pada analisis keragaman, dimana nilai F hitung lebih besar dari F tabel.

Untuk mengetahui perbedaan antara penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin terhadap lemak abdominal, maka dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14. Hasil Uji BNT untuk lemak abdominal broiler umur 6 minggu

Perlakuan Rataan(g) Notasi

R0 49,84 A

R1 35,36 B

R2 34,32 B

R3 27,12 B

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan adanya perlakuan yang berbeda nyata

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa perlakuan R0 berbeda nyata terhadap perlakuan R1, R2 dan R3. Sedangkan perlakuan R2, tidak berbeda nyata dengan perlakuan R1 dan R3. Dimana hal ini di karenakan pada ransum finisher yang di gunakan kadar proteinnya dikurangi dari kadar protein starter. Menurut Wahyu (1992) bahwa lemak karkas dapat meningkat seperti dalam keadaan kondisi akhir broiler untuk dipasarkan, dengan jalan mengurangi kadar protein dari ransum.

Pada R3 yang penambahan asam amino Lisin terbesar dapat dilihat menghasilkan paling sedikit lemak abdominal, hal ini dikarenakan menurut Sundari et al (2004) penambahan Lisin ke dalam pakan diharapkan dapat meningkatkan terbentuknya karnitin, dengan demikian lemak tubuh yang mengalami β-oksidasi semakin meningkat, sehingga mengakibatkan kadar lemak dan kolesterol daging rendah.

Tabel 15. Rataan persentase lemak abdominal broiler umur 6 minggu (%) Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 Total Rataan (g) R0 3,17 2,83 2,83 3,01 3,16 15,02 3,01 R1 2,42 2,53 2,88 3,36 2,84 14,05 2,81 R2 2,89 2,69 2,70 2,51 2,43 13,25 2,65 R3 2,11 2,04 1,94 2,23 2,41 10,75 2,15 Total 10,61 10,12 10,37 11,12 10,85 53,08 10,61 Rataan 2,65 2,530 2,59 2,78 2,71 13,27 2,65

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa rataan persentase lemak abdominal tertinggi terdapat pada perlakuan R0 (ransum komersil) yaitu sebesar 3,01%, sedangkan rataan persentase terendah terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 2,15%.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian asam amino Metionin dan Lisin dalam ransum terhadap persentase lemak abdominal broiler umur 6 minggu, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Analisis keragaman persentase lemak abdominal broiler umur 6 minggu F.tabel Keragaman DB JK KT F. hitung 0,05 0,01 Perlk. 3 2,01 0,67 11,929** 3,24 5,29 Galat 16 0,90 0,056 Total 19 2,91

Keterangan : ** = sangat nyata kk = 0,07 %

Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 16 diketahui bahwa penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin pada ayam broiler memberikan pengaruh yang sangat nyata (P > 0,01) terhadap persentase lemak abdominal. Hal ini dapat terlihat pada analisis keragaman, dimana nilai F hitung lebih besar dari F tabel.

Untuk mengetahui perbedaan antara penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin terhadap persentase lemak abdominal, maka dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17. Hasil Uji BNT untuk persentase lemak abdominal broiler umur 6 minggu

Perlakuan Rataan(g) Notasi

R0 15,02 A

R1 14,05 B

R2 13,25 C

R3 10,75 D

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan adanya perlakuan yang berbeda nyata

Dari Tabel 17 di atas dapat dilihat bahwa perlakuan R0, R1, R2 dan R3 semuanya berbeda. Hal ini dikarenakan pada ransum broiler finisher dilakukan pengurangan jumlah proteinnya dari pada ransum broiler stater. Dimana protein yang berlebihan di dalam tubuh dan tidak terpakai dalam sistem metabolisme akan membentuk lemak tubuh.

Hal ini juga berkaitan dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin yang berbeda-beda jumlahnya pada setiap perlakuan. Pada R0 dan R1 tidak diberi penambahan asam amino Metionin dan Lisin, sedangkan pada R2 dan R3 diberi penambahan asam amino Metionin dan Lisin dalam jumlah yang berbeda-beda. Sehingga pada perlakuan R3 memiliki persentase lemak abdominal terendah. Hal ini sesuai dengan Sundari et al (2004) penambahan Lisin ke dalam pakan diharapkan dapat meningkatkan terbentuknya karnitin, dengan demikian lemak tubuh yang mengalami β-oksidasi semakin meningkat, sehingga mengakibatkan kadar lemak dan kolesterol daging rendah.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Tabel 18. Rekapitulasi hasil penelitian

Parameter Perlakuan Bobot Potong

(g) Bobot Karkas (g) Persentase Karkas (%) Lemak Abdominal (g) R0 2089A 1677,84A 81,16tn 49,84A R1 1671,8B 1283,86B 77,64tn 35,36B R2 1685,6B 1316,32B 78,92tn 34,32B R3 1654,6B 1265,12B 77,31tn 27,12B

Dari Tabel 18 di atas dapat dilihat bahwa pada bobot potong, bobot karkas dan lemak abdominal, perlakuan R0 berbeda sangat nyata dengan R1, R2 dan R3. Sedangkan pada persentase karkas R0 tidak berbeda nyata dengan R1, R2 dan R3.

Dokumen terkait