• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsumsi Ransum

Pengambilan data konsumsi ransum itik dilakukan setiap minggunya, data konsumsi ransum diperoleh dengan cara melakukan penimbangan ransum yang diberikan kemudian dikurangkan dengan penimbangan ransum sisa yang dilakukan setelah seminggu. Data hasil pengamatan terhadap rataan konsumsi ransum itik disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan konsumsi ransum itik raja selama penelitian (g/ekor/minggu)

Perlakuan Ulangan Rataan Sd

1 2 3 4 R0 550,88 578,34 537,87 548,80 553,97 17,22 R1 554,04 548,40 552,33 564,52 554,82 6,88 R2 555,97 573,42 545,58 529,94 551,22 18,26 R3 556,88 574,81 531,48 540,10 550,82 19,16 R4 549,92 538,67 554,59 559,14 550,58 8,79 Rataan 553,54 562,73 544,37 548,50 552,28 7,91

Tabel 11 memperlihatkan bahwa rataan konsumsi ransum itik raja selama penelitian sebesar 552,28 g/ekor/minggu. Konsumsi ransum itik raja tertinggi ditunjukan oleh perlakuan R1 (penggunaan hemicell® pada level BIS 5%) sebesar 554,82 g/ekor/minggu. Sedangkan rataan konsumsi ransum itik raja terendah diperoleh dari perlakuan R4 (penggunaan hemicell® pada level BIS 20%) sebesar 550,58 g/ekor/minggu. Hasil tersebut menunjukan bahwasanya semakin tinggi level BIS yang digunakan dalam ransum, maka tingkat konsumsi ransum itik akan semakin rendah sekalipun digunakan hemicell® dengan dosis yang sama pada berbagai level penggunaan BIS.

Perbedaan tingkat konsumsi ransum itik dari setiap perlakuan dapat diketahui setelah dilakukan analisis keragaman konsumsi ransum itik raja. Hasil sidik ragam perlakuan terhadap konsumsi ransum itik raja (Lampiran 3) menunjukan bahwa penggunaan hemicell® pada BIS memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi ransum itik raja. Tingkat konsumsi ransum itik raja dari kelima perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 15.

Sekalipun tingkat konsumsi ransum itik raja menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata. Namun dapat dilihat bahwa konsumsi ransum itik raja yang diberikan ransum perlakuan R1 lebih tinggi dari tingkat konsumsi ransum perlakuan lainnya. Perbedaan konsumsi ransum ini menunjukan bahwa penggunan hemicell® pada level BIS 5% dapat meningkatkan konsumsi ransum itik raja. Hemicell® yang diberikan pada level BIS 5% berpengaruh positif terhadap kualitas ransum yang semakin baik. Kandungan nutrisi ransum perlakuan R1 yang lebih baik dari kandungan ransum perlakuan lainnya berpengaruh terhadap tingkat konsumsi ransum itik raja yang semakin baik. Dibandingkan dengan ransum perlakuan lainnya dengan kandungan nutrisi yang lebih rendah atau dapat dikatakan masih terdapat defisiensi zat makanan dari ransum lainnya berpengaruh terhadap tingkat konsumsi ransum yang rendah pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyu (1992) yang menyatakan bahwa konsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh defisiensi zat makanan. Semakin baik kualitas suatu ransum, maka semakin baik pula tingkat konsumsi ransumnya.

Pertambahan Bobot Badan

Pengambilan data pertambahan bobot badan itik raja dilakukan setiap minggu. Data hasil pengamatan pertambahan bobot badan itik raja dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan pertambahan bobot badan itik raja (g/ekor/minggu)

Perlakuan Ulangan Rataan Sd

1 2 3 4 R0 181,44 182,97 178,57 178,14 180,28 2,32 R1 182,04 183,57 181,74 180,17 181,88 1,39 R2 179,99 180,01 177,40 175,54 178,24 2,17 R3 178,46 180,20 176,30 176,73 177,92 1,78 R4 175,23 182,40 174,79 176,36 177,19 3,53 Rataan 179,43 181,83 177,76 177,39 179,10 2,02

Berdasarkan hasil pertambahan bobot badan itik raja dari Tabel 12 dapat

dilihat bahwa rataan pertambahan bobot badan itik raja sebesar 179,10 g/ekor/minggu. Rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada

perlakuan R1 (penggunaan hemicell® pada level BIS 5%) sebesar 181,88 g/ekor/minggu dan hasil rataan pertambahan bobot badan terendah

diperoleh dari perlakuan R4 (penggunaan hemicell® pada level BIS 20%) sebesar 177,19 g/ekor/ minggu.

Analisis keragaman pertambahan bobot badan itik raja (Lampiran 6) menunjukan bahwa semua perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pertambahan bobot badan itik raja. Rataan pertambahan bobot badan itik raja dari kelima perlakuan dapat dilihat pada (Lampiran 16).

Berdasarkan Lampiran 16 dapat dilihat bahwa pertambahan bobot badan itik raja R1 lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Sekalipun pertambahan bobot badan pada perlakuan R1 lebih tinggi, namun secara statistik tidak menunjukan

perbedaan yang nyata. Hasil pertambahan bobot badan itik raja yang diperoleh sesaui dengan tingkat konsumsi ransumnya. Seperti yang ditunjukan oleh perlakuan R1. Tingkat konsumsi ransumnya yang tinggi (554,82 g/ekor/minggu) menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi pula (181,88 g/ekor/minggu). Begitu pula sebaliknya, tingkat konsumsi ransum yang rendah menghasilkan petambahan bobot badan yang rendah. Kualitas ransum dengan kandungan nutrisi yang lengkap pada ransum perlakuan R1 memberikan tingkat pertumbuhan yang lebih maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1985) yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan pertambahan bobot badan maksimal maka sangat perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas ransum. Ransum tersebut harus mengandung zat makanan dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat menunjang pertumbuhan maksimal. Didukung juga pernyataan oleh Suharno dan Nazaruddin (1994), yang menyatakan bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis ternak dan gizi yang ada dalam ransum.

Konversi Ransum

Konversi ransum adalah perbandingan jumlah yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan) dalam kurun waktu yang sama. Konversi ransum adalah indikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan ransum, semakin rendah angka konversi ransum berarti semakin efisien. Rataan konversi ransum itik raja dari kelima perlakuan disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan konversi ransum itik raja selama penelitian

Perlakuan Ulangan Rataan Sd

1 2 3 4 R0 2.85 2.97 2.82 2.91 2.89 0.07 R1 2.82 2.80 2.86 2.96 2.86 0.07 R2 2.90 3.00 2.89 2.83 2.90 0.07 R3 2.91 2.98 2.83 2.86 2.90 0.06 R4 2.94 2.77 2.97 2.96 2.91 0.09 Rataan 2.89 2.90 2.87 2.90 2.89 0.01

Berdasarkan Tabel 13 diatas dapat dilihat bahwa rataan konversi ransum itik raja selama penelitian adalah 2.89. Konversi ransum terendah terdapat pada perlakuan R1 (penggunaan hemicell® pada level BIS 5%) sebesar 2.86 (penggunaan hemicell® pada level BIS 5%) dan rataan konversi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan R4 (penggunaan hemicell® pada level BIS 20%) sebesar 2.91.

Analisis keragaman perlakuan terhadap konversi ransum itik raja (Lampiran 9) menunjukan bahwa penggunaan hemicell® dengan level yang sama pada BIS memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konversi ransum itik raja. Efisiensi pemanfaatan ransum yang baik menunjukan nilai konversi yang rendah. Seperti yang ditunjukan pada perlakuan R1, rataan konsumsi ransum yang tertinggi (609.47 g/ekor/minggu) menghasilkan pertambahan bobot yang tertinggi (204.03 g/ekor/minggu) sehingga memberikan

nilai konversi yang terbaik (2.86). Hal ini sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1985) yang menyatakan bahwa konversi ransum adalah indikator

teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisensi penggunaan ransum dimana semakin rendah angka konversi ransum berarti semakin efisien penggunaannya dan sebaliknya semakin tinggi angka konversi ransum semakin tidak efisien

penggunannya. Hal ini didukung juga oleh Tillman et al., (1986) yang mengemukakan bahwa baik buruknya konversi ransum ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya ransum, temperatur, lingkungan dan tujuan pemeliharaan serta genetik.

Nilai konversi ransum itik raja selama penelitian dari kelima perlakuan dapat dilihat dari Lampiran 17.

Efisiensi pemanfaatan ransum ditunjukan oleh perlakuan R4, dimana tingkat konsumsi ransumnya yang rendah (550,58 g/ekor/minggu) sejalan dengan pertambahan bobot badan itik raja (177,19 g/ekor/minggu) yang rendah. Hal ini menghasilkan nilai konversi ransum yang buruk/tinggi. Tingginya nilai konversi ransum itik raja pada perlakuan R4 disebabkan dari kualitas ransum yang tidak sebaik ransum perlakuan R1. Tingginya level penggunaan BIS dalam ransum R4

sebesar 20%, menurunkan kualitas dari pada ransum itu sendiri sekalipun diberikan hemicell(R) pada BIS.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Hasil penelitian baik konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum dari kelima perlakuan dapat dilihat pada tabel rekapitulasi berikut :

Tabel 14. Rekapitulasi hasil penelitian Perlak

uan

Peubah yang diamati Konsumsi pakan

(g/ekor/minggu)

Pertambahan bobot badan (g/ekor/minggu) Konversi ransum R0 553,97tn 180,28tn 2.89tn R1 554,82tn 181,88tn 2.86tn R2 551,22tn 178,24tn 2.90tn R3 550,82tn 177,92tn 2.90tn R4 550,58tn 177,19tn 2.91tn

Keterangan : Notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukan perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05)

Berdasarkan tabel rekapitulasi diatas dapat dilihat bahwa konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan nilai konversi ransum itik raja yang paling baik diperoleh dari perlakuan R1 (554,82 g/ekor/minggu, 181,88 g/ekor/minggu dan 2.86). Sedangkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan nilai konversi ransum itik raja yang paling buruk diperoleh dari perlakuan R4 (550,58 g/ekor/minggu, 177,19 g/ekor/minggu dan 2.91).

Dokumen terkait