• Tidak ada hasil yang ditemukan

Percobaan Pendahuluan

Hasil pengujian vigor awal benih menunjukkan secara keseluruhan benih memiliki daya berkecambah (DB) awal ≥ 80%, nilai tengah daya berkecambah pada benih padi sawah, padi gogo dan padi rawa adalah 91%, 91%, dan 88.4%. Nilai tengah untuk setiap genotipe dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 1 menunjukkan bahwa kemampuan benih dalam mempertahankan daya berkecambahnya setelah diusangkan sangat rendah bahkan sebagian genotipe padi mengalami kematian ketika benih diusangkan selama 144 jam.

Tabel 1. Pengaruh Waktu Pengusangan terhadap Daya Berkecambah (%) Benih Padi pada Metode Pengusangan Cepat (MPC) Fisik

Varietas/Genotipe Waktu Pengusangan (Jam) 0 24 48 72 96 120 144 Padi sawah Aek Sibundong 92 81 69 63 50 18 0 B11283-6c-PN-5-MR-2-3-Si-1-2-1-1 88 60 55 53 55 38 4 B11844-7-17-3 93 53 25 36 0 0 0 BP-1002E-MR-2 87 83 59 57 38 7 1 Ciherang 95 53 37 23 0 0 0 Padi gogo Batu Tegi 92 66 62 39 5 5 0 Jati Luhur 89 76 79 59 23 18 1 Inpago 5 90 73 66 64 24 1 0 Limboto 91 84 67 56 26 3 4 Situpatenggang 93 93 87 85 68 27 19 Padi rawa B11586F-MR-11-2-2 84 6 2 5 0 0 0 Inpara 2 95 70 59 43 5 0 0 IR-42 85 12 5 2 1 0 0 B10553E-KN-6-1 89 40 20 29 1 0 0 B10891B-MR-3-KN-4-1-1-MR-1 89 2 0 0 0 0 0

Efektifitas dan efisiensi waktu dalam pelaksanaan pengusangan merupakan salah satu faktor dalam pemilihan metode pengusangan cepat fisik.

20   

Dasar lain yang digunakan untuk menentukan kondisi metode pengusangan cepat pada penelitan adalah kecepatan penurunan persentase daya berkecambah. Penurunan nilai daya berkecambah dibatasi sampai kecepatan penurunan viabilitas P40. Hal ini mengacu pada Sadjad et al. (1999), perish (mati) 40% (P40) adalah lamanya penurunan daya berkecambah benih sampai menjadi 60%. Benih itu tidak boleh mempunyai viabilitas potensial kurang dari 60% yang diukur dengan tolok ukur daya berkecambah. Secara emperikal vigor daya simpan ditentukan panjang waktu periode viabilitas mencapai P40.

Penentuan lama pengusangan pada metode pengusangan cepat fisik dalam penelitian ini didasarkan pada analisis regresi, dari data rata-rata daya berkecambah benih masing-masing genotipe jenis padi. Setelah dianalisis persamaan yang terpilih adalah regresi kuadratik. Model dari regresi kuadratik (Gomez dan Gomez, 1995) adalah:

Y = a + b1 X + b2 X2

dimana Y = viabilitas benih; X = waktu pengusangan

Persamaan regresi kuadratik pada benih padi sawah dan padi gogo menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) = 97.3% dan 96.7%, sedangkan nilai R2 pada koefisien regresi linier sebesar 96.9% dan 95.9%. Nilai R2 pada koefisien regresi kuadratik memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan regresi linier, sehingga dipilih persamaan dari regresi kuadratik. Semakin besar nilai R2 maka model persamaan semakin mampu menerangkan peubah Y (Mattjik dan Sumertajaya, 2006).

Persamaan regresi kuadratik yang dihasilkan berdasarkan data rata-rata daya berkecambah pada berbagai periode waktu pengusangan, untuk padi sawah adalah Y = 86.6 – 16.7X + 0.535X2 dan padi gogo Y = 92.3 – 10.8X – 0.805X2. Untuk Y = P40 = daya berkecambah 60%, diperoleh periode pengusangan (X) untuk padi sawah 40 jam dan padi gogo 61 jam.

Kurva kuadratik dari metode pengusangan cepat fisik dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Penentuan lama penderaan untuk benih padi rawa didasarkan pada persentase daya berkecambah benih varietas Inpara 2. Hal ini dikarenakan persentase daya berkecambah genotipe padi rawa mengalami penurunan yang drastis setelah pengusangan satu hari, kecuali pada benih varietas Inpara 2.

Berdasarkan hal tersebut maka waktu pengusangan yang terpilih untuk padi rawa adalah 48 jam, karena varietas Inpara 2 yang telah diusangkan selama 48 jam menunjukkan persentase daya berkecambah yang lebih mendekati P40 yaitu sebesar 59%.

Gambar 1. Kurva dari Persamaan Regresi Kuadratik untuk Penentuan Waktu Pengusangan Fisik pada Benih Padi Sawah

Gambar 2. Kurva dari Persamaan Regresi Kuadratik untuk Penentuan Waktu Pengusangan Fisik pada Benih Padi Gogo

Percobaan pendahuluan pengujian vigor pada kondisi sub-optimum kekeringan dengan menggunakan larutan PEG-6000 hanya dilakukan pada benih padi gogo. Tabel 2 menunjukan bahwa perlakuan pengujian VKTkekeringan (PEG) pada

0 20 40 60 80 100 0 24 48 72 96 120 144 168 Daya  Berkecambah (% )

Waktu Pengusangan (Jam)

Padi Sawah

Y = 86.6 – 16.7X + 0.535X2 R2= 97.3% 0 20 40 60 80 100 0 24 48 72 96 120 144 168 Daya B erkecambah (% )

Waktu Pengusangan (Jam)

Padi Gogo

Y = 92.3 – 10.8X – 0.805X2

22   

tekanan osmotik 0 bar (kontrol) tidak berbeda nyata dengan tekanan osmotik -1.5 bar, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan tekanan osmotik -2.0 bar dan -2.5 bar.

Tabel 2. Daya Berkecambah (%) Benih Padi Gogo pada Beberapa Taraf Perlakuan Tekanan Osmotik (bar) Polyethylene Glycol (PEG)-6000

Tekanan Osmotik (bar) Daya berkecambah (%)

0 93 a

-1.5 92 a

-2.0 75 b

-2.5 69 b

Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Persentase daya berkecambah benih mulai mengalami penurunan yang nyata menjadi 75% pada tekanan osmotik -2.0 bar, hal ini menunjukkan bahwa benih sudah mulai menampakkan gejala tercekam. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penggunaan larutan PEG (BM 6000 atau 8000) untuk menguji perkecambahan padi pada tekanan osmotik -2 dan -12 bar telah dilakukan IRRI dan dapat membedakan varietas yang tahan dan peka terhadap kekeringan (McDonald et al. dalam Lestari dan Mariska, 2006).

Pengujian vigor pada kondisi sub-optimum kekeringan selain menggunakan larutan PEG-6000 dilakukan juga dengan metode tingkat ketinggian benih. Metode ini menggunakan tiga taraf jumlah kertas stensil daur ulang, yaitu 1-1, 1-2, dan 2-2 lembar per satuan percobaan dengan ketinggian posisi tanam benih 30 cm. Metode VKTkekeringan (ketinggian) diuji menggunakan Uji Kertas Digulung (UKD) dan diletakkan dengan posisi berdiri pada wadah berisikan air setinggi 3 cm yang dijaga konstan selama 10 hari setelah tanam (HST). Data daya berkecambah menunjukkan bahwa jumlah kertas yang digunakan tidak berpengaruh nyata baik pada benih padi sawah maupun padi gogo seperti terlihat pada Tabel 3. Berbeda dengan penelitian sebelumnya pada metode yang sama dilakukan Madyasari (2011), menyatakan bahwa kertas stensil dengan posisi ketinggian tanam 30 cm dan diletakkan pada wadah berisikan air setinggi 3 cm merupakan metode terpilih yang dapat membedakan antara genotipe peka dengan varietas toleran kekeringan. Kertas stensil dan kertas stensil daur ulang

yang direndam dapat memperlihatkan perbedaan karena tinggi tanaman varietas yang toleran lebih tinggi dibandingkan genotipe yang peka.

Tabel 3. Pengaruh Jumlah Kertas terhadap Daya Berkecambah (%) Benih Padi Sawah dan Padi Gogo pada Metode Kekeringan Berdasarkan Ketinggian

Perlakuan Daya Berkecambah (%)

Padi Sawah Padi Gogo

M0 91.00 91.00

M1 86.22 86.67

M2 94.22 92.89

M3 88.87 92.89

Keterangan: M0 (kontrol menggunakan media kertas merang dengan metode pengecambahan UKDdp), M1 (jumlah kertas 1-1 lembar),M2(jumlah kertas 1-2 lembar), dan M3 (jumlah kertas 2-2 lembar).

Persentase daya berkecambah dari semua perlakuan (M0, M1, M2, dan M3) lebih dari 80% dan secara visual pertumbuhannya tidak menggambarkan adanya gejala cekaman kekeringan, seperti terlihat seperti pada Gambar 3. Secara visual bagian kertas tempat tumbuhnya benih mengering, perbedaan jumlah lembar kertas yang digunakan menunjukkan tingkat kekeringan kertas yang berbeda seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. dengan garis warna merah. Jumlah kertas 1-1 lembar tingkat kekeringan kertasnya jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah kertas 1-2 lembar dan 2-2 lembar. Kekeringan dapat terjadi karena kehilangan air karena transpirasi lebih cepat dibandingkan dengan absorpsi air (Harjadi, 1979). Evaporasi pada media kertas juga mempengaruhi kehilangan air sehingga bagian ujung kertas mengering.

Berdasarkan hasil percobaan tersebut maka dilakukan pengujian lanjut dengan mengurangi ketinggian air dalam wadah menjadi 2 cm menggunakan jumlah kertas 1-1 lembar dan pengamatan dilakukan pada hari ke-7 setelah tanam.

24   

Keterangan: A) Jumlah media kertas 1-1 lembar, B) Jumlah media kertas 1-2, dan C) Jumlah media kertas 2-2 lembar. Garis warna merah menunjukkan panjang kertas mengering

.

Gambar 3. Hasil Percobaan Pendahuluan Metode Tingkat Kekeringan pada Media Kertas Stensil Daur Ulang

Pengujian lanjut ini merupakan metode terpilih karena menunjukkan penurunan daya berkecambah yang signifikan sudah mengalami gejala tercekam. Nilai tengah padi sawah dengan ketinggian 3 cm sebesar 82.22% menurun menjadi 22.67% pada ketinggian 2 cm. Nilai tengah padi gogo sebesar 86.67% pada ketinggian 3 cm dan 49.78% pada ketinggian 2 cm, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Daya Berkecambah (%) Benih Padi Sawah dan Padi Gogo pada Perlakuan VKTkekeringan (ketinggian) dengan Ketinggian Air dalam Wadah 3 cm dan 2 cm

Genotipe Padi Ketinggian Air

3 cm 2 cm Padi Sawah Aek Sibundong 73.33 26.67 B11283-6c-PN-5-MR-2-3-Si-1-2-1-1 84.44 22.22 B11844-7-17-3 93.33 46.67 BP-1002E-MR-2 91.11 6.67 Ciherang 88.89 11.11 Nilai Tengah 86.22 a 22.67 b Padi Gogo Batu Tegi 84.44 62.22 Jati Luhur 77.78 13.33 Inpago 5 93.33 48.89 Limboto 88.89 51.11 Situpatenggang 88.89 73.33 Nilai Tengah 86.67 a 49.78b

Keterangan: Angka pada baris yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Pengujian VKTsalin (NaCl) menggunakan benih padi rawa, menunjukkan bahwa konsentrasi NaCl 0 ppm (kontrol) tidak berbeda nyata terhadap konsentrasi NaCl 3000 ppm, dan 4000 ppm, sedangkan terhadap konsentrasi 5000 ppm berbeda nyata (Tabel 5). Konsentrasi NaCl 4000 ppm merupakan konsentrasi terpilih pada metode pengujian vigor kekuatan tumbuh pada kondisi salinitas, berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah banyak menggunakan konsentrasi NaCl 4000 ppm untuk membedakan varietas tahan dan yang peka terhadap cekaman salinitas. Penelitian Sulaiman (1980), menyatakan bahwa penampilan tanaman padi yang ditanam dalam pot-pot berisi tanah Latosol (Bogor) sebanyak 5 kg per pot dan diberi 4 liter larutan garam 4000 ppm NaCl per pot merupakan konsentrasi NaCl yang baik untuk menilai toleransi tanaman terhadap kadar garam tinggi (salinitas), dinilai secara visual, bobot kering bagian atas tanaman dan akar maupun persentasi nekrosis atau mati.

Tabel 5. Pengaruh Konsentrasi NaCl Terhadap Daya Berkecambah (%) Benih Padi Rawa untuk Pengujian Vigor terhadap Kondidi Salin Konsentrasi NaCl (ppm) Daya Berkecambah (%)

0 88.4 a

3000 84.4 a

4000 80.4 ab

5000 74.8 b

Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Hasil penelitian Fatimah (2010), menyatakan bahwa metode dengan menggunakan kertas tisu towel pada konsentrasi NaCl 4000 ppm dengan cara penanaman uji diatas kertas (UDK) dapat memperlihatkan perbedaan antara genotipe yang toleran dan peka terhadap salinitas. Hal ini terlihat dari perbedaan antara kontrol dan yang diberi perlakuan garam 4000 ppm yaitu ujung daun nekrosis lebih banyak pada tanaman yang diberi perlakuan NaCl.Tanaman kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberikan perlakuan. Tanaman toleran lebih tinggi dan daun yang nekrosis lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman peka.

26   

Percobaan Utama

Hasil pengujian viabilitas awal benih menunjukkan bahwa secara keseluruhan benih yang diuji memiliki daya berkecambah awal ≥ 80%. Nilai tengah daya berkecambah pada benih padi sawah berkisar 81.33% - 94.67%, padi gogo 80.00% - 90.67%, dan padi rawa 81.33% - 94.67%. Nilai tengah untuk setiap genotipe padi sawah dapat dilihat pada Lampiran 5 dan nilai tengah untuk genotipe padi gogo dan padi rawa pada Lampiran 6.

Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, yaitu pengujian vigor daya simpan (VDS) benih melalui metode pengusangan cepat (MPC) secara fisik, dan pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) benih pada kondisi sub-optimum (cekaman kekeringan dan salinitas).

Pengujian Vigor Daya Simpan (VDS) menggunakan Metode Pengusangan Cepat (MPC) Fisik

Pengusangan benih dilakukan dengan perlakuan suhu dan kelembaban tinggi (40-450C dan RH 100%) dengan mesin pengusangan cepat. Lama pengusangan yang digunakan untuk setiap jenis genotipe padi berbeda-beda, sesuai dengan hasil percobaan pendahuluan sebelumnya untuk genotipe padi sawah diusangkan selama 40 jam, benih padi gogo diusangkan 61 jam, dan benih padi rawa selama 48 jam. Metode pengusangan cepat fisik ini menduga vigor daya simpan secara kualitatif, hanya dapat membandingkan antar genotipe yang mempunyai vigor daya simpan lebih lama atau lebih pendek dibandingkan genotipe lainnya. Genotipe padi yang telah mengalami penderaan tetapi memiliki persentase daya berkecambah tinggi mengindikasikan bahwa benih tersebut mempunyai vigor daya simpan yang tinggi.

Berdasarkan rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 6 menunjukkan bahwa keadaan benih setelah mengalami penderaan beragam. Genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur indeks vigor dan berat kering kecambah normal pada benih padi sawah. Genotipe sangat berpengaruh nyata terhadap semua tolok ukur yang diamati pada benih padi gogo, sedangkan pada benih padi rawa genotipe tidak berbeda nyata terhadap semua tolok ukur yang diamati.

Tabel 6. Rekapitulasi F-Hitung Pengaruh Genotipe Padi setelah Diusangkan terhadap Tolok Ukur Daya Berkecambah (DB), Indeks Vigor (IV), dan Berat Kering Kecambah Normal (BKKN). Kelompok Sumber Keragaman Derajat Bebas F-Hitung DB (%) IV (%) BKKN (g) Padi Sawah Ulangan 2 0.74tn 0.26 tn 0.28*

Genotipe 9 3.69** 1.10** 1.85** Padi Gogo Ulangan 2 2.28tn 2.12 tn 5.26 tn

Genotipe 19 8.55** 3.46 tn 4.54 tn

Padi Rawa Ulangan 2 10.72** 4.2* 5.55**

Genotipe 19 1.67tn 0.65 tn 1.08 tn

Keterangan: ** = sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata,

Kondisi pada mesin pengusangan cepat (MPC) fisik dengan suhu dan kelembaban tinggi, menyebabkan terjadinya penguapan air. Upaya yang dilakukan untuk menghindarkan benih dari tetesan air yang terjadi, maka dipasang tray yang telah dilapisi kain handuk. Posisi benih dalam mesin pengusangan terlihat pada Gambar 4. Upaya ini cukup menekan adanya tetesan air yang terjadi pada benih namun beberapa genotipe masih terkena tetesan, diantaranya genotipe padi gogo B12799E-TB-1-1-4, B11592F-MR-23-2-7, B11592F-MR-14-3-6-1, dan B11787E-MR-2-9-6, serta pada genotipe padi rawa (B13134-4-MR-1-KA-1, B13135-1-MR-2-KA-1, B13136-3-MR-2-KA-1, dan B10528P-KN-35-2-2). Kondisi benih yang basah menyebabkan meningkatnya kadar air benih yang berakibat penurunan vigor semakin cepat. Penelitian Wafiroh (2010), menyatakan bahwa penurunan vigor benih pada pengusangan cepat terkontrol benih wijen mengikuti peningkatan kadar air benih dan lama penderaan benih. Benih semakin kehilangan vigornya ketika benih didera pada kadar air yang semakin tinggi dan periode yang semakin lama.

Gambar 4. Posisi Benih dalam Mesin Pengusangan Cepat Benih Kain towel

28   

Pada Tabel 7 terlihat bahwa genotipe padi sawah yang diduga memiliki vigor daya simpan yang tinggi, yaitu genotipe B12539-7-SI-1-1-MR-2-PN-3-1, B12653-MR-8-2-PN-3-1, B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-2-4, B12512-18-SI-2-2-MR-3-PN-3-2, dan B12653-MR-8-2-PN-2-3 dengan persentase nilai tengah daya berkecambah ≥ 60%. Genotipe-genotipe yang diduga memiliki vigor daya simpan lebih tinggi selain memiliki daya berkecambah tinggi juga memiliki indeks vigor dan berat kering kecambah normal yang tinggi dibandingkan dengan genotipe lainnya. Genotipe B12653-MR-8-2-PN-3-3 dan B12653-MR-8-2-PN-2-2 berdasarkan hasil uji lanjut menunjukkan tidak berbeda nyata dengan genotipe yang diduga memiliki vigor daya simpan lebih tinggi, karena genotipe ini daya berkecambahnya kurang dari P40. Sidik ragam VDS benih padi sawah secara rinci tercantum pada Lampiran 7.

Tabel 7. Vigor Daya Simpan (VDS) Benih Padi Sawah yang di Uji dengan Metode Pengusangan Cepat Fisik Selama 40 Jam

Genotipe Padi Sawah Tolok ukur

DB (%) IV (%) BKKN (g) B12539-7-SI-1-1-MR-2-PN-3-1 82.67 a 12.00 0.13 a B12653-MR-8-2-PN-3-1 81.33 a 13.33 0.11 a B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-2-4 73.33 ab 18.67 0.11 a B12512-18-SI-2-2-MR-3-PN-3-2 68.00 ab 14.67 0.12 a B12653-MR-8-2-PN-2-3 62.67 a-c 9.33 0.09 ab B12653-MR-8-2-PN-3-3 54.67 a-d 4.00 0.08 ab B12653-MR-8-2-PN-2-2 42.67 a-d 5.33 0.06 ab B12328D-PN-49-3-2-4 33.33b-d 8.00 0.06 ab Sintanur 22.67 cd 2.67 0.03 ab Ciherang 12.00 d 0.00 0.01 b

Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Genotipe padi gogo yang diduga memiliki vigor daya simpan lebih tinggi, adalah B12154D-MR-22-8, B12165D-MR-8-1, MR-21-2-5, B12492C-MR-21-2-4, B11604E-TB-2-4-1-5, SMD9-1D-MR-9, dan B12476E-MR-19-2 dengan persentase nilai tengah daya berkecambah ≥ 60% (Tabel 8). Daya berkecambah yang tinggi tidak selalu menggambarkan nilai indeks vigor benih juga tinggi, seperti pada genotipe B12492C-MR-21-2-5 dan B12492C-MR-21-2-4 yang memiliki daya berkecambah 73.33% dan 70.67% dengan indeks vigor 0%.

Nilai indeks vigor yang rendah dikarenakan adanya perbedaan kemampuan tumbuh kecambah normal pada pengamatan hari ke-5 setelah tanam. Perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh vigor awal dan faktor genetik setiap genotipe benih. Sidik ragam genotipe padi gogo setelah mengalami pengusangan dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tabel 8. Vigor Daya Simpan (VDS) Benih Padi Gogo yang di Uji dengan Metode Pengusangan Cepat Fisik Selama 61 Jam

Genotipe Padi Gogo Tolok Ukur

DB (%) IV (%) BKKN (g) B12154D-MR-22-8 82.67 a 12 ab 0.13 a B12165D-MR-8-1 80.00 a 14.67 a 0.12 ab B12492C-MR-21-2-5 73.33 ab 0.00 c 0.09 a-c B12492C-MR-21-2-4 70.67 ab 0.00 c 0.08 a-d B11604E-TB-2-4-1-5 66.67 ab 4.00 bc 0.09 a-c SMD9-1D-MR-9 62.67 a-c 14.67 a 0.09 a-c

B12476E-MR-19-2 60.00 a-c 2.67 b-c 0.08 a-d

B12490C-MR-24-4-4 57.33 a-d 2.67 bc 0.07 b-d B12160D-MR-11-3-3 57.33 a-d 9.33 a-c 0.09 a-c

B12492C-MR-21-2-1 57.33 a-d 0.00 c 0.06 b-d

B12161D-MR-1-4-2 56.00 a-d 8.00 a-c 0.08 a-d B11908F-TB-1-16-3 44.00 b-e 6.67 a-c 0.06 b-d SMD9-5D-MR-9 42.67 b-e 2.67 bc 0.10 a-c B11592F-MR-23-2-7 29.33 c-f 0.00 c 0.03 de B11787E-MR-2-9-7 25.33 d-f 0.00 c 0.05 c-e B11592F-MR-16-1-5-6 20.00 ef 0.00 c 0.03 de B11787E-MR-2-9-6 20.00 ef 1.33 c 0.05 c-e BP1351D-1-5-2-PK-3-3-7 18.67 ef 0.00 c 0 e B11592F-MR-14-3-6-1 6.67 f 0.00 c 0 e B12799E-TB-1-1-4 0.00 f 0.00 c 0 e

Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Tabel 9 menunjukkan bahwa semua genotipe padi rawa memiliki vigor daya simpan rendah karena nilai tengah daya berkecambahnya ≤ 60%, nilai terbesar hanya 57.33% pada genotipe B13109-5-MR-3-KA-1. Nilai terkecil daya berkecambah adalah 0% pada genotipe B12799E-TB-1-1-4, sehingga dapat dikatakan genotipe ini memiliki VDS sangat rendah karena berdasarkan tidak adanya kecambah yang normal setelah benih mengalami penderaan selama 48 jam. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor genetik atau innate factor, induced

30   

factor yaitu faktor lapang mulai benih ditanam sampai siap simpan, factor enforced atau kondisi penyimpanan. Tabel sidik ragam genotipe padi rawa

pengujian VDS dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tabel 9. Vigor Daya Simpan (VDS) Benih Padi Rawa yang di Uji dengan Metode Pengusangan Cepat Fisik Selama 48 Jam

Genotipe Padi Rawa Tolok Ukur

DB (%) IV (%) BKKN (g) B13109-5-MR-3-KA-1 57.33 4.00 ab 0.08 ab B13120-19-MR-2-KA-1 44.00 1.33 b 0.06 ab B13100-3-MR-1-KA-2 41.33 0.00 b 0.06 ab B13109-5-MR-KA-2 37.33 2.67 b 0.04 b B13100-2-MR-1-KA-2 37.33 4.00 ab 0.10 ab B10528P-KN-35-2-2 33.33 0.00 b 0.07 ab B13117-5-MR-2-KA-1 32.00 0.00 b 0.03 b B13135-1-MR-2-KA-1 28.00 14.67 a 0.17 a B13135-1-MR-2-KA-2 26.67 2.67 b 0.11 ab B13144-1-MR-2-KA-1 25.33 2.67 b 0.03 b B13117-5-MR-2-KA-2 24.00 1.33 b 0.04 b B13134-4-MR-1-KA-1 21.33 1.33 b 0.11 ab B13120-19-MR-2-KA-1 24.00 0.00 b 0.10 ab B13121-4-MR-1-KA-1 21.33 2.67 b 0.10 ab BP1031F-PN-25-2-4-KN-2 21.33 0.00 b 0.04 b B13100-2-MR-1-KA-1 18.67 0.00 b 0.04 b B13136-3-MR-2-KA-1 17.33 1.33 b 0.06 ab B13136-3-MR-2-KN-2 14.67 1.33 b 0.04 b B13144-1-MR-3-KA-7 10.67 0.00 b 0.04 b B13144-1-MR-2-KA-2 6.67 0.00 b 0.01 b

Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Daya berkecambah benih padi setelah mengalami pengusangan ditunjukkan pada Gambar 5. Genotipe yang memiliki vigor tinggi, persentase kecambah normal tinggi seperti terlihat pada Gambar 5A, sedangkan genotipe yang vigornya rendah persentase kecambah normal rendah, kecambah abnormal dan benih mati meningkat seperti pada Gambar 5B.

          

A B

Keterangan: A) Genotipe padi yang memiliki vigor tinggi, B) Genotipe padi yang memiliki vigor rendah

Gambar 5. Vigor Benih setelah Pengusangan

 

Menurut Pian (1981), vigor benih pada awal penyimpanan merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap daya simpan. Vigor benih pada awal penyimpanan ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain kondisi hidup tanaman induk dan pengolahan benih sehingga terdapat keragaman daya simpan walaupun kondisi penyimpanan sama, oleh karena itu pengujian vigor daya simpan sangat diperlukan untuk menduga periode simpan sekelompok benih dapat disimpan dalam kondisi simpan tertentu.

Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) pada Kondisi Sub-optimum

a. Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) pada Kondisi Sub-optimum Kekeringan

Pengujian VKT pada kondisi sub-optimum kekeringan pada penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu cekaman kekeringan dengan larutan PEG-6000 dan metode tingkat ketinggian posisi benih. Tolok ukur yang diamati pada kedua metode ini sama, kecuali tolok ukur indeks vigor tidak diamati pada metode pengujian VKTkekeringan (ketinggian). Tabel 10 menunjukkan rekapitulasi hasil sidik ragam pengujian VKTkekeringan (PEG) dan VKTkekeringan (ketinggian). Pengujian VKTkekeringan(PEG) pada benih padi sawah, menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah, indeks vigor, dan berat kering kecambah normal. Pada perlakuan ini genotipe juga berpengaruh nyata terhadap panjang plumula, tetapi tidak berpengaruh nyata pada tolok ukur panjang

32   

kecambah dan panjang akar. Pada benih padi gogo pengujian VKTkekeringan(PEG), menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah dan berat kering kecambah normal, serta berpengaruh nyata terhadap tolok ukur panjang kecambah dan panjang akar. Namun, genotipe tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur indeks vigor dan panjang plumula.

Tabel 10. Rekapitulasi Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) pada Kondisi Sub-optimum Kekeringan dengan Metode PEG-6000 -2 Bar (VKTkekeringan(PEG)) dan Metode Tingkat Ketinggian (VKTkekeringan(ketinggian))

Tolok Ukur

Perlakuan

VKTkekeringan(PEG) VKTkekeringan(ketinggian) Padi Sawah Padi Gogo Padi Sawah Padi Gogo

DB (%) ** ** * * IV (%) ** tn (-) (-) BKKN (g) ** ** tn * PK (cm) tn * * * PP (cm) * tn tn tn PA (cm) tn * ** **

Keterangan: ** = sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata, (-) tidak di uji

Nilai tertinggi daya berkecambah dengan perlakuan VKTkekeringan (PEG) pada padi gogo, yaitu sebesar 62.67% pada genotipe B12154D-MR-22-8 dan nilai terendah pada genotipe B12492C-MR-21-2-5 sebesar 1.33%. Rendahnya jumlah kecambah normal karena konsentrasi PEG dapat menghambat pertumbuhan plumula pada fase perkecambahan, selain itu beberapa genotipe dengan perlakuan PEG-6000 terserang cendawan. Contoh kecambah yang terserang cendawan dapat dilihat pada Gambar 6. Penelitian Asfiruka (2010), menyatakan bahwa konsentrasi PEG-6000 dengan tekanan osmotik -2 bar dapat menghambat pertumbuhan plumula pada perkecambahan padi gogo.

Gambar 6. Kecambah yang Terserang Cendawan pada Perlakuan PEG-6000

Perlakuan VKTkekeringan (ketinggian) pada benih padi sawah, genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap panjang akar dan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur daya berkecambah dan panjang kecambah, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering kecambah normal dan panjang plumula. Pada benih padi gogo, genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap panjang akar dan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur daya berkecambah, berat kering kecambah normal, dan panjang kecambah berpengaruh nyata, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang plumula.

Persentase daya berkecambah perlakuan VKTkekeringan (ketinggian) sangat rendah, berkisar 57.78%-20.00% pada benih padi sawah dan 44.45%-22.22% benih padi gogo. Hal ini dikarenakan media pada bagian atas mengering dengan tingkat kekeringan tidak merata, seperti genotipe B12653-MR-8-2-PN-2-2 terlihat pada Gambar 7. Media pada gulungan terluar memiliki tingkat kekeringan yang tinggi, sehingga benih yang ditanam pada posisi tersebut sebagian besar tumbuh abnormal bahkan pada beberapa genotipe tidak menunjukkan adanya pertumbuhan. Adanya cekaman air pada saat benih berkecambah maka metabolisme benih terganggu akibat air yang diperlukan tidak cukup, oleh karena itu hanya benih yang toleran kekeringan saja yang mampu berkecambah (Lestari dan Mariska, 2006).

34   

Gambar 7. Perbedaan Penyerapan Air oleh Media Kertas pada perlakuan VKTkekeringan (ketinggian)

Pengujian VKTkekeringan (PEG) pada benih padi sawah dapat diamati cukup dengan tolok ukur daya berkecambah, indeks vigor, dan berat kering kecambah normal, sedangkan pada benih padi gogo tolok ukur yang diamati adalah daya berkecambah dan berat kering kecambah normal. Berbeda dengan pangujian VKTkekeringan (ketinggian), baik pada benih padi sawah maupun padi gogo hanya dengan mengamati tolok ukur panjang akar telah dapat membedakan genotipe tahan cekaman kekeringan, tetapi untuk mendapatkan informasi lebih dapat digunakan tolok ukur lainnya kecuali panjang plumula karena tolok ukur panjang plumula pada kedua metode tidak berpengaruh nyata.

Pengujian VKTkekeringan (ketinggian) lebih mudah dan cepat dalam aplikasi serta secara ekonomis lebih murah digunakan untuk pengujian VKT pada kondisi

Dokumen terkait