• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.5.Kelembagaan

Desa Lompo Tengah Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru mempunyai 1 orang penyuluh pendamping lapangan (PPL) dan 16 kelompok tani dimana setiap kelompok tani jumlah anggotanya 25 orang dan tergabung dalam 1 lembaga atau organisasi yang sangat penting yakni gabungan kelompok tani di Desa Lompo Tengah (Gapoktan).

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

48 Identitas responden menggambarkan suatu kondisi atau keadaan serta status dari responden tersebut. Identitas responden dapat memberikan informasi tentang keadaan kegiatan petani dalam pembuatan pupuk organik cair, terutama berhubungan dengan peran penyuluh terhadap motivasi petani dalam pembuatan pupuk organik cair. Informasi - informasi mengenai identitas responden sangat penting untuk diketahui karena merupakan salah satu hal yang dapat memperlancar proses penelitian. penentuan interval kelas dan kategori kelas dalam penelitian responden menggunakan rumus interval kelas. Suharyadi (2004). Berikut ini identitas responden yang berhasil dikumpulkan di lapangan.

5.1.1.Umur Petani Responden

Responden yang diamati dalam penelitian ini adalah Petani yang ada di Desa Lompo Tengah Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. Berikut umur responden petani dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Tingkat Umur,di Desa Lompo Tengah Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. 2015

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 30 – 35 36 – 41 42 – 47 48 – 53 2 6 4 3 13,00 40,00 27,00 20,00 Jumlah 15 100,00

Sumber :Data Primer Setelah Diolah, 2015.

Tabel 6 menunjukkan bahwa umur responden 30 - 35 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 13,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 2 orang yang memiliki umur 30 - 35 tahun. Umur 36 - 41 tahun sebanyak 6 orang

49 dengan persentase 40,00% hal ini diperoleh karena dari 15 responden hanya 6 orang yang memiliki umur 36 - 41 tahun. Umur 42 - 47 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 27,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 4 orang yang memiliki umur 42 - 47 tahun. Dan umur 48 - 53 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 20,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 3 orang yang memiliki umur 48 - 53 tahun. Jadi persentase yang paling tinggi adalah umur responden 36 - 41 tahun dengan persentase 40,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 6 orang yang memiliki umur 36 - 41 tahun. Dan persentase yang paling rendah umur responden 30 - 35 tahun dengan persentase 15,00%. Dari penjelasan Tabel 6, umur 30 - 35 tahun masih kurang berpartisipasi dalam melakukan pembuatan pupuk organik cair. Umur 36 - 41 tahun sangat antusias dalam pelaksanaan pembuatan pupuk organik cair. Sedangkan umur 42 - 47 tahun sangat mendukung pelaksanaan pembuatan pupuk organik cair. Umur 48 – 53 tahun cukup mempunyai motivasi dalam pembuatan pupuk organik cair. Purwanto, S.K (2004).

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden terbagi atas tiga, yaitu SD, SMP, dan SMA/MA.Karakteristik tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Tingkat Pendidikan Responden petani di Desa Lompo Tengah Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. 2015

No Tingkat Pendidikan Jumlah Reponden

(Orang)

Persentase (%)

50 1. 2. 3. SD SMP SMA/MA 6 5 4 40,00 33,00 27,00 Jumlah 15 100,00

Sumber :Data Primer Setelah Diolah, 2015.

Tabel 7 menunjukkan bahwa petani responden yang memiliki pendidikan SD sebanyak 6 orang dengan persentase 40,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 6 orang dengan pendidikan SD. Pendidikan SMP sebanyak 5 orang dengan persentase 33,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 5 orang dengan pendidikan SMP. Pendidikan SMA/MA sebanyak 4 orang dengan persentase 27,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 4 orang dengan pendidikan SMA/MA. Jadi persentase yang paling tinggi adalah pendidikan SD sebanyak 6 orang dengan 40,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 6 orang dengan pendidikan SD dan persentase yang paling rendah adalah pendidikan SMA/MA sebanyak 4 orang dengan persentase 27,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 4 orang dengan pendidikan SMA/MA. Dari penjelasan Tabel 7, tingkat pendidikan SD cukup banyak dan sangat antusias dalam mendukung pembuatan pupuk organik cair, untuk pendidikan SMP cukup berperanterhadap motivasi pembuatan pupuk organik cair. Dan tingkat pendidikan SMA/MA tidak banyak akan tetapi pengetahuan yang dimilikinya sangat berpeluang dalam memberi motivasi terhadap petani dalam pembuatan pupuk organiik cair. Purwanto,S.K (2004).

Tabel 8. Luas Lahan Responden Petani di Desa Lompo Tengah Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. 2015 No Luas Lahan (Ha) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

51 1. 2. 3. 4. 0,20 – 0,40 0,41 – 0,61 0,62 – 0,82 0,83 – 1,03 3 4 2 6 20,00 27,00 13,00 40,00 Jumlah 15 100.00

Sumber :Data Primer Setelah Diolah, 2015

Tabel 8 menunjukkan bahwa petani yang memiliki luas lahan 0,20 - 0,40 Ha sebanyak 3 Orang dengan persentase 20,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 3 orang yang memiliki luas lahan 0,20 - 0,40. Luas lahan 0,41 - 0,61 Ha sebanyak 4 Orang dengan persentase 27,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 4 orang yang memiliki luas lahan 0,41 - 0,61 Ha. Luas lahan 0,62 - 0,82 Ha sebanyak 2 Orang dengan persentase 13,00% hal ini diperoleh dari 15 orang hanya 2 orang yang memiliki luas lahan 0,41 - 0,61 Ha umur ,83 - 1,03 Ha sebanyak 6 orang dengan persentase 40,00%. Jadi persentase yang paling tinggi adalah 0,83 - 1,03 Ha sebanyak 6 orang dengan persentase 40,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 6 orang yang memiliki luas lahan 0,83 - 1,03 Ha. Dan Persentase yang paling rendah adalah 0,62 - 0,82 Ha sebanyak 2 orang dengan persentase 13,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 2 orang yang memiliki luas lahan 0,62 - 0,82. Dari penjelasan Tabel 8, luas lahan responden petani 0,20 - 0,40 Ha dan 0,41 - 0,61 cukup banyak untuk dijadikan lahan pupuk organik. Dan luas lahan 0,62 - 0,82 Ha tidak banyak untuk dijadikan sebagai lahan pupuk organik. Luas lahan 0,83 – 1,03 Ha yang paling banyak dijadikan sistem lahan perlakuan organik. Purwanto,S.K (2004).

Tabel 9. Identitas Responden Petani Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga, di Desa Lompo Tengah Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. 2015

No Jumlah Tanggungan

Keluarga (Orang)

Jumlah Responden (Orang)

52 1. 2. 3. 1 – 2 3 – 4 5 – 6 6 5 4 40,00 33,00 27,00 Jumlah 15 100,00

Sumber :Data Primer Setelah Diolah, 2015

Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga terbagi 3 yaitu, jumlah responden yang memiliki tanggungan keluarga sebanyak 1 - 2 orang adalah 6 orang dengan persentase 40,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 6 orang yang memiliki jumlah tanggungan keluarga 1 - 2 orang. Jumlah responden yang memiliki tanggungan keluarga 3 - 4 sebanyak 5 orang dengan persentase 33,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 5 orang yang memiliki tanggungan keluarga 3 - 4 orang. Dan jumlah tanggungan keluarga 5 - 6 sebanyak 4 orang dengan persentase 27,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 4 orang yang memiliki tanggungan keluarga 5 - 6. Jadi jumlah tanggungan keluarga paling banyak adalah 1 - 2 orang yaitu 6 orang dengan persentase 40,00%. Dan jumlah tanggungan keluarga paling sedikit adalah 3 - 4 orang dengan persentase 27,00%. Dari penjelasan Tabel 16, jumlah tanggungan keluarga 1 - 2 sangat banyak dalam memberikan nafkah bagi keluarganya dari hasil pertanian sistem perlakuan organik. Dan jumlah tanggungan keluarga 3 - 4 cukup banyak dalam memberikan kebutuhan pokok bagi keluarganya dari hasil pertanian sistem organik. Jumlah tanggungan kelurga 5 - 6 sedikit dalam memenuhi kebutuhan keluarganya dari hasil pertanian sistem organik. Purwanto,S.K (2004). Tabel 10. Identitas Responden Petani Berdasarkan Pengalaman Pembuatan Pupuk

Organik cair di Desa Lompo Tengah Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. 2015

53

No Pengalaman Pembuatan Pupuk Organik Cair

(Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 2 – 3 4 – 5 6 – 7 8 – 9 2 6 3 4 50,00 40,00 20,00 25,00 Jumlah 15 100,00

Sumber :Data Primer Setelah Diolah, 2015

Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah Pengalaman pembuatan pupuk organik cair terbagi 4 yaitu, jumlah responden yang memiliki pengalaman 2 - 3 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 15,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 2 orang yang memiliki pengalaman 2 - 3 tahun. Jumlah responden yang memilki pengalaman 4 - 5 tahun sebanyak 6 orang dengan persentase 30,00%, hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 6 orang yang memiliki pengalaman 4 - 5 tahun. Jumlah responden yang memiliki pengalaman 6 - 7 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase 20,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 3 orang yang memiliki pengalaman 6 - 7 tahun. Dan pengalaman 8 - 9 sebanyak 4 orang dengan persentase 25,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 4 orang yang memiliki pengalaman 8 - 9 tahun. Jadi persentase yang paling tinggi adalah pengalaman petani 4 - 5 tahun sebanyak 6 orang dengan persentase 40,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 6 orang yang memiliki pengalaman 4 - 5 tahun. Dan persentase yang paling rendah adalah pengalaman petani 2 - 3 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 15,00% hal ini diperoleh dari 15 responden hanya 2 orang yang memiliki pengalaman 2 - 3 tahun. Dari penjelasan Tabel 10, pengalaman petani pada pembuatan pupuk organik cair 2 - 3 tahun masih kurang pada motivasi pembuatan pupuk organik cair, untuk 4 -

54 5 tahun sangat banyak terhadap motivasi pembuatan pupuk organik cair. Dan 6 - 7 tahun cukup banyak terhadap motivasi pembuatan pupuk organik cair, 8 - 9 tahun cukup berpeluang. Purwanto,S.K (2004).

5.2.Peran Penyuluh Terhadap Motivasi Petani Dalam Pembuatan Pupuk Organik Cair

Peran penyuluh terhadap motivasi petani dalam pembuatan pupuk organik cair yakni sebagai fasilitator, pendidik, dan teknikal Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) yang dikutip tahun 2000. Serta yang memberikan motivasi bagi petani oleh aspek pengetahuan yang didapatkan dari penyuluh atau melakukan pendidikan dan pelatihan. Kemudian untuk pembuatan pupuk organik menggunakan bahan alami yang ada disekitar lingkungan masyarakat itu sendiri. Selanjutnya hasil dari pembuatan tersebut diaplikasikan pada tanaman yang dikelolah agar semakin subur perkembangannya mulai dari akar, daun, batang, bunga dan buah.

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Peran Penyuluh Terhadap Motivasi Petani Dalam Pembuatan Pupuk Organik Cair Di Desa Lompo Tengah Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. 2015

No Uraian Nilai Kategori

1. 2. 3.

Peran penyuluh sebagai fasilitator. Peran penyuluh sebagai pendidik. Peran penyuluh sebagai teknikal.

1,93 2,06 1,73 Sedang Sedang Sedang Jumlah Rata-Rata 5,72 1,90 Tinggi Sedang

Sumber :Data Primer setelah diolah,2015

Tabel 11 menunjukkan bahwasanya peran penyuluh sebagai fasilitator adalah 1,93 berada dalam kategori sedang, hal ini diperoleh dari 15 responden mengatakan bahwa masih kurangnya sarana dan prasarana yang diberikan

55 penyuluh kepada petani termasuk bahan penetralisir bakteri pada pembuatan pupuk organik cair, dan peran penyuluh sebagai pendidik adalah 2,06 berada dalam kategori tinggi, hal ini diperoleh dari 15 responden mengatakan bahwa penyuluh sudah mampu memberikan banyak pendidikan pada petani mulai budidaya sistem organik, pembuatan pupuk organik, dan penggunaan pupuk organik pada tanaman.

Untuk peran penyuluh sebagai teknikal adalah 1,73 dalam kategori rendah, hal ini diperoleh dari 15 responden mengatakan bahwa penyuluh masih kurang penerapan praktek atau tehnik pembuatan pupuk organik cair yang perlu diberikan pada petani. Olehnya itu, kedepannya penyuluh harus lebih meningkatkan peran sebagai fasilitator, pendidik, dan teknikal.

5.2.Motivasi Petani Dalam Pembuatan Pupuk Organik Cair

Teori dari Vroom (2004) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang diyakini tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat diinginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga unsur yang paling penting dan mendukung yaitu sebagai berikut 1. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas.

2. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas.

3. Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan positif, netral, atau negative dalam melaksanakan tugas.

56 Untuk hasil identifikasi Motivasi Petani Dalam Aspek Pengetahuan Terhadap Pembuatan Pupuk Organik Cair. Yang diperoleh adalah 2,10 berada dalam kategori tinggi, hal ini diperoleh dari 15 responden memiliki motivasi terhadap aspek lingkungan akan tetapi masalah pada pendidikan dan keterampilan lebih ditingkatkan kedepannya. Olehnya itu, upaya yang harus ditingkatkan yang akan datang petani senantiasa belajar dari penyuluh. Purwanto S.K (2004).

5.4.Pembuatan Pupuk Organik Cair Yang Dilakukan Petani Dilapangan

Pupuk organik cair adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).

Pupuk organik cair adalah hasil dari perpaduan bahan limbah pertanian dan peternakan yang diolah dengan proses yang tidak lama, dan tidak menggunakan banyak bahan atau peralatan dalam melakukan pembuatan pupuk organik cair. Serta proses pembuatannya sangat sederhana karena masih cukup tradisional dan mudah dalam melaksanakannya.

Untuk hasil Identifikasi Pembuatan Pupuk Organik Cair. Yang diperoleh adalah 1,95 berada dalam kategori Sedang hal ini diperoleh dari 15 responden mengatakan bahwa sebagian sudah mampu melakukan pembuatan pupuk organik

57 cair karena dipengaruhi faktor pendukung berupa pelatihan dan bimbingan pendidikan pertanian seperti mengikuti agenda penyuluhan pertanian ataupun melakukan studi banding keluar daerah agar pendidikan dan pengetahuannya meningkat. Purwanto S.K (2004).

Gambar 3 : Skema Pembuatan Pupuk Organik Cair Yang Dilakukan Petani Di Desa Lompo Tengah Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.

Cara pembuatan Siapkan tempat praktek pembuatan pupuk organik cair adalah antara lain : Siapkan ember untuk campuran bahan pembuatan pupuk organik cair, Siapkan air kencing sapi sebanyak 20 liter, Siapkan air sebanyak 10

Penyediaan Alat Dan Bahan Untuk Pembuatan Pupuk Organik Cair Alat  Penumbuk  Pengaduk  Penyaring  Pisau  Kain  Botol  Ember Bahan  EM4  Daun pepaya

 Bio urine sapi

 Air

 Air gula tebu

Proses pembuatan pupuk organik cair

 Proses penumbukan daun pepaya

 Proses pemerasan daun pepaya

 Proses penyediaan bio urine sapi

 Proses pencampuran bahan lainnya yakni daun pepaya, air, air gula tebu, dan bakteri EM4.

 Proses pengadukan

58 liter, kemudian campurkanlah dengan air kencing sapi, Siapkan daun pepaya sebanyak 10 helai, dan kemudian tumbuklah daun pepaya tersebut hingga halus, Setelah penumbukan daun pepaya sudah selesai maka campurkan sedikit air, kemudian peraslah daun pepaya tersebut, hasil perasan daun pepaya tersebut terlebih dahulu disaring, kemudian masukkan kedalam campuran bahan pupuk organik cair lainnya, Kemudian campurkanlah 2 gelas air gula tebu kedalam campuran bahan pupuk organik, Setelah itu campurkan EM4 sebanyak 10 gelas dalam tempat pembuatan pupuk organik cair.

Dari uraian diatas dapat diketahui pembuatan pupuk organik cair yang tergolong sederhana.Serta penggunaan alat maupun bahan yang masih tradisional tanpa menggunakan alat teknologi mesin dalam mengolahnya. Kemudian saat bahan sudah tercampur semua maka aduklah sampai merata dan setelah itu tutuplah ember yang berisi campuran tersebut dengan dilapisi kain dan ditutup secara rapat-rapat serta fermentasi selama beberapa hari sampai siap diaplikasikan pada tanaman.

Pupuk organik cair adalah pupuk organik yang diproduksi dengan menggunakan peralatan yang modern. Beberapa manfaat pupuk organik buatan, yaitu dengan Meningkatkan kandungan unsur hara pada tanaman, Meningkatkan produktivitas tanaman, Merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun, Menggemburkan dan menyuburkan tanah.

Dokumen terkait