• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil-hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan harus memiliki penanganan pasca panen yang baik. Penanganan yang dilakukan diusahakan memperhatikan tingkat standarisasi mutu yang diizinkan. Penanganan yang tidak baik akan berdampak pada kualitas bahan yang buruk, harga jual yang rendah, serta dapat menimbulkan kerugian bagi para produsen hasil-hasil pertanian tersebut.

Untuk menghasilkan produk olahan diperlukan teknik dalam mengolahnya. Beberapa teknik pengolahan yang sering dilakukan adalah menghilangkan lapisan luar yang tidak diinginkan (pencucian). Hal ini sesuai dengan literatur Anonimous (2010) yang mengatakan untuk menghasilkan produk olahan diperlukan ilmu, keahlian dan keterampilan tersendiri. Teknik dalam mengolahnya juga berbeda beda. Beberapa teknik pengolahan pangan yang sering dilakukan adalah menghilangkan lapisan luar yang tidak diinginkan (pencucian). Bahan pertanian yang sering dicuci atau menghilangkan lapisan luar nya adalah kakao.

Menurut Spillane (1995) yang mengatakan dalam diagram proses pengolahan kakao, pengolahan kakao meliputi proses pencucian atau pelepasan lendir. Pelepasan lendir dapat dilakukan dengan menggunakan alat pencuci biji kakao.

Pada penelitian ini dilakukan pencucian biji kakao dengan menggunakan alat pencuci biji kakao yanag menggunakan tenaga manusia (manual). yakni menggunakan putaran lingkar sepeda yang dimodifikasi sebagai tenaga penggeraknya.

Proses Pencucian

Proses pencucian kakao ini terlebih dahulu dilakukan dengan mengupas kulitnya dan mengambil biji nya. Kemudian biji kakao yang masih berlendir dipsahkan tiap – tiap 5 kg, lalu difermentasi selama 2 hari. Tujuan fermentasi selama 2 hari ini bertujuan untuk mempermudah proses pencucian.

Biji kakao yang telah siap difermentasi dimasukkan ke dalam tabung penampung. Tabung penampung pada alat ini mempunyai kapasitas 15 kg. Pada seluruh sisi tabung penampung tersebut terdapa celah-celah yang agak tajam, yang berfungsi untuk mengoyak-ngoyak lapisan luar biji kakao tersebut. Sehingga ketika tabung penampung tersebut berputar, biji-biji kakao tersebut akan bertubrukan dengan sisi tabung penampung yang agak tajam tersebut. Sehingga lapisan luar biji kakao tersebut akan terkoyak dan kemudian lendirnya akan keluar. Tabung penampung ini terbuat dari stainless steel agar tidak mudah mengalami karatan (korosi). Tabung penampung ini mempunyai diameter 48 cm.

Pada penelitian ini, putaran pada tabung penampung dihasilkan oleh putaran pada lingkar sepeda yang berputar karena putaran pedal sepeda yang dikayuh oleh operator. Selanjutnya putaran tersebut dialirkan ke pulley dengan menggunakan v- belt. Pulley yang terhubung dengan sebuah poros akan memutar poros tersebut, kemudian poros tersebut akan ditempelkan sebuah gardang (gigi nanas) yang berfungsi memutar arah putaran sekaligus mengalirkan putaran ke poros yang berada tepat pada tabung penampung.

Pada penelitian ini, alat pencuci biji kakao mengeluarkan suara yang bising, hal ini disebabkan oleh suara yang dihasilkan gardang ( gigi nanas) yang saling bertubrukan pada saat alat bekerja.

Pada saat pencucian, lendir beserta air yang berasal dari biji kakao tersebut akan keluar melalui celah-celah yang berada pada sisi tabung penampung, yang kemudian air beserta lendir tersebut keluar melalui saluran pengeluaran. Setelah pencucian, tabung penampung tersebut dapat ditarik keluar untuk mengeluarkan biji kakao yang telah selesai dicuci.

Setelah kakao dicuci, ternyata berat kakao yang ditampung pada tabung penampung mengalami pengurangan berat. Dalam penelitian ini persentase berat rata-rata hasil pencucian adalah 94,5 %, tidak mencapai 100 % artinya berat kakao sebelum dicuci tidak sama dengan setelah dicuci. Artinya 5,5 % yang hilang itu adalah berat dari lendir dan air yang terbuang pada saat pencucian.

Tabel 1. Data Hasil Penelitian

I 5 3.01 4.7 0.15 3 99.66 II 5 3.06 4.75 0.2 4 98.03 III 5 3.11 4.73 0.217 4.34 96.46 Total 15 9.18 14.18 0.567 11.34 294.15 Rataan 5 3.06 4.726 0.189 3.78 98.05 Ulangan Berat Bahan(Kg) Bahan Tercuci Sempurna (Kg) Bahan Tidak Tercuci Sempurna (Kg)

Persentase Bahan Tidak Tercuci Sempurna (%) Kapasitas Efektif Alat (Kg/jam) Waktu (menit)

Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif suatu alat menunjukkan produktifitas alat selama pengoperasian tiap satuan waktu. Dalam hal ini kapasitas efektif alat diukur dari dengan mambagi banyaknya kakao yang dicuci pada alat pencuci biji kakao terhadap waktu yang dibutuhkan selama pengoperasian alat. Hasil pengujian pencucian yang telah dilakukan menggunakan alat pencuci biji kakao dengan putaran 325 rpm. Pengujian pencucian dilakukan sebanyak tiga kali, dan kakao setiap satu kali uji seberat 5 kg. Hasil pengujian menunjukkan, waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mencuci biji kakao seberat 5 kg adalah 3 menit 4 detik. Dari hasil tersebut dapat di tentukan kapasitas efektif rata-rata alat pencuci biji kakao ini adalah 98,03 kg/jam. Persentase Bahan yang Tidak Tercuci Sempurna

Persentase bahan yang tidak tercuci sempurna diperoleh dengan membandingkan antara bahan yang tidak tercuci sempurna dengan berat masukan awal kakao yang dinyatakan dalam persen. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa persentase rata-rata bahan yang tidak tercuci sempurna adalah sebesar 3,78 %.

Adapun kakao yang tidak tercuci sempurna disebabkan oleh melekatnya biji tersebut pada pegangan tabung penampung dan yang terlempar keluar dari tabung penampung pada saat pencucian. Setelah diteliti dalam penelitian ini kriteria biji yang tercuci sempurna dan yang tidak tercuci sempurna ditampilkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Perbedaan Biji Tercuci Sempurna dan Tidak Tercuci Sempurna Biji yang tercuci sempurna Biji yang tidak tercuci sempurna - Warna kulit biji tampak jelas

- Jika diremas, tidak mengeluarkan air lagi

- Daging biji tidak ada lagi

- Warna kulit biji tidak tampak, biji masih berwarna keputih-putihan - Jika diremas, masih mengeluarkan air - ketebalan daging biji masih ada, 1-2 mm

Analisis Ekonomi Biaya Pemakaian Alat

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

Dari analisis biaya (Lampiran 1), diperoleh biaya pencucian kakao dengan alat ini sebesar Rp. 55,486/ kg, yang merupakan hasil perhitungan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap terhadap kapasitas alat pencuci kakao. Untuk biaya tetap sebesar Rp. 1. 017.600,00/tahun dan biaya tidak tetap sebesar Rp. 5.014,44/jam maka biaya pencucian dapat dihitung berdasarkan persamaan (2), sebagai berikut:

Biaya Pokok = BTT C x BT       + = Rp jam jam kg jam Rp / 0102 , 0 44 , 014 . 5 . 2392 1.017.600 .     + = Rp. 55,486/ kg

Berdasarkan nilai di atas dapat diketahui bahwa biaya pokok yang harus dikeluarkan untuk mencuci kakao dengan alat ini sebanyak 1 kg adalah sebesar Rp.55,486/kg. Dengan biaya pencucian sebesar Rp.55,486/kg dan kapasitas 98,03 kg/jam.

Break Event Point

Menurut Waldiyono (2008) analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan. Maka dari itulah penulis menghitung analisa titik impas dari alat ini untuk mengetahui seberapa lama waktu yang dibutuhkan alat ini agar mencapai titik impas.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan (Lampiran 3), alat ini akan mencapai nilai break event point pada nilai 65.919,543 Kg kg, hal ini berarti alat ini akan mencapai keadaan titik impas apabila telah mencuci kakao sebanyak 65.919,543 kg dalam 1 tahun.

Net Present Value (NPV)

Dalam manginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka net present value ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisa finansial. Dari

percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian maka dapat diketahui besarnya nilai NPV 16% dari alat ini adalah sebesar Rp. 8.850.657,43 dan NPV 20% sebesar Rp. 7.753.877,12 Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih besar atau sama dengan nol.

Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return berfungsi untuk melihat seberapa layak suatu usaha dapat dilaksanakan atau seberapa besar keuntungan investasi maksimum yang ingin dicapai. Berdasarkan hal tersebut maka hasil yang didapat dari penelitian ini adalah sebesar 48,276 % (Lampiran 5) artinya usaha pencucian kakao masih layak untuk dijalankan jika pengusaha melakukan peminjaman modal di bank pada suku bunga di bawah 48,276 %.

Dokumen terkait