• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Non-Linier Genotip

Hasil analisis genotip pada domba Blackbelly cross (BC) dan Komposit (K) dengan menggunakan kurva pertumbuhan non-linier model Gompertz dan Logistik dengan jumlah pengamatan sebanyak 665 ekor pada kelahiran tahun 1999-2005 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Genotip Parameter A, b dan k pada Domba Blackbelly Cross (BC) dan Komposit (K) dengan Menggunakan Kurva Pertumbuhan Non-Linier Model Gompertz dan Logistic.

Model Genotip N A ± s.e. b k Ti Wi Gompertz BC 153 25,316 ± 1,156 0,560 0,072 12,068 9,313 K 512 26,929 ± 0,626 0,606 0,070 14,329 9,906 Logistic BC 153 21,810 ± 0,601 3,957 0,146 15,313a 10,905 K 512 22,365 ± 0,330 4,483 0,107 18,185b 11,183 Keterangan: A = Bobot dewasa s.e. = Standard error

b = Parameter skala (nilai konstanta Integrasi) k = Rataan laju pertumbuhan sampai dewasa tubuh Ti = Titik infleksi/titik saat terjadi pubertas

Wi = Waktu infleksi

a dan b = Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada parameter

Genotip domba BC dan K kelahiran tahun 1999-2005 dengan menggunakan kurva pertumbuhan non-linier model Gompertz berturut-turut adalah GBC = 25.316*exp (-exp

(0.560-0.072t)) dan GK = 26.929*exp (-exp (0.606-0.070t)). Sedangkan dengan

menggunakan model Logistic adalah GBC = 21.810 / (1+3.957*exp (-0.146t)) dan GK =

22.365 / (1+4.483*exp (-0.107t)).

Rataan genotip BC maupun K pada kurva pertumbuhan non-linier model Gompertz memperlihatkan hasil yang lebih baik dari pada model Logistic. Pada model

Gompertz maupun Logistic bobot badan dewasa pada genotip BC lebih rendah dibandingkan dengan K. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Suparyanto (1999) dimana didapati domba BC memiliki bobot dewasa pada model Gompertz dan Logistic masing-masing sebesar 28,760 kg dan 28,693 kg. Sedangkan domba K memiliki bobot dewasa pada model Gompertz dan Logistic masing-masing sebesar 29.235 kg dan 29,018 kg. Walaupun demikian genotip domba BC dan K pada kedua model kurva pertumbuhan non-linier ini menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Ini berarti bahwa bobot dewasa berdasarkan genotipnya secara umum dari tahun 1999-2005 pada genotip BC dan K adalah sama.

Nilai standard error dari genotip BC maupun K pada parameter A (bobot dewasa), model Logistic lebih kecil dari pada model Gompertz yaitu dibawah satu untuk model Logistic dan lebih dari satu untuk Gompertz. Apabila penilaian model yang didasari atas rendahnya nilai ini maka model Logistic memperlihatkan hasil yang lebih baik. Hasil penelitian Suparyanto (1999) terhadap domba genotip St. Croix juga mendapati hal yang sama, yaitu memperlihatkan model Logistic yang terbaik dari pada gompertz untuk nilai

standard error yang terkecil.

Rataan bobot pada saat Ti (pubertas) domba BC dan K pada model Gompertz berturut-turut adalah 12,07 kg diumur 9,313 minggu atau 2,3 bulan dan 14,33 kg diumur 9,906 minggu atau 2,5 bulan. Pubertas pada kurva pertumbuhan non linier model Gompertz berdasarkan hasil analisis tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, sebaliknya pada model Logistik menunjukkan perbedaan yang nyata. Rataan pubertas domba BC dan K dengan model Logistik dicapai pada bobot badan masing-masing adalah 15,31 kg diumur 10,91 minggu atau 2,7 bulan kg dan 18,29 kg diumur 11,18 minggu atau 2,8 bulan. Bobot pubertas pada model Logistic ini lebih tinggi namun lebih cepat mengalami waktu pubertas dari yang dilaporkan oleh Suparyanto (1999) dimana pada model Logistic domba BC mendapati bobot pubertas 10,94 kg diumur 4 bulan dan domba K 10,93 kg diumur 4,5 bulan, sedangkan pada domba Sumatera dengan

menggunakan model Gompertz dan Logistic masing-masing dicapai pada bobot 8,15 kg diumur 3 bulan dan 8,475 kg diumur 3,5 bulan.

Jenis Kelamin

Hasil analisis jenis kelamin pada domba Blackbelly cross (BC) dan Komposit (K) dengan menggunakan kurva pertumbuhan non-linier pada model Gompertz dan Logistik dengan jumlah pengamatan sebanyak 665 ekor pada kelahiran tahun 1999-2005 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Jenis kelamin Parameter A, b dan k pada Domba Blackbelly Cross (BC) dan Komposit (K) dengan Menggunakan Kurva Pertumbuhan Non-Linier Model Gompertz dan Logistic.

Model Jenis Kelamin N *A ± s.e. b k Ti Wi Gompertz Jantan 310 28,529 ± 0,965 0,619 0,069 14,472 10,495 Betina 355 24,836 ± 0,872 0,576 0,072 13,231 9,137 Logistic Jantan 310 24,038 ± 0,508 4,544 0,130 18,288 12,019 Betina 355 20, 664 ± 0,459 4,202 0,104 16,857 10,332 * = P < 0,05

Jenis kelamin domba BC dan K kelahiran tahun 1999-2005 dengan menggunakan kurva pertumbuhan non-linier model Gompertz berturut-turut adalah JKB = 24.836*exp (-

exp (0.576-0.072t)) dan JKJ = 28.529*exp (-exp (0.619-0.069t)). Sedangkan dengan

menggunakan model Logistic adalah GB = 20.664 / (1+4.202*exp (-0.104t)) dan GJ =

24.038 / (1+4.544*exp (-0.130t)).

Rataan jenis kelamin pada kurva pertumbuhan non-linier model Gompertz memperlihatkan hasil yang lebih baik dari pada model Logistic. Pada model Gompertz maupun Logistic jenis kelamin jantan berbeda nyata lebih tinggi dari pada betina. Hasil ini sejalan namun memiliki rataan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian terhadap produktifitas domba Komposit Sumatera dan Barbados Cross pada kondisi lapang, dimana didapati bobot badan dewasa jantan lebih tinggi yaitu 29 kg dan 25,5 kg untuk betina. Sedangkan bobot badan dewasa Barbados Cross jantan sebesar 39 kg dan 27 kg untuk betinanya (Setiadi dan Subandriyo 2007). Pada kambing Kacang didapati bobot badan betina dewasa adalah 26,88±3,99 sedangkan pada kambing Samosir

jantan dan betina dewasa berturut-turut adalah 26,23±5,27 dan 20,13± 4,47 (Fera et al.

2004).

Rataan bobot pubertas pada domba jantan lebih tinggi dari pada betina dimana pada model Logistic memperlihatkan hasil yang lebih baik dari model Gompertz. Rataan bobot pubertas pada model Gopertz yaitu 14,47 kg untuk jantan diumur 10,50 minggu atau 2,6 bulan dan 13,23 kg diumur 9,14 minggu atau 2,3 bulan untuk betina sedangkan pada model Logistic yaitu 18,29 kg diumur 12,02 minggu atau 3 bulan untuk jantan dan 16,86 kg diumur 10,33 minggu atau 2,6 bulan untuk betina. Walaupun demikian berdasarkan hasil analisis baik pada model Gompertz maupun Logistic menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Hal ini berarti bahwa bobot badan pada saat pubertas secara umum dari tahun 1999-2005 pada genotip BC dan K adalah sama.

Tipe Kelahiran

Hasil analisis tipe kelahiran pada domba Blackbelly cross (BC) dan Komposit (K) dengan menggunakan kurva pertumbuhan non-linier pada model Gompertz dan Logistic dengan jumlah pengamatan sebanyak 665 ekor pada kelahiran tahun 1999-2005 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Tipe Kelahiran Parameter A, b dan k pada Domba Blackbelly Cross (BC) dan Komposit (K) dengan Menggunakan Kurva Pertumbuhan Non-Linier Model Gompertz dan Logistic.

Model Tipe Kelahiran N A ± s.e. b k Ti* Wi Gompertz Tunggal 295 27,199 ± 0,998 0,537 0,072 11,873 10,006 Kembar 370 26,047 ± 0,877 0,643 0,069 15,353 9,582 Logistic Tunggal 295 23,498 ± 0,525 3,862 0,073 15,904 11,749 Kembar 370 21,232 ± 0,462 4,760 0,068 18,815 10,616 * = P < 0,05

= 27.199*exp (-exp (0.537-0.072t)) dan TKKG = 26.047*exp (-exp (0.643-0.069t)).

Sedangkan dengan menggunakan model Logistic adalah TKTL = 23.498 / (1+3.862*exp

(-0.073t)) dan TKKL = 21.232 / (1+4.760*exp (-0.068t)).

Rataan tipe kelahiran pada kurva pertumbuhan non-linier model Gompertz memperlihatkan hasil yang lebih baik dari pada model Logistic dengan tipe kelahiran tunggal memiliki bobot dewasa yang lebih tinggi dari pada kelahiran kembar. Tipe kelahiran tunggal pada model Gompertz yaitu sebesar 27,20 kg dan 26,05 kg untuk kelahiran kembar sedangkan pada model Logistic tipe kelahiran tunggal sebesar 23,50 kg dan 21,23 kg untuk kelahiran kembar. Pada domba K hasil ini lebih rendah dari yang pernah dilaporkan oleh Subandriyo et al. (1998) dimana bobot badan induk saat beranak tunggal sebesar 29,68±3.50 kg, dan 29,43±3,61 kg untuk induk dengan anak kembar dua serta 28,47±3,22 kg untuk induk dengan anak kembar tiga. Berdasarkan Tabel 3, bobot dewasa domba BC maupun K menurun seiring dengan meningkatnya tipe kelahiran. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Darmana (2000) dimana tipe kelahiran tunggal memiliki rataan bobot dewasa yang lebih tinggi dari kelahiran kembar. Sedangkan pada domba St. Croix, tipe kelahiran tunggal dan kembar dua pada domba jantan St. Croix umur 365 hari berturut-turut yaitu 25,32 ± 4,40 dan 22,68 ± 1,02. Bobot badan yang dicapai anak domba jantan St. Croix menurun seiring dengan meningkatnya tipe kelahiran (Asmarasari 2006). Walaupun demikian baik pada model Gompertz maupun Logistic pada tipe kelahiran menunjukkan hasil analisa yang tidak berbeda nyata. Ini berarti bahwa berdasarkan genotipnya tipe kelahiran secara umum dari tahun 1999-2005 pada genotip BC dan K adalah sama.

Rataan bobot pubertas pada kurva pertumbuhan non linier baik pada model Gompertz maupun Logistic berdasarkan hasil analisis menunjukkan perbedaan yang nyata. Dimana rataan pubertas pada model Logistic memperlihatkan angka yang lebih tinggi dari pada model Gompertz. Rataan bobot pubertas pada tipe kelahiran tunggal lebih rendah dari pada kelahiran kembar, yaitu pada model Gopertz 11,87 kg diumur 10,01 minggu atau 2,5 bulan untuk kelahiran tunggal dan 15,35 kg diumur 9,58 minggu

atau 2,4 bulan untuk kelahiran kembar sedangkan pada model Logistic 15,90 kg diumur 11,75 minggu atau 2,9 bulan untuk kelahiran tunggal dan 18,81 kg diumur 10,62 atau 2,7 bulan untuk kelahiran kembar. Hal ini dapat disebabkan karena pada kelahiran kembar, induk harus benar-benar mempersiapkan tubuhnya untuk fetus yang lebih dari satu sehingga dapat seimbang antara kebuntingan dengan bobot badan induk ketika kebuntingan terjadi. Nafiu (2003) memaparkan bahwa semakin bertambah dewasa induk semakin bertambah bobot badannya yang diikuti dengan kematangan fungsi dan mekanisme hormonal pada organ tubuh dan organ reproduksi, sehingga meningkatkan daya tampung uterus dan memungkinan perkembangan fetus secara maksimal.

Umur Beranak

Hasil analisis umur beranak pada domba Blackbelly cross (BC) dan Komposit (K) dengan menggunakan kurva pertumbuhan non-linier pada model Gompertz dan Logistik dengan jumlah pengamatan sebanyak 665 ekor pada kelahiran tahun 1999-2005 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Umur Beranak Parameter A, b dan k pada Domba Blackbelly Cross (BC) dan Komposit (K) dengan Menggunakan Kurva Pertumbuhan Non-Linier Model

Gompertz dan Logistic.

Model Umur Beranak (Tahun) N *A ± s.e. b k Ti* Wi Gompertz 1-2 153 24,521 ± 1,139 0,542 0,078 11,263 9,021 3 128 29,383 ± 1,263 0,627 0,063 16,094 10,808 4 118 28,967 ± 1,346 0,600 0,057 15,549 10,657 5 266 25,302 ± 0,944 0,610 0,075 13,402 9,308 Logistic 1-2 153 21,397 ± 0,600 3,841 0,152 15,304 10,699 3 128 23,889 ± 0,665 4,525 0,116 18,554 11,945 4 118 23,969 ± 0,709 4,637 0,088 20,263 11,985 5 266 21,157 ± 0,497 4,211 0,107 17,090 10,579

Umur beranak domba BC dan K kelahiran tahun 1999-2005 dengan menggunakan kurva pertumbuhan non-linier model Gompertz berturut-turut adalah UBG1-2 =

24.521*exp (-exp (0.542-0.078t)), UBG3 = 29.383*exp (-exp (0.627-0.063t)), UBG4 =

28.967*exp (-exp (0.600-0.057t)) dan UBG5 = 25.302*exp (-exp (0.610-0.075t)) .

Sedangkan dengan menggunakan model Logistic adalah UBL1-2 = 21.397 / (1+3.841*exp

(-0.152t)), UBL3 = 23.889 / (1+4.525 *exp (-0.116t)), UBL4 = 23.969 / (1+4.637 *exp (-

0.088t)) dan UBL5 = 21.157/ (1+4.211 *exp (-0.107t)).

Rataan umur beranak pada kurva pertumbuhan non-linier model Gompertz memperlihatkan hasil yang lebih baik dari pada model Logistic. Dimana rataan semakin meningkat pada umur beranak setelah dua tahun dan menurun kembali ketika induk umur beranak ke lima tahun. Hal ini sejalan dengan yang dilaporkan oleh Suparyanto (1999) dimana bobot dewasa (asimtot) dini pada domba komposit dengan menggunakan model Gompertz maupun Logistic yaitu pada umur 2-3 tahun dan mencapai bobot asimtot yang konstan setelah mencapai umur 4-5 tahun. Begitu juga dengan hasil yang didapat oleh Nafiu (2003) pada domba Priangan dan persilangannya dimana bobot sapih meningkat sejalan dengan meningkatnya paritas induk hingga paritas empat, dan kemudian menurun untuk paritas selanjutnya. Jika dihubungkan antara umur induk saat beranak dengan bobot lahir pada anak, maka Black (1983) menjelaskan bahwa umur induk mempengaruhi bobot lahir pada anak, induk domba muda menghasilkan bobot lahir anak yang lebih ringan dibandingkan dengan induk yang lebih tua. Domba dara juga akan menghasilkan bobot lahir anak yang lebih rendah jika dibandingkan pada induk yang telah melahirkan beberapa kali.

Rataan bobot pubertas pada kurva pertumbuhan non linier baik pada model Gompertz maupun Logistic berdasarkan hasil analisis menunjukkan perbedaan yang nyata. Dimana rataan pubertas pada model Logistic memperlihatka angka yang lebih tinggi dari pada model Gompertz. Rataan bobot pubertas domba BC maupun K pada model Gompertz berada pada kisaran 11,26-16,09 kg diumur 9,02-10,81 minggu atau 2,2-2,7 bulan sedangkan model Logistic berada pada kisaran 15,30-20,26 kg diumur 10,58-11,99 minggu atau 2,7-3,1 bulan. Walaupun pubertas dicapai lebih dini, berdasarkan laporan Gatenby et al. (1997) domba betina yang dikawinkan pertama kali pada umur 10 bulan akan menghasilkan anak yang nyata lebih rendah bila dibandingkan dengan yang dikawinkan pertama kali pada umur 13 bulan.

Tabel 4 pada pubertas memperlihatkan bahwa kelahiran pada tahun ketiga dan keempat mengalami peningkatan, hal ini dapat disebabkan telah telah optimalnya pertumbuhan domba pada alat reproduksi dalam kata lain ternak telah mencapai dewasa kelamin maupun dewasa tubuh. Suparyanto (1999) menyatakan bahwapola pertumbuhan optimal rata-rata dicapai setelah ternak berumur 1,5 tahun dan pertumbuhan dianggap nol bila umur ternak telah mencapai umur lima tahun. Farid dan Fahmy (1996) memaparkan bahwa semakin dewasanya induk maka akan bertambah sempurnanya mekanisme hormonal organ reproduksi. Selain itu juga Doloksaribu (2005) memaparkan bahwa tingginya daya hidup anak pada paritas kedua dan ketiga dapat disebabkan karena semakin tingginya naluri keindukan yang dimiliki beranak beberapa kali. Naluri keindukan ini sangat berhubungan dengan tingkat kedewasaan tubuh induk.

Jenis Kelamin Antar Genotip

Hasil analisis jenis kelamin antar genotip pada domba Blackbelly cross (BC) dan Komposit (K) dengan menggunakan kurva pertumbuhan non-linier pada model Gompertz dan Logistik dengan jumlah pengamatan sebanyak 665 ekor pada kelahiran tahun 1999- 2005 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Jenis Kelamin Parameter A, b dan k pada Domba Blackbelly Cross (BC) dan Komposit (K) dengan Menggunakan Kurva Pertumbuhan Non-Linier Model

Gompertz dan Logistic.

Model Genotip Jenis Kelamin N *A ± s.e. b k Ti* Wi Gompertz BC Jantan 67 30,413 ± 1,695 0,654 0,068 16,406 11,188 Betina 86 21,346 ± 1,506 0,486 0,075 8,688 7,853 K Jantan 243 28,010 ± 0,890 0,609 0,069 13,938 10,304 Betina 269 25,952 ± 0,855 0,604 0,070 14,683 9,547 Logistic BC Jantan 67 24,900 ± 0,892a 4,624 0,193 18,558 12,450 Betina 86 19,403 ± 0,793b 3,438 0,109 12,786 9,702 K Jantan 243 23,801 ± 0,468a 4,523 0,112 18,214 11,901 Betina 269 21,068 ± 0,450b 4,447 0,102 18,158 10,534

Jenis kelamin domba BC dan M kelahiran tahun 1999-2005 dengan menggunakan kurva pertumbuhan non-linier model Gompertz berturut-turut adalah BCJ = 30,413*exp

(-exp (0,654-0,068t)), BCB = 21,346*exp (-exp (0,486-0,075t)), dan KJ = 28,010*exp (-

exp (0,609-0,069t)), KB = 25,952*exp (-exp (0,604-0,070t)). Sedangkan dengan

menggunakan model Logistic adalah BCJ = 24,900 / (1+4,624*exp (-0,193t)), BCB =

19,403 / (1+3,438*exp (-0,109t)) dan KJ = 23,801 / (1+4,523 *exp (-0,112t)), KB =

21,068 / (1+4,447 *exp (-0,102t)).

Rataan jenis kelamin antar genotip jantan BC pada kurva pertumbuhan non-linier model Gompertz memperlihatkan hasil yang lebih baik dari pada model Logistic sedangkan betina adalah sebaliknya. Secara umum dapat dilihat bahwa model Gompertz memperlihatkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan model Logistic.

Domba jantan BC tampil lebih unggul dari pada K, hal ini memperlihatkan bahwa potensi genotip Barbados Blackbelly memberikan sumbangan yang lebih baik dibandingkan domba lokal pada anak jantan domba hasil persilangannya (Barbados x Sumatera). Hal ini sejalan dengan hasil yang dilaporkan oleh Setiadi dan Subandriyo (2007) bahwa domba jantan BC lebih unggul dari pada domba K pada kondisi lapang dengan nilai berturut-turut 39,0 dan 29,0 kg. Tetapi sebaliknya diperlihatkan pada domba betina, dimana genotip K lebih tinggi dari pada BC. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan Subandriyo et al. (2000) dimana didapati bahwa bobot domba betina dewasa genotip K memperlihatkan hasil yang lebih tinggi dari BC pada kondisi stasiun percobaan Balitnak dengan nilai berturut-turut 30,2±4,87 dan 29,3±4,02 kg.

Rataan bobot pubertas pada kurva pertumbuhan non linier baik pada model Gompertz maupun Logistic berdasarkan hasil analisis menunjukkan perbedaan yang nyata. Rataan pubertas pada jantan lebih tinggi dari pada betina. Dimana pada model Logistic memperlihatkan hasil yang lebih baik dari pada model Gompertz. Pada model Gompert domba BC jantan dan betina masing-masing sebesar 16,41 kg diumur 11,19 minggu atau 2,8 bulan dan 8,69 kg diumur 7,85 minggu atau 2 bulan serta domba K jantan dan betina masing-masing sebesar 13,94 kg diumur 10,30 minggu atau 2,6 bulan

dan 14,68 kg diumur 9,55 minggu atau 2,4 bulan. Sedangkan pada model Logistic domba BC jantan dan betina berada pada kisaran masing-masing sebesar 18,56 kg diumur 12,45 minggu atau 3,1 bulan dan 12,79 kg dimur 9,70 minggu atau 2,4 bulan serta domba K jantan dan betina berada pada kisaran masing-masing sebesar 18,21 kg diumur 11,90 minggu atau 3 bulan dan 18,16 kg diumur 10,53 minggu atau 2,6 bulan. Hasil pada model Logistic ini lebih dini dan tinggi dari bobot pubertas yang pernah dilaporkan oleh Subandriyo et al. (2000) dimana domba K jantan mengalami pubertas pada umur 205,7 hari dengan bobot hidup 17,39 kg pada kondisi lapang.

Tipe Kelahiran Antar Genotip

Hasil analisis tipe kelahiran antar genotip pada domba Blackbelly Cross (BC) dan Komposit (K) dengan menggunakan kurva pertumbuhan non-linier pada model Gompertz dan Logistik dengan jumlah pengamatan sebanyak 665 ekor pada kelahiran tahun 1999- 2005 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Tipe Kelahiran Parameter A, b dan k pada Domba Blackbelly Cross (BC) dan Komposit (K) dengan Menggunakan Kurva Pertumbuhan Non-Linier Model Gompertz dan Logistic.

Model Genotip Tipe Kelahiran N A ± s.e. b k Ti Wi Gompertz BC Tunggal 62 23,994 ± 1,766 0,475 0,085 8,776 8,827 Kembar 91 26,217 ± 1,479 0,617 0,064 14,976 9,645 K Tunggal 233 28,053 ± 0,903 0,553 0,070 12,957 10,320 Kembar 279 25,991 ± 0,867 0,651 0,069 15,476 9,562 Logistic BC Tunggal 62 21,995 ± 0,929 3,443 0,120 11,619 10,998 Kembar 91 21,684 ± 0,779 4,308 0,163 17,831 10,842 K Tunggal 233 23,898 ± 0,475 4,974 0,100 17,045 11,949 Kembar 279 21,801 ± 0,451 4,907 0,112 19,137 10,542

Tipe kelahiran domba BC dan K kelahiran tahun 1999-2005 dengan menggunakan kurva pertumbuhan non-linier model Gompertz berturut-turut adalah BCT

= 23,994*exp (-exp (0,475-0,085t)), BCK = 26,217*exp (-exp (0,617-0,064t)), dan KT =

28,053*exp (-exp (0,553-0,070t)), KK = 25,991*exp (-exp (0,651-0,069t)). Sedangkan

dengan menggunakan model Logistic adalah BCT = 21,995 / (1+3,443*exp (-0,120t)),

BCK = 21,684 / (1+4,308*exp (-0,163t)) dan KT = 23,898 / (1+4,974*exp (-0,100t)), KK

= 21,801/ (1+4,907*exp (-0,112t)).

Rataan tipe kelahiran antar genotip pada kurva pertumbuhan non-linier model Gompertz memperlihatkan hasil yang lebih baik dari pada model Logistic. Genotip K memperlihatkan bobot yang lebih tinggi dari genotip BC. Tipe kelahiran tunggal pada genotip K lebih baik dari pada tipe kelahiran kembar, sedangkan genotip BC pada model Gompertz tipe kelahiran kembar lebih tinggi dari kelahiran tunggal tetapi pada model Logistik menunjukkan sebaliknya. Darmana (2000) melaporkan bahwa domba K menghasilkan persentase kelahiran kembar lebih tinggi dari pada kelahiran tunggal yaitu 45,23% pada kelahiran tunggal, 45,23% pada kelahiran kembar dua dan 9,52% pada kelahiran kembar lebih dari dua. Sedangkan pada domba BC persentase kelahiran tunggal lebih tinggi dari pada kelahiran kembar yaitu masing-masing sebesar 64,30% dan 35,70%. Walaupun demikian baik pada model Gompertz maupun Logistic untuk tipe kelahiran antar genotip menunjukkan hasil analisa yang tidak berbeda nyata. Ini berarti bahwa berdasarkan genotipnya tipe kelahiran secara umum dari tahun 1999-2005 pada genotip BC dan K adalah sama.

Rataan bobot pubertas pada model Logistic memperlihatkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan model Gompertz. Secara keseluruhan rataan pubertas pada domba K memperlihatkan keunggulan dari pada domba BC. Dimana rataan pubertas pada domba K baik pada kelahiran tunggal maupun kembar berada pada kisaran 12,96-19,14 kg sedangkan domba BC dengan kisaran 8,78-15,48 kg. Rataan bobot pubertas pada kurva pertumbuhan non linier baik pada model Gompertz maupun Logistic berdasarkan hasil analisis menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini berarti bahwa bobot

pubertas baik untuk tipe kelahiran tunggal maupun kembar pada domba BC maupun K adalah sama.

Pendugaan Heritabilitas dan Nilai Pemuliaan Heritabilitas

Heritabilitas hanya dapat dipakai dalam melaksanakan seleksi, atau menerangkan keragaman yang terdapat dalam suatu sifat tertentu dalam populasi. Heritabilitas yang kecil tidak berarti bahwa sifat tersebut kurang dipengaruhi aksi gen (Martojo 1997).

Pendugaan heritabilitas pada domba Komposit Sumatera kelahiran tahun 1999 – 2005 dengan pejantan sebanyak 311 ekor dan menggunakan model Gompertz, dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah ini.

Tabel 7. Heritabilitas Pejantan domba Komposit kelahiran tahun 1999-2005 menggunakan model Gompertz dengan berbagai parameter.

Keterangan:

AG = Bobot dewasa Gompertz BG = Konstanta integral Gopertz KG = Laju pertumbuhan Gompertz TIG = Titik infleksi Gompertz WIG = Waktu Infleksi Gompertz BL = Bobot lahir

BS = Bobot sapih BSS = Bobot setelah sapih

Berdasarkan hasil analisis pendugaan heritabilitas parameter AG, KG, dan WIG Parameter h2 ± s.e AG 0,28 ± 1.92 BG 0,14 ± 0,01 KG 0,30 ± 0,00 TIG 0,19 ± 1,23 WIG 0,28 ± 0,71 BL 0,05 ± 0,03 BS 0,12 ± 0,25 BSS 0,00 ± 0,24

0,05, 0,12 dan 0,0 teramasuk dalam kategori rendah. Noor (2008) menyatakan bahwa nilai heritabilitas suatu sifat rendah jika berada pada kisaran 0-0,20, kategori sedang pada kisaran 0,2-0,4 dan tinggi untuk nilai lebih dari 0,4. Jika nilai heritabilitas rendah maka seleksi fenotipik menjadi kurang efektif sehingga seleksi dilakukan dengan cara memanfaatkan informasi kerabat.

Heritabilitas bobot lahir pada penelitian ini lebih rendah dari yang dilaporkan oleh Inounu (2007) terhadap domba Garut, dimana heritabilitas bobot lahir berkisar 0,34 – 0,60. Sedangkan bobot sapih pada penelitian ini masih sejalan dengan yang dilaporkan oleh Inounu (2007) yaitu dimana heritabilitas bobot sapih pada domba Garut berada pada kisaran 0,04 – 0,74. Sedangkan heritabilitas bobot setelah sapih berdasarkan Tabel 7, memperlihatkan angka 0. hal ini berarti bahwa bobot anak domba setelah sapih lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan, seperti asupan pakan pada domba. Warwick et al.

(1990) menyatakan bahwa suatu sifat dengan heritabilitas nol yaitu sifat dimana semua keragaman disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Sebaliknya heritabilitas dengan nilai satu akan menunjukkan suatu sifat kuantitatif dimana semua keragaman disebabkan oleh genetik.

Nilai Pemuliaan

Nilai pemuliaan seekor hewan dapat digunakan sebagai dasar seleksi, kemudian diperingkat menurut besar nilainya dan akhirnya seleksi dilakukan atas dasar peringkat nilai tersebut. Pejantan dengan nilai pemuliaan tinggi diatas rataaan populasi merupakan pejantan yang baik untuk dipilih dan digunakan sebagai pejantan unggul (Martojo 1997).

Nilai Pemuliaan Bobot Lahir

Pendugaan nilai pemuliaan bobot lahir dari yang tertinggi hingga yang terendah sebanyak 16 ekor pada domba genotip Blackbelly Cross (BC) dan Komposit (K) kelahiran tahun 1999 – 2005 dari total pejantan sebanyak 311 ekor dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah ini.

Tabel 8. Nilai Pemuliaan Bobot Lahir dari Tertinggi hingga Terendah pada domba genotip Blackbelly Cross (BC) dan Komposit (K) kelahiran tahun 1999 – 2005.

Genotip

BC K

Pejantan Nilai Pemuliaan Pejantan Nilai Pemuliaan

10029 2,625 20227 2,575 10134 2,625 90184 2,565 40113 2,575 40072 2,565 00079 2,545 10133 2,565 10040 2,545 40083 2,565 10055 2,545 00144 2,555 50010 2,545 90148 2,550 50001 2,540 90110 2,550 00136 2,530 20111 2,550 50031 2,525 20120 2,550 10077 2,525 20178 2,550 90160 2,525 90042 2,545 00130 2,525 90061 2,545 10063 2,525 90077 2,545 20231 2,525 90186 2,545 30009 2,525 00007 2,545

Berdasarkan hasil analisis nilai pemuliaan bobot lahir pada genotip BC berada pada kisaran +0,125 hingga +0,025. Dari kesemua pejantan, nilai pemuliaan tertinggi terdapat pada domba genotip BC, namun hanya dimiliki oleh beberapa pejantan saja yaitu pejantan 10029, 10134, dan 40113. Urutan keempat hingga ketujuh memiliki nilai yang setara dengan nilai terendah dari pejantan K, yaitu pejantan dengan nomor identitas 00079, 10040, 10055, dan 50010. Pejantan sisanya memiliki nilai pemuliaan yang lebih

berada diatas nilai rataan populasi yaitu 2,50. Sedangkan pada pejantan domba genotip K memiliki nilai pemuliaan pada kisaran +0,075 hingga +0,045 dari nilai rataan populasi.

Nilai Pemuliaan Bobot Sapih

Pendugaan nilai pemuliaan bobot sapih dari yang tertinggi hingga yang terendah sebanyak 16 ekor pada domba genotip Blackbelly Cross (BC) dan Komposit (K) kelahiran tahun 1999 – 2005 dari total pejantan sebanyak 311 ekor dapat dilihat pada Tabel 9 dibawah ini.

Tabel 9. Nilai Pemuliaan Bobot Sapih dari Tertinggi hingga Terendah pada domba genotip Blackbelly Cross (BC) dan Komposit (K) kelahiran tahun 1999 – 2005.

Genotip

BC K

Pejantan Nilai Pemuliaan Pejantan Nilai Pemuliaan

50001 12,764 90184 12,092 50008 12,092 20120 12,080 50031 12,044 90167 12,020 50010 11,828 10105 11,972 00103 11,780 50005 11,780 50100 11,732 00007 11,744 00079 11,660 40118 11,732 20122 11,660 00124 11,720 20108 11,648 50002 11,708 00086 11,612 50022 11,708 00130 11,612 30003 11,696 10134 11,612 00053 11,684 40068 11,612 10153 11,684 40067 11,588 90110 11,672 40104 11,588 90136 11,672 30191 11,564 90179 11,660

Berdasarkan hasil analisis nilai pemuliaan bobot sapih pada genotip BC berada pada kisaran +0,404 hingga +0,104. Dari kesemua pejantan, nilai pemuliaan tertinggi

terdapat pada domba genotip BC, namun hanya dimiliki oleh satu pejantan saja yaitu

Dokumen terkait