• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Fisik Bentonit

Bentonit asal Karangnunggal, Tasikmalaya memiliki berat jenis sekitar 2.17 - 2.91 g/cm3, dengan warna merah, hijau keabuan dan putih kekuningan (Gambar Lampiran 1). Karakteristik fisik bentonit asal Karangnunggal, Tasikmalaya ini tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik Fisik Bentonit asal Karangnunggal, Tasikmalaya (Sutiani, 2006)

Contoh Warna Berat

Jenis (g/cm3) Angka Pengembangan (Kali) Kadar Montmorillonit (%) Ch 1 10 YR 5/3 (Merah) 2.45 1.3 68.2 Ch 2 2.5 YR 4/4-5/4 (Merah kelabu) 2.38 1.6 97.5 Ch 3 2.5 YR 4/6 (Merah kecoklatan) 2.59 1.3 76.0 Kb 1 5 GY 6/1 (Hijau keabuan) 2.17 1.3 98.8 Pg 2.5 Y 8/2 (Putih kekuningan) 2.91 1.0 9.1

Parameter angka pengembangan berkaitan dengan jenis kation yang terdapat dalam ruang antarlapisan montmorillonit. Berdasarkan angka pengembangannya yang berkisar antara 1.0-1.6 kali, bentonit ini dapat dimasukkan ke dalam kelompok Ca-bentonit karena kemampuan pengembangannya yang relatif rendah. Pengembangan bentonit akan terjadi bila molekul-molekul air lebih mudah masuk ke dalam ruang antarlapisan karena kation dalam ruang antarlapisan tersebut memiliki energi hidrasi yang tinggi, bervalensi kecil dan radius ionnya besar.

Kadar montmorillonit dalam bentonit asal Karangnunggal, Tasikmalaya menunjukkan angka yang tinggi. Bentonit Ch 2 dan Kb 1 memiliki kadar montmorillonit sekitar 97-99%, sedangkan Ch 1 dan Ch 3 mempunyai kadar montmorillonit sekitar 68-76%. Kejanggalan terjadi pada contoh Pg yang memiliki kadar montmorillonit hanya sebesar 9.1%. Rendahnya kandungan montmorillonit ini menyebabkan angka pengembangan pada contoh Pg juga rendah (1.0). Hal ini diduga karena contoh Pg masih berupa bahan induk yang belum mengalami pelapukan sempurna. Dengan kadar montmorillonit yang rendah tersebut, contoh Pg tidak cocok disebut bentonit.

Sifat Struktural Bentonit Hasil Analisis XRD

Analisis XRD dilakukan pada contoh bentonit yang telah mengalami pemanasan pada suhu 550 °C selama 3 jam. Hasil analisis XRD yang dilakukan menunjukkan adanya kesamaan puncak difraksi tingkat pertama antara Ch 1, Ch 3 dan Pg, yaitu memiliki jarak basal 9.9-10.1 Å, serta Ch 2 dan Kb 1 yang memiliki jarak basal 12.4-13.1 Å. Puncak difraksi tingkat pertama yang menunjukkan jarak basal sebesar 12.0-13.0 Å menunjukkan mineral liat montmorillonit, dan puncak difraksi dengan jarak basal sebesar 9.9-10.0 Å juga menunjukkan mineral montmorillonit namun sudah mengalami pengerutan akibat dari pemanasan contoh pada 550 °C. Pada bentonit Ch 1 dan Ch 3 ditemukan juga puncak difraksi pada 7.1 Å yang menunjukkan adanya mineral kaolinit. Mineral lain yang terdapat pada contoh bentonit dalam jumlah sedikit adalah mika/illit (5.00 Å) dan feldspar (3.10-4.0 Å). Difraktogram selengkapnya disajikan dalam Gambar Lampiran 2-6.

Hasil Analisis TG/DTA

Hasil analisis TG/DTA bentonit asal Karangnunggal, Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel 3. Analisis dilakukan baik pada bentonit maupun fraksi liatnya (montmorillonit). Kurva TG/DTA menunjukkan bahwa pada Ch 1, puncak reaksi endotermik terjadi pada suhu 92.4 °C dan 519.3 °C, sedangkan puncak reaksi eksotermik terjadi pada suhu 964.0 °C. Pada Liat Ch 3, puncak reaksi endotermik terjadi pada suhu 103.6 °C dan 507.8 °C serta puncak eksotermik terjadi pada suhu 920.4 °C. Untuk bentonit Ch 3 sendiri, terjadi dua kali puncak endotermik yang tinggi pada suhu 103.7 °C dan 507.5 °C, hampir sama seperti pada bentonit Ch 1, tetapi tidak diikuti dengan reaksi eksotermik. Reaksi endotermik yang tinggi ini (500-600 °C) mengindikasikan adanya mineral lain selain montmorillonit, yaitu kaolinit.

Tabel 3. Hasil pembacaan kurva TG/DTA bentonit asal Karangnunggal, Tasikmalaya Contoh Kehilangan Bobot (%) dari Suhu 25 °C-1000 °C Suhu Puncak Endotermik (°C) Reaksi Suhu Puncak Eksotermik (°C) Reaksi Ch 1 Liat Ch 1 26.0 13.7 92.4 519.3 79.2 521.7 Dehidrasi Dehidroksilasi Dehidrasi Dehidroksilasi 964.0 949.4 Rekristalisasi Rekristalisasi Ch 2

Liat Ch 2 22.0 9.1 106.6 103.7 Dehidrasi Dehidrasi - - - - Ch 3 Liat Ch 3 20.6 11.7 103.7 507.5 103.6 507.8 Dehidrasi Dehidroksilasi Dehidrasi Dehidroksilasi - - 920.4 - - - Rekristalisasi - Kb 1

Liat Kb 1 23.9 8.0 97.5 80.3 Dehidrasi Dehidrasi - - - - Pg

Liat Pg 9.2 6.7 70.2 69.0 Dehidrasi Dehidrasi - - - -

Pada kurva TG/DTA bentonit yang lain terdapat hal yang berbeda, yaitu hanya ditemukannya satu kali puncak reaksi endotermik. Data tersebut

menunjukkan bahwa kandungan mineral liat yang cenderung lebih dominan adalah mineral liat montmorillonit. Kurva TG/DTA disajikan dalam Gambar Lampiran 7-11.

Reaksi endotermik yang terjadi pada suhu <100 °C sampai dengan 250 °C adalah reaksi akibat hilangnya molekul-molekul air yang diadsorpsi (dehidrasi), dan reaksi endotermik yang terjadi antara suhu 500-750 °C merupakan reaksi yang disebabkan oleh hilangnya gugus hidroksil (dehidroksilasi) pada lapisan tengah montmorillonit (oktahedral). Puncak eksotermik yang terjadi antara suhu 900-1000 °C diduga disebabkan oleh adanya pengkristalan kembali struktur montmorillonit yang telah rusak akibat perlakuan suhu (rekristalisasi).

Hasil Analisis FT-IR

Hasil analisis FT-IR (data selengkapnya disajikan pada Gambar Lampiran 12-16) menunjukkan kurva hubungan antara pita adsorbsi dengan absorban. Hasil dari pembacaan FT-IR disajikan sebagai berikut :

§ Bentonit Cihamirung 1 (Ch 1)

Pada pita adsorbsi 3700-3600 cm-1 terdapat pusat gugus OH dengan nilai absorban 0.76 dan pada pita adsorbsi 1100-600 cm-1 terdapat ikatan Si-O-Si yang berbentuk simetri dan asimetri dengan absorban 2.30. Bentuk kurva yang terjadi pada bentonit ini menunjukkan bahwa di dalam bentonit Ch 1 terdapat kandungan mineral liat kaolinit. Pada Liat Ch 1, kurva hasil tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hanya terdapat perbedaan intensitas absorbannya saja, yaitu untuk pita adsorbsi 3700-3600 cm-1

§ Bentonit Cihamirung 2 (Ch 2)

Pada kurva hasil analisis terlihat bahwa di dalam bentonit Ch 2, mineral liat montmorillonit lebih dominan. Hal ini ditunjukkan dengan puncak absorban senilai 0.44 pada pita adsorbsi 3700-3600 cm-1 terdapat pusat gugus OH, dan puncak absorban senilai 1.10 pada pita adsorbsi 1100-600 cm-1 terdapat ikatan Si-O-Si simetri dan asimetri. Seperti halnya bentonit Ch 1, kurva Liat bentonit Ch 2 tidak berbeda jauh dengan kurva Ch 2, hanya saja terjadi perbedaan intensitas absorbannya, meningkat sebesar 0.53 pada pita adsorbsi 3700-3600 cm-1 dan senilai 1.30 pada pita adsorbsi 1100-600 cm-1.

§ Bentonit Cihamirung 3 (Ch 3)

Kurva hasil analisis hampir sama dengan bentonit Ch 1 hanya dibedakan dengan intensitas absorbannya.

§ Bentonit Kebon 1 (Kb 1) dan Panyosogan (Pg)

Bentuk kurva dari bentonit ini serupa dengan Ch 2. Perbedaannya hanya terletak pada intensitas absorbannya.

Rumus Struktural Montmorillonit

Untuk memperoleh rumus molekul montmorillonit yang terkandung pada masing-masing bentonit telah dilakukan analisis kimia pada fraksi liat bentonit yang bersangkutan. Hasil analisis dalam bentuk oksida-oksida disajikan pada Tabel 4. Dari rumus molekul ini akan diketahui jumlah dan sebaran muatan negatif dalam lapisan silikat montmorillonit.

Tabel 4. Hasil Analisis Kimia Total Montmorillonit Oksida (%) Mt Ch 1 Mt Ch 2 Mt Ch 3 Mt Kb 1 Mt Pg SiO2 53.21 47.62 52.92 71.43 52.05 Al2O3 31.34 22.33 23.76 14.13 25.65 Fe2O3 3.86 2.79 5.98 2.30 1.62 MgO 1.23 3.81 3.45 3.30 2.62 ZnO 0.31 0.19 0.10 0.02 0.02 MnO 0.02 0.02 0.04 0.01 0.11 CuO 0 0.05 0.04 0.003 0.01 CaO 0.11 0.20 0.18 0.18 0.98 Na2O 1.91 2.91 2.29 1.35 2.56 K2O 0.24 0.66 0.74 0.17 5.28 KA 13.73 9.06 11.67 7.99 6.73 Jumlah 105.96 89.64 101.17 100.88 97.63

Dari susunan unsur-unsur tersebut dapat ditentukan rumus mineral liat montmorillonit melalui langkah seperti disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Langkah Perhitungan Penentuan Rumus Montmorillonit untuk Mt Ch 1

Mt Ch1 % W Meq Ceq C44 K/ss SiO2 53.21 0.8855 3.5420 27.481 6.87 Al2O3 31.34 0.3074 1.8443 14.309 4.77 Fe2O3 3.86 0.0242 0.1450 1.125 0.38 MgO 1.23 0.0305 0.0610 0.473 0.24 ZnO 0.31 0.0038 0.0076 0.059 0.03 MnO 0.02 0.0003 0.0006 0.004 0.002 CuO 0 - - - - CaO 0.11 0.0020 0.0039 0.030 0.02 Na2O 1.91 0.0308 0.0616 0.478 0.48 K2O 0.24 0.0026 0.0051 0.040 0.04 Jumlah 92.23 5.6711

Keterangan : % W = Hasil analisis oksida-oksida

Meq = Menghitung mol ekivalen (% W / M)

Ceq = Menghitung muatan ekivalen (Meq x ? kation x valensi) C44 = Menghitung sebaran muatan kation/44 muatan (? Ceq dijadikan 44)

Dari kolom K/ss pada Tabel 5 selanjutnya unsur-unsur disebar ke dalam lembar tetrahedral, oktahedral dan kation antar lapisan sebagai berikut :

Tetrahedral Oktahedral Kation antar lapisan

Si 6,87 Al 3,64 Ca 0,02 Al 1,13 + Fe 0,38 Na 0,48 8,00 Mg 0,24 K 0,04 + Zn 0,03 0,56 Mn 0,002 Cu - + 4,29 Muatan -1.13 +0.57 +0.56

Dengan demikian rumus montmorillonit Ch 1 adalah Ca0.02Na0.48K0.04

(Si6.87Al1.13)(Al3.64Fe0.38Mg0.24Zn0.03Mn0.002)O20(OH)4. Perhitungan rumus montmorillonit untuk contoh Mt Ch 2 sampai dengan Mt Pg dapat dilihat dalam Lampiran 17-20.

Dari hasil perhitungan rumus mineral liat bentonit, dapat dilihat bahwa pada Ch 1 terdapat muatan negatif di dalam lembar tetrahedral sebesar 1.13 yang didapat dari substitusi isomorfik terhadap Si4+ oleh Al3+. Pada lembar oktahedral terdapat muatan positif 0.57, sehingga dalam lapisan terdapat muatan netto -0.56 yang dinetralkan oleh kation-kation dalam ruang antar lapisan sebesar +0.56.

Pada liat bentonit Ch 2 ditemukan karakteristik yang berbeda dengan liat bentonit Ch 1. Dari hasil perhitungan terdapat muatan negatif di dalam lapisan tetrahedral sebesar 0.88 yang didapat dari substitusi isomorfik terhadap Si4+ oleh Al3+. Pada lembar oktahedral terdapat muatan negatif 0.15, sehingga dalam lapisan terdapat muatan negatif netto -1.03 yang dinetralkan oleh kation-kation dalam ruang antar lapisan sebesar +1.03. Rumus mineral liat untuk Ch 2 adalah Ca0.03Na0.84K0.13(Si7.12Al0.88) (Al3.05Fe0.31Mg0.85Zn0.02Mn0.003Cu0.01)O20(OH)4.

Liat bentonit Ch 3 tidak berbeda dengan bentonit Ch 1. Hasil perhitungan menunjukkan adanya muatan negatif di dalam lapisan tetrahedral sebesar 0.85 yang didapat dari substitusi isomorfik terhadap Si4+ oleh Al3+. Pada lembar oktahedral terdapat muatan positif 0.06, sehingga dalam lapisan terdapat muatan netto -0.79 yang dinetralkan oleh kation-kation dalam ruang antar lapisan sebesar +0.79. Rumus mineral liat Ch 3 adalah Ca0.03Na0.60K0.13(Si7.15Al0.85) (Al2.94Fe0.61Mg0.69Zn0.01Mn0.005Cu0.0004)O20(OH)4.

Bentonit Kb 1 memiliki karakteristik yang berbeda dari bentonit lainnya. Pada liat bentonit ini tidak ditemukan adanya substitusi isomorfik Al3+ terhadap Si4+, sehingga muatan negatif hanya ditemukan pada lapisan oktahedral sebesar 0.40, yaitu untuk dapat mengimbangi muatan positif yang ada pada kation antar lapisan. Ca0.02Na0.33K0.03(Si8.00) (Al2.07Fe0.22Mg0.61Zn0.002Mn0.001Cu0.0003)O20(OH)4

adalah rumus mineral liat Kb 1.

Hasil perhitungan liat contoh Pg menunjukkan adanya muatan negatif di dalam lapisan tetrahedral sebesar 0.94 yang didapat dari substitusi isomorfik terhadap Si4+ oleh Al3+, dan pada lembar oktahedral terdapat muatan negatif 0.93, sehingga dalam lapisan terdapat muatan netto -1.87 yang dinetralkan oleh kation-kation dalam ruang antar lapisan sebesar +1.87. Liat bentonit ini memiliki karakteristik montmorillonit dengan adanya muatan negatif di kedua lapisan tetrahedral dan oktahedral dan muatan positif yang tinggi pada kation antar lapisan. Rumus mineral untuk liat contoh Pg adalah Ca0.14Na0.67K0.92 (Si7.06Al0.94) (Al3.16Fe0.17Mg0.53Zn0.002Mn0.01Cu0.001)O20(OH)4.

Sifat Kimia Bentonit dan Bleaching Earth

Bentonit sebelum aktivasi memiliki pH berkisar antara 5.34-8.05, sedangkan setelah aktivasi pH berubah menjadi sekitar 2.66-3.14. Terlihat bahwa terjadi penurunan pH setelah dilakukan aktivasi menggunakan HCl (Tabel 6). Sifat basa dari bentonit alami berubah menjadi asam, disebabkan oleh reaksi yang terjadi pada saat proses pengasaman. Kation-kation K+, Na+, Ca2+, Mg2+ dalam ruang antarlapisan bentonit bertukar dengan ion H+ dari HCl yang bersifat asam. KTK bentonit juga mengalami penurunan setelah aktivasi.. Hal ini terjadi karena sebagian ion-ion Al3+, Fe3+, dan Mg2+ dari kisi kristal dalam struktur montmorillonit larut ketika dipanaskan dengan asam kuat (HCl 6 N) selama 3 jam (Tabel 7).

Tabel 6. pH dan Kapasitas Tukar Kation Bentonit asal Karangnunggal, Tasikmalaya Sebelum dan Sesudah Aktivasi (Sutiani, 2006)

Contoh pH KTK (me/100 g) Sebelum aktivasi Setelah aktivasi Sebelum aktivasi Setelah aktivasi Ch 1 8.05 2.66 37.24 22.08 Ch 2 7.39 2.88 62.35 22.95 Ch 3 7.59 2.70 53.26 22.08 Kb 1 5.34 3.14 51.09 16.89 Pg 5.41 2.87 13.86 11.69

Hasil analisis terhadap filtrat dari proses aktivasi bentonit (Tabel 7) menunjukkan bahwa bentonit mengalami kehilangan kation Al, Fe dan Ca lebih banyak dari kation-kation yang lain. Aluminium, Mg dan Fe tersebut berasal dari lembar-lembar oktahedral, sedangkan Ca, Na dan K berasal dari ruang antarlapisan.

Tabel 7. Jumlah Unsur-unsur Terlarut pada Proses Aktivasi Bentonit Contoh Al Fe Mg Ca K Na ...ppm... Ch 1 5.177 2.985 813 899 70 11 Ch 2 6.287 1.971 1.853 1.365 193 10 Ch 3 4.652 4.052 1.400 976 289 12 Kb 1 4.566 1.288 1.609 627 65 27 Pg 1.119 1.327 78 24 242 6

Hasil analisis kimia total yang terlihat pada Tabel 8 menjelaskan bahwa akibat pelarutan unsur-unsur K, Na, Ca, Mg, Fe dan Al selama proses aktivasi bentonit, maka terlihat kadar SiO2 dalam bleaching earth umumnya meningkat sebagai efek pemekatan.

Tabel 8. Hasil Analisis Kimia Total pada Bentonit dan Bleaching Earth

Oksida (%)

Cihamirung 1 Cihamirung 2 Cihamirung 3 Kebon 1 Panyosogan

Bent BE Bent BE Bent BE Bent BE Bent BE

SiO2 55.23 79.46 73.81 39.88 58.13 72.87 71.13 90.48 60.15 73.74 Al2O3 2.64 2.15 2.12 1.10 1.34 1.68 1.40 0.17 2.08 1.91 Fe2O3 4.10 0.64 8.95 0.13 1.56 0.81 1.67 0.26 1.66 0.37 MgO 1.38 0.48 3.60 0.78 3.75 1.01 3.83 0.38 1.81 1.67 ZnO 0.44 0.12 0.28 0.04 0.04 0.03 0.03 0.02 0.02 0.01 MnO 0.05 0.01 0.09 0.01 0.02 0.02 0.02 0.003 0.02 0.02 CuO 0.004 0.008 0.05 0.008 0.004 0.01 0.004 0.01 0.01 0.005 CaO 1.51 0.31 2.65 0.27 1.67 0.27 1.82 0.31 0.42 0.31 Na2O 0.57 1.01 1.20 1.55 1.15 0.98 1.60 0.73 1.47 1.55 K2O 0.19 0.14 2.66 3.45 0.18 2.66 0.18 0.04 4.23 4.04 KA 25.96 20.10 21.98 18.62 20.65 19.90 24.11 18.13 9.22 9.75 Jumlah 92.07 104.43 117.39 65.84 88.49 100.24 105.79 110.53 81.09 93.38 Keterangan: Bent=bentonit, BE=bleaching earth, KA=kadar air

Kaitan Bleach Power dengan Sifat-sifat Bentonit

Nilai bleach power suatu bleaching earth menentukan kemampuannya dalam menjernihkan CPO (Gambar Lampiran 21). Semakin tinggi nilai bleach power-nya, maka kemampuan bleaching earth dalam menjernihkan CPO pun semakin tinggi, sehingga dosis bleaching earth yang perlu digunakan dalam proses penjernihan CPO menjadi semakin rendah. Tabel 9 menunjukkan bahwa

nilai bleach power meningkat dari sekitar 28-39% sebelum aktivasi menjadi sebesar 79-82% setelah aktivasi, kecuali pada contoh Pg yang hanya 50%. Bentonit Ch 2 dan Kb 1 sudah menunjukkan angka bleach power yang tinggi sebelum diaktivasi yaitu berturut-turut 36.6% dan 39.0%, dibandingkan Ch 1, Ch 3 dan Pg yang berkisar antara 28.0-31.7%. Setelah aktivasi, Ch 2 dan Kb 1 juga menunjukkan angka bleach power yang lebih tinggi dibandingkan ketiga contoh lainnya, yaitu 81.7%, dibandingkan 79.3-80.5% pada Ch 1 dan Ch , serta Pg yang hanya 50%.

Tabel 9. Nilai Bleach Power Bentonit asal Karangnunggal, Tasikmalaya Sebelum dan Sesudah Aktivasi (Sutiani, 2006)

Contoh Bleach Power (%)

Sebelum aktivasi Sesudah aktivasi

Ch 1 Ch 2 Ch 3 Kb 1 Pg 31.7 36.6 31.7 39.0 28.0 79.3 81.7 80.5 81.7 50.0

Kemampuan bentonit menjernihkan CPO juga bisa dilihat dari nilai absorban atau % Transmitan (% T). Semakin tinggi nilai % T, semakin tinggi pula kemampuan penjernihannya. Sebaliknya dengan absorban, semakin tinggi kemampuan penjernihannya, maka nilai absorban semakin kecil. Yulianto (2004) menemukan bahwa CPO yang dijernihkan dengan bleaching earth dari bentonit asal Rahong dan Dengok memiliki kejernihan yang sangat tinggi dilihat dari nilai absorbannya pada panj ang gelombang 595 nm, yaitu sebesar 0.040 dan 0.045 (Tabel 10).

Tabel 10. Nilai absorben dan % T bentonit Karangnunggal, Tasikmalaya pada panjang gelombang 546 nm Sebelum dan Sesudah Aktivasi (Sutiani, 2006) Contoh Absorban % T Sebelum Aktivasi Sesudah Aktivasi Sebelum Aktivasi Sesudah Aktivasi Ch 1 Ch 2 Ch 3 Kb 1 Pg 0.539 0.467 0.539 0.440 0.579 0.110 0.100 0.106 0.103 0.319 29.0 34.1 29.0 36.4 26.3 77.6 79.1 78.4 79.0 48.0

Bila dikaitkan dengan sifat-sifat bentonit lainnya, seperti angka pengembangan, berat jenis, kadar montmorillonit, mineral pengotor, posisi muatan negatif, kadar SiO2 dan besarnya kapasitas tukar kation, terlihat bahwa nilai bleach power bentonit di atas lebih terkait dengan kadar SiO2 dan kadar montmorillonit. Bentonit Ch 1 da Ch 3 yang memiliki nilai bleach power 31.7% sebelum aktivasi dan 79.3-80.5% setelah aktivasi (Tabel 9) memiliki kadar motmorillonit 68.2-76.0% (Tabel 2) dan kadar SiO2 dalam bentonit 55.2-58.1% (Tabel 8). Sementara itu bentonit Ch 2 dan Kb 1 yang memiliki nilai bleach power tinggi, yaitu 36.6-39.0% sebelum aktivasi dan 81.7% setelah aktivasi (Tabel 9), juga memiliki kadar motmorillonit yang tinggi antara 97.5-98.8% (Tabel 2) dan kadar SiO2 dalam bentonit yang juga tinggi antara 71.1-73.8% (Tabel 8). Darmutjie (1996) menyatakan bahwa nilai bleach power hanya terkait dengan jumlah montmorillonit yang dikandungnya.

KESIMPULAN

1. Bentonit Ch 1, 2, 3 dan Kb 1 memiliki kadar montmorillonit antara 68.2-98.8%, angka pengembangan antara 1.3-1.6 kali, KTK sebelum aktivasi 37.24-62.35 me/100g dan 16.89-22.95 me/100g setelah aktivasi, pH antara 5.34-8.05 sebelum aktivasi dan 2.66-3.14 setelah aktivasi, serta berat jenis antara 2.17-2.59 g/cm3.

2. Contoh Pg dengan kadar montmorillonit hanya 9.1% tidak memenuhi syarat disebut sebagai bentonit

3. Montmorillonit pada bentonit Ch 1 dan Ch 3 memiliki muatan negatif pada lapisan tetrahedral, dan pada Kb 1 memiliki muatan negatif pada lapisan oktahedral, sedangkan montmorillonit pada bentonit Ch 2 dan pada contoh Pg memiliki muatan negatif di kedua lapisan tetrahedral dan oktahedral.

4. Berdasarkan analisis XRD, TG/DTA dan FTIR-Spektrofotometer, bentonit Ch 1 dan Ch 3 selain mengandung mineral montmorillonit juga mengandung mineral kaolinit.

5. Pada proses aktivasi dengan HCl terjadi pelepasan unsur-unsur K sebesar 65-289 ppm, Na sebesar 6-27 ppm, Ca sebesar 24-1.365 ppm, Mg sebesar 78-1.853 ppm, Fe sebesar 1.288-4.052 ppm dan Al sebesar 1.119-6.287 ppm.

6. Nilai bleach power nampaknya lebih terkait dengan kadar montmorillonit dan kadar SiO2 yang terkandung dalam bentonit.

Dokumen terkait