• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.4 Parameter dan Analisis Data

Pada pewarnaan imunohistokimia dilakukan pengamatan terhadap kandungan Cu,Zn-SOD pada jaringan ginjal masing-masing kelompok perlakuan. Pengamatan dilakukan secara kuantitatif, kualitatif, dan penghitungan persentase dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 20x. Pengamatan

Cu,Zn-SOD secara kualitatif dilakukan pada seluruh bagian ginjal yaitu pada inti dan sitoplasma tubuli renalis, glomerulus, dan daerah medulla. Pengamatan kuantitatif kandungan Cu,Zn-SOD dilakukan dengan cara menghitung jumlah inti sel tubuli renalis yang memberikan reaksi positif dan negatif terhadap kandungan dari Cu,Zn-SOD per lapang pandang dengan perbesaran 20x. Semakin banyak tanda positif (+), semakin tinggi kandungan Cu,Zn-SOD. Kandungan Cu,Zn-SOD dibedakan menjadi tiga tingkat kandungan, yaitu (i) positif kuat (+++), terlihat warna coklat tua, (ii) positif sedang/lemah (++/+), terlihat warna coklat muda sampai dengan coklat kebiru-biruan, (iii) hasil reaksi negatif (-), terlihat warna biru. Profil kandungan Cu,Zn-SOD juga dilihat dari penghitungan persentase jumlah inti sel tubuli renalis yang memberikan reaksi positif dan negatif terhadap kandungan Cu,Zn-SOD.

Analisis Data

Hasil pengamatan terhadap kandungan Cu,Zn-SOD (jumlah inti sel tubuli renalis pada berbagai tingkat kandungan Cu,Zn-SOD) dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji lanjutan Duncan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pewarnaan imunohistokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus percobaan masing-masing kelompok perlakuan. SOD merupakan antioksidan endogen enzimatik yang bekerja melalui sistem pertahanan preventif, menghambat, atau merusak proses pembentukan radikal bebas. SOD efektif dalam mengkatalisis dan mengkonversi radikal bebas anion superoksida menjadi oksigen dan hidrogen peroksida (Gurer & Ercal 2000, Carroll et al. 2004). Pengukuran kandungan antioksidan SOD merupakan cara untuk mengetahui kondisi pertahanan sel terhadap radikal bebas. Aktivitas SOD bervariasi pada beberapa organ. Ginjal menunjukkan aktivitas SOD yang tinggi setelah hati dan kelenjar adrenal, diikuti darah, limpa, pankreas, otak, paru-paru, usus, ovarium, dan timus (Halliwell & Gutteridge 1999).

Cu, Zn-SOD merupakan jenis SOD yang paling berperan sebagai bagian dari mekanisme pertahanan tubuh terhadap pengaruh buruk beberapa metabolisme oksigen. Cu,Zn-SOD terdapat di dalam sitosol (sitoplasma) dan inti sel dari sel-sel eukariot, seperti khamir, tanaman, dan hewan (Miao et al. 2009). Pada ginjal tikus Cu,Zn-SOD ditemukan pada bagian inti dan sitoplasma sel-sel tubuli renalis (tubuli distalis dan proksimalis). Tingginya kandungan Cu,Zn-SOD pada jaringan ginjal membuktikan bahwa ginjal mempunyai tingkat konsumsi oksigen yang sangat tinggi dan sangat rentan terkena dampak langsung dari radikal-radikal bebas yang terbentuk dari metabolisme parsial oksigen. Tingginya kandungan Cu,Zn-SOD pada ginjal juga merupakan indikasi tingginya kemampuan sistem pertahanan untuk tetap mempertahankan kapasitas antioksidan agar tetap mampu mengatasi oksidan-oksidan yang terbentuk selama proses metabolisme yang berlangsung di dalamnya maupun yang terbentuk dari luar ginjal (Wresdiyati et al. 2002).

Reaksi positif pada pewarnaan imunohistokimia terhadap antioksidan Cu,Zn-SOD divisualisasikan berupa produk reaksi warna coklat. Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal ditunjukkan dengan intensitas dan distribusi warna coklat pada inti dan sitoplasma sel tubuli renalis. Semakin pekat

warna coklat yang terbentuk berarti kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD semakin banyak/tinggi. Reaksi negatif yaitu tidak terdapat kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD divisualisasikan berupa produk reaksi warna biru pada inti dan sitoplasma sel tubuli renalis.

Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal disajikan secara kualitatif, kuantitatif, dan persentase jumlah inti sel tubuli renalis pada berbagai tingkat kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD. Pengamatan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD secara kualitatif dilakukan pada keseluruhan jaringan ginjal yaitu pada inti dan sitoplasma tubuli proksimalis, distalis, glomerulus, dan medulla. Pengamatan kuantitatif kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD dilakukan dengan menghitung jumlah inti sel tubuli renalis yang memberikan reaksi pada berbagai tingkat kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD per lapang pandang dengan perbesaran 20x. Penghitungan persentase jumlah inti sel tubuli renalis didasarkan pada jumlah rata-rata inti sel yang bereaksi positif dan negatif terhadap kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD.

4.1 Hasil Pengamatan secara Kualitatif Kandungan Antioksidan Cu,Zn-SOD di Jaringan Ginjal Tikus Percobaan

Secara kualitatif kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada jaringan ginjal diamati dengan melihat perbedaan intensitas warna coklat pada keseluruhan jaringan ginjal yaitu pada inti dan sitoplasma tubuli proksimalis, tubuli distalis, glomerulus, dan medulla. Pengamatan secara kualitatif ini dilakukan pada keseluruhan jaringan ginjal tikus percobaan terminasi hari ke-8 (Gambar 6), terminasi hari ke-15 (Gambar 7), dan terminasi hari ke-22 (Gambar 8). Adanya kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD ditunjukkan dengan warna coklat dan diberi tanda (+) pada jaringan ginjal kelompok yang diamati. Semakin banyak tanda (+) maka semakin tinggi kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD. Perbedaan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal masing-masing kelompok perlakuan pada terminasi hari ke-8, 15, dan 22 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Distribusi dan frekuensi antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus

Kelompok Distribusi dan Frekuensi Antioksidan Cu,Zn-SOD

T. Proksimalis T. Distalis Glomerulus Medulla

Terminasi Hari ke-8 (Sebelum Pemberian EPEC)

T1A ++ ++ + ++ T1B ++ ++ + ++ T1C +++/++ ++/+ ++/+ ++ T1D ++ ++/+ + ++ T1E +++ +++ ++ +++ T1F ++/+ ++ + +++/++

Terminasi Hari ke-15 (Setelah Seminggu Pemberian EPEC)

T2A ++ + + ++ T2B ++/+ + + ++ T2C +++ ++/+ + ++ T2D +/- +/- +/- + T2E + + + ++/+ T2F +/- +/- +/- +/-

Terminasi Hari ke-22 (Seminggu Setelah Pemberian EPEC Dihentikan)

T3A ++ + + ++ T3B ++ ++/+ ++/+ ++/+ T3C +++ ++ ++ ++ T3D + +/- +/- + T3E + + + + T3F +/- +/- +/- +

Keterangan: (+): adanya kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada jaringan; (/): kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD berada diantara dua nilai; (-): tidak adanya kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD. T1: terminasi hari ke-8; T2: terminasi hari ke-15; T3: terminasi hari ke-22. A: kelompok kontrol negatif (perlakuan ransum standar); B: kelompok perlakuan L. plantarum; C: kelompok perlakuan L. fermentum; D: kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC; E: kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC; F: kelompok kontrol positif (perlakuan EPEC).

. Hasil pengamatan secara kualitatif menunjukkan bahwa pada terminasi hari ke-8 kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus kelompok perlakuan L. fermentum dan L. fermentum + EPEC lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD kelompok perlakuan lainnya (Tabel 3, Gambar 6). Kelompok perlakuan kontrol negatif, kontrol positif, L. plantarum, dan L. plantarum + EPEC menunjukkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang relatif sama (Gambar 6), terlihat dari intensitas dan distribusi warna coklat yang

relatif sama pada sel tubuli renalis, glomerulus, dan medula. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian L. fermentum selama satu minggu mampu meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus, sedangkan pemberian

L. plantarum selama satu minggu belum mampu meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus. Pada terminasi hari ke-8 ini, kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC, L. plantarum + EPEC , dan kontrol positif belum dipapar EPEC.

Pada terminasi hari ke-15, kelompok perlakuan L. fermentum memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD paling tinggi, terlihat dari intensitas dan distribusi warna coklat pada sel tubuli proksimalis dan sel tubuli distalis (Tabel 3, Gambar 7). Kelompok perlakuan L. plantarum memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang relatif sama dengan kelompok perlakuan kontrol negatif, terlihat dari intensitas dan distribusi warna coklat yang relatif sama pada sel tubuli renalis, glomerulus, dan medula (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian L. fermentum selama dua minggu mampu meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus, sedangkan pemberian L. plantarum selama dua minggu belum mampu meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus.

Pada terminasi hari ke-15 juga dapat dilihat bahwa kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC dan kontrol positif (Tabel 3, Gambar 7). Sedangkan kelompok perlakuan L. plantarum

+ EPEC dan kontrol positif memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang relatif sama, dan lebih rendah dari L. fermentum + EPEC. Kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC, L. plantarum + EPEC, dan kontrol positif merupakan kelompok perlakuan yang telah seminggu dipapar EPEC. Pemberian EPEC dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dalam tubuh tikus percobaan sehingga antioksidan Cu,Zn-SOD yang dipakai untuk menetralisir radikal bebas tersebut juga meningkat. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada kelompok perlakuan kontrol positif. Selain itu, kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC yang lebih tinggi dari kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada kelompok perlakuan L.

plantarum + EPEC menunjukkan bahwa L. fermentum lebih baik dari pada L. plantarum dalam hal kemampuan mempertahankan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus.

Pada terminasi hari ke-22, kelompok perlakuan L. fermentum masih memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD paling tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Kelompok perlakuan L. plantarum memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang relatif sama dengan kelompok perlakuan kontrol negatif. Perbedaan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada setiap kelompok perlakuan terminasi hari ke-22 ini terlihat dari intensitas dan distribusi warna coklat pada sel tubuli renalis dan glomerulus (Tabel 3, Gambar 8). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian L. fermentum selama tiga minggu masih mampu meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus, sedangkan pemberian L. plantarum selama tiga minggu belum mampu meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus.

Seperti halnya pada terminasi hari ke-15, terminasi hari ke-22 juga dapat dilihat bahwa kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC masih menunjukkan kandungan Cu,Zn-SOD yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC dan kontrol positif (Tabel 3). Sedangkan kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC dan kontrol positif memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang relatif sama, dan lebih rendah dari L. fermentum + EPEC. Hal ini menunjukkan bahwa satu minggu pasca pemberian EPEC, EPEC belum tereliminasi dari tubuh sehingga antioksidan masih dibutuhkan untuk menetralisir radikal bebas yang dihasilkan EPEC. Oleh karena itu, kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal masih rendah. Selain itu, kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC yang lebih tinggi dari kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC menunjukkan bahwa L. fermentum lebih baik dari pada L. plantarum dalam hal kemampuan mempertahankan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus.

Gambar 6 Fotomikrograf jaringan ginjal tikus dengan pewarnaan imunohistokimia terhadap antioksidan Cu,Zn-SOD, pada terminasi hari ke-8. T1A: kelompok kontrol negatif (perlakuan ransum standar); T1B: kelompok perlakuan L. plantarum; T1C: kelompok perlakuan L. fermentum; T1D: kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC; T1E: kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC; T1F: kelompok kontrol positif (perlakuan EPEC). Dapat dilihat bahwa kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD paling tinggi terdapat pada kelompok perlakuan T1E, diikuti kelompok perlakuan T1C. Kelompok perlakuan T1A, T1B, T1D, dan T1F memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang relatif sama. Skala = 50 µm.

Gambar 7 Fotomikrograf jaringan ginjal tikus dengan pewarnaan imunohistokimia terhadap antioksidan Cu,Zn-SOD, pada terminasi hari ke-15. T2A: kelompok kontrol negatif (perlakuan ransum standar); T2B: kelompok perlakuan L. plantarum; T2C: kelompok perlakuan L. fermentum; T2D: kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC; T2E: kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC; T2F: kelompok kontrol positif (perlakuan EPEC). Dapat dilihat bahwa kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD paling tinggi terdapat pada kelompok perlakuan T2C. Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD kelompok perlakuan T2A sama seperti T2B. Kelompok perlakuan T2D dan T2F memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD paling rendah. Skala = 50 µm.

Gambar 8 Fotomikrograf jaringan ginjal tikus dengan pewarnaan imunohistokimia terhadap antioksidan Cu,Zn-SOD, pada terminasi hari ke-22. T3A: kelompok kontrol negatif (perlakuan ransum standar); T3B: kelompok perlakuan L. plantarum; T3C: kelompok perlakuan L. fermentum; T3D: kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC; T3E: kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC; T3F: kelompok kontrol positif (perlakuan EPEC). Dapat dilihat bahwa kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD paling tinggi terdapat pada kelompok perlakuan T3C. Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD kelompok perlakuan T3A sama seperti T3B. Kelompok perlakuan T3D dan T3F memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD paling rendah. Skala = 50 µm.

4.2 Hasil Pengamatan secara Kuantitatif Kandungan Antioksidan Cu,Zn-SOD di Jaringan Ginjal Tikus Percobaan

Pengamatan secara kuantitatif kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal dilakukan dengan cara menghitung jumlah inti sel tubuli renalis pada berbagai tingkat kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD per lapang pandang dengan perbesaran 20x. Semakin banyak tanda positif (+), semakin tinggi kandungan Cu,Zn-SOD. Kandungan Cu,Zn-SOD dibedakan menjadi tiga tingkat kandungan, yaitu (i) positif kuat (+++), terlihat warna coklat tua, (ii) positif sedang/lemah (++/+), terlihat warna coklat muda sampai dengan coklat kebiru-biruan, (iii) hasil reaksi negatif (-), terlihat warna biru. Hasil perhitungan dan analisa statistik terhadap rata-rata jumlah inti sel tubuli renalis yang bereaksi terhadap berbagai tingkat kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD tersaji pada Tabel 4.

Gambar 9 Fotomikrograf jaringan ginjal tikus dengan inti sel tubuli renalis yang bereaksi terhadap berbagai tingkat kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD. +++ : positif kuat (warna coklat tua); ++ : positif sedang (warna coklat muda); +: positif lemah (warna coklat kebiru-biruan); - : negatif (warna biru). Pewarnaan imunohistokimia. Skala = 50 µm.

Tabel 4 Rata-rata jumlah inti sel ginjal dengan berbagai tingkat kandungan Cu, Zn-SOD pada jaringan ginjal tikus pada terminasi hari ke-8, 15, dan 22 per bidang pandang dengan perbesaran 20x

Keterangan : Uji statistika (Anova dan Duncan) dilakukan pada setiap tingkatan warna setiap waktu terminasi yang sama. Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda sangat nyata (p<0.01). +++ : positif kuat; ++/+ : positif sedang/lemah; - : negatif. T1 : terminasi hari ke-8; T2 : terminasi hari ke-15; T3 : terminasi hari ke-22. A : kelompok kontrol negatif (perlakuan ransum standar); B : kelompok perlakuan L. plantarum; C : kelompok perlakuan L. fermentum; D : kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC; E : kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC; F : kelompok kontrol positif (perlakuan EPEC).

Hasil uji statistik terhadap jumlah inti sel tubuli renalis yang bereaksi terhadap berbagai tingkat kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD menunjukkan bahwa pada terminasi hari ke-8 kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC yang baru mendapatkan perlakuan probiotik L. fermentum saja pada hari ke-1 sampai 7 memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD paling tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan L. fermentum +

Kelompok Jumlah Inti Sel Tubuli Renalis Ginjal Tikus dengan Berbagai

Tingkat Kandungan Antioksidan Cu,Zn-SOD pada Perbesaran 20x

+++ ++/+ -

Terminasi Hari ke-8 (Sebelum Pemberian EPEC)

T1A 101.33 ± 3.21ab 57.00 ± 1.00c 19.33 ± 1.15d T1B 103.33 ± 3.21b 72.00 ± 2.65d 6.67 ± 0.58a T1C 125.67 ± 3.06c 47.33 ± 8.50b 8.67 ± 1.15ab T1D 97.00 ± 2.65ab 72.67 ± 3.79d 10.00 ± 3.61b T1E 146.00 ± 5.57d 25.67 ± 6.66a 9.33 ± 0.58ab T1F 95.33 ± 4.73a 69.33 ± 3.79d 15.00 ± 1.00c

Terminasi Hari ke-15 (Setelah Seminggu Pemberian EPEC) T2A 94.33 ± 5.69c 64.00 ± 5.57b 17.67 ± 0.58b T2B 93.67 ± 6.51c 68.67 ± 8.96b 17.33 ± 0.58b T2C 136.67 ± 2.52d 39.00 ± 5.29a 8.67 ± 0.58a T2D 38.00 ± 8.89a 59.33 ± 4.16b 82.00 ± 3.61d T2E 62.67 ± 3.06b 65.00 ± 0.00b 53.00 ± 5.29c T2F 35.00 ± 4.58a 60.67 ± 0.58b 87.67 ± 6.81d

Terminasi Hari ke-22 (Seminggu Setelah Pemberian EPEC Dihentikan) T3A 96.67 ± 1.53c 62.00 ± 1.00b 17.00 ± 1.00b T3B 93.67 ± 5.03c 70.33 ± 6.66b 16.33 ± 2.52b T3C 139.67 ± 7.57d 39.00 ± 5.29a 6.33 ± 0.58a T3D 44.67 ± 4.04a 88.00 ± 1.73c 44.67 ± 0.58c T3E 77.00 ± 6.08b 83.67 ± 8.08c 20.00 ± 0.00b T3F 45.67 ± 1.53a 91.00 ± 6.08c 41.33 ± 5.13c

EPEC paling tinggi secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD tertinggi kedua terlihat pada kelompok perlakuan L. fermentum. Hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan L. fermentum lebih tinggi secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan kelompok perlakuan kontrol negatif, kontrol positif, L. plantarum, L. plantarum + EPEC (Lampiran 3). Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang tinggi pada kelompok yang diberi L. fermentum menunjukkan bahwa pemberian L. fermentum

selama satu minggu mampu meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus.

Hasil penelitian Capcarova et al. (2010) menunjukkan bahwa pemberian L. fermentum meningkatkan status antioksidan ayam broiler. Pemberian L. fermentum ini memperlihatkan peningkatan level seng (Zn) di darah. Peningkatan Zn berperan untuk membantu kestabilan antioksidan SOD karena Cu,Zn-SOD membutuhkan Cu dan Zn untuk melakukan aktivitas biologisnya (Halliwell & Gutteridge 1999, Li et al. 2010). Uskova dan Kravchenko (2009) melaporkan bahwa L. fermentum mampu meningkatkan kapasitas antioksidan plasma darah sebesar 43-65.8%. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya peningkatan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal pada tikus yang diberi L. fermentum selama satu minggu.

Dari hasil uji statistik dapat dilihat pula bahwa pada terminasi hari ke-8 kelompok perlakuan L. plantarum dan L. plantarum + EPEC yang baru mendapatkan perlakuan probiotik L. plantarum saja pada hari ke-1 sampai 7 memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang tidak berbeda nyata (p>0.05) dibandingkan dengan kelompok perlakuan kontrol negatif. Hal ini terlihat dari jumlah sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan kontrol negatif, L. plantarum, dan L. plantarum + EPEC tidak berbeda secara nyata (p>0.05) antar kelompok perlakuan (Lampiran 3). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian L. plantarum selama satu minggu belum mampu meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus.

Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang tidak berbeda nyata (p>0.05) terlihat pula pada kelompok perlakuan kontrol negatif dan kontrol positif

(Lampiran 3). Hal ini terlihat dari jumlah sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan kontrol negatif dan kontrol positif tidak berbeda secara nyata (p>0.05). Sama seperti kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC dan L. plantarum + EPEC, kelompok perlakuan kontrol positif pada terminasi hari ke-8 ini juga belum dipapar EPEC sehingga susunan ransum yang diberikan masih sama seperti kelompok perlakuan kontrol negatif yaitu ransum standar. Hal inilah yang menyebabkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada kelompok perlakuan kontrol negatif dan kontrol positif tidak berbeda nyata (p>0.05).

Terminasi hari ke-15 menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0.01) pada kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus antar kelompok perlakuan. Uji lanjutan Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan L. fermentum memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD paling tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan

L. fermentum paling tinggi secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya (Lampiran 6). Tingginya kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada kelompok perlakuan L. fermentum terlihat pula dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi negatif (-) paling rendah secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya (Lampiran 8). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian L. fermentum selama dua minggu mampu meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus. Hasil penelitian Zilmer et al. (2002) menunjukkan bahwa L. fermentum E-3 dan E-18 memiliki aktivitas signifikan sebagai antioksidan yang bermanfaat dalam mengatasi stres oksidatif baik eksogen maupun endogen. Pemberian L. fermentum

E-3 dan E-18 menunjukkan peningkatan aktivitas antioksidan enzimatik glutathione dan SOD. Selanjutnya, Songisepp (2005) melaporkan bahwa konsumsi L. fermentum ME-3 menyebabkan terjadinya pengurangan stres oksidatif indeks darah sukarelawan sehat. Pengurangan stres oksidatif pada sukarelawan sehat ini ditunjukkan oleh peningkatan total antioxidative activity

menunjukkan adanya peningkatan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus yang diberi L. fermentum selama dua minggu.

Peningkatan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD seperti pada jaringan ginjal kelompok perlakuan L. fermentum, tidak terlihat pada jaringan ginjal kelompok perlakuan L. plantarum. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, kelompok perlakuan L. plantarum memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang tidak berbeda nyata (p>0.05) dengan kelompok perlakuan kontrol negatif, terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++), positif sedang/lemah (++/+), dan negatif (-) pada kelompok perlakuan L. plantarum tidak berbeda secara nyata (p>0.05) dibandingkan dengan kelompok perlakuan kontrol negatif. Jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan L. plantarum dapat dilihat pada Lampiran 6, positif sedang/lemah (++/+) pada Lampiran 7, dan negatif (-) pada Lampiran 8. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian L. plantarum selama dua minggu belum mampu meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus.

Kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC, L. plantarum + EPEC, dan kontrol positif pada terminasi hari ke-15 telah dipapar EPEC. Pemberian EPEC dilakukan selama 1 minggu dimulai dari hari ke-8 sampai hari ke-14. Kelompok perlakuan kontrol positif dan L. plantarum + EPEC menunjukkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD paling rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan kontrol positif dan L. plantarum + EPEC paling rendah secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya (Lampiran 6). Rendahnya kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada kelompok perlakuan kontrol positif dan L. plantarum + EPEC terlihat pula dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi negatif (-) paling tinggi secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya (Lampiran 8). Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang paling rendah pada kelompok perlakuan kontrol positif dan L. plantarum + EPEC menunjukkan bahwa pemberian EPEC dapat mengakibatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal tikus percobaan menjadi rendah.

Infeksi EPEC pada sel inang menyebabkan terjadinya kerusakan mikrovili usus, peningkatan permeabilitas paraseluler, merangsang proses inflamasi, dan peningkatan aktivitas fagositosis oleh sel radang (Savkovic et al. 2005, Schuller et al. 2009). Selama proses fagositosis, reseptor fagosit yang mengikat mikroba (bakteri patogen) mengirimkan sinyal yang mengaktifkan beberapa enzim dalam fagolisosom. Salah satu enzim yaitu oksidase fagosit terbentuk atas pengaruh mediator inflamasi seperti Leukotrin B4 (LTB4), Platelet Activating Factor

(PAF), dan Tumor Necrosis Factor (TNF). Enzim ini mengubah molekul oksigen menjadi radikal bebas anion superoksida dan H2O2 (Baratawidjaja 2006). Keberadaan radikal bebas anion superoksida akan dinetralisir oleh antioksidan Cu,Zn-SOD. Jumlah bakteri EPEC yang banyak akan meningkatkan jumlah radikal bebas anion superoksida, sehingga antioksidan Cu,Zn-SOD yang dipakai untuk menetralisir radikal bebas tersebut juga meningkat. Hal inilah yang menyebabkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD di jaringan ginjal pada tikus yang dipapar EPEC menjadi rendah.

Kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC. Hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat (+++) pada kelompok perlakuan L. fermentum + EPEC lebih tinggi secara sangat nyata (p<0.01) dibandingkan dengan kelompok perlakuan L. plantarum + EPEC (Lampiran 6). Hal ini juga terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi negatif (-) pada kelompok perlakuan L.

Dokumen terkait