• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanenan Kayu

Tujuan jangka pendek PT. Musi Hutan Persada adalah memproduksi kayu bulat sebagai bahan baku industri pulp, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah melaksanakan program pembangunan hutan tanaman industri, terutama dalam meningkatkan hasil hutan, produktivitas lahan dan kualitas lingkungan hidup. Karenanya, maka perencanaan pemanenan yang baik sangat diutamakan. Sebagai perusahaan HTI, PT. MHP menggunakan sistim tebang habis pada areal yang siap tebang. Artinya bahwa seluruh kayu dalam areal tersebut harusdipanen. Jenis tanaman utama di PT. MHP adalah Acacia mangium, tetapi untuk pohon selain akasia tetapi bukan yang dilindung juga ikut ditebang hanya saja tidak ikut dibawa ke tempat pengolahan atau pabrik.

Pemanenan dilakukan oleh kontraktor yang mengajukan diri dan telah disetujui oleh perusahaan. Sebelum pekerjaan dimulai kontraktor wajib mempersiapkan diri dengan mengambil data areal tebang pada bagian produksi. Khusus untuk pemanenan dengan menggunakan kabel, selain untuk pengecekan areal data juga diperlukan dalam menentukan tiang dan posisi tempat meletakkan alat penggulung kabel (mobil).

Kegiatan penebangan dalam pemanenan kayu meliputi : 2. Penebangan (cutting/felling)

Diawali dengan penentuan tinggi takik rebah (± 8 cm dpt) dengan arah rebah disesuaikan arah sarad kabel.

Setelah ditebang, pohon dibersihkan dari ranting dan cabang dengan gergaji rantai mengikuti permukaan batang utama. Ranting dan cabang dengan diameter < 8 cm dicincang dan diletakkan diantara jalur sarad agar tidak menghalangi proses penyaradan. Cabang dengan Ø • 8 cm ikut d itarik tetapi tumpukannya dipisah dari batang utama.

4. Pemotongan batang (trimming/bucking)

Sebelum dipotong batang harus diperiksa dan dibersihkan dari kayu terbakar, busuk atau rusak. Panjang sortimen 2,5 m dengan diameter minimal 8 cm. Penarikan dan penumpukan batang utama dipisahkan dari potongan cabang. Kayu ditumpuk pada tempat yang datar. Pembagian batang dapat pula dilakukan sebelum disarad tergantung alat yang dipergunakan.

Sistim pemanenan dengan kabel dilakukan pada areal berbukit dengan kemiringan 15 % atau lebih seperti pada areal Unit VIII Tebing Indah. Sistim yang diterapkan adalah sistim semi mekanis, dimana pemanenan dilakukan dengan alat mekanis seperti gergaji rantai (chainsaw) dan mobil yang memerlukan tenaga manual dalam pengoperasiannya. Salah satu alasan pemilihan sistim ini adalah karena sistim ini memperkerjakan banyak tenaga kerja yang berarti membuka lahan pekerjaan baru. Ada dua macam cara penarikan pada sistim kabel, yaitu :

a. Sistim Tarik Panjang (Tree Length System)

Pada sistim ini kayu yang disarad adalah kayu panjang dengan diameter minimal 8 cm. Tajuk dan cabang dibersihkan di tempat rebah sedangkan pembagian batang dilakukan setelah kayu disarad.

b. Sistim Tarik Pendek (Short Wood System)

Sistim ini menarik kayu pendek yang sudah berupa sortimen 2,5 m. Pemotongan tajuk dan cabang serta pembagian batang dilakukan di tempat rebahnya. Setelah menjadi sortimen kayu diikat 4-5 batang dengan kabel baru kemudian ditarik dan ditumpuk di TPn.

Kegiatan pemanenan di PT. MHP menggunakan metode geng, yaitu cara kerja berkelompok yang terdiri dari pemilik geng, mandor, operator gergaji rantai dan keneknya, serta perintis (cruiser) untuk cara biasa atau termasuk regu sarad,

Gambar 2. Roda penggulung sistim Kabel dan regu tumpuk untuk sistim kabel, sehingga dalam satu geng bisa terdiri dari 15-23 orang. Ada beberapa keuntungan yang didapat dari metode geng ini, yaitu :

1. Memudahkan kontrol karyawan kontrak di tingkat bawah

2. Menghemat biaya pengayaan dan perawatan alat

3. Mempersingkat jalur birokrasi dari pihak manajemen

4. Memperkecil biaya tambahan (seperti tanggungan rumah, kesehatan dan

lainnya)

5. Memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar hutan

6. Sebagai salah satu penghubung perusahaan dengan masyarakat sekitar hutan

Adapun kerugian dari metode geng ini adalah kontrol kualitas yang minim, lemahnya kontrol perusahaan dalam mensejahterakan para pekerja penebangan dan terjadinya monopoli usaha oleh pihak-pihak pemilik modal.

Penyaradan dengan Menggunakan Kabel Katrol

Areal PT. MHP sebagian besar bertopografi datar dan landai, sehingga penggunaan forwarder dalam pemanenan dirasa sudah mencukupi. Ketika diketahui bahwa target tebangan tahun 2003 SU II Benakat yang sebesar 36.100 m3 hampir seluruhnya diperoleh dari Unit VIII Tebing Indah yang sebagian besar arealnya berbukit-bukit dengan kelerengan diatas 15 %, maka forwarder dirasakan tidak efektif lagi. Karenanya, agar seluruh kayu dari areal tersebut dapat dikeluarkan maka perusahaan mulai menerapkan sistim penyaradan dengan menggunakan kabel katrol (Cable Yarding System). Sistim kabel katrol ini adalah sistim yang memanfaatkan tenaga mesin mobil untuk menarik sebuah kabel yang diikatkan pada kayu secara mendatar menyentuh tanah dengan bantuan katrol.

Salah satu sistim kabel katrol yang dipergunakan di PT. MHP adalah Sistim C-50. Sistim ini menggunakan mobil Chevrolet C-50, satu kabel berpengait (±150 m) dan dua buah katrol. Satu katrol diletakkan setinggi 2-3 m pada pohon yang akan dijadikan tiang dan lainnya akan dipergunakan untuk mengarahkan kabel apabila diperlukan.

Untuk mengeluarkan kayu kabel harus diulurkan dan ditarik

secara manual menuju kayu dalam keadaan mesin mobil mati. Selanjutnya kabel diikatkan pada kayu untuk kemudian ditarik oleh mobil. Penarikan dilakukan dengan menggunakan tenaga mobil. Kabel digulung pada celah antara roda belakang sebelah kanan yang diangkat sehingga tidak bergesekan dengan tanah ketika menggulung kabel. Karena C-50 merupakan mobil one wheel drive maka ketika digas, roda dapat menggulung kabel dan sebaiknya juga digunakan saat mengulur dengan mesin pada posisi mundur untuk menghemat waktu. Untuk pengamanan, sebelum dioperasikan bak mobil dan roda kiri belakang harus diikat. Kayu yang ditarik adalah kayu panjang berdiameter • 8 cm. Setelah ditarik kayu dipotong 2,5 m dan ditumpuk secara manual di tepi jalan loging yang sudah ada atau dalam tahap perencanaan oleh tukang tumpuk.

Secara umum, pengoperasian sistim kabel terdiri dari 2 tahap, yaitu : 1. Tahap persiapan alat.

Terdiri dari pembongkaran alat, perpindahan alat dan pemasangan alat di lokasi baru. Tahap ini dilakukan bila pohon dalam radius kabel sudah habis dan ditumpuk di TPn. Apabila jalur lurus maka mobil diletakkan setiap jarak 100 m, namun apabila arealnya berliku maka letak mobil disesuaikan dengan lokasi tebangan. Selanjutnya alat dipasang kembali, demikian seterusnya sampai seluruh pohon dalam areal tebang habis dan ditumpuk rapih.

2. Tahap pengoperasian.

Merupakan tahap pengeluaran kayu ke tepi jalan angkutan yang dimulai sejak kabel diulurkan sampai seluruh kayu di wilayah jangkauan kabel selesai ditarik dan ditumpuk di TPn yang telah disiapkan di tepi jalan angkutan.

Tabel 3. Sistim Penyaradan dengan Menggunakan Chevrolet C-50 Perincian Keterangan

Peralatan yang digunakan 1. Menggunakan Chevrolet C-50 1500 cc, kabel berpengait dan dua buah katrol

Penggulung kabel 2. Kabel digulung pada salah satu roda mobil

Letak Katrol 3. Katrol pertama terletak 2-3 m pada tiang, katrol lainnya di tepi jurang apabila ada kayu yang harus dikeluarkan.

Penebangan 4 Pohon ditebang perjalur kabel, dibersihkan dari ranting dan cabang untuk tiap lokasi mobil

Penarikan 5 Kayu yang ditarik adalah kayu panjang bebas cabang. Pembagian batang dilakukan setelah kayu disarad.

Penumpukan 6 Penumpukan dilakukan oleh regu tumpuk secara manual sehingga akan memakan waktu lebih lama

Spesifikasi Alat

Alat yang digunakan berupa modifikasi dari mesin mobil tua yang masih memiliki kemampuan menarik kayu, terdiri dari mobil, kabel baja berpengait dan katrol. Modifikasi menyebabkan mesin mampu bekerja optimal, sehingga beban yang ditanggung tidak terlalu berat.

Tabel 4. Spesifikasi Alat yang Digunakan dalam Sistim C-50

No. Jenis Alat Spesifikasi

1. Tenaga Penarik Chevrolet C-50 1500 cc 2. Alat Penggulung Kabel as roda kanan belakang

3. Kabel maksimal 150 m

4. Katrol 2 buah

Gambar 3 Katrol pada tiang utama Gambar 4. Proses pengikatan Kayu

Regu Kerja

Jumlah tenaga kerja yang digunakan diserahkan kepada kontraktor melihat pada luasan areal, kondisi lapangan, potensi dan sebagainya. Regu kerja berada dibawah pengawasan operator yang merupakan wakil kontraktor di lapangan. Operator bertugas menangani pemeliharaan alat beserta perbaikannya. Regu tumpuk yang berjumlah 8 orang dimaksudkan untuk meringankan beban kerja tukang tumpukyang harus menumpuk kayu secara manual dan karenanya memerlukan tenaga cukup besar agar pekerjaan dapat cepat diselesaikan.

Karena sistim kabel katrol merupakan sistim kontrak, maka perusahaan hanya menetapkan upah kerja peregu kerja per m3. Sedangkan jumlah anggota regu kerja dan pembagian upah perorangnya terletak pada kebijaksanaan kontraktor dan perusahaan tidak bertanggung jawab terhadapnya.

Dari segi keamanan dan keselamatan kerja terlihat para pekerja tidak dilengkapi peralatan keselamatan yang memadai. Pekerja hanya menggunakan sarung tangan, padahal peralatan seperti helm, kotak P3K, sepatu, pelindung telinga dan lainnya sangat diperlukan. Akibatnya saat pekerja terluka mereka tidak langsung mendapat pertolongan. Selain itu pendengaran mereka akan terganggu karena saat dioperasikan alat mengeluarkan suara yang kuat.

Tabel 5. Perincian Regu Kerja Sistim Kabel Katrol

Persiapan Alat

Alat harus berpindah bila seluruh kayu dalam radius kabel selesai ditarik dan ditumpuk di TPn. Jarak perpindahan berkisar 100-150 m mengikuti kondisi lapangan. Ada 3 tahap persiapan untuk sistim berpindah yaitu :

1. Tahap pembongkaran alat

a. Melepas rantai roda e. Melepas katrol

b. Melepas rantai ban f. Menggulung kabel di ban c. Mendongkrak mobil g. Mengikat kabel di ban

d. Melepas kayu pengganjal h. Mengembalikan posisi kopling

2. Tahap Perpindahan

a. Membersihkan jalan mobil c. Persiapan TPn

No. Jenis Pekerjaan Pekerja Upah

1. Menebang dan memangkas batang di tempat rebah Chainsawman 2. Menarik Kabel, mengikatkannya di kayu yang akan ditarik kemudian melepaskannya kembali setelah ditarik chokerman

3. Mengoperasikan mobil Operator Mobil

4. Mengawasi jalur kabel saat kayu ditarik dan memberitahukannya kepada operator mobil serta membantu melepaskan kabel saat kayu selesai ditarik

Kenek Mobil

5. Mengukur kayu sepanjang 2,5 m Tukang ukur

6. Membagi batang Chainsawman

7. Menumpuk kayu di TPn secara manual Tukang Tumpuk (±8 orang)

Rp 51.250,-/m3 per regu

kerja

b. Menentukan tiang utama d. Perpindahan Mobil 3. Tahap Pemasangan Alat

a. Penempatan mobil f. Menggali tanah di bawah roda penggali b. Membongkar peralatan g. Memasang katrol

c. Mengikat roda h. Melepas ikatan kabel d. Mendongkrak mobil i. Menyetel kopling e. Meletakkan kayu pengganjal j. Mencoba alat

Katrol harus diletakkan setinggi 2-3 m. Tiang harus besar dengan bentuk batang lurus dan terletak di pinggir jalan. Sistim C-50 ini membutuhkan waktu cukup lama saat berpindah. Hal ini terjadi karena sistim C-50 menyarad kayu panjang sehingga kayu sisa potongan berada di sekitar mobil sehingga menyebabkan jalan mobil penuh dengan kayu sisa yang akan menghambat pergerakan mobil saat berpindah. Penelitian ini dilakukan pada tiga lokasi yang berarti memerlukan tiga kali perpindahan alat dengan total trip sebanyak 175 trip. Tabel 6 berikut merupakan tabel waktu persiapan untuk sistim kabel.

Tabel 6. Waktu Persiapan Sistim C-50 Waktu (detik)

No. Kegiatan Efektif Hilang Total 1. Bongkar Alat 772 dtk 51,67 dtk 823,67 dtk 2. Perpindahan 5443,67 dtk 104,67 dtk 5548,34 dtk 3. Pasang Alat 1122,33 dtk 100,67 dtk 1223 dtk Total 7388 dtk 257 dtk 7595 dtk

Pada Tabel 6 tersebut terlihat bahwa waktu hilang yang terjadi sudah sangat kecil sekali bila dibandingkan dengan waktu totalnya yaitu sekitar 3,38 % saja. Hal ini berarti bahwa para pekerja cukup mampu bekerja dengan efektif dan efisien yang tentunya bias menambah produktivitas kerja sistim kabel ini. Waktu yang hilang tersebut kebanyakan berasal dari mengobrol dan istirahat. Dari faktor alat waktu hilang diakibatkan oleh mesin mati, jalan mobil tersangkut saat berpindah ataupun kesulitan pada saat memasang katrol.

Waktu Kerja Sistim Kabel Katrol

Waktu kerja adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Pada sistim kabel katrol, waktu kerja dimulai sejak alat mulai dipasang

sampai alat harus berpindah apabila seluruh kayu dalam jangkauan kabel telah selesai ditarik dan ditumpuk rapih di TPn untuk setiap lokasi tebang. Pada Tabel 8 terlihat bahwa waktu total efektif dan waktu total aktual sistim C-50 tidak berbeda jauh. Hal ini menunjukkan regu kerja C-50 sudah bekerja dengan cukup efektif yang diakibatkan oleh beberapa sebab seperti kemampuan mereka untuk bekerja yang baik, pengenalan alat yang mereka gunakan dengan baik juga koordinasi yang baik antar pekerja.

Tabel 7. Total Waktu Kerja dengan Menggunakan Sistim C-50

Waktu kerja penyaradan dengan kabel dipengaruhi oleh faktor jarak sarad, volume kayu, kemiringan lapangan, keadaan atau kondisi lapangan, serta kuat tarik dari alat itu sendiri (FAO, 1981). Adapun waktu hilang sebagian besar terjadi karena pekerja sering mengobrol, istirahat yang terlalu sering, mesin mogok, kayu tersangkut, ikatan kabel yang terlepas dan penyebab lainnya.

Dari waktu kerja tersebut, produktivitas kerja sistim kabel katrol dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel tersebut menunjukkan produktivitas kerja sistim kabel katrol dengan memperhitungkan waktu persiapan alat.

Tabel 8. Produktivitas Kerja Sistim C-50

Waktu Kerja per Setting Produktivitas Jarak Sarad

Rata-rata (m) Volume rata-rata (m3) Efektif (detik) Aktual (detik) Efektif (m3/jam) Aktual (m3/jam)

1703,3 m 16,15 m3 12165 detik 15121 detik 4,78 m3/jam 3,84 m3/jam Sebelum penelitian ini dilakukan telah ada penelitian lain yang dilakukan terhadap sistim kabel katrol. Sistim kabel yang diteliti tersebut adalah sistim yang memanfaatkan mobil Toyota Hardtop tahun 70 4000 cc (Arsis, 2003). Penelitian tersebut menghitung produktivitas pada jarak sarad rata-rata 1488 m pada satu lokasi sarad. Sebagai bahan perbandingan maka hasil penelitian tersebut akan disandingkan dengan hasil penelitian C-50 dengan jarak sarad yang sama atau tidak berbeda terlalu jauh pada satu lokasi sarad, yaitu pada lokasi sarad C-50 yang pertama. Hasil perbandingan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

Total Waktu Persiapan Total Waktu Sarad Total Waktu Kerja Lokasi N trip Jarak Sarad Total Volume Efektif Total Aktual Efektif Aktual Efektif Aktual

Lokasi I 51 1496 m 13,43 m3 11717 dtk 12126 dtk 4417 dtk 7378 dtk 16134 dtk 19505 dtk Lokasi II 56 2072 m 14,46 m3 5473 dtk 5527 dtk 5125 dtk 8799 dtk 10598 dtk 14326 dtk Lokasi III 68 1542 m 20,57 m3 4824 dtk 5132 dtk 4939 dtk 6401 dtk 9763 dtk 11533 dtk

Total 175 5110 m 48,46 m3 22014 dtk 22785 dtk 14481 dtk 22578 dtk 36495 dtk 45363 dtk

Tabel 9. Perbandingan Produktivitas Kerja Sistim C-50 dan Sistim Hardtop (Arsis, 2003)

Waktu Kerja per Setting Produktivitas Sistim

Kabel Rata-rata (m) Jarak Sarad Volume Rata-rata (m3) Efektif (detik) Aktual (detik) Efektif (m3/jam) Aktual (m3/jam)

Hardtop 1488 m 24,90 m3 24999 detik 45988 detik 3,59 m3/jam 1,95 m3/jam C-50 1496 m 13,43 m3 16134 detik 19505 detik 2,99 m3/jam 2,48 m3/jam

Pada Tabel 9 tersebut terlihat bahwa untuk produktivitas efektif, sistim Hardtop memiliki produktivitas kerja lebih besar dari sistim C-50 tetapi produktivitas aktualnya ternyata sistim C-50 ang memiliki produktivitas lebih besar. Hal ini terjadi karena sistim Hardtop memiliki waktu hilang yang sangat besar terlihat dari waktu kerja aktualnya yang hamper dua kali lipat dari waktu kerja efektifnya. Banyaknya waktu hilang tersebut cenderung mengurangi produktivitas kerja karena saat waktu hilang terjadi sistim tidak beroperasi seperti seharusnya, sehingga hasil kerja akan berkurang.

Produktivitas Alat

Produktifitas alat merupakan produktivitas murni alat saat menyarad sehingga tidak dipengaruhi oleh waktu persiapan alat. Produktivitas sistim C-50 tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Produktivitas Sistim C-50

Waktu Kerja Rata-rata Produktivitas Jarak Sarad

Rata-rata (m) Volume Rata-rata (m3) Efektif (detik) Aktual (detik) Efektif (m3/jam) Aktual (m3/jam)

29,20 m 0,28 m3 82,75 129,02 12,18 m3/jam 7,81 m3/jam Dari Tabel 10 terlihat bahwa produktivitas aktual sistim C-50 lebih kecil dari produktivitas efektifnya. Ini terjadi karena pengaruh waktu hilang yang terjadi. Waktu hilang tersebut diakibatkan oleh kurangnya tenaga tumpuk, gergaji rantai yang hanya satu, disiplin kerja yang kurang, cuaca yang tidak mendukung serta tidak adanya target tertentu yang harus dicapai setiap kelompok kerja sehingga pekerja bekerja semaunya. Besar prosentasi waktu hilang yang terjadi pada sistim kabel C-50 ini dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Prosentase Elemen Kerja Penyaradan Sistem C-50 No. Elemen Kerja Lama(detik) Prosentase (%) N Trip N Batang

1. Mengulur 6286 27,84 % - -

2. Mengikat 930 4,12 % - -

3. Menarik 6232 27,60 % - -

5. Waktu Efektif 14481 64,14 % - -

5. Waktu Hilang 8097 35,86 % - -

Total 22578 100 % 175 200

Tabel 11 menunjukkan bahwa sistim C-50 memiliki waktu hilang sebesar 35,86 % dari waktu totalnya. Faktor lain yang mempengaruhi produktivitas adalah tidak adanya jadwal pangangkutan yang jelas, dimana pengangkutan kayu dari TPn dilakukan lama setelah kayu selesai ditumpuk. Produktivitas penyaradan dengan menggunakan kabel katrol dapat ditingkatkan dengan mengurangi waktu hilangnya sehingga waktunya dapat dimanfaatkan dengan efektif.

Prestasi Kerja Sistim Kabel Katrol

Prestasi kerja adalah hasil kerja atau produksi dalam satuan kerja persatuan waktu (Wasono, 1965). Dalam sehari, kegiatan ekstrasi kayu di PT. MHP dilakukan selama ± 8 jam termasuk waktu istirahat dan 25 hari kerja per bulan dengan memperhitungkan hari hujan, mesin rusak dan lainnya. Saat penelitian, target tebangan tahun 2003 adalah 36.400 m3 maka target tersebut dapat tercapai dengan prestasi kerja sebesar 121,33 m3/hari kerja. Prestasi kerja untuk sistim C-50 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Prestasi Kerja Per Hari Kerja sistim C-50 Produktivitas

Kerja (m3/jam) Jam Kerja per Hari Prestasi Kerja per Hari Kerja (m3/hari kerja) Target per Hari kerja (m3/hari kerja) Jumlah Unit yang dibutuhkan

3,84 m3/jam 8 jam 30,72 m3/hari kerja 121,33 m3/hari kerja 4 unit Sebagai perbandingan, prestasi kerja sistim Hardtop (Arsis, 2003) dan sistim C-50 dengan jarak sarad yang sama atau tidak berbeda jauh pada satu lokasi sarad dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Perbandingan Prestasi Kerja Sistem C-50 dan Sistim Hardtop Sistim

Kabel Kerja (mProduktivitas 3/jam) Jam Kerja per Hari Prestasi Kerja per Hari Kerja (m3/hari kerja) Target per Hari kerja (m3/hari kerja) yang dibutuhkan Jumlah Unit

C-50 2,48 m3/jam 8 jam 19,84 m3/jam 121,33 m3/hari kerja 7 unit Hardtop 1,95 m3/jam 8 jam 15,6 m3/hari kerja 121,33 m3/hari kerja 8 unit Dari hasil Tabel 13 terlihat bahwa target tebangan dapat terpenuhi dengan memakai 7 sampai 8 unit sistim kabel. Namun kenyataannya, pada tahun tersebut PT. MHP memakai 14 unit sistim kabel sehingga pada akhir Agustus 2003 target tersebut telah dapat terpenuhi. Walaupun target telah terpenuhi kegiatan pemanenan tetap dilaksanakan kontraktor karena mereka terikat kontrak untuk mengeluarkan kayu dalam areal mereka. Hal ini mengakibatkan kelebihan

produksi sehingga kegiatan pemanenan harus segera dihentikan, karena apabila produksi terus berlanjut maka pabrik tidak mampu menampung kelebihan tersebut dan harus menolak kayu yang telah dipanen sehingga kayu dibiarkan menumpuk di hutan, rusak dan membusuk.

Saat penelitian dilaksanakan (September 2003), surat perintah penghentian produksi sedang dibuat dan pada Oktober 2003 surat tersebut resmi diberlakukan sehingga kegiatan produksi resmi dihentikan. Hal ini merugikan perusahaan karena harus mengurus surat kontrak yang telah berjalan, mencari jalan keluar agar kayu yang terlanjur dipanen tidak rusak atau membusuk dan lain-lain. Sehingga, untuk menghindari terulangnya kejadian seperti itu maka pada target tebangan tahun berikutnya perencanaan penggunaan unit harus diperhitungkan.

Pengaruh Jarak Sarad dan Volume Kayu Terhadap Produktivitas Penyaradan dengan Menggunakan Kabel

Hasil penghitungan statistik pengaruh jarak sarad dan volume kayu yang disarad dapat terlihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Perhitungan Pengaruh Jarak Sarad dan Volume Kayu yang Disarad terhadap Produktivitas Kerja Alat pada Sistim Kabel Katrol

No. mempengaruhi Faktor yang

Produksi Efektif Aktual

1. Jarak Sarad Y = 18,403 - 0,147 X R2 = 6,3 % r = 25,1 % sig = 0,001 Y = 15,683 - 0,138 X R2 = 9,3 % r = 30,4 % sig = 0,000 2. Volume Kayu Y = 53,451 X - 0,678 R2 = 63,2 % r = 79,5 % sig = 0,000 Y = 1,925 + 35,152 X R2 = 45,5 % r = 67,4 % sig = 0,000

3. Jarak Sarad dan Volume Kayu Y = 4,330 + 55,443 X1 - 0,19 X2 R2 = 73,3 % r = 85,9 % sig = 0,000 sig Volume = 0,000 sig Jarak Sarad = 0,000

Y = 6,317 + 36,899 X1 - 0,167 X2

R2 =59 % r = 76,8 % sig = 0,000 sig Volume = 0,000 sig Jarak Sarad = 0,000

Pada Tabel 14 terlihat bahwa jarak sarad berpengaruh sebesar 6,3 % terhadap produktivitas efektifnya dan 9,3% terhadap produktivitas aktualnya. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 90,7 % - 96,7 % dipengaruhi oleh faktor lain. Karenanya maka dapat disimpulkan bahwa untuk hubungan jarak sarad terhadap

Jarak Sarad (m) 95.00 60.00 55.00 47.00 35.00 32.00 27.00 25.00 25.00 21.00 20.00 17.00 15.00 15.00 10.00 8.00 6.00 5.00

Produktifitas Alat Aktual (m3/jam)

70 60 50 40 30 20 10 0 Jarak Sarad (m) 95.00 60.00 55.00 47.00 35.00 32.00 27.00 25.00 25.00 21.00 20.00 17.00 15.00 15.00 10.00 8.00 6.00 5.00

Produktifitas Efektif (m3/jam)

130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

produktivitas maka Ho ditolak, artinya memang benar terdapat hubungan antara jarak sarad dengan produktivitas kerja alat. Kondisi jalur sarad yang tidak sama pada setiap trip mengakibatkan bahwa walaupun kayu yang akan disarad berada pada jarak relatif dekat tetapi apabila jalur saradnya memiliki banyak tunggak, semak-semak atau batuan besar yang bisa menghambat penarikan maka waktu saradnya dapat menjadi lebih besar dari waktu penyaradan untuk mengeluarkan kayu dari jarak lebih jauh namun kondisi jalur saradnya bersih dari rintangan.

Pengaruh jarak sarad terhadap produktivitas kerja alat pada sistim C-50 dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Grafik Hubungan Jarak Sarad terhadap Produktivitas Sistim Kabel Adapun volume kayu, dengan nilai koefisien determinasi (R2) 63,2 % untuk produktivitas efektif dan 45,5 % untuk produktivitas aktual menandakan bahwa 45,5 % - 63,2 % dari produktifitas penyaradan dengan menggunakan sistim C-50 dipengaruhi volume kayu yang ditarik kabel sedang sisanya yang 36,8 % - 54,5 % dipengaruhi oleh faktor lain termasuk jarak sarad. Pengaruh ini dipertegas oleh nilai signifikasi 0,000 dengan nilai korelasi sebesar 79,5 % dan 67,4 % yang berarti bahwa untuk taraf kesalahan 5 %, volume kayu berpengaruh signifikan terhadap produktifitas penyaradan dengan menggunakan kabel. Dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak karena volume kayu ternyata berpengaruh terhadap produktivitas kerja alat pada sistem kabel katrol.

Dari persamaan dapat diartikan bahwa setiap volume kayu yang ditarik bertambah 0,1 m3 maka produktifitas akan bertambah. Penambahan volume kayu artinya adalah penambahan trip karena kabel hanya bisa menarik maksimal 3 potong kayu panjang berdiameter kecil atau sebuah kayu panjang berdiameter besar (30-40 cm). Penambahan trip berarti proses pengeluaran kayu harus

dilakukan dengan seefisien mungkin yaitu melalui pengurangan waktu hilang sehingga waktu kerja tidak banyak terbuang. Pengaruh volume terhadap produktifitas kerja alat pada sistim C-50 dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik Hubungan Volume Kayu terhadap Produktivitas Sistim Kabel Pada Tabel 14 juga terlihat bahwa secara bersama-sama jarak sarad dan volume kayu berpengaruh sebesar 59 %-73,3 % terhadap produktifitas penyaradan sistim kabel katrol dengan korelasi cukup tinggi yaitu sebesar 76,8 %-85,9 %. Dengan nilai signifikan 0,000-0,006 maka jarak sarad dan volume kayu dapat memberikan pengaruh terhadap produktifitas penyaradan sistim kabel secara sendiri-sendiri ataupun secara bersamaan dengan faktor lain. Sedangkan melihat kepada hasil persamaan yang dihasilkan maka dapat disimpulkan bahwa volume kayu yang ditarik lebih berpengaruh daripada jarak sarad terhadap produktivitas penyaradan dengan menggunakan kabel katrol.

Selain jarak sarad dan volume kayu, produktivitas kerja alat juga

Dokumen terkait