• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelahiran BBLR

5.3.5. Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan terbagi atas: (a) sama dengan atau lebih dari 4 kali, dan (b) kurang dari 4 kali pemeriksaan. Distribusi pemeriksaan kehamilan dapat dilihat pada tabel 5.3.5.1.

Tabel 5.3.5.1. Distribusi frekuensi BBLR berdasarkan pemeriksaan kehamilan

Pemeriksaan Kehamilan n Persentase (%)

< 4 kali 71 45,51

Sama atau lebih dari 4 kali 85 54,49

Total 156 100

Proporsi terbesar ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR mempunyai riwayat pemeriksaan kehamilan sebanyak 4 atau lebih kali yaitu sebanyak 85 orang (54,49 %) sedangkan ibu yang mempunyai riwayat pemeriksaan kehamilan kurang dari 4 kali adalah sebanyak 71 orang (45,51 %).

5.4. Pembahasan

Dalam penelitian ini, faktor-faktor resiko kelahiran BBLR yang diamati meliputi usia ibu saat hamil, usia kelahiran bayi, paritas, komplikasi yang dialami saat kehamilan dan riwayat pemeriksaan kehamilan ibu.

Jumlah bayi yang lahir dengan BBLR di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah sebanyak 178 (21,07 %) orang bayi dimana 86 orang bayi (48,31 %) lahir pada tahun 2011 dan 92 orang bayi (51,69 %) lahir pada tahun 2012. Menurut Sianturi (2009), kejadian BBLR di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2003 meningkat sebesar 14,28 % dari 280 orang bayi, pada tahun 2004, mengalami penurunan sebanyak 10 % dari 200 orang bayi, pada tahun 2005, angkanya meningkat kembali menjadi 10,42 % dari 240 orang bayi dan pada tahun 2006, terjadi peningkatan lagi sebesar 13,33 dari 480 orang bayi. Pada masa yang sama, survei yang dilakukan di bagian rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan mendapatkan angka kejadian BBLR pada tahun 2009 yang sebanyak 107 (16 %) dari 669 orang bayi sedangkan pada tahun 2010, angkanya meningkat menjadi 142 (27,73 %) dari 512 orang bayi. Peningkatan angka kelahiran bayi dengan BBLR di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2011 dan 2012 dapat terjadi karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan untuk Propinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau yang justru menjelaskan peningkatan jumlah kelahiran di rumah sakit tersebut (Pardede, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR berusia antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 115 orang (73,72 %). Hasil ini sesuai dengan data yang diperoleh dari Ginting (2004) di Medan, dimana jumlah ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR adalah tertinggi dalam kalangan ibu yang berusia antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 78 orang (47,3 %), disusuli dengan ibu yang berusia kurang dari 20 tahun yang sebanyak 47 orang (28,5 %) dan ibu yang berusia kurang dari 35 tahun memiliki persentase yang paling rendah yaitu sebanyak 40 orang (24,4 %). Usia 20-35 tahun merupakan usia optimal untuk hamil karena rahim sudah cukup kuat untuk

menerima kehamilan dan mental wanita tersebut juga sudah matang untuk menjaga bayi serta dirinya (Draper,2001 dalam Cendekia,2012). Selain itu, sebagian besar ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR dalam penelitian oleh Ginting mempunyai usia kelahiran bayi yang kurang bulan sebanyak 121 orang (69,7 %) serta mempunyai jumlah pemeriksaan kehamilan kurang dari 4 kali sebanyak 104 orang (63 %). Prematuritas dan jumlah kunjungan antenatal yang kurang dari 4 kali dapat memyebabkan kelahiran bayi dengan BBLR.

Dari segi usia kelahiran bayi, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar bayi yang lahir dengan BBLR di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah bayi prematur dengan usia kelahiran kurang dari 37 minggu (89,74 %). Hasil ini tidak sejalan dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh Surtiati (2003) dimana sebagian besar bayi yang lahir dengan BBLR mempunyai umur kehamilan lebih atau sama dengan 37 minggu (89,90 %). Hasil yang diperoleh dalam penelitian tersebut dapat dikarenakan karakteristik yang lain pada ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR seperti paritas sebanyak 2-4 orang anak sebanyak 48,60 % dan jumlah pemeriksaan kehamilan yang kurang dari 4 kali sebanyak 82,61 %. Menurut Kramer (1987), paritas dan jumlah pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor risiko kejadian BBLR. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa bayi yang lahir kurang bulan dari ibu yang mengalami komplikasi saat kehamilan adalah sebanyak 82 orang bayi (58,57 %) terutamanya ketuban pecah dini yang sebanyak 29 orang bayi (20,71 %) sedangkan bayi yang lahir prematur dari ibu yang tidak mengalami komplikasi saat kehamilan adalah sebanyak 54 orang bayi (38,57 %).

Hasil penelitian dari segi paritas ibu menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai paritas 2-3 orang anak lebih banyak melahirkan bayi dengan BBLR yaitu sebanyak 45 orang (28,84 %). Namun, hasil yang diperoleh pada penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Negi (2006) yang mendapatkan bahwa lebih banyak ibu dengan paritas 1 orang anak melahirkan bayi dengan BBLR berbanding ibu dengan paritas 2 dan 3 orang anak. Hal ini

dapat terjadi karena sebagian besar ibu yang terlibat dalam penelitian yang dilakukan oleh Negi berusia kurang dari 20 tahun yaitu sebanyak 8 orang (36,4 %) serta mempunyai jumlah pemeriksaan kehamilan sebanyak satu kali yaitu sebanyak 5 orang (41,7 %). Menurut Manuaba (1998) dalam Silangit (2013), usia ibu hamil yang kurang dari 20 tahun dapat menyebabkan BBLR dan begitu juga jumlah pemeriksaan kehamilan yang kurang dari 4 kali beresiko melahirkan bayi dengan BBLR 1,5 kali lipat dibandingkan ibu yang memeriksakan kehamilannya 4 kali atau lebih (Setyowati,1996 dalam Suriani,2010).

Dari segi komplikasi saat kehamilan, didapatkan bahwa mayoritas ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR mengalami ketuban pecah dini yaitu sebanyak 30 orang (19,23 %). Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Noor (2007) di Pakistan yang mendapatkan bahwa mayoritas bayi yang lahir (62,3 %) dari ibu yang mengalami ketuban pecah dini mempunyai berat badan lahir yang rendah. Ketuban pecah dini dapat menyebabkan kelahiran prematur sehingga bayi yang dilahirkan beresiko untuk lahir dengan BBLR (Sistiarani, 2008).

Dari segi frekuensi pemeriksaan kehamilan, didapatkan dari hasil bahwa kebanyakan ibu yang mempunyai riwayat pemeriksaan kehamilan sebanyak 4 kali atau lebih melahirkan bayi dengan BBLR yaitu sebanyak 85 orang (54,49 %) berbanding ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan kurang dari 4 kali yaitu sebanyak 71 orang (45,51 %). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Metgud (2012) di India dimana didapatkan bahwa ibu yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan mempunyai resiko 11 kali lipat untuk melahirkan bayi dengan BBLR jika dibandingkan dengan ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak tiga atau lebih kali. Dari 1131 ibu hamil, 740 (65,4%) orang ibu telah melakukan registrasi pemeriksaan kehamilan pada trimester pertama. Dari seluruh ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan, ibu yang melakukan registrasi pemeriksaan kehamilan pada trimester pertama mempunyai resiko lebih rendah untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Registrasi pemeriksaan kehamilan yang lewat merupakan salah satu faktor resiko kelahiran bayi dengan BBLR. Hal ini karena pada pemeriksaan kehamilan yang dimulai dari

trimester pertama, dokter atau perawat yang melakukan pemeriksaan dapat mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini dan memberi perawatan yang diperlukan dengan lebih awal (Office of Women Health, 2009).

BAB 6

Dokumen terkait