• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi lingkungan sekitar lokasi penelitian sedikit banyak memberikan pengaruh pada selera makan dan keadaan monyet. Faktor lingkungan yang mempengaruhi diantaranya adalah kebersihan, kenyamanan kandang dan suhu serta kelembaban kandang. Kandang dibersihkan setiap hari oleh teknisi dan kenyamanannya dijaga dengan adanya lampu, ventilasi dan exhaust fan, sehingga sirkulasi udara lancar. Suhu udara dan kelembaban udara rata-rata selama penelitian berkisar antara (26,05±0,60) oC dan (91,91±4,99) % pada pagi hari, (28,41±0,85) oC dan (83,27±4,03) % pada siang hari, dan (27,27±0,88) oC dan (86,05±5,86) %. Kondisi suhu dan kelembaban ini tercatat lebih tinggi dari kondisi ideal yang sesuai untuk MEP. Menurut Fiennes (1976), suhu yang sesuai untuk MEP berkisar antara 21-24 oC dan kelembaban relatif 50%. Gambar berikut memperlihatkan kondisi umum penelitian (kandang, pemeriksaan kesehatan dan pengambilan data).

a b

c d

Gambar 3. Kandang MEP beserta fasilitas: pintu masuk (a), kandang individu (b), manajemen kesehatan (c), dan penimbangan bobot badan (d).

26 Secara keseluruhan, baik pada masa persiapan dan adaptasi serta masa perlakuan pakan MEP diperiksa kesehatannya secara rutin oleh dokter hewan dan teknisi kandang PT. IndoAnilab.

Ransum Penelitian

Monyet ekor panjang (MEP) diberi tiga perlakuan pakan yaitu 2 perlakuan pakan energi tinggi (pakan A dan pakan B) dan pakan C. Pakan A memiliki kandungan energi 4,48 kkal/kg. Pakan ini mengandung BETN tinggi dan lemak tinggi yang berbahan dasar lemak sapi (beef tallow). Pakan formulasi B memiliki kandungan energi 4,21 kkal/kg. Komposisi pakan B sama dengan pakan A, berbahan dasar lemak sapi namun ditambahkan kuning telur. Pakan C mengandung energi 4,33 kkal/kg yang berasal dari ransum dengan persentase protein kasar tinggi. Hasil analisis proksimat ransum penelitian diperlihatkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan Nutrisi Ransum Penelitian

No Nutrisi

Pakan A Pakan B Pakan C

(pakan berlemak sapi) (pakan berlemak sapi dan berkuning telur) (monkey chow) 1 2 1 2 1 2 1 Bahan Kering (%) 68,09 100 70,18 100 92,75 100 2 Kadar abu (%) 4,73 6,95 3,89 5,54 7,65 8,25 3 Protein Kasar (%) 14,42 21,18 15,01 21,39 29,39 31,69 4 Serat Kasar (%) 1,81 2,66 1,14 1,62 6,02 6,49 5 Lemak Kasar (%) 19,62 28,81 19,62 27,96 5,55 5,98 6 BETN (%) 59,62 87,56 60,34 85,98 51,38 55,40 7 Ca (%) 1,41 2,07 1,25 1,78 1,66 1,79 8 P (%) 0,65 0,95 0,58 0,83 1,55 1,67

9 Gross energi (kkal/kg) 4,48 6,58 4,21 6,00 4,33 4,67

Keterangan : 1 = jumlah aktual berdasarkan hasil analisis proksimat

2 = jumlah unsur nutrisi berdasarkan 100% bahan kering masing-masing pakan

Hasil analisis proksimat Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, 2008

Terdapat perbedaan bentuk fisik pakan yaitu pakan A dan B berwarna merah dengan bentuk bulat lonjong dengan konsistensi lembek. Berat kering (selanjutnya

27 disingkat menjadi BK) pakan A berkisar 68% dan pakan B berkisar 70%. Pakan C berwarna coklat kekuningan dan berbentuk lebih pipih, lonjong dan keras (BK 93%). Di antara pakan energi tinggi yang dibuat, pakan B terlihat lebih kalis. Bentuk fisik dan tekstur pakan C lebih baik dibandingkan pakan energi tinggi. Pembuatan pakan secara manual dan penyajian pakan energi tinggi dalam bentuk basah menyebabkan pakan energi tinggi kurang tahan lama dibanding pakan C. Pakan tersebut semua disukai, namun yang paling tinggi dikonsumsi adalah pakan B. Hal ini disebabkan karena kandungan kuning telur yang terdapat pada pakan tersebut. Gambar ketiga pakan diperlihatkan pada Gambar 4 di bawah ini.

a b c

Gambar 4. Bentuk fisik masing-masing pakan perlakuan: pakan A (a), pakan B (b) dan monkey chow sebagai pakan C (c)

Telur berfungsi untuk menjaga kelembaban cake, mengikat udara selama pencampuran adonan, meningkatkan nilai gizi, memberi warna dan sebagai emulsifier karena mengandung lecithin. Emulsifier (lecithin pada telur, monogliserida) berfungsi untuk meningkatkan volum cake, memperbaiki rasa, memperbaiki struktur crumb (butiran remah), meningkatkan kelembutan crumb, mengurangi laju kehilangan kadar air selama penyimpanan, mengurangi laju pengerasan atau pengerutan cake, dan meningkatkan volume adonan (Widowati, 2003).

28 Profil Darah Monyet Ekor Panjang

Gambaran nilai hematologis darah sangat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, ras (breed), emosi, dan latihan yang berlebihan. Jika tubuh hewan mengalami perubahan fisiologis, maka gambaran darah juga akan mengalami perubahan. Perubahan fisiologis ini dapat disebabkan karena faktor internal seperti pertambahan umur, keadaan gizi, latihan, kesehatan, stres, proses produksi darah, kebuntingan, dan suhu tubuh. Perubahan eksternal antara lain infeksi kuman penyakit, fraktura, dan perubahan suhu lingkungan (Guyton dan Hall, 1997).

Sel Darah Merah Jumlah Sel Darah Merah

Peningkatan atau penurunan jumlah sel darah merah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu ras (breed), aktivitas dan ketinggian tempat (Schalm, 1975). Faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah merah dalam sirkulasi antara lain hormon eritropoietin yang berfungsi merangsang eritropoiesis dengan memicu produksi proeritroblas dari sel-sel hemopoietik dalam sumsum tulang. Vitamin B12 dan asam folat mempengaruhi eritropoiesis pada tahap pematangan akhir dari sel darah merah (Meyer dan Harvey, 2004).

Tabel 7 menyajikan perkembangan jumlah sel darah merah MEP yang diberi perlakuan pakan. Hasil analisis statistik menunjukkan jumlah sel darah merah sangat nyata (P<0,01) dipengaruhi oleh perlakuan pakan, sedangkan periode pengamatan yang tersarang pada perlakuan pakan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05). Perlakuan pakan B nyata (P<0,05) lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan pakan A dan pakan C, sedangkan pakan A tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan pakan C. Rataan jumlah sel darah merah MEP pakan C selama perlakuan adalah 6,36 (106/ml). Kisaran normal sel darah merah MEP menurut Fortman et al. (2001) adalah 5,3-6,3 (106/ml).

29 Tabel 7. Rataan ( ), Simpangan Baku (SB), dan Koefisien Keragaman (KK) Jumlah Sel Darah Merah Monyet Ekor Panjang (MEP) selama Perlakuan Periode (bulan ke-) Perlakuan Pakan A B C ± SB KK ± SB KK ± SB KK (106/ ml) (%) (106/ ml) (%) (106/ ml) (%) 0 6,20±0,30 4,81 6,47±0,32 4,94 6,07±0,52 8,63 1 6,48±0,38 5,80 6,57±0,27 4,14 6,28±0,50 7,89 2 6,58±0,30 4,58 6,95±0,57 8,15 6,54±0,37 5,62 3 6,53±0.33 5,01 7,08±0,47 6,62 6,50±0,31 4,74 4 6,69±0,15 2,20 7,14±0,58 8,07 6,44±0,36 5,63 Rataan 6,50±0,29b --- 6,84±0,44a --- 6,37±0,41b ---

Keterangan : Supercript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh pakan yang nyata.

Nutrisi yang dibutuhkan oleh satwa primata harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Jumlah kandungan masing unsur nutrisi berdasarkan 100% bahan kering masing-masing-masing pakan (Tabel 6) memperlihatkan pakan B mempunyai unsur nutrisi yang lebih banyak dari pakan perlakuan lainnya untuk pembentukan sel darah merah. Kaneko (1980) mengatakan bahwa dalam proses pembentukan sel darah merah diperlukan glisin, asam asetat, asam folat, vitamin B6, vitamin B12, dan zat besi. Pakan B mengandung lemak dan BETN yang lebih tinggi dibanding pakan A dan pakan C. Lemak sebagai bahan penyusun ransum mempunyai beberapa keuntungan antara lain sebagai sumber energi dan disimpan dalam kelenjar adiposa, sebagai sumber asam-asam lemak esensial, pembawa vitamin, dan sumber kholin dan prostaglandin (Oktarina, 2009). Oktarina juga menyebutkan bahwa, pakan B lebih disukai dengan jumlah konsumsi yang paling tinggi dari perlakuan pakan lainnya. Perkembangan jumlah sel darah merah selama perlakuan pakan disajikan pada Gambar 5.

30 Gambar 5. Grafik Rataan Jumlah Sel Darah Merah Monyet Ekor Panjang

(MEP) selama Perlakuan

Pakan A memiliki pola perubahan jumlah sel darah merah yang cenderung sama dengan pola pada pakan C. Perbedaan terjadi pada bulan ke-4. Jumlah sel darah merah pada perlakuan pakan A mengalami peningkatan, sedangkan pada pakan C mengalami penurunan. Hasil penelitian ini merujuk pada hasil penelitian Oktarina (2009), bahwa konsumsi nutrien pakan B pada bulan ke 3 terjadi penurunan, sedangkan konsumsi nutrien pakan C mengalami peningkatan.

Kadar Hemoglobin

Menurut Rastogi (1977), hemoglobin merupakan kompleks protein dan besi. Globin merupakan komponen protein dan heme merupakan komponen besi non protein. Hemoglobin disintesis pada sel darah merah dari asam asetat dan glisin. Menurut Kaneko (1980), dalam proses pembentukan hemoglobin diperlukan vitamin B6, vitamin B12, asam folat, asam asetat, besi dan protein (dalam bentuk glisin).

Rataan kadar hemoglobin MEP pakan C selama perlakuan adalah 12,36 g/dl, sedangkan kadar hemoglobin MEP yang diberikan pakan A dan pakan B berada di sekitar kisaran kadar hemoglobin MEP yang mendapat pakan C. Kisaran normal kadar hemoglobin MEP menurut Fortman et al. (2001) adalah 11,0-12,4 (g/dl). Tabel 8 menyajikan perkembangan kadar hemoglobin MEP yang diberi perlakuan pakan.

Keterangan: 6,0 6,1 6,2 6,3 6,4 6,5 6,6 6,7 6,8 6,9 7,0 7,1 7,2 0 1 2 3 4 Periode (bulan)

Pakan A Pakan B Pakan C Jumlah Sel (106/ml)

31 Hasil analisis statistik menunjukkan kadar hemoglobin monyet sangat nyata (P<0,01) dipengaruhi oleh perlakuan pakan, sedangkan periode pengamatan yang tersarang pada perlakuan pakan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05). Rataan nilai hemoglobin MEP pada perlakuan pakan B nyata (P<0,05) paling tinggi, dan rataan nilai hemoglobin MEP pada pakan C lebih tinggi dari perlakuan pakan A. Dapat dikatakan bahwa perlakuan pakan B memberikan peningkatan nilai hemoglobin paling tinggi.

Tabel 8. Rataan ( ), Simpangan Baku (SB), dan Koefisien Keragaman (KK) Kadar Hemoglobin Monyet Ekor Panjang (MEP) selama Perlakuan

Periode (bulan ke-) Perlakuan Pakan A B C ± SB KK ± SB KK ± SB KK (g/dl) (%) (g/dl) (%) (g/dl) (%) 0 11,50±0,83 7,20 12,28±0,65 5,29 11,79±1,43 12,09 1 11,57±0,65 5,64 12,34±0,60 4,83 12,08±1,13 9,36 2 11,72±0,45 3,83 12,98±0,55 4,27 12,64±1,18 9,37 3 11,64± 0,69 5,94 13,18±1,06 8,02 12,38±1,12 9,02 4 12,18±0,55 4,47 13,66±0,66 4,84 12,94±1,22 9,44 Rataan 11,72±0,63c --- 12,89±0,70a --- 12,37±1,22b ---

Keterangan : Supercript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh pakan yang nyata.

Hal ini dapat dijelaskan dengan merujuk pada kandungan nutrisi masing-masing pakan perlakuan (Tabel 6). Unsur nutrisi yang paling berpengaruh pada pembentukan hemoglobin seperti yang disebutkan oleh Kaneko (1980) salah satunya adalah protein. Urutan kandungan protein pada pakan perlakuan dari yang tertinggi sampai terendah secara berurutan berdasarkan 100% BK masing-masing pakan adalah pakan C (31,69%), pakan B (21,39%) dan pakan A (21,18%). Pakan B walaupun dari segi kandungan protein lebih rendah dibandingkan pakan C memberikan pengaruh lebih besar terhadap kadar hemoglobin karena kandungan lemak yang tinggi pada pakan tersebut. Lemak yang berasal dari lemak sapi dan kuning telur pada pakan B berfungsi sebagai pembawa vitamin dan mineral yang

32 berguna untuk sintesis hemoglobin. Perkembangan kadar hemoglobin selama perlakuan pakan disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik Rataan Kadar Hemoglobin Monyet Ekor Panjang (MEP) selama Perlakuan

Gambar 6 memperlihatkan tren perubahan yang hampir sama pada ketiga perlakuan pakan, kecuali untuk bulan ke-3 pada pakan A dan pakan C. MEP yang diberikan pakan B memperlihatkan kadar hemoglobin dari bulan ke bulan pengamatan. Kadar hemoglobin MEP yang diberi pakan A dan pakan C naik dari periode bulan ke-0 sampai bulan ke-2, kemudian turun pada bulan ke-3, dan kembali naik pada bulan ke-4.

Oktarina (2009) menyebutkan bahwa konsumsi nutrien MEP yang mendapat pakan A mengalami penurunan pada bulan ke-3, kemudian naik pada bulan ke-4. Konsumsi nutrien pada MEP yang mendapat pakan C tidak mengalami penurunan (malah naik), dengan kata lain penurunan kadar hemoglobin ini tidak dipengaruhi oleh konsumsi nutrien. Guyton dan Hall (1997) menyebutkan perubahan gambaran darah selain dipengaruhi oleh perubahan fisiologis (keadaan gizi, latihan, stress, suhu tubuh, dan emosi) juga dipengaruhi oleh faktor ekternal (infeksi kuman penyakit, fraktura dan perubahan suhu lingkungan).

11,0 11,2 11,4 11,6 11,8 12,0 12,2 12,4 12,6 12,8 13,0 13,2 13,4 13,6 13,8 0 1 2 3 4 Periode (bulan)

Pakan A Pakan B Pakan C Hb (g/dl)

33 Hematokrit

Hematokrit adalah angka yang menunjukkan persentasi sel darah terhadap cairan darah. Bila terjadi perembesan cairan atau plasma darah keluar dari pembuluh darah sementara bagian selnya tetap dalam pembuluh maka akan terjadi peningkatan hematokrit. Jadi berkurangnya cairan membuat persentase sel darah terhadap cairannya meningkat sehingga kadar hematokritnya juga meningkat (Tumbelaka, 2005). Menurut Colville and Bassert (2002), nilai hematokrit dapat digunakan untuk melihat status anemia atau polycythemia.

Kisaran normal hematokrit MEP menurut Fortman et al. (2001) adalah 33,1-37,5 (%). Rataan nilai hematokrit yang diperlihatkan MEP yang memperoleh pakan C selama perlakuan adalah 38,96%, sedangkan nilai hematokrit MEP yang diberikan pakan A dan pakan B berada di sekitar nilai hematokrit yang diperlihatkan oleh MEP yang mengonsumsi pakan C. Tabel 9 menyajikan perkembangan nilai hematokrit MEP yang diberi perlakuan pakan. Hasil analisis statistik menunjukkan nilai hematokrit monyet sangat nyata (P<0,01) dipengaruhi oleh perlakuan pakan, sedangkan periode pengamatan yang tersarang pada perlakuan pakan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05). Rataan nilai hematokrit perlakuan pakan B nyata (P<0,05) paling tinggi dari ke-3 perlakuan pakan. Rataan nilai hematokrit pakan C nyata lebih tinggi (P<0,05) dari perlakuan pakan A.

Hematokrit berhubungan dengan cairan plasma. Cairan pada jaringan tubuh keberadaannya dipengaruhi oleh asupan air yang diperoleh dari makanan, minuman dan air metabolis (air yang diperoleh dari oksidasi metabolis nutrien). Pengaruh yang terjadi jika asupan air kurang secara biokimia terhadap kondisi darah salah satunya adalah peningkatan nilai hematokrit (World Animal Science, 1983). Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya pakan perlakuan memiliki BK yang tinggi, demikian juga pakan C. Dengan demikian kadar air masing-masing pakan rendah. Urutan pakan yang mempunyai kadar air terendah sampai tertinggi secara berurutan adalah: pakan C, pakan B, dan pakan A. Pakan dengan kadar air rendah menyebabkan nilai hematokrit MEP yang mengonsumsi pakan tersebut tinggi.

34 Tabel 9. Rataan ( ), Simpangan Baku (SB), dan Koefisien Keragaman (KK)

Nilai Hematokrit Monyet Ekor Panjang (MEP) selama Perlakuan

Periode (bulan ke-) Perlakuan Pakan A B C ± SB KK ± SB KK ± SB KK --- (%) --- 0 37,51±2,69 7,17 39,76±0,75 1,88 38,06±3,99 10,47 1 36,85±2,19 5,94 39,22±1,03 2,63 38,16±2,96 7,74 2 37,06±1,53 4,13 41,00±1,98 4,82 39,64±3,03 7,65 3 36,78±2,28 6,2 41,16± 2,45 5,95 39,36±2,86 7,27 4 38,04±1,16 3,04 41,98±1,72 4,09 39,56±3,05 7,71 Rataan 37,25±1,97c --- 40,62±1,59a --- 38,95±3,18b ---

Keterangan : Supercript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh pakan yang nyata.

Hal lain yang mempengaruhi nilai hematokrit adalah jumlah sel darah merah dalam darah sebagaimana yang dilaporkan oleh Victoria et al. (2007). Pakan B adalah pakan dengan jumlah sel darah merah paling tinggi di antara pakan-pakan lainnya, dan mempunyai BK yang tinggi sehingga memiliki nilai hematokrit yang tinggi, (paling tinggi dari ke-3 pakan). Pakan A mempunyai nilai hematokrit terendah karena mempunyai sel darah merah tidak sebanyak pakan B dan mempunyai kadar air yang lebih besar. Pakan C meskipun kadar air dalam pakan paling kecil, karena jumlah sel darah merah dalam darah sama dengan pakan A, nilai hematokrit yang dimiliki lebih besar dari pakan A.

Gambar 7 yang menunjukkan pola perubahan nilai hematokrit selama 4 bulan perlakuan pakan. Dari grafik dapat dilihat bahwa masing-masing perlakuan pakan mempunyai pola perubahan hematokrit yang sama. Peningkatan nilai hematokrit yang diperlihatkan oleh pakan A merupakan nilai terendah, sedangkan pakan B memperlihatkan peningkatan nilai tertinggi di antara ke-3 perlakuan pakan.

35 Gambar 7. Grafik Rataan Nilai Hematokrit Monyet Ekor Panjang (MEP)

selama Perlakuan

Air yang terkandung dalam pakan bisa saja mempunyai pengaruh yang kecil terhadap nilai hematokrit jika MEP minum air dalam jumlah yang cukup. Nyatanya, walaupun MEP saat penelitian diberikan minum ad libitum, tetapi air pada wadah yang diberikan lebih sering ditumpahkan, sehingga hanya sedikit air yang diminum.

Mean Corpuscular Volume (MCV)

Mean Corpuscular Volume (MCV) menunjukkan ukuran rata-rata dari sel darah merah. MCV akan naik bila ukuran sel darah merah lebih besar dari ukuran normal (macrocytic), contohnya pada anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12. MCV turun berarti ukuran sel darah merah lebih kecil dari ukuran normal (microcytic), biasanya terjadi karena defisiensi zat besi atau thalasemia.

Tabel 10 menyajikan perkembangan nilai MCV monyet ekor panjang yang diberi perlakuan pakan. Hasil analisis statistik menunjukkan nilai MCV monyet sangat nyata (P<0,01) dipengaruhi oleh perlakuan pakan, sedangkan periode pengamatan yang tersarang pada perlakuan pakan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05). Rataan MCV dari MEP yang nengonsumsi pakan C (P<0,05) nyata

36,0 36,5 37,0 37,5 38,0 38,5 39,0 39,5 40,0 40,5 41,0 41,5 42,0 0 1 2 3 4 Periode (bulan)

Pakan A Pakan B Pakan C

Keterangan:

36 paling tinggi dari ke-3 perlakuan pakan. Rataan nilai MCV perlakuan B nyata lebih tinggi (P<0,05) dari perlakuan pakan A.

Dalam perhitungannya MCV dipengaruhi oleh jumlah sel darah merah dan nilai hematokrit. MCV merupakan perbandingan antara hematokrit dengan jumlah sel darah merah. Dengan kata lain MCV berbanding lurus dengan peningkatan nilai hematokrit dan berbanding terbalik dengan banyaknya sel darah merah yang beredar. Nilai MCV akan besar saat nilai hematokrit besar dengan sel darah merah yang beredar lebih sedikit. Sebaliknya, MCV akan kecil saat nilai hematokrit kecil dengan sel darah merah yang beredar lebih banyak atau nilai hematokrit dan jumlah sel darah merah yang beredar sama-sama tinggi.

Dari ketiga jenis pakan, yang mempengaruhi nilai hematokrit tertinggi adalah pakan B, kemudian disusul pakan C dan terakhir pakan A. Namun, urutan pakan yang memberikan pengaruh besar pada jumlah sel darah merah secara berurutan adalah pakan B, pakan A, dan pakan C. Pakan C karena mempunyai nilai hematokrit yang cukup tinggi dengan jumlah sel darah merah yang paling rendah menyebabkan pakan tersebut mempunyai nilai MCV tertinggi. Pakan A dengan jumlah hematokrit yang terendah dan jumlah sel darah yang tinggi menyebabkan pakan tersebut memperlihatkan nilai MCV terendah.

Tabel 10. Rataan ( ), Simpangan Baku (SD), dan Koefisien Keragaman (KK) Mean Corpuscular Volume (MCV) Monyet Ekor Panjang (MEP) selama Perlakuan Periode (bulan ke-) Perlakuan Pakan A B C ± SB KK ± SB KK ± SB KK (fl) (%) (fl) (%) (fl) (%) 0 60,47±1,58 2,62 61,61±3,22 5,22 62,63±2,10 3,37 1 56,87±1,67 2,93 59,80±2,61 4,37 60,83±2,20 3,62 2 56,39±1,62 2,88 59,09±2,29 3,87 60,58±2,37 3,91 3 56,31±1,68 2,98 58,19±2,34 4,02 60,59±2,22 3,67 4 56,84±1,66 2,92 59,00±3,08 5,21 61,39±2,16 3,52 Rataan 57,57±1,44c --- 59,54±2,71b --- 61,20±2,21a ---

Keterangan : Supercript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh pakan yang nyata.

37 Kisaran normal nilai MCV MEP menurut Fortman et al. (2001) adalah 59-66 (fl). Rataan nilai MCV MEP yang mengonsumsi pakan C selama perlakuan adalah 61,20 fl. Pakan B mempunyai nilai MCV yang masih berada di sekitar kisaran nilai MCV pakan C, sedangkan pakan A memperlihatkan nilai MCV yang di bawah kisaran nilai MCV dari MEP yang mengonsumsi pakan C. Dengan kata lain, pakan A walaupun menyebabkan sel darah merah beredar dalam jumlah yang banyak, tetapi mempunyai ukuran yang kecil. Perkembangan nilai MCV MEP selama perlakuan pakan disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik Rataan Nilai Mean Corpuscular Volume (MCV) Monyet Ekor Panjang (MEP) selama Perlakuan

Gambar 8 memperlihatkan pola nilai MCV sama pada ke-3 pakan. Dari gambar terlihat adanya penurunan nilai MCV dari perlakuan pakan saat awal penelitian (bulan ke-0) sampai bulan ke-1. Nilai MCV yang menurun drastis pada bulan ke-1 terjadi karena terjadi peningkatan jumlah sel darah merah, namun nilai hematokrit malah menurun. Penurunan terus terjadi sampai bulan ke-3, kemudian pada bulan ke-4 mengalami sedikit peningkatan.

Keterangan: 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 0 1 2 3 4 Periode (bulan)

Pakan A Pakan B Pakan C

MCV (fl)

38

Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)

Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) menunjukkan rata-rata jumlah oksigen terikat hemoglobin yang terdapat dalam satu sel darah merah. MCH yang rendah mengindikasikan sel darah mengandung hemoglobin yang rendah. Hal ini disebabkan karena produksi hemoglobin yang kurang. Saat diperiksa di bawah mikroskop, sel darah terlihat pucat. MCH yang rendah ini disebut anemia hypochromic. Anemia hypochromic biasanya disebabkan oleh kekurangan zat besi. MCH biasanya akan meningkat dalam keadaan anemia macrocytic yang berhubungan dengan defisiensi vitamin B12 dan asam folat (American Association for Clinical Chemistry, 2009).

Tabel 11 menyajikan perkembangan nilai MCH monyet ekor panjang yang diberi perlakuan pakan. Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan pakan yang diberikan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) sedangkan periode pengamatan yang tersarang pada perlakuan pakan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05). Rataan nilai MCH perlakuan pakan C nyata (P<0,05) paling tinggi dari ke-3 perlakuan pakan, sedangkan rataan nilai MCH perlakuan pakan B lebih tinggi (P<0,05) dari pakan A.

Tabel 11. Rataan ( ), Simpangan Baku (SD), dan Koefisien Keragaman (KK) Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) Monyet Ekor Panjang (MEP) selama Perlakuan

Periode (bulan ke-) Perlakuan Pakan A B C ± SB KK ± SB KK ± SB KK (ρg) (%) (ρg) (%) (ρg) (%) 0 18,53±0,57 3,05 19,04±1,61 8,48 19,38±0,97 5,02 1 17,86±0,70 3,91 18,83±1,32 6,99 19,24±0,90 4,68 2 17,83±0,55 3,08 18,73±1,21 6,46 19,30±1,04 5,39 3 17,83±0,63 3,51 18,63±1,26 6,77 19,05±1,06 5,55 4 18,20±0,80 4,39 19,22±1,45 7,55 20,07±1,04 5,20 Rataan 18,05±0,65c --- 18,89±1,37b --- 19,41±1,00a ---

Keterangan : Supercript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh pakan yang nyata.

39 Dua faktor yang mempengaruhi perhitungan nilai MCH adalah kadar hemoglobin darah dan jumlah sel darah merah yang beredar. MCH diperoleh melalui perbandingan antara hemoglobin dengan jumlah sel darah merah. Dengan kata lain MCH berbanding lurus dengan peningkatan kadar hemoglobin dan berbanding terbalik dengan banyaknya sel darah yang beredar. Semakin banyak sel darah yang beredar akan memperkecil nilai MCH, jika tidak diikuti dengan peningkatan kadar hemoglobin.

Berdasarkan tiga pakan perlakuan, MEP yang memperlihatkan kadar hemoglobin tertinggi adalah MEP yang mengonsumsi pakan B, kemudian pakan C dan terakhir pakan A. Namun dari jumlah sel darah merah yang diperoleh, urutan pakan yang memberikan pengaruh besar secara berurutan adalah pakan B, pakan A, dan pakan C. Pakan C karena mempunyai kadar hemoglobin yang cukup tinggi dengan jumlah sel darah merah yang paling rendah menyebabkan pakan tersebut mempunyai nilai MCH tertinggi di antara semua pakan perlakuan. Pakan B yang mempunyai kadar hemoglobin sedikit lebih tinggi dari pakan C, tetapi karena mempunyai jumlah sel darah merah yang paling tinggi menyebabkan nilai MCH yang diperoleh tidak sebesar pada pakan C. Pakan A dengan kadar hemoglobin yang terendah dan jumlah sel darah yang cukup tinggi menyebabkan pakan tersebut memiliki nilai MCH terendah. Perkembangan nilai MCH MEP selama perlakuan pakan disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik Rataan Nilai Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) Monyet Ekor Panjang (MEP) selama Perlakuan

0 1 2 3 4

Periode (bulan)

Pakan A Pakan B Pakan C 20,5 19,0 17,5 20,0 19,5 18,5 18,0 MCH (ρg) Keterangan:

40 Kisaran normal nilai MCH MEP menurut Fortman et al. (2001) adalah 19-21 (ρg). Rataan nilai MCH MEP yang mengonsumsi pakan C selama perlakuan adalah 19,41 ρg. MEP yang mengonsumsi pakan B memperlihatkan kisaran nilai MCH yang masih berada di sekitar kisaran nilai MCH MEP yang mendapat pakan C, sedangkan MEP yang mengonsumsi pakan A berada di bawah kisaran nilai MCH MEP yang mendapat pakan C. Gambar 9 memvisualisasikan pola perubahan MCH selama 4 bulan perlakuan pakan. Terlihat pola nilai MCH yang hampir sama pada ke-3 pakan.

Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)

Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) merupakan konsentrasi hemoglobin rata-rata pada setiap sel darah merah. Penurunan nilai MCHC (hypochromia) terlihat pada kondisi hemoglobin dalam sel darah merah yang encer. Hal ini dapat terjadi karena anemia defisiensi zat besi dan thalasemia. Peningkatan nilai MCHC (hyperchromia) terlihat pada kondisi hemoglobin dalam sel darah merah yang pekat. Hemoglobin yang pekat dalam darah terjadi pada pasien yang mengalami kebakaran (luka bakar berat), hereditary spherocytosis, dan kelainan congenital. MCHC dapat turun saat nilai MCV turun, sedangkan peningkatannya terbatas hanya sampai pada jumlah hemoglobin yang layak dalam kapasitas tampung sebuah sel darah merah (American Association for Clinical Chemistry, 2009).

Kisaran normal nilai MCHC MEP menurut Fortman et al. (2001) adalah 32-35 (g/dl). Rataan nilai MCHC MEP yang mendapat pakan C selama perlakuan adalah 31,70 g/dl, sedangkan pakan A dan pakan B mempunyai nilai MCHC yang masih dalam kisaran nilai MCHC pada pakan C. Tabel 12 menyajikan perkembangan nilai MCHC MEP yang diberi perlakuan pakan. Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan pakan yang diberikan pakan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05) dan periode yang tersarang pada perlakuan pakan menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01). Uji lanjut Duncan memperlihatkan periode pengamatan pada bulan ke-4 nyata (P<0,05) paling tinggi, sedangkan periode pengamatan bulan ke-3 dan ke-2 nyata (P<0,05) lebih tinggi dari periode pengamatan bulan pertama

41 dan ke-0. Perkembangan nilai MCHC MEP selama perlakuan pakan disajikan pada Gambar 10

.

Tabel 12. Rataan ( ), Simpangan Baku (SD), dan Koefisien Keragaman (KK) Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) Monyet Ekor Panjang (MEP) selama Perlakuan

Periode (bulan ke-) Perlakuan Pakan A B C ± SB KK ± SB KK ± SB KK (g/dl) (%) (g/dl) (%) (g/dl) (%) 0 30,66±0,45 1,47 30,87±1,19 3,85 30,93±0,62 2,01 1 31,41±0,57 1,81 31,45±0,90 2,87 31,62±0,57 1,79 2 31,63±0,51 1,62 31,67±0,87 2,73 31,86±0,83 2,61 3 31,65±0,33 1,05 32,00±0,98 3,05 31,42±0,86 2,73 4 32,01±0,65 2,02 32,54±0,89 2,72 32,67±0,72 2,21

Gambar 10. Grafik Rataan Nilai MCHC Monyet Ekor Panjang (MEP) selama Perlakuan

Dokumen terkait