• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Laju Perkecambahan (hari)

Berdasarkan analisis data secara statistik diketahui bahwa perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl, varietas dan interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan (Lampiran 10).

Data laju perkecambahan dalam hubungannya dengan perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan laju perkecambahan pada perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas

Varietas (V) Konsentrasi larutan garam NaCl (G) Rataan

G0 G1 G2 G3

Camar (V1) 1.82abcdefg 1.92abcdef 1.47bcdefg 2.15ab 1.84ab Merpati (V2) 1.33cdefg 1.65abcdefg 1.72abcdefg 2.03abcde 1.68ab Gelatik (V3) 1.39bcdefg 1.75abcdefg 1.55abcdefg 1.55abcdefg 1.56b Arta Ijo (V4) 1.65abcdefg 1.23fg 2.07abc 1.32cdefg 1.57b Bhakti (V5) 1.92abcdef 1.77abcdefg 1.68abcdefg 2.30a 1.92a No. 129 (V6) 2.05abcd 1.12g 1.87abcdefg 1.83abcdefg 1.72ab

Rataan 1.69ab 1.57b 1.72ab 1.86a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris dan kolom pada kelompok perlakuan yang sama, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa laju perkecambahan yang paling lama akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl terdapat pada perlakuan G3 yaitu pada umur 1,86 hari setelah tanam (HST) berbeda tidak nyata dengan G0 dan G2 tetapi berbeda nyata dengan G1 serta tercepat pada perlakuan G1 yaitu pada umur 1,57 HST berbeda tidak nyata dengan G0 dan G2 tetapi berbeda nyata dengan G3.

Sedangkan laju perkecambahan tertinggi akibat perlakuan varietas terdapat pada varietas Bhakti (V5) yaitu sebesar 1,92 hari berbeda tidak nyata dengan varietas Camar (V1), Merpati (V2) dan No. 129 (V6) tetapi berbeda nyata dengan varietas Gelatik (V3) dan Arta Ijo (V4) serta terendah pada varietas Gelatik (V3) sebesar 1,56 hari berbeda tidak nyata dengan varietas Camar (V1), Merpati (V2), Arta Ijo (V4) dan No. 129 (V6) tetapi berbeda nyata dengan varietas Bhakti (V5).

Hubungan antara laju perkecambahan dengan konsentrasi larutan garam NaCl untuk masing-masing varietas kacang hijau dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Laju perkecambahan pada berbagai konsentrasi larutan garam NaCl untuk keenam varietas kacang hijau.

Persentase Kecambah Normal (%)

Berdasarkan analisis data secara statistik diketahui bahwa perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl, varietas dan interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah normal (Lampiran 11).

Data persentase kecambah normal dalam hubungannya dengan perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada Tabel 2.

G G G G V V V V V V G G G G Varietas La ju p e rk e ca m b a h a n (H a ri ) NaCl

Tabel 2. Rataan persentase kecambah normal pada perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas

Varietas (V) Konsentrasi larutan garam NaCl (G) Rataan

G0 G1 G2 G3 Camar (V1) 100.00 98.33 100.00 100.00 99.58 Merpati (V2) 100.00 100.00 100.00 96.67 99.17 Gelatik (V3) 95.00 100.00 100.00 100.00 98.75 Arta Ijo (V4) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Bhakti (V5) 98.33 100.00 98.33 100.00 99.17 No. 129 (V6) 98.33 100.00 100.00 100.00 99.58 Rataan 98.61 99.72 99.72 99.44

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa persentase kecambah normal tertinggi akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl terdapat pada perlakuan G1 dan G2 yaitu sebesar 99,72 % dan terendah pada G0 yaitu sebesar 98.61 %, sedangkan persentase kecambah normal tertinggi akibat perlakuan varietas terdapat pada varietas Arta Ijo (V4) yaitu sebesar 100 % dan terendah pada Gelatik (V3) yaitu sebesar 98.75 %.

Persentase Kecambah Abnormal (%)

Berdasarkan analisis data secara statistik diketahui bahwa perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl, varietas dan interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah abnormal (Lampiran 12).

Data persentase kecambah abnormal dalam hubungannya dengan perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan persentase kecambah abnormal pada perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas

Varietas (V) Konsentrasi larutan garam NaCl (G) Rataan

G0 G1 G2 G3 Camar (V1) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Merpati (V2) 0.00 0.00 0.00 3.33 0.83 Gelatik (V3) 3.33 0.00 0.00 0.00 0.83 Arta Ijo (V4) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Bhakti (V5) 1.67 0.00 0.00 0.00 0.42 No. 129 (V6) 1.67 0.00 0.00 0.00 0.42 Rataan 1.11 0.00 0.00 0.56

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase kecambah abnormal tertinggi akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl terdapat pada perlakuan G0 yaitu sebesar 1,11 % dan terendah pada G1 dan G2 yaitu sebesar 0 %, sedangkan persentase kecambah abnormal tertinggi akibat perlakuan varietas terdapat pada varietas Merpati (V2) dan Gelatik (V3) yaitu sebesar 0,83 % dan terendah pada varietas Camar (V1) dan Arta Ijo (V4) yaitu sebesar 0 %.

Persentase Benih Mati (%)

Berdasarkan analisis data secara statistik diketahui bahwa perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl, varietas dan interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap persentase benih mati (Lampiran 13).

Data persentase benih mati dalam hubungannya dengan perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan persentase benih mati pada perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas

Varietas (V) Konsentrasi larutan garam NaCl (G) Rataan

G0 G1 G2 G3 Camar (V1) 0.00 1.67 0.00 0.00 0.42 Merpati (V2) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Gelatik (V3) 1.67 0.00 0.00 0.00 0.42 Arta Ijo (V4) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Bhakti (V5) 0.00 0.00 1.67 0.00 0.42 No. 129 (V6) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Rataan 0.28 0.28 0.28 0.00

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa persentase benih mati tertinggi akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl terdapat pada perlakuan G0, G1 dan G2 yaitu sebesar 0,28 % dan terendah pada G3 yaitu sebesar 0 %, sedangkan persentase benih mati tertinggi akibat perlakuan varietas terdapat pada varietas Camar (V1), Gelatik (V3) dan Bhakti (V5) yaitu sebesar 0,42 % dan terendah pada varietas Merpati (V2), Arta Ijo (V4) dan No. 129 (V6) yaitu sebesar 0 %.

Bobot Segar Kecambah (g)

Berdasarkan analisis data secara statistik diketahui bahwa perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl, varietas dan interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh nyata terhadap parameter bobot segar kecambah (Lampiran 14).

Data bobot segar kecambah dalam hubungannya dengan perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot segar kecambah pada perlakuan garam NaCl dan varietas

Varietas (V) Garam NaCl (G) Rataan

G0 G1 G2 G3

Camar (V1) 0.15n 0.31ghijklmn 0.45cdefghi 0.32fghijklmn 0.31e Merpati (V2) 0.49bcdef 0.46cdefgh 0.48bcdefg 0.36efghijkl 0.45bcd Gelatik (V3) 0.44cdefghij 0.54bcd 0.45cdefghi 0.42cdefghijk 0.46bc Arta Ijo (V4) 0.25klmn 0.30hijklmn 0.33fghijklm 0.36efghijkl 0.31e Bhakti (V5) 0.51bcde 0.54bcd 0.54bcd 0.46cdefgh 0.51b No. 129 (V6) 0.76a 0.65ab 0.56bc 0.51bcde 0.62a

Rataan 0.43ab 0.47a 0.47a 0.40b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris dan kolom pada kelompok perlakuan yang sama, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa bobot segar kecambah tertinggi akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl terdapat pada perlakuan G1 dan G2 yaitu sebesar 0,47 g berbeda tidak nyata dengan G0 tetapi berbeda nyata dengan G3 serta terendah pada perlakuan G3 yaitu sebesar 0,4 g berbeda tidak nyata dengan G0 tetapi berbeda nyata dengan G1 dan G2.

Sedangkan bobot segar kecambah tertinggi akibat perlakuan varietas terdapat pada varietas No. 129 (V6) yaitu sebesar 0.62 g berbeda nyata dengan varietas Camar (V1), Merpati (V2), Gelatik (V3), Arta Ijo (V4), dan Bhakti (V5) serta terendah pada varietas Camar (V1) dan Arta Ijo (V4) yaitu sebesar 0,31 g berbeda nyata dengan varietas Merpati (V2), Gelatik (V3), Bhakti (V5) dan No. 129 (V6).

Hubungan antara bobot segar kecambah dengan konsentrasi larutan garam NaCl untuk masing-masing varietas kacang hijau dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Bobot segar kecambah pada berbagai konsentrasi larutan garam NaCl keenam varietas kacang hijau

Tinggi Kecambah (cm)

Berdasarkan analisis data secara statistik diketahui bahwa perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl, varietas dan interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi kecambah (Lampiran 15).

Data tinggi kecambah dalam hubungannya dengan perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Rataan tinggi kecambah pada perlakuan garam NaCl dan varietas

Varietas (V) Garam NaCl (G) Rataan

G0 G1 G2 G3

Camar (V1) 22.43bcdefghijk 20.59fghijklm 21.50bcdefghijklm 19.06m 20.89d

Merpati (V2) 21.53bcdefghijklm 21.73bcdefghijklm 22.73bcdefgh 20.60fghijklm 21.65cd

Gelatik (V3) 23.91abc 23.92ab 23.35abcdef 22.11bcdefghijkl 23.32a

Arta Ijo (V4) 20.27ghijklm 19.62lm 22.53bcdefghij 19.99hijklm 20.60d

Bhakti (V5) 22.55bcdefghi 20.74efghijklm 21.84bcdefghijklm 23.40abcde 22.13bc

No. 129 (V6) 25.63a 23.04abcdefg 23.56abcd 19.16m 22.85ab

Rataan 22.72a 21.61c 22.58ab 20.72d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris dan kolom pada kelompok perlakuan yang sama, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %.

G G G G V V V V V V G G G G Varietas B o b o t se g ar k e cam b ah (g ) NaCl

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa tinggi kecambah tertinggi akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl terdapat pada perlakuan G0 yaitu sebesar 22.72 cm berbeda tidak nyata dengan G2 tetapi berbeda nyata dengan G1 dan G3 serta terendah pada perlakuan G3 yaitu sebesar 20.72 cm berbeda nyata dengan G0, G1 dan G2.

Sedangkan tinggi kecambah tertinggi akibat perlakuan varietas terdapat pada varietas Gelatik (V3) yaitu sebesar 23.32 cm berbeda tidak nyata dengan varietas No. 129 (V6) tetapi berbeda nyata dengan varietas Camar (V1), Merpati (V2), Arta Ijo (V4) dan Bhakti (V5) serta terendah pada varietas Arta Ijo (V4) sebesar 20,6 cm berbeda tidak nyata dengan varietas Camar (V1) dan Merpati (V2) tetapi berbeda nyata dengan Gelatik (V3), Bhakti (V5) dan No. 129 (V6).

Hubungan antara tinggi kecambah dengan konsentrasi larutan garam NaCl untuk masing-masing varietas kacang hijau dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Tinggi kecambah pada berbagai konsentrasi larutan garam NaCl untuk keenam varietas kacang hijau

G… G… G… G… V V V V V V G G G G Varietas T in g g i k e cam b ah (c m ) NaCl

Pembahasan

Pengaruh konsentrasi larutan garam NaCl terhadap perkecambahan benih kacang hijau

Dari hasil analisis statistik, diperoleh bahwa perlakuan pemberian larutan garam NaCl pada konsentrasi yang berbeda memperlihatkan respon yang nyata pada parameter laju perkecambahan, bobot segar kecambah dan tinggi kecambah. Akan tetapi, hasil perkecambahan benih kacang hijau oleh setiap parameter tersebut tidaklah sama diantara 4 konsentrasi larutan garam NaCl yang diuji.

Berdasarkan laju perkecambahan akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl, laju perkecambahan benih kacang hijau yang paling cepat pada perlakuan G1 yaitu pada umur 1,57 HST, yang sedang pada perlakuan G0 dan G2 serta yang paling lama terdapat pada perlakuan G3 yaitu pada umur 1,86 HST.

Berdasarkan bobot segar kecambah akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dapat dilihat bahwa bobot segar kecambah tertinggi terdapat pada perlakuan G1 dan G2 yaitu sebesar 0,47 g, yang sedang pada G0 dan terendah pada perlakuan G3 yaitu sebesar 0,4 g.

Berdasarka tinggi kecambah akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl, dapat dilihat bahwa tinggi kecambah tertinggi terdapat pada perlakuan G0 yaitu 22.72 cm, yang sedang terdapat pada G1 dan G2 serta terendah pada perlakuan G3 yaitu 20.72 cm.

Dari ketiga parameter tersebut disimpulkan bahwa pengaruh perlakuan G0 terhadap perkecambahan benih kacang hijau termasuk dalam kategori sedang. Hal ini mungkin dikarenakan kekurangan unsur Na+ dan Cl- yang berfungsi dalam proses fisiologi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Follet et al. (1981) dalam

Sipayung (2003) yang menyatakan bahwa kekurangan unsur Na+ dan Cl- dapat menekan pertumbuhan dan mengurangi produksi. Dan hal ini sesuai juga dengan literatur Sipayung (2003) yang menyatakan bahwa dalam proses fisiologi tanaman, Na+ dan Cl- diduga mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman. Sementara air sangat dibutuhkan pada tahap awal suatu perkecambahan benih.

Perlakuan G1 berpengaruh baik terhadap perkecambahan benih kacang hijau. Hal ini diduga karena konsentrasi larutan garam NaCl 1000 ppm adalah sesuai untuk pertumbuhan dan produksi kacang hijau. Hal ini sesuai dengan literatur Tan (1991) dalam Delvian (2005) yang menyatakan bahwa tanah disebut bergaram jika ECs lebih dari 4 mmhos/cm. Secara alternatif, jika tanah dinyatakan dalam konteks konsentrasi garam, tanah bergaram adalah tanah yang mengandung garam lebih dari 0,1 % (1000 ppm).

Pengaruh perlakuan G2 terhadap perkecambahan benih kacang hijau termasuk dalam kategori sedang. Hal ini diduga karena kacang hijau masih toleran terhadap konsentrasi larutan garam NaCl 2000 ppm. Hal ini sesuai dengan literatur Sipayung (2003) yang menyatakan bahwa toleransi terhadap salinitas adalah beragam dengan spektrum yang luas diantara spesies tanaman mulai dari yang peka hingga yang cukup toleran.

Perlakuan G3 berpengaruh tidak baik terhadap perkecambahan benih kacang hijau. Hal ini diduga karena konsentrasi larutan garam NaCl 3000 ppm berlebih cukup tinggi atau tanaman kacang hijau mengalami stres garam secara perlahan. Hal ini sesuai dengan literatur Sipayung (2003) yang menyatakan bahwa tanaman yang mengalami stres garam umumnya tidak menunjukkan respon dalam

bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang tertekan dan perubahan secara perlahan.

Pengaruh varietas terhadap perkecambahan benih kacang hijau

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rataan laju perkecambahan tercepat terdapat pada varietas Gelatik (V3) yaitu pada umur 1,56 hari setelah tanam (HST) dan yang paling lama terdapat pada varietas Bhakti (V5) yaitu pada umur 1,92 HST (tabel 1). Laju perkecambahan benih kacang hijau diduga berkaitan dengan umur panennya. Semakin cepat laju perkecambahan benih kacang hijau maka semakin cepat umur panennya dan semakin lama laju perkecambahan benih kacang hijau maka semakin lama umur panennya. Hal ini sesuai dengan deskripsi kacang hijau varietas Gelatik (lampiran 3) yang umur panennya lebih cepat yaitu 58 HST sedangkan varietas Bhakti umur panennya lebih lama yaitu 65-70 HST (lampiran 5).

Rataan bobot segar kecambah tertinggi akibat perlakuan varietas terdapat pada varietas No. 129 (V6) yaitu sebesar 0.62 g serta terendah pada varietas Camar (V1) dan Arta Ijo (V4) yaitu sebesar 0,31 g (tabel 5). Bobot segar kecambah kacang hijau kemungkinan ada kaitannya dengan bobot 1000 biji kacang hijau. Semakin tinggi bobot 1000 biji kacang hijau maka semakin tinggi bobot segar kecambahnya dan semakin rendah bobot 1000 biji kacang hijau maka semakin rendah bobot segar kecambahnya. Hal ini sesuai dengan deskripsi kacang hijau varietas no. 129 (V6) yang bobot 1000 bijinya sebesar 65-70 g yakni lebih tinggi dari pada Camar (V1) 39 g dan Arta Ijo (V4) 46 g (lampiran 1, 4 dan 6).

Rataan tinggi kecambah terendah pada varietas Arta Ijo (V4) sebesar 20,6 cm. (tabel 6). Hal ini sesuai dengan deskripsi kacang hijau varietas Arta Ijo (V4)

yang memiliki tinggi tanaman terendah diantara varietas yang diteliti yaitu hanya mencapai 30 cm (lampiran 4).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Gelatik (V3) lebih cepat berkecambah dari pada varietas lain yang diteliti yaitu pada umur 1,56 HST.

Pengaruh interaksi antara konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas terhadap perkecambahan benih kacang hijau

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa laju perkecambahan yang tercepat pada perlakuan G1V6 yaitu pada umur 1,12 HST sedangkan yang paling lama perlakuan G3V5 yaitu pada umur 2,3 HST.

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa bobot segar kecambah tertinggi terdapat pada perlakuan G0V6 yaitu 0,76 g sedangkan yang terendah pada perlakuan G0V1 yaitu 0,15 g.

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa tinggi kecambah tertinggi terdapat pada perlakuan G0V6 yaitu 25,63 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan G3V1 yaitu 19,06 cm.

Berdasarkan ketiga parameter tersebut perkecambahan kacang hijau yang paling tinggi terdapat pada perlakuan G0V6 dan yang terendah pada perlakuan G0VI, G3V1 dan G3V5. Pada perlakuan G0V6 berarti bahwa pada varietas no. 129 didalam tubuhnya cukup cadangan makanan dan sudah matang fisiologis. Hal ini sesuai dengan literatur Sutopo (2004) yang menyatakan bahwa benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi.

Dokumen terkait