• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan kompos kulit buah kakao tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2, 3, 4 dan 5 MST, jumlah daun 2-6 MST, jumlah cabang produktif, bobot kering tajuk, bobot kering akar tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 6 MST, bobot kering 100 biji dan produksi biji per tanaman.

Begitu juga pada perlakuan berbagai dosis pupuk posfat menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2, 3, 4 dan 5 MST, jumlah daun 2-6 MST, jumlah cabang produktif, bobot kering tajuk, bobot kering akar tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 6 MST, bobot kering 100 biji dan produksi biji per tanaman.

Interaksi antara perlakuan kompos kulit buah kakao dan berbagai dosis pupuk posfat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 6 MST.

Tinggi Tanaman Umur 6 MST (cm)

Hasil pengamatan tinggi tanaman umur 6 MST dan daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 6 MST dapat dilihat pada Lampiran 15 dan 16 yang menunjukkan bahwa perlakuan kompos kulit buah kakao dan perlakuan berbagai dosis pupuk fosfat serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 MST.

Data rataan tinggi tanaman pada perlakuan kompos kulit buah kakao dan dosis pupuk posfat dapat dilihat pada tabel diberikut ini :

Tabel 1. Tinggi Tanaman Umur 6 MST (cm) Pada Perlakuan Kompos Kulit Buah Kakao dan Berbagai Dosis Pupuk Fosfat.

Kompos Kulit Pupuk Fosfat (g/tanaman) Rataan Buah Kakao

(g/tanaman) P0=0 P1=0,65 P2=1,30 P3=1,95 K0=0 41.92d 43.78cd 46.46abcd 41.73cd 43.47b

K1=100 44.61bcd 50.47ab 52.77a 42.63cd 47.62a K2=200 47.92abc 45.43bcd 41.60c 44.54bcd 44.87ab K3=300 40.33d 44.67bcd 44.35bcd 42.62cd 42.99b

Rataan 43.70ab 46.09a 46.30a 42.88b

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada tabel 1. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan kompos kulit buah kakao, perlakuan K1 berbeda nyata dengan K0 dan K3, perlakuan K1 tidak berbeda dengan K2. Pada perlakuan pupuk fosfat, perlakuan P2 berbeda nyata dengan P3 dan perlakuan P2 tidak berbeda dengan P0 dan P1. Pada interaksi kompos kulit buah kakao dan pupuk fosfat, perlakuan K1P2 berbeda nyata dengan K0P0, K0P1, K0P3, K1P0, K1P3, K2P1, K2P2, K2P3, K3P0, K3P1, K3P2, K3P3 dan tidak berbeda dengan perlakuan K0P2,K1P1, K2P0.

Hubungan tinggi tanaman umur 6 MST dan kompos kulit buah kakao dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan tinggi tanaman umur 6 MST dengan Kompos Kulit Buah Kakao

Pada gambar 1. diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara kompos kulit buah kakao dengan tinggi tanaman membentuk model grafik kuadratik. Pada

grafik dapat dilihat bahwa dosis kompos kulit buah kakao optimum sebesar 102,5 (g/tanaman) dengan tinggi tanaman sebesar 45,96 cm.

Hubungan tinggi tanaman umur 6 MST dan pupuk fosfat dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan tinggi tanaman umur 6 MST dengan dosis pupuk Fosfat

Pada gambar 2. diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara berbagai dosis pupuk fosfat dengan tinggi tanaman membentuk model grafik kuadratik. Pada kurva dapat dilihat bahwa dosis pupuk fosfat optimum sebesar 0,92 (g/tanaman) dengan tinggi tanaman sebesar 46,56 cm.

Hubungan tinggi tanaman umur 6 MST dan interaksi kompos kulit buah kakao terhadap pupuk fosfat dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Hubungan tinggi tanaman umur 6 MST dengan berbagai pemberian Kompos Kulit Buah Kakao pada berbagai dosis pupuk Fosfat

Pada gambar 3. di atas menunjukkan bahwa pada dosis P0 semakin banyak kompos kulit buah kakao yang diberikan tinggi tanaman semakin meningkat hingga dosis kompos optimum 172 g/tan dengan tinggi tanaman maksimal 45,3 cm dan semakin menurun jika melebihi dosis kompos tersebut. Hal yang sama terjadi juga pada dosis P1 dengan dosis kompos optimum 161 g/tanaman dengan

tinggi tanaman maksimum 52,5 cm dan P3 dengan dosis kompos optimum 173,3 g/tanaman dengan tinggi tanaman maksimum 44,9 cm. Pada dosis P2 semakin banyak kompos yang diberikan maka tinggi tanaman semakin menurun hingga dosis kompos optimum 135 g/tanaman dengan tinggi tanaman minimum 42,6 cm.

Hubungan tinggi tanaman umur 6 MST dan interaksi pupuk fosfat

terhadap kompos kulit buah kakao dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Hubungan tinggi tanaman umur 6 MST dengan berbagai pemberian berbagai dosis pupuk Fosfat pada Kompos Kulit Buah Kakao

Pada gambar 4. di atas menunjukkan bahwa pada dosis K0 semakin banyak pupuk fosfat yang diberikan tinggi tanaman semakin meningkat hingga dosis pupuk fosfat optimum 0,95 g/tanaman dengan tinggi tanaman maksimal 46,8 cm dan semakin menurun jika melebihi dosis kompos tersebut. Hal yang

sama terjadi juga pada dosis K1 dengan dosis pupuk fosfat optimum 0,93 g/tanaman dengan tinggi tanaman maksimum 48,4 cm dan K3 dengan dosis

fosfat optimum 1,19 g/tanaman dengan tinggi tanaman maksimum 43,8 cm. Pada dosis K2 semakin banyak kompos yang diberikan maka tinggi tanaman semakin menurun hingga dosis fosfat optimum 0,33 g/tanaman dengan tinggi tanaman maksimum 48,2 cm.

Bobot Kering 100 Biji (g)

Hasil pengamatan bobot kering 100 biji dan daftar sidik ragam bobot kering 100 biji dapat dilihat pada Lampiran 33 dan 34 yang menunjukkan bahwa perlakuan kompos kulit buah kakao dan perlakuan berbagai dosis pupuk fosfat

berpengaruh nyata terhadap bobot kering 100 biji, sedangkan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering 100 biji.

Data rataan bobot kering 100 biji pada perlakuan kompos kulit buah kakao dan dosis pupuk fosfat dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. Bobot Kering 100 Biji (g) Pada Perlakuan Kompos Kulit Buah Kakao dan Berbagai Dosis Pupuk Fosfat.

Kompos Kulit Pupuk Fosfat (g/tanaman) Rataan Buah Kakao (g/tanaman) P0=0 P1=0,65 P2=1,30 P3=1,95 K0=0 14.24 16.13 14.92 15.22 15.13b K1=100 16.33 16.96 18.29 15.98 16.89a K2=200 16.20 16.68 17.30 16.09 16.57a K3=300 15.66 15.64 18.02 15.25 16.14a

Rataan 15.61b 16.35ab 17.13a 15.64b

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada tabel 2. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan kompos kulit buah kakao, perlakuan K1 berbeda nyata dengan K0, perlakuan K1 tidak berbeda dengan K2 dan K3. Pada perlakuan pupuk fosfat, perlakuan P2 berbeda nyata dengan P0 dan P3 dan perlakuan P2 tidak berbeda dengan P1.

Hubungan bobot kering 100 biji dan kompos kulit buah kakao dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 5.

Pada gambar 5. diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara kompos kulit buah kakao dengan bobot kering 100 biji membentuk model grafik kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa dosis kompos kulit buah kakao optimum sebesar 190 g/tanaman dengan bobot kering 100 biji sebesar 17,03 g.

Hubungan bobot kering 100 biji dan pupuk fosfat dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan Dosis Pupuk Fosfat dengan Bobot Kering 100 Biji

Pada gambar 6. diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara berbagai dosis pupuk fosfat dengan bobot kering 100 biji membentuk model grafik kuadratik.

Pada kurva dapat dilihat bahwa dosis pupuk fosfat optimum sebesar 1,03 g/tanaman dengan bobot kering 100 biji sebesar 16,88 g.

Produksi Biji Per Tanaman (g)

Hasil pengamatan produksi biji per tanaman dan daftar sidik ragam produksi biji per tanaman dapat dilihat pada Lampiran 35 dan 36 yang menunjukkan bahwa perlakuan kompos kulit buah kakao dan perlakuan berbagai dosis pupuk fosfat berpengaruh nyata terhadap produksi biji per tanaman,

sedangkan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi biji per tanaman.

Data rataan produksi biji per tanaman pada perlakuan kompos kulit buah kakao dan dosis pupuk fosfat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Produksi Biji per Tanaman (g) Pada Perlakuan Kompos Kulit Buah Kakao dan Berbagai Dosis Pupuk Fosfat.

Kompos Kulit Pupuk Fosfat (g/tanaman) Rataan Buah Kakao (g/tanaman) P0=0 P1=0,65 P2=1,30 P3=1,95 K0=0 12.09 13.71 12.67 12.93 12.85b K1=100 13.88 14.40 15.54 13.57 14.35a K2=200 13.75 14.17 14.62 13.66 14.05a K3=300 13.31 13.29 15.29 12.95 13.71a

Rataan 13.26b 13.89ab 14.53a 13.28b

Pada tabel 3. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan kompos kulit buah kakao, perlakuan K1 berbeda nyata dengan K0, perlakuan K1 tidak berbeda dengan K2 dan K3. Pada perlakuan pupuk fosfat, perlakuan P2 berbeda nyata dengan P0 dan P3 dan perlakuan P2 tidak berbeda dengan P1.

Hubungan produksi biji per tanaman dan kompos kulit buah kakao dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Hubungan Kompos Kulit Buah Kakao dengan Produksi Biji per Tanaman

Pada gambar 7. diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara kompos kulit buah kakao dengan produksi biji per tanaman membentuk model grafik kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa dosis kompos kulit buah kakao optimum sebesar 160 g/tanaman dengan produksi biji per tanaman sebesar 14,21 g.

Hubungan produksi biji per tanaman dan pupuk fosfat dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Hubungan Dosis Pupuk Fosfat dengan Produksi Biji per Tanaman

Pada gambar 8. diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara berbagai dosis pupuk fosfat dengan produksi biji per tanaman membentuk model grafik kuadratik. Pada kurva dapat dilihat bahwa dosis pupuk fosfat optimum sebesar 1,02 g/tanaman dengan produksi biji per tanaman sebesar 14,33 g.

Pembahasan

Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang Kedelai Terhadap Perlakuan Kompos Kulit Buah Kakao.

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan kompos kulit buah kakao berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 6 MST, bobot kering 100 biji, produksi biji per tanaman.

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa, perlakuan pupuk fosfat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 MST. Dari tabel

rataan tinggi tanaman umur 6 MST diperoleh bahwa perlakuan K1 (100 g/tanaman) berbeda nyata dengan K0 (0 g/tanaman) dan K3 (300 g/tanaman) dimana antara perlakuan K1 dan K0 terjadi penurunan tinggi

tanaman sebesar 8,71% dan antara perlakuan K1 dan K3 terjadi penurunan tinggi

tanaman sebesar 9,72%, perlakuan K1 (100 g/tanaman) tidak berbeda dengan K2 (200 g/tanaman) dimana antara perlakuan K1 dan K2 juga terjadi penurunan

tinggi tanaman sebesar 5,77%. Berdasarkan grafik hubungan antara kompos kulit buah kakao dengan tinggi tanaman membentuk model grafik kuadratik dengan maksimum sebesar 102,5 (g/tanaman) dengan tinggi tanaman sebesar 45,96 cm. Ini disebabkan karena dengan penambahan kompos maka aktivitas mikroba tanah akan meningkat dan membantu tanaman dalam penyerapan unsur hara yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman itu sendiri. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Isroi (2007) yang menyatakan bahwa kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman.

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa, perlakuan kompos kulit buah kakao berpengaruh nyata terhadap bobot kering 100 biji. Dari

K1 (100 g/tanaman) berbeda nyata dengan K0 (0 g/tanaman) dimana antara perlakuan K1 dan K0 terjadi penurunan bobot kering 100 biji sebesar 10,42%,

perlakuan K1 (100 g/tanaman) tidak berbeda dengan K2 (200 g/tanaman) dan K3 (300 g/tanaman) dimana antara perlakuan K1 dan K2 terjadi penurunan bobot

kering 100 biji sebesar 1,89% dan antara perlakuan K1 dan K3 terjadi penurunan bobot kering 100 biji sebesar 4,44%. Berdasarkan grafik hubungan antara kompos kulit buah kakao dengan bobot kering 100 biji membentuk model grafik kuadratik dengan maksimum sebesar 190 (g/tanaman) dengan bobot kering 100 biji sebesar 17,03 g. Dari penelitian di peroleh hasil rataan tertinggi terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 16,89 g sedangkan pada deskripsi tanaman bobot kering 100 biji yaitu sebesar 14,8-15,3 g artinya hasil yang diperoleh di lapangan lebih tinggi dari deskripsi tanaman tersebut. Ini membuktikan bahwa kompos kulit buah kakao memberikan pengaruh yang nyata. Ini disebabkan karena limbah kulit buah kakao merupakan bahan yang potensial sebagai bahan baku pupuk organik. Dimana seperti diketahui bahwa pupuk organik dapat membantu pertumbuhan tanaman karena pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mokroba tanah dan membantu tanaman dalam menyerap unsur hara. Menurut (2008) Limbah kulit buah kakao tersebut merupakan sumber bahan baku (biomassa) yang sangat potensial sebagai sumber bahan baku pupuk organik. Ini didukung pernyataan dari Isroi (2007) yang menyatakan bahwa kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah. . Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk

menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman.

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa, perlakuan kompos kulit buah kakao berpengaruh nyata terhadap produksi biji per tanaman Dari tabel rataan produksi biji per tanaman dan produksi biji per plot diperoleh bahwa perlakuan K1 (100 g/tanaman) berbeda nyata dengan K0 (0 g/tanaman) dimana antara perlakuan K1 dan K0 terjadi penurunan produksi biji per tanaman

sebesar 10,45%, perlakuan K1 (100 g/tanaman) tidak berbeda dengan K2 (100 g/tanaman) dan K3 (300 g/tanaman) dimana antara perlakuan K1 dan K2

terjadi penurunan produksi biji per tanaman sebesar 2,10% dan antara perlakuan K1 dan K3 terjadi penurunan produksi biji per tanaman sebesar 4,46%. Berdasarkan grafik hubungan antara kompos kulit buah kakao dengan produksi biji per tanaman membentuk model grafik kuadratik dengan maksimum sebesar 160 (g/tanaman) dengan produksi biji per tanaman produksi biji per plot sebesar 14,21 g. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kompos yang diberikan maka akan semakin menurunkan hasil produksi tanaman. Ini didukung oleh pernyataan dari Agustina (1990) yang menyatakan penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih hasil maksimum dengan hasil aktual. Hasil maksimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosis, maka hasil justru menurun.

Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang Kedelai Terhadap Perlakuan Pupuk Fosfat

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan

pupuk fosfat berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 6 MST, bobot kering 100 biji, produksi biji per tanaman.

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa, perlakuan kompos kulit buah kakao berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 MST. Dari tabel rataan tinggi tanaman umur 6 MST diperoleh bahwa perlakuan P2 (1,30 g/tanaman) berbeda nyata dengan P3 (1,95 g/tanaman) dimana antara perlakuan P2 dan P3 terjadi penurunan tinggi tanaman sebesar 7,37% dan

perlakuan P2 (1,30 g/tanaman) tidak berbeda dengan P0 (0 g/tanaman) dan P1 (0,65 g/tanaman) dimana antara perlakuan P2 dan P0 terjadi penurunan tinggi

tanaman sebesar 5,62% dan antara perlakuan P2 dan P1 terjadi penurunan tinggi tanaman sebesar 0,45%. Berdasarkan grafik hubungan antara pupuk fosfat dengan tinggi tanaman membentuk model grafik kuadratik dengan maksimum sebesar 0,92 (g/tanaman) dengan tinggi tanaman sebesar 46,56 cm. Menurut Agustina (1990) Fosfor dapat pula dikatakan menstimulir pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman. Keadaan ini berhubungan dengan fungsi dari P dalam metabolisme sel. Unsur hara yang akan diserap oleh akar ditentukan oleh semua faktor yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara sampai unsur hara tersebut berada di permukaan akar sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta hasil tanaman.

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa, perlakuan pupuk fosfat berpengaruh nyata terhadap bobot kering 100 biji. Dari tabel rataan bobot kering 100 biji diperoleh bahwa perlakuan P2 (1,30 g/tanaman) berbeda nyata dengan P0 (0 g/tanaman)dan P3 (195 g/tanaman) dimana antara perlakuan P2 dan P0 terjadi penurunan bobot kering 100 biji sebesar 8,87% dan antara perlakuan P2 dan P3 terjadi penurunan bobot kering 100 biji sebesar 8,70% dan perlakuan P2 (1,30 g/tanaman) tidak berbeda dengan P1 (0,65 g/tanaman) dimana

antara perlakuan P2 dan P1 terjadi penurunan bobot kering 100 biji sebesar 4,55% . Berdasarkan grafik hubungan antara pupuk fosfat dengan berat kering 100 biji membentuk model grafik kuadratik dengan maksimum sebesar 1,03 (g/tan) dengan bobot kering 100 biji sebesar 16,88 g. Pupuk fosfor mempunyai peranan penting dalam hal pembentukan bunga, buah dan biji serta merupakan unsur hara makro yang esensial. Hal ini sesuai dengan pernyataan Eden (1976) dalam Anjarsari (2007) yang menyatakan bahwa unsur hara fosfor (P) adalah salah satu hara makro yang mutlak diperlukan oleh tanaman. Fosfor diperlukan untuk pembelahan sel, pembentukan akar, memperkuat batang, berperan dalam metabolisme karbohidrat , transfer energi, serta pembentukan bunga, buah dan biji. Kekurangan hara P pada tanaman akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa, perlakuan pupuk fosfat berpengaruh nyata terhadap produksi biji per tanaman. Dari tabel rataan produksi biji per tanaman diperoleh bahwa perlakuan P2 (1,30 g/tanaman) berbeda nyata dengan P0 (0 g/tanaman) dan P3 (1,95 g/tanaman) dimana antara perlakuan P2 dan P0 terjadi penurunan produksi biji per tanaman sebesar 8,74% dan antara perlakuan P2 dan P3 terjadi penurunan produksi biji per tanaman

sebesar 8,60% dan perlakuan P2 (1,30 g/tanaman) tidak berbeda dengan P1 (0,65 g/tanaman) dimana antara perlakuan P2 dan P1 terjadi penurunan produksi

biji per tanaman sebesar 4,40%. Berdasarkan grafik hubungan antara kompos pupuk fosfat dengan produksi biji per tanaman membentuk model grafik kuadratik dengan maksimum sebesar 1,02 (g/tan) dengan produksi biji per tanaman sebesar 14,33 g. Ini menunjukkan semakin besar dosis pupuk fosfat yang diberikan

meningkatkan produksi sampai titik optimum dan menurunkan produksi tanaman setelah melewati titik optimum. Menurut Agustina (1990), penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih maskimum dengan hasil aktual. Hasil maksimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosisnya hasil justru terus menurun. Perlakuan kebutuhan pupuk yang sesuai akan memberikan hasil yang terbaik.

Dari deskripsi kedelai varietas anjasmoro diketahui bahwa produksi mencapai 2,25 ton/ha sedangkan dari hasil penelitian produksi yang diperoleh setelah dikonversikan ke hektar adalah sekitar 1,72 ton/ha. Ini artinya hasil yang diperoleh di lapangan lebih rendah dari data di deskripsi yaitu sekitar 23,55%. Interaksi Antara Perlakuan Kompos Kulit Buah Kakao dan Pupuk Fosfat Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Kedelai

Dari hasil analisis secara statistik, diperoleh bahwa interaksi antara perlakuan kompos kulit buah kakao dan berbagai dosis pupuk fosfat berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 6 MST.

Dari tabel rataan tinggi tanaman umur 6 MST diperoleh bahwa perlakuan K1P2 berbeda nyata dengan K0P0, K0P1, K0P3, K1P0, K1P3, K2P1, K2P2, K2P3, K3P0, K3P1, K3P2, K3P3 dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan K0P2,K1P1, K2P0. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kombinasi yang memberikan pengaruh tertinggi

terdapat pada perlakuan K1P2 dengan rataan sebesar 52,77 g. Ini berarti dosis pupuk fosfat dan kompos yang diberikan diduga

optimal, sehingga pengaruhnya terhadap pertumbuhan lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Tampaknya unsur hara yang terkandung dalam perlakuan dapat diserap tanaman secara optimal.

Dokumen terkait