• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan daftar sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 7, 8 dan 9 MST, Berat biji malai per sampel, produksi per sampel, bobot 1000 biji.

Daftar sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan mulsa berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 8 dan 9 MST, bobot 1000 biji dan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter lainnya.

Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4-9 MST, jumlah daun 8 dan 9 MST, umur panen, berat biji malai per sampel, produksi per plot, produksi per sampel, bobot 1000 biji.

Tinggi Tanaman (cm)

Data hasil pengamatan tinggi tanaman beserta daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 8-23. Berdasarkan daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata pada tinggi tanaman 7, 8 dan 9 MST, Sedangkan pemberian mulsa tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi varietas dan mulsa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4-9 MST

Rataan tinggi tanaman (cm) terhadap varietas dan mulsa dan pada umur 2-9 MST dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan 7, 8 dan 9 MST, tinggi tanaman tertinggi pada varietas terdapat pada varietas Numbu (V2) yang berbeda nyata dengan varietas Kawali (V1).

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) terhadap varietas dan mulsa pada umur 2-9 MST. Umur (MST) Mulsa Varietas Rataan V1=Kawali V2= Numbu M0 = Tanpa Mulsa 29,77 33,28 31,52 2 MST M1 = Mulsa Jerami 31,87 31,60 31,73 M2 = Mulsa Alang-alang 30,14 32,90 31,52 Rataan 30,59 32,59 31,59 M0 = Tanpa Mulsa 43,67 49,38 46,53 3 MST M1 = Mulsa Jerami 45,21 49,46 47,34 M2 = Mulsa Alang-alang 43,13 51,07 47,10 Rataan 44,00 49,97

M0 = Tanpa Mulsa 66,00b 78,00ab 72,00

4 MST M1 = Mulsa Jerami 72,41ab 75,76ab 74,09

M2 = Mulsa Alang-alang 65,66b 80,72a 73,19

Rataan 68,02 78,16 73,09

M0 = Tanpa Mulsa 94,60b 108,54ab 101,57

5 MST M1 = Mulsa Jerami 98,44b 109,06ab 103,75

M2 = Mulsa Alang-alang 93,23b 116,36a 104,79

Rataan 95,42 111,32

M0 = Tanpa Mulsa 110,75d 138,75ab 124,75

6 MST M1 = Mulsa Jerami 115,57d 138,65abc 127,11

M2 = Mulsa Alang-alang 104,93d 143,04a 123,99

Rataan 110,42 140,15

M0 = Tanpa Mulsa 168,01d 218,23abc 193,12

7 MST M1 = Mulsa Jerami 172,68d 225,37ab 199,02

M2 = Mulsa Alang-alang 163,77d 238,61a 201,19

Rataan 168,15b 227,40a

M0 = Tanpa Mulsa 191,55d 267,85abc 229,70

8 MST M1 = Mulsa Jerami 194,73d 271,74ab 233,23

M2 = Mulsa Alang-alang 184,84d 284,05a 234,45

Rataan 190,37b 274,54a

M0 = Tanpa Mulsa 201,24d 282,09abc 241,66

9 MST M1 = Mulsa Jerami 209,78d 297,49ab 253,64

M2 = Mulsa Alang-alang 198,04d 299,25a 248,64

Rataan 203,02b 292,94a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris, kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Pada pengamatan 4 MST, interaksi antara varietas dan mulsa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, dimana tanaman tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan V2M2 (80,72 cm) yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan V1M0 ( 66,00 cm) dan V1M2 (65,66 cm), namun, berbeda tidak nyata dengan kombinasi perlakuan V1M1 (72,41 cm), V2M0 (78,00 cm) dan V2M1 (75,76 cm). Pada pengamatan 5 MST, interaksi antara varietas dan mulsa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, dimana tanaman tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan V2M2 (116,36 cm) yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan V1M0 (94,60 cm), V1M1 (98,44 cm), dan V1M2 (93,23 cm), namun berbeda tidak nyata dengan kombinasi perlakuan V2M0 (108,54 cm), dan V2M1 (109,06 cm).

Pada pengamatan 6 MST, interaksi antara varietas dan mulsa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, dimana tanaman tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan V2M2 (143,04 cm) yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan V1M0 (110,75 cm), V1M1 (115,57 cm), dan V1M2 (104,93 cm), namun berbeda

tidak nyata dengan kombinasi perlakuan V2M0 (138,75 cm), dan V2M1 (138,65 cm).

Pada pengamatan 7 MST, interaksi antara varietas dengan mulsa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, dimana tanaman tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan V2M2 (238,61 cm) yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan V1M0 (168,01 cm), V1M1 (172,68 cm), dan V1M2 (163,77 cm), namun berbeda tidak nyata dengan kombinasi perlakuan V2M0

Pada pengamatan 8 MST, interaksi antara varietas dengan mulsa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, dimana tanaman tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan V2M2 (284,05 cm) yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan V1M0 (191,55 cm), V1M1 (194,73 cm), dan V1M2 (163,77 cm), namun berbeda tidak nyata dengan kombinasi perlakuan V2M0 (218,23 cm) dan V2M1 (225,37 cm).

Pada pengamatan 9 MST, interaksi antara varietas dengan mulsa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, dimana tanaman tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan V2M2 (299,25 cm) yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan V1M0 (201,24 cm), V1M1 (209,78 cm), dan V1M2 (198,04 cm), namun berbeda tidak nyata dengan kombinasi perlakuan V2M0 (282,09 cm) dan V2M1 (297,49 cm).

Jumlah Daun per batang (helai)

Hasil pengamatan jumlah daun per batang beserta daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 24-39. Berdasarkan daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, sedangkan pemberian mulsa berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun umur 8 dan 9 MST. Interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap pengamatan parameter jumlah daun umur 8 dan 9 MST.

Rataan jumlah daun terhadap varietas dan pemberian mulsa pada umur 2-9 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

Pada pengamatan 8MST, perlakuan mulsa berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dengan data tertinggi terdapat pada perlakuan M2 (12,85 helai) yang

Pada pengamatan 9 MST, perlakuan mulsa berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dengan data tertinggi terdapat pada perlakuan M2 (13,63 helai) yang berbeda nyata dengan M0 (13,23 helai) dan berbeda tidak nyata dengan M1 (13,30 helai).

Pada pengamatan 8 MST, interaksi antara varietas dan mulsa berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, dimana jumlah daun tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan V1M0 (13,40 helai) yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan V2M0 (11,70 helai), V2M1 (11,90 helai), dan V2M2 (12,75 helai), namun, berbeda tidak nyata dengan kombinasi perlakuan V1M1 (13,30 helai) dan V1M2 (12,95 helai).

Pada pengamatan 9 MST, interaksi antara varietas dan mulsa berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, dimana jumlah daun tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan V2M2 (13,90 helai) yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan V2M0 (13,10 helai), V2M1 (13,35 helai), dan V1M2 (13,50 helai), namun berbeda tidak nyata dengan kombinasi perlakuan V1M0 (13,40 helai) dan V1M1 (13,05 helai).

Tabel 2. Rataan jumlah daun (helai) terhadap varietas dan mulsa pada umur 2-9 MST. Umur

(MST) Mulsa Varietas Rataan

V1 = Kawali V2 = Numbu M0 = Tanpa Mulsa 5,40 5,15 5,28 2 MST M1 = Mulsa Jerami 5,10 5,25 5,18 M2 = Mulsa Alang-alang 5,25 5,55 5,40 Rataan 5,25 5,32 M0 = Tanpa Mulsa 6,45 6,20 6,33 3 MST M1 = Mulsa Jerami 6,60 6,00 6,30 M2 = Mulsa Alang-alang 6,20 6,70 6,45 Rataan 6,42 6,30 M0 = Tanpa Mulsa 8,35 8,25 8,30 4 MST M1 = Mulsa Jerami 8,10 7,85 7,98 M2 = Mulsa Alang-alang 8,10 8,10 8,10 Rataan 8,18 8,07 M0 = Tanpa Mulsa 9,20 9,10 9,15 5 MST M1 = Mulsa Jerami 9,25 8,80 9,03 M2 = Mulsa Alang-alang 9,10 9,45 9,28 Rataan 9,18 9,12 M0 = Tanpa Mulsa 10,50 9,85 10,18 6 MST M1 = Mulsa Jerami 9,90 10,05 9,98 M2 = Mulsa Alang-alang 10,25 10,10 10,18 Rataan 10,22 10,00 M0 = Tanpa Mulsa 11,95 11,35 11,65 7 MST M1 = Mulsa Jerami 12,05 11,45 11,75 M2 = Mulsa Alang-alang 11,60 12,15 11,88 Rataan 11,87 11,65

M0 = Tanpa Mulsa 13,40a 11,70e 12,55abc

8

MST M1 = Mulsa Jerami 13,30ab 11,90e 12,60ab

M2 = Mulsa Alang-alang 12,95abc 12,75d 12,85a

Rataan 13,22 12,12

M0 = Tanpa Mulsa 13,40ab 13,05ab 13,23bc

9

MST M1 = Mulsa Jerami 13,50b 13,10b 13,30ab

M2 = Mulsa Alang-alang 13,35b 13,90a 13,63a

Rataan 13,32 13,45

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda

Umur berbunga (hari)

Hasil pengamatan umur berbunga beserta daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 40-41. Berdasarkan daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, dan perlakuan mulsa juga tidak berpengaruh nyata pada umur berbunga serta interaksi keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.

Rataan umur berbunga (hari) terhadap varietas dan mulsadapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan umur berbunga (hari) terhadap varietas dan mulsa

Mulsa Varietas Rataan

V1 = Kawali V2 = Numbu

M0 = Tanpa Mulsa 69,00 68,75 68,88

M1 = Mulsa Jerami 69,25 66,25 67,75

M2 = Mulsa Alang-alang 68,50 68,25 68,38

Rataan 68,92 67,75

Umur Panen (hari)

Hasil pengamatan umur panen (hari) beserta daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 42-43. Berdasarkan daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap umur panen. Pemberian mulsa juga tidak berpengaruh nyata pada umur panen. Namun, interaksi keduanya menunjukkan pengaruh yang nyata.

Rataan umur panen (hari) terhadap varietas dan pemberian mulsa dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. menunjukkan bahwa interaksi antara varietas dan mulsa berpengaruh nyata terhadap umur panen, dimana umur panen terlama diperoleh

kombinasi perlakuan V2M0 (107,00 hari), V2M1 (106,50 hari), dan V2M2 (107,00 hari), dan umur panen tercepat terdapat pada kombinasi perlakuan V2M1 (106,50 hari) yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan V1M2 (112,00 hari) dan berbeda tidak nyata dengan kombinasi perlakuan V1M1 (109,00 hari).

Tabel 4. Rataan umur panen (hari) terhadap varietas dan mulsa

Mulsa Varietas Rataan

V1 = Kawali V2= Numbu

M0 = Tanpa Mulsa 112,00ab 107,00c 109,50 M1 = Mulsa Jerami 109,00abc 106,50c 107,75 M2 = Mulsa Alang-alang 112,00a 107,00c 109,50

Rataan 111,00 106,83

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%

Berat biji malai per sampel (g)

Hasil pengamatan berat biji malai per sampel beserta daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 44-45. Berdasarkan daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata pada pengamatan parameter berat biji malai per sampel, sedangkan perlakuan mulsa tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tersebut. Interaksi varietas dan mulsa menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap berat biji malai per sampel

Rataan berat biji malai per sampel (g) terhadap varietas dan mulsa dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan berat biji malai per sampel (g) terhadap varietas dan mulsa.

Mulsa Varietas Rataan

V1 = Kawali V2 = Numbu

M0 = Tanpa Mulsa 99,96d 138,82abc 119,39

M1 = Mulsa Jerami 100,48d 142,78ab 121,63

M2 = Mulsa Alang-alang 113,62d 153,47a 133,54

Rataan 104,68b 145,02a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Pada pengamatan berat biji malai per sampel (g), berat tertinggi pada perlakuan varietas terdapat pada perlakuan V2 (145,02 g) yang berbeda nyata dengan perlakuan V1 (104,68 g).

Tabel 5 menunjukkan bahwa interaksi antara varietas dan mulsa berpengaruh nyata terhadap berat biji malai per sampel, dimana berat biji malai per sampel tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan V2M2 (153,47 g) yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan V1M0 (99,96 g), V1M1(100,48 g), dan V1M2 (113,62 g) dan berbeda tidak nyata dengan kombinasi perlakuan V2M0 (138,82 g) dan V2M1 (142,78 g). Berat biji malai terendah terdapat pada kombinasi perlakuan V1M0 (99,96 g) yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan V2M0 (138,82 g), V2M1 (142,78 g) dan V2M2 (153,47 g), namun berbeda tidak nyata dengan kombinasi perlakuan V1M1 (100,48 g) dan V1M2 (113,62 g).

Produksi per sampel (g)

Hasil pengamatan produksi per sampel beserta daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 46-47. Berdasarkan daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pengamatan

terhadap produksi per sampel. Interaksi varietas dan mulsa berpengaruh nyata terhadap parameter produksi per sampel.

Rataan produksi per sampel (g) terhadap varietas dan mulsa dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.Rataan produksi per sampel (g) terhadap varietas dan mulsa.

Mulsa Varietas Rataan

V1 = Kawali V2 = Numbu

M0 = Tanpa Mulsa 81,18d 111,75abc 96,46 M1 = Mulsa jerami 85,66d 116,21ab 100,93 M2 = Mulsa Alang-alang 82,50d 120,79a 101,64

Rataan 83,11b 116,25a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris dan kolom menunjukkan

berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Produksi per sampel (g) tertinggi pada perlakuan varietas terdapat pada perlakuan V2 (116,25 g) yang berbeda nyata dengan V1 (83,11 g).

Tabel 6 menunjukkan bahwa interaksi antara varietas dan mulsa berpengaruh nyata terhadap produksi per sampel. Produksi per sampel tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan V2M2 (120,79 g) yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan V1M0 (81,18 g), V1M1 (85,66 g), dan V1M2 (82,50 g) dan berbeda tidak nyata dengan kombinasi perlakuan V2M0 (111,75 g) dan V2M1 (116,21 g). Produksi per sampel terendah terdapat pada kombinasi perlakuan

V1M0 (81,18 g) yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan V2M2 (120,79 g), V2M1 (116,21 g), dan V2M0 (120,79 g) dan berbeda tidak

Produksi per plot (g)

Hasil pengamatan produksi per plot beserta daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 48-49. Berdasarkan daftar sidik ragam diketahui bahwa bahwa perlakuan varietas tidak menunjukkan pengaruh nyata pada pengamatan parameter produksi per plot, begitu juga dengan perlakuan mulsa tidak berpengaruh nyata terhadap produksi per plot (g). Namun, interaksi varietas dan mulsa berpengaruh nyata terhadap produksi per plot.

Rataan produksi per plot (g) terhadap varietas dan mulsa dapat dilihat pada Tabe17.

Tabe17. Rataan produksi per plot (g) terhadap varietas dan mulsa

Mulsa Varietas Rataan

V1= Kawali V2 = Numbu

M0 =Tanpa Mulsa 1177,00d 2429,00a 1803,00

M1 = Mulsa Jerami 1202,50cd 2218,03ab 1710,26 M2 = Mulsa Alang-alang 912,55d 1525,08c 1218,81

Rataan 1097,35 2057,37

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan

berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 7 menunjukkan bahwa interaksi antara varietas dan mulsa berpengaruh nyata terhadap produksi per plot. Produksi per plot (g) tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan V2M0 (2429,00 g) yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan V1M0 (1177,00 g), V1M1 (1202,50 g), V1M2 (912,55 g), dan V2M2 (1525,08 g), namun berbeda tidak nyata dengan kombinasi perlakuan V2M1 (2218,08 g). Produksi per plot (g) terendah terdapat pada kombinasi perlakuan V1M2 (912,55 g) yang berbeda nyata dengan V2M0 (2429,00 g), V2M1 (2218,03 g), dan V2M2 (1525,08 g) dan berbeda tidak nyata dengan kombinasi perlakuan V1M1 (1202,50 g).

Bobot 1000 biji (g)

Hasil pengamatan bobot 1000 biji beserta daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 50-51. Berdasarkan daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 biji. Perlakuan mulsa juga berpengaruh nyata pada pengamatan parameter bobot 1000 biji. Interaksi varietas dan mulsa menunjukkan pengaruh yang nyata.

Rataan bobot 1000 biji terhadap varietas dan mulsa dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8.Rataan bobot 1000 biji (g) terhadap varietas dan mulsa.

Mulsa Varietas Rataan

V1 = Kawali V2= Numbu

M0 =Tanpa Mulsa 22,13d 37,82abc 29,97abc

M1 = Mulsa Jerami 22,35d 39,64a 30,99a

M2=Mulsa Alang-alang 21,35d 39,45ab 30,40ab

Rataan 21,94b 38,97a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Bobot 1000 biji (g) tertinggi pada perlakuan varietas terdapat pada perlakuan V2 (38,97 g) yang berbeda nyata dengan V1 (21,94 g).

Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa pengamatan parameter bobot 1000 biji (g) tertinggi pada perlakuan mulsa terdapat pada M2 (30,40 g) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan M1 (30,99 g) dan M0 (29,97 g).

Tabel 8 menunjukkan bahwa interaksi antara varietas dan mulsa berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 biji. Bobot 1000 biji (g) tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan V2M1 (39,64 g) yang berbeda nyata dengan kombinasi

tidak nyata dengan kombinasi perlakuan V2M0 (37,82 g) dan V2M2 (39,45 g). Bobot 1000 biji terendah terdapat pada kombinasi perlakuan V1M0 (22,13 g)

yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan V2M0 (37,82 g), V2M1 (39,64 g) dan V2M2 (39,45 g).

Pembahasan

Respons pertumbuhan dan produksi dua varietas sorgum

Dari daftar sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 7, 8 dan 9 MST, berat biji malai per sampel, produksi per sampel, bobot 1000 biji. Varietas tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2-6 MST, jumlah daun, umur berbunga, umur panen, produksi per plot.

Varietas sorgum berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 7, 8 dan 9 MST. Tanaman tertinggi pada umur 9 MST yaitu pada perlakuan V2 (292,94 cm) dan yang terendah pada perlakuan V1 (203,02 cm). Hal ini diduga karena varietas sorgum memiliki sifat genotif dan fenotif yang berbeda. Setiap varietas tanaman sorgum menunjukkan penampilan berbeda dari morfologi tanaman yang diekspresikan sesuai dengan lingkungan tanaman tumbuh. Hal ini sesuai dengan literatur Darliah,et al., (2001) yang menyatakan bahwa respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotip dari tanaman yang bersangkutan. Selain itu pada deskripsi juga menunjukkan varietas Numbu (V2) lebih tinggi dari pada varietas Kawali (V1).

Varietas berpengaruh nyata terhadap berat biji malai per sampel, produksi per sampel, dan bobot 1000 biji. Berat biji malai per sampel terberat pada

sampel terberat pada perlakuan V2 (116,25 g) dan terendah pada perlakuan V1 (83,11 g). Bobot 1000 biji terberat pada perlakuan V2 (38,97 g) dan yang terendah pada perlakuan V1 (21,94 g). Hal ini diduga karena adanya perbedaan faktor genetik dari kedua varietas tersebut. Setiap varietas tanaman menunjukkan karateristik morfologi dan fisiologi yang berbeda.Varietas merupakan hasil teknologi budidaya tanaman yang memberikan sifat genotif dan fenotif terhadap lingkungan suatu tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Mangoendidjojo, (2003) yang menyatakan bahwa varietas merupakan sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh setiap sifat (morfologi, fisiologi, sitology, kimia dan lain- lain) yang nyata untuk usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari yang lain. Deskripsi kedua varietas juga menunjukkan perbedaan berat 1000 biji, yang mana varietas Numbu (V2) lebih berat dari pada Kawali (V1).

Respons pertumbuhan dan produksi sorgum terhadap mulsa

Berdasarkan daftar sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan mulsa berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 8 dan 9 MST, bobot 1000 biji dan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun 2-7 MST, umur berbunga, umur panen, berat biji malai per sampel, produksi per sampel, dan produksi per plot.

Perlakuan mulsa berpengaruh nyata terhadap jumlah daun sorgum 9 MST. Jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan M2 (13,70 helai) dan yang terendah terdapat pada perlakuan M1 (13,20 helai). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pujisiswanto (2011) yang menyatakan bahwa perlakuan mulsa

alang-Hal ini dimungkinkan karena mulsa alang-alang dapat menekan pertumbuhan gulma, mulsa alang-alang dapat menekan pertumbuhan gulma dengan mekanisme mengurangi intensitas cahaya yang diduga dapat mengurangi perkecambahan biji gulma, hal ini sesuai dengan pernyataan Sukman dan Yakub (2002) yang menyatakan bahwa mulsa akan mempengaruhi cahaya yang akan sampai ke permukaan tanah dan menyebabkan kecambah-kecambah gulma serta beberapa jenis gulma dewasa mati. Selain itu, mulsa alang-alang juga dapat mengeluarkan senyawa alelopati yang mempengaruhi pertumbuhan gulma. Menurut Rahayu (2003), tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah mati pun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Alang-alang (Imperata cyndrica) dan Teki (Cyperus rotundus) yang masih hidup mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ di bawah tanah, jika sudah mati baik organ yang berada diatas tanah maupun yang di bawah tanah sama-sama dapat melepaskan senyawaalelopati. Penekanan pertumbuhan gulma dapat mengurangi kompetisi yang terjadi antara tanaman sorgum dengan gulma, berkurangnya kompetisi antara tanaman sorgum dengan gulma membuat tanaman sorgum dapat memanfaatkan sarana tumbuh dengan lebih baik. Hal inilah yang diduga menyebabkan penggunaan mulsa alang-alang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman sorgum (jumlah daun). Pemberian mulsa dapat meningkatkan hasil tanaman budidaya. Hal ini dikarenakan pemberian mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma sehingga tanaman tidak berkompetisi untuk memanfaatkan

Perlakuan mulsa berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 biji. Bobot 1000 biji tertinggi terdapat pada perlakuan M2 (30,40 g) dan yang terendah terdapat pada perlakuan M0 (29,97 g). Hal ini disebabkan oleh penggunan mulsa dapat meningkatkan proses penyerapan hara pada tanaman sehingga hara tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan produksi tanaman, dalam hal ini biji. Meningkatnya proses penyerapan hara ini disebabkan terhambatnya penguapan air dari dalam tanah. Hal inilah yang menyebabkan tanaman dapat menyerap hara

yang terlarut di dalam air tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Ruijter dan Agus (2004) yang menyatakan bahwa mulsa berfungsi untuk

melindungi permukaan tanah, mencegah erosi, menjaga kelembaban tanah, memperbaiki struktur tanah dan menekan pertumbuhan gulma sehingga meningkatkan produksi tanaman.

Interaksi antara dua varietas dan mulsa organik terhadap pertumbuhan dan produksi sorgum

Berdasarkan hasil daftar sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara varietas dan pemberian jenis mulsa organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4-9 MST, jumlah daun 8 dan 9 MST, berat biji malai per sampel, produksi per plot, produksi per sampel, bobot 1000 biji, umur panen. Hal ini diduga karena kedua faktor (varietas dan mulsa) saling mendukung untuk pertumbuhan dan produksi sorgum (faktornya tidak bertindak bebas satu sama lain) dan tidak ada salah satu faktor yang lebih dominan dari faktor lainnya. Hal ini sesuai dengan literatur Steel and Torrie (1993), bila pengaruh-pengaruh sederhana suatu faktor berbeda lebih besar daripada yang dapat ditimbulkan oleh

Dokumen terkait