• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Elemen Gerak dan Resiko Gerakan Pemotongan Tandan Kelapa Sawit dan Pelepah (Cutting)

Kegiatan pemotongan tandan kelapa sawit dan pelepah dalam penelitian ini dilakukan di dua lahan yaitu lahan datar (flat) dengan kemiringan 0-3% yang diberi simbol F, dan lahan berbukit (rolling) dengan kelerengan 15-25 %, diberi simbol R. Kegiatan pemotongan tandan kelapa sawit dan pelepah ini menggunakan alat pemotong sesuai dengan tinggi posisi target potong yaitu tandan atau pelepah kelapa sawit. Penggunaan dodos yang dilakukan untuk tinggi targrt potong 0-3 m diberi simbol D. Pohon kelapa sawit dengan tinggi target potong 0-3 m terkadang dipanen juga dengan menggunakan egrek dengan gagang pendek dan diberi simbol E1. Penggunaan egrek untuk tinggi target potong 3-6 m, 6-12 m, dan 12-18 m berturut-turut diberi simbol E2, E3 dan E4.

Cutting Menggunakan Dodos (D)

Gerakan pemotongan tandan kelapa sawit dan pelepah dengan menggunakan dodos dalam penelitian ini diambil 3 tahapan gerakan yaitu gerakan mengangkat dodos (a), gerakan mendorong dodos (b) dan gerakan ketiga adalah gerakan mendorong dodos sampai dodos menancap pada pelepah atau tandan kelapa sawit (c) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 13. Kemudian dibuat pula manekin dari pemanen yang ditunjukkan pada Gambar 14.

25

(a) (b) (c)

Gambar 13 Tiga tahapan gerakan cutting dengan menggunakan dodos yang dilakukan oleh subjek A5

Gambar 14 Manekin subjek A5 a

Satuan sudut dalam derajat (o) b

Keterangan :

Zona 0 (gerakan dalam kategori nyaman) Zona 1 (gerakan dalam kategori aman) Zona 2 (gerakan dalam kategori hati-hati) Zona 3 (gerakan dalam kategori bahaya)

26

Gambar 12 merupakan salah satu contoh 3 tahapan gerakan cutting dengan menggunakan dodos yang dilakukan oleh subjek A5. Pada gerakan pertama, subjek mengangkat dodos dengan punggung pada posisi normal terhadap bidang vertikal. Bahu kiri membengkok ke depan atau shoulder flexion (Sf) sebesar 16o terhadap punggung. Sedangkan bahu kanan membengkok ke belakang atau shoulder extention (Se) sebesar 61o terhadap badan diikuti lengan bawah yang membengkok ke depan (Ef) sebesar 83o terhadap lengan atas. Selain itu pemanen juga mengalami limb flextion (lf) pada tungkai atas bagian kanan dan kiri terhadap garis vertikal secara berurutan sebesar 2o dan 23o. Sedangkan tungkai bawah bagian kanan dan kiri membengkok atau disebut dengan knee flexion (Kf) secara berurutan sebesar 11o dan 19o. Pada bagian leher mengalami head extention (He) terhadap badan sebesar 19o. Berdasarkan SAG, subjek A5 mengalami zona 3 atau zona merah untuk bahu kiri dan bahu kanan yang merupakan zona posisi tubuh yang ekstrim dan harus dihindari. Sedangkan lengan bawah bagian kanan berada pada zona 2 atau zona kuning yang merupakan zona posisi tubuh yang tidak dianjurkan. Tungkai atas bagian kanan dan kiri berturut-turut berada pada zona 0 dan zona 1 atau zona hijau yang merupakan zona aman dan tungkai bawah bagian kanan dan kiri berturut-turut keduanya berada pada zona hijau. Sedangkan leher berada pada zona kuning.

Gerakan kedua merupakan gerakan mendorong dodos, namun belum mencapai letak pelepah dan tandan kelapa sawit. Pada gerakan ini untuk subjek A5, punggung sudah mulai membengkok ke depan yang disebut dengan back flexion (Bf) terhadap garis vertikal sebesar 9o. Bahu kanan mengalami shoulder extention (Se) terhadap badan sebesar 35o diikuti oleh lengan bawah yang membengkok ke depan (Ef) terhadap lengan atas sebesar 71o. Selain itu bahu bagian kiri membengkok ke depan (Sf) terhadap badan sebesar 37o. Tungkai atas bagian kanan dan kiri, keduanya membengkok ke depan (Lf) terhadap badan sebesar 22o dan 24o secara berurutan. Sedangkan kedua tungkai bawah membengkok ke belakang (Kf) sebesar 3o dan 19o secara berurutan. Pada gerakan kedua ini, gerakan A5 termasuk pada zona 0 untuk punggung, zona 3 untuk bahu kanan dan zona 1 untuk bahu kiri. Sedangkan untuk lengan bawahbagian kanan berada pada zona 2 dan lengan bawah bagian kiri berada pada zona 3. Leher mengalami ekstensi (He) terhadap badan sebesar 28o yang masuk pada zona 2.

Gerakan ketiga merupakan gerakan mendorong sampai dodos menancap pada pelepah atau tandan kelapa sawit sampai pelepah atau tandan kelapa sawit berhasil terpotong. Leher A5 pada gerakan ini kepala mengalami ekstensi (He) sebesar 30o yang masih tergolong dalam zona 2. Sedangkan kedua bahu bagian kanan dan kiri membengkok ke depan (Sf) terhadap badan masing-masing sebesar 17o dan 76o yang keduanya tergolong dalam zona 2. Sedangkan untuk lengan bawah bagian kanan dan kiri juga mengalami fleksi terhadap lengan atas sebesar 109o dan 85o berurutan dan keduanya tergolong pada zona 2. Punggung membengkok ke depan (Bf) terhadap garis vertikal sebesar 8o yang tergolong pada zona 0. Tungkai atas bagian kanan dan kiri membengkok ke depan (Lf) terhadap garis vertikal sebesar 3o dan 8o secara berurutan yang tergolong pada zona 0, sedangkan tungkai bawah bagian kanan dan kiri mengalami fleksi (Kf) sebesar 21o dan 9o yang juga tergolong pada zona 0.

Dari ketiga gerakan tesebut dapat dilihat bahwa dari gerakan ke-1 sampai ke-3 mengalami peningkatan sudut ekstensi pada leher terhadap badan dari 19o

27 sampai 30o. Walaupun antara selang tersebut masih dalam zona yang sama yaitu zona 2, hal ini menjadi indikasi potensi terjadinya peningkatan resiko pada leher yang akan memasuki zona 3 pada selang sudut ekstensi lebih dari 31o jika leher terus dipaksakan membengkok ke belakang. Selain itu terjadi pula pengurangan sudut ekstensi pada bahu kanan dari gerakan pertama ke gerakan kedua yaitu dari sudut 51o ke 35o. Pada gerakan ketiga, bahu kanan terus bergerak kedepan dari bahu yang tadinya membengkok ke belakang yang kita sebut sebagai gerakan ekstensi sampai pada posisi gerakan terakhir bahu mengalami fleksi sebesar 17o. Gerakan bahu yang mengayun ke depan tersebut menyebabkan bahu kanan yang tadinya berada pada zona 3 menjadi berangsur berkurang menjadi zona 2. Sedangkan pada bahu kiri mengalami peningkatan sudut fleksi dari 16o sampai dengan 76o yang mengalami peningkatan resiko gerak yaitu dari zona 1 menjadi zona 2. Peningkatan sudut fleksi bahu kiri diikuti dengan pengurangan sudut fleksi lengan bawah, dari sudut 176o sampai dengan 85o berkurang hampir 90o yang menandakan pengurangan resiko gerak dari zona 3 ke zona 2. Perubahan juga terjadi pada punggung yang pada gerakan 1 masih berada pada posisi normal kemudian berangsur membengkok bergerak kedepan menyebabkan gerakan fleksi dari sudut 9o kemudian punggung mulai membengkok ke belakang menyebabkan gerakan ekstensi dengan sudut8o. Hal ini menerangkan bahwa pada saat gerakan mendorong dodos, pemanen mendorong dengan membungkuk ke depan kemudian setelah dodos menancap pada tandan kelapa sawit, pemanen menegakkan punggung kembali sampai menyebabkan ekstensi saat mulai mendongkel tandan kelapa sawit. Semua hal yang telah dijelaskan terjadi pada bagian tubuh upper limb sedangkan pada kegiatan dodos ini bagian tubuh bawah seperti tungkai atas dan tungkai bawah tidak banyak mengalami perubahan gerakan-gerakan yang mencolok dan berada pada zona aman yaitu 0-1. Hal ini menandakan bahwa kegiatan cutting dengan dodos, bagian tubuh yang banyak berperan adalah bagian tubuh atas.

Rekap data selang gerak pemanen di 3 lokasi dengan menggunakan dodos pada lahan datar ditunjukkan pada Tabel 7. Dapat dilihat dari data tersebut bahwa hampir semua anggota tubuh bagian atas dan leher berada pada zona tidak aman yaitu zona 2 dan 3 sedangkan anggota tubuh bagian bawah berada pada zona aman yaitu 0 dan 1. Hal ini menegaskan kembali bahwa dalam proses cutting, resiko gerakan yang terbesar tersebar pada bagian anggota tubuh bagian atas karena anggota tubuh bagian atas yaitu bahu dan lengan tangan bagian bawah banyak berperan dalam pergerakan mendorong sampai mendongkel tandan kelapa sawit serta pelepah sedangkan leher membentuk gerakan ekstensi (mendongak) untuk melihat posisi tandan kelapa sawit atau pelepah. Hal ini sering kali menyebabkan terjadinya posisi ekstrim yang membentuk susut-sudut fleksi atau ekstensi yang melebihi batas zona aman dan berpotensi menimbulkan cidera apabila dilakukan dalam jangka waktu lama dan berulang-ulang. Terjadi gerakan leher yang membengkok ke belakang (extention) pada semua subjek dan hampir semua gerakan ekstensi tersebut tergolong dalam zona 3 dengan sudut terbesar yang bisa dibentuk adalah 69o pada subjek B5. Sedangkan gerakan leher membengkok ke depan (flexion) hanya terjadi pada satu subjek saja yaitu A1. Hal ini menunjukkan bahwa gerakan leher yang umumnya dilakukan oleh pemanen adalah membengkokkan leher ke belakang (extention), sangat jarang yang membengkokkan leher ke depan. Fenomena ini disebabkan karena hampir semua

28

letak pelepah atau tandan kelapa sawit melebihi tinggi pemanen sendiri sehingga pemanen harus mendongak untuk melihat pelepah dan tandan kelapa sawit.Bagian tubuh yang hampir semuanya tergolong dalam zona tiga adalah lengan tangan bagian bawah baik kanan maupun kiri. Hal ini dikarenakan pada gerakan awal mendorong dodos, lengan tangan menekuk terlalu dalam agar menghasilkan gaya dorong yang maksimal pada gerakan kedua dan ketiganya. Sedangkan sebagian besar bahu pemanen mengalami fleksi terlihat dari banyaknya data terjadinya bahu fleksi daripada bahu ekstensi. Gerakan bahu pemanen yang biasa dilakukan adalah dengan menggerakan bahu ke depan. Gerakan bahu fleksi yang termasuk dalam zona 3 banyak dialami oleh bahu sebelah kiri yang menendakan bahu kiri memiliki resiko gerak yang lebih tinggi dibandingkan bahu kanan. Hal ini dikarenakan banyak pemanen yang memakai tangan kiri pada pegangan dodos sebelah atas, dan tangan kanan untuk pegangan dodos bagian bawah sehingga bahu kiri lebih berpotensi untuk berada pada posisi ekstrim. Berbeda degan anggota tubuh bagian atas lainnya, punggung untuk kegiatan cutting dengan dodos berada pada zona 1 dan 2, kebanyakan data menunjukkan bahwa kebiasaan gerakan punggung yang dilakukan pemanen adalah fleksi atau dengan membungkuk ke depan. Untuk anggota tubuh bagian bawah yaitu tungkai atas hampir semuanya berada pada zona 1 sedangkan pada bagian lutut kebawah atau bagian tungkai bawai banyak yang tergolong pada zona 2 karena lutut membengkok ke dalam (flextion) untuk membuat tumpuan agar dapat menumpu seluruh badan. Lutut bagian kanan atau kiri yang menjadi tumpuan bervariasi setiap individunya.

Tabel 7 Data selang gerak pemanen dengan menggunakan dodos (D) pada lahan datar (F) untuk tinggi target potong maksimal 3 m

S Ef Sf Se Bf Be Hf He Lf Kf R L R L R L R L R L Rata-rata maks C1 135 173 68 131 135 130 23 41 44 31 68 58 A1 78 96 51 56 45 36 41 32 28 34 33 71 46 A2 186 141 53 104 32 99 22 12 52 25 26 A3 153 166 7 81 58 30 21 4 29 28 36 30 33 A4 155 163 144 91 25 6 10 18 61 48 44 53 71 A5 146 173 54 109 55 24 15 54 46 13 47 38 B1 165 149 90 55 26 41 13 51 39 29 61 89 B2 132 132 110 50 25 9 56 48 25 64 58 B5 88 166 85 108 33 4 69 17 52 59 72 a

Satuan sudut dalam derajat (o) b

Keterangan : S = Subjek

Ef = Lengan bawah fleksi Sf = Lengan atas (bahu) fleksi Se = Lengan atas (bahu) ekstensi Bf = Punggung fleksi Be = Punggung ekstensi Zona 0 (nyaman) Zona 1 (aman) Zona 2 (hati-hati) Zona 3 (bahaya)

29 Hanya ada 2 subjek dari 9 subjek yang bagian lehernya termasuk dalam zona 2 selebihnya masuk dalam zona 3 selain itu hampir semua bahu yang mengalami ekstensi tergolong dalam zona 3. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa hampir semua zona merah dialami oleh leher, bahu dan lengan bawah. Hal ini mengindikasi bahwa telah terjadi kesalahan yang sistematik dalam sistem kerja cutting ini sehingga menyebabkan posisi ekstrim pada leher, bahu, dan lengan tangan bagian bawah. Prosedur pada sistem kerja perlu diperbaiki untuk mengurangi terjadinya resiko kerja.

Cutting Menggunakan Egrek (E)

Kegiatan pemotongan tandan kelapa sawit dan pelepah atau cutting dengan menggunakan egrek sebagian besar dilakukan pada tinggi target potong di atas 3 m karena dodos sudah tidak bisa dunakan kan lagi karena keterbatasan panjang alat. Namun ada beberapa kasus penggunaan egrek untuk tinggi target potong di bawah 3 m dengan menggunakan egrek pendek. Gerakan cutting dengan menggunakan egrek dibagi menjadi 3 elemen posisi gerakan dalam penelitian ini yaitu gerakan posisi awal saat egrek sudah siap untuk ditarik yang berarti pisau egrek sudah dalam posisi mengait tandan kelapa sawit atau pelepah (a), gerakan menarik egrek yang pertama (b) dan yang terakhir adalah gerakan menarik egrek yang kedua sampai tandan kelapa sawit atau pelepah berhasil terpotong (c). Menurut pengamatan, sebagian besar tandan kelapa sawit bisa terpotong apabila dilakukan dua kali tarikan. Hanya ada beberapa kasus yang terjadi dengan hanya menggunakan 1 tarikan saja sehingga dalam penelitian ini digunakan diambil 2 gerakan penarikan egrek. Gambaran cutting dengan menggunakan egrek dapat dilihat pada gambar 15 dan manekin pemanennya ditunjukkan pada gambar 16.

(a) (b) (c)

Gambar 15 Tiga tahapan gerakan cutting dengan menggunakan egrek yang dilakukan oleh subjek C4

30

Gambar 16 Manekin subjek C4 a

Satuan sudut dalam derajat (o) b

Keterangan :

Gambar 14 merupakan contoh dari rangkaian gerakan cutting dengan menggunakan egrek pada lahan datar untuk tinggi target potong 3-6 m (E2) yang dilakukan oleh subjek C4. Pada gerakan pertama (a) leher subjek C4 membengkok ke belakang (extention) membentuk sudut sebesar 37o terhadap badan yang sudah melebihi zona aman dan termasuk dalam zona 3. Gerakan ekstensi juga terjadi di punggung pemanen walaupun sudut yang dihasilkan cukup kecil yaitu 4 o terhadap garis vertikal yang masih termasuk zona aman yaitu zona 0. Kedua bahu pemanen membengkok ke depan (flexion) sebesar 71o dan 126o berturut-turut terhadap badan untuk bahu kanan dan kiri yang termasuk dalam zona 2 dan 3. Gerakan tersebut diikuti oleh lengan bawah yang juga membengkok ke dalam (flextion) terhadap lengan atas sebesar 93o dan 13o yang tergolong dalam zona 2 dan zona 0 berturut-turut untuk bagian kanan dan kiri. Hal ini menandakan bahwa bahu kiri pada posisi awal berada pada posisi lebih tinggi dari bahu kanan dan memiliki posisi lebih ekstrim dari bahu kanan, kebalikannya lengan bawah bagian kanan memiliki posisi lebih ekstrim dari lengan bawah bagian atas yang hanya tergolong pada zona 0. Sedangkan pada bagian tubuh bawah yaitu tungkai atas dan tungkai bawah relatif aman yaitu berada pada zona 0 untuk bagian kedua tungkai atas dan tungkai bawah sebelah kiri. Hal ini sama halnya dengan kegiatan cutting dengan menggunakan dodos bahwa bagian anggota tubuh yang berperan dalam proses cutting adalah bagian tubuh atas terlihat dari sebaran posisi ekstrim yang dialami anggota tubuh atas.

Pada gerakan kedua yaitu tarikan egrek pertama, bagian leher masih terus membengkok ke belakang dengan menambah sudut ekstensinya menjadi 49o terhadap badan. Hal ini terjadi karena pemanen akan terus memastikan letak

Zona 0 (gerakan dalam kategori nyaman) Zona 1 (gerakan dalam kategori aman) Zona 2 (gerakan dalam kategori hati-hati) Zona 3 (gerakan dalam kategori bahaya)

31 tandan kelapa sawit atau pelepah yang berada lebih tinggi dari tinggi tubuhnya sehingga leher mendongak. Untuk posisi awalan menarik egrek ini, bahu membungkuk ke depan (flextion) sebesar 7o terhadap garis vertikal untuk mendapatkan gaya tarikan yang besar. Kedua bahu masih membengkok ke depan (flextion) sebesar 78o dan 138o terhadap badan yang berarti terjadi peningkatan sudut fleksi dari gerakan pertama. Hal ini dikarenakan untuk menarik egrek, posisi tangan harus lebih tinggi dari posisi awal agar mendapat gaya menarik ke bawah yang lebih besar. Pada posisi ini kedua bahu tergolong dalam zona 2 dan 3 berturut-turut untuk bagian kanan dan kiri. Selain itu lengan bawah bagian kanan dan kiri juga masih membengkok ke dalam (flexion) dengan sudut fleksi yang meningkat dari posisi awal yaitu sebesar 99o dan 17o terhadap lengan atas. Pada posisi tersebut, berturut-turut untuk bagian kanan dan kiri lengan bawah masih tergolong pada zona 2 dan 0 yang menandakan posisi ekstrim masih dialami oleh bawah bagian kanan dan bahu bagian kiri. Sama halnya dengan posisi awal, pada gerakan kedua ini anggota tubuh bagian bawah masih tergolong pada zona aman yaitu zona 0 untuk kedua tungkai atas, tungkai bawah bagian kiri dan tungkai bawah bagian kanan masuk dalam zona 1.

Pada posisi tarikan kedua, karena letak posisi tandan kelapa sawit atau pelepah sudah dipastikan pada gerakan pertama dan kedua, posisi leher mulai bergerak ke depan walupun masih dalam posisi membengkok ke belakang (ekstensi) dengan pengurangan sudut ekstensi menjadi sebesar 4o. Pada posisi tersebut leher masih tergolong pada posisi ekstrim yaitu zona 3. Penambahan sudut fleksi pada punggung terjadi pada gerakan ketiga ini. Punggung terus membungkuk ke depan sebesar 9o terhadap badan untuk memaksimalkan gaya tarikan. Kedua bahu masih mengalami fleksi dengan sudut fleksi yang lebih kecil dari gerakan kedua yaitu sebesar 43o dan 112o terhadap badan. Hal ini dikarenakan untuk posisi terakhir dalam gerakan menarik egrek, bahu akan mengayun ke bawah sebagai konsekuensi kegiatan menarik sehingga sudut fleksinya mengecil dan mengurangi posisi ekstrim yang terjadi walaupun masih tergolong dalam zona 2 dan 3. Kedua lengan bawah juga mengalami fleksi sebesar 142o dan 61o terhadap lengan atas. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa posisi lengan bawah terus membengkok ke dalam yang berarti mengalami penambahan sudut fleksi serta meningkatkan zona dari zona 2 dan 0 menjadi zona 3 dan 1. Hal ini menunjukkan bahwa lengan bawah mengalami peningkatan posisi ekstrim yang meningkatkan resiko cidera. Berbeda dengan gerakan pertama dan kedua, pada gerakan ketiga anggota tubuh bagian bawah (lower limb) mulai mengalami peningkatan sudut fleksi. Hal ini dapat dilihat dari kedua tungkai atas yang mengalami fleksi sebesar 23o dan 39o terhadap badan berturut-turut untuk bagian kanan dan kiri. Dari data dapat terlihat terjadinya peningkatan zona dari zona 0 ke zona 1. Hal ini dikarena untuk kegiatan menarik, posisi kaki akan menjadi tumpuan agar tarikan menjadi maksimal. Tungkai atas yang mengalami peningkatan sudut fleksi ini juga diikuti oleh peningkatan sudut ke dalam (flextion) pada tungkai bawah menjadi sebesar 75o dan 44o terhadap tungkai atas yang meningkatkan posisi ekstrim. Pada gerakan pertama dan kedua, bagian tungkai bawah masih berada pada zona 0 dan 1 berturut-turut untuk bagian kanan dan kiri sedangkan pada gerakan ketiga ini, tungkai bawah mengalami peningkatan zona menjadi zona 1 dan 2.

32

Cutting dengan menggunakan egrek dilakukan pada tinggi target potong 0-3 m (E1), 0-3-6 m (E2), 6-12 m (E0-3) dan 12-18 m (E4). Kegiatan ini dilakukan dengan variasi lahan datar (F) dan berbukit atau rolling (R). Berikut ini adalah rekap data dan pembahasan gerakan cutting dengan menggunakan egrek dengan variasi tinggi pohon dan lahan.

Cutting Menggunakan Egrek (E1) pada Lahan Datar (F)

Tabel 8 menunjukkan rekap data kegiatan cutting yang dilakukan oleh 9 subjek di dua lokasi yaitu Sulawesi dan kalimantan. Hal ini dikarenakan pada daerah Kalimantan untuk tinggi pohon 0-3 m dipanen dengan menggunakan dodos. Dari rekap data tersebut dapat dilihat bahwa distribusi zona 3 dan 2 yang banyak mengalami posisi ekstrim terjadi bagian anggota tubuh atas, sama dengan hasil analisis resiko gerakan cutting dengan menggunakan dodos. Sedangkan untuk bagian lower limb hampir semua berada pada zona 1 dan hanya sedikit data termasuk zona 2. Dapat dilihat pada bagian leher, semua leher subjek melakukan gerakan membengkok ke belakang (extention), tidak ada yang membengkokkan lehernya ke depan. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan tinggi pohon yang semuanya melebihi tinggi pemanen, pemanen harus melakukanan pengamatan letak tandan kelapa sawit atau pelepah dengan mendongakkkan leher ke atas dengan sudut ekstensi di atas zona aman yaitu semuanya berada pada zona 3. Hal tersebut juga terjadi pada bagian bahu dan lengan bawah yang hampir semua tergolong dalam zona 3 dan beberapa data tergolong zona 2. Hal ini dikarena pada proses cutting bagian anggota tubuh yang banyak berperan dalam proses menarik adalah bahu dan lengan tangan bagian bawah. Apalagi dalam proses menarik lengan tangan bagian bawah terus membengkok kedalam (flexion) semaksimal mungkin agar mendapat gaya tarik yang maksimal juga. Sebagian besar pemanen menggerakkan bahunya ke depan sehingga membentuk gerakan fleksi, terlihat dari data bahwa hampir semua pemanen melakukan gerakan fleksi pada bahu, sedangkan gerakan ekstensi hanya dilakukan oleh 4 subjek saja.Bagian bahu sebelah kiri rata-rata memiliki besar sudut yang lebih besar dari pada bahu sebelah kanan yangmengindikasikan hampir semua pemanen memliki cara menarik egrek yang sama yaitu posisi tangan kiri berada pada bagian atas pegangan egrek dan tangan kanan berada pada posisi bawah pegangan egrek sehingga membentuk sudut fleksi pada bahu yang lebih besar. Hal ini menyebabkan resiko posisi ekstrim pada bahu sebelah kiri kebih besar dari bahu kanan. Hampir sama dengan kasus cutting menggunakan dodos, pada posisi awal punggung membungkuk untuk mendapatkan gaya dorong yang maksimal, pada kasus egrek punggung sebagian besar juga membungkuk untuk mendapatkan gaya tarikan maksimal. Namun besarnya resiko gerak pada punggung ini masing tergolong aman. Sama halnya dengan kasus dodos, distribusi posisi ekstrim yaitu zona 3 yang semuanya hampir terdapat pada bagian tubuh bagian atas terutama bagian leher, bahu dan lengan bagian bawah mengindikasikan terjadinya kesalahan sistematik pada sistem kerja yang tidak dipengaruhi oleh kesalahan setiap individu pemanen. Prosedur sistem kerja pada saat cutting menggunakan egrek ini perlu diperbaiki agar bagian leher, bahu dan lengan tangan bagian bawah posisi ekstrimnya dapat dikurangi.

33 Tabel 8 Data selang gerak pemanen dengan menggunakan egrek (E1) pada lahan

datar (F) untuk kategori tinggi target potong maksimal 3 m

S Ef Sf Se Bf Be Hf He Lf Kf R L R L R L R L R L Rata-rata Maks C2 127 119 130 99 8 33 59 29 39 34 73 A1 138 157 95 148 12 47 9 37 29 43 A2 159 135 139 84 18 44 28 20 45 37 A3 112 151 129 94 17 50 44 20 41 35 A4 151 129 51 90 25 17 2 56 14 18 52 38 A5 125 173 90 117 24 63 16 26 41 38 A6 154 126 141 116 20 63 30 33 77 64 A7 143 158 44 103 45 24 12 40 A8 161 150 64 145 7 16 22 61 11 8 A9 157 163 124 118 24 12 53 29 55 56 57 a

Satuan dalam derajat (o) b

Keterangan : S = Subjek

Ef = Lengan bawah fleksi Sf = Lengan atas (bahu) fleksi Se = Lengan atas (bahu) ekstensi Bf = Punggung fleksi

Be = Punggung ekstensi Hf = Leher fleksi He = Leher ekstensi

Lf = Tungkai atas (paha) fleksi Kf = Tungkai bawah fleksi

R = Bagian anggota tubuh sebelah kanan L = Bagian anggota tubuh sebelah kanan

Cutting Menggunakan Egrek (E2) pada Lahan Datar (F)

Kegiatan cutting pada lahan datar dengan menggunakan egrek pada tinggi pohon kelapa sawit berkisar antara 3-6 m dilakukan oleh 3 subjek di daerah sulawesi. Pada Tabel 9 dapat dilihat bhwa sebagian besar anggota tubuh yang

Dokumen terkait