Hasil
Kegiatan inventarisasi mangrove dilakukan pada koordinat 03052’28” N, 98036’29” E sebagai titik I , titik II 03053’12” N, 98037’10” E, titik III 03053’06” N, 98037’08” E dan titik IV 03054’13” N, 980
Tabel 1. Keanekaragaman jenis dan INP mangrove sejati
37’24” E dengan menarik transek dan
membuat plot-plot dalam bentuk kuadran dengan kriteria 2 x 2 m untuk tingkat
semai, 5 x 5 m untuk tingkat pancang dan 10 x 10 m untuk tingkat pohon. Hasil
pengamatan keanekaragaman mangrove di Desa Selotong Kecamatan Sicanggang di
peroleh keragaman jenis dan INP masing – masing jenis (Tabel 1).
Salinitas (ppm))
Jenis INP (%)
Semai Pancang Pohon
0 - 10 Soneratia alba 72,73 79,3 135,64 Rhizophora apiculata 96,1 187,88 134,24 Excoecaria agallocha 31,17 32,82 30,1 10 -20 Avicenia marina 76,8 148,85 138,23 Soneratia alba 22,51 24,24 29,19 Rhizophora apiculata 54,6 75,62 80,09 Xylocarpus granatum 46,09 51,29 52,49 20 – 30 Rhizophora apiculata 32,52 60,13 67,97 Bruguera cylindrica 56,5 81,77 98,58 Avicenia marina 26,81 36,23 39,95 Cerriops tagal 51,65 70,84 59,42 Xylocarpus granatum 32,52 51,03 34,08 > 30 Rhizophora apiculata 41,37 78,33 69,25 Bruguera cylindrica 38,99 57,29 51,24 Soneratia alba 11,01 13,03 11,8 Xylocarpus granatum 29,46 51,74 56,56 Ceriops tagal 29,17 19,37 27,89 Pemphis acidula 8,63 13,02 11,8 Avicennia marina 41,37 67,22 71,46
Jenis mangrove yang ditemukan untuk salinitas 0 – 10 ppm yaitu : S. alba, R.
apiculata dan E. agallocha dengan INP tertinggi S. alba 135,64 untuk tingkat pohon, R. apiculata 187,88 untuk tingkat pancang dan R. apiculata 96,1 untuk tingkat semai. INP tertinggi pada salinitas 0 -10 ppm yaitu R. apiculata yang juga merupakan jenis
mangrove dominan. Pada salinitas 10 -20 ppm ditemukan jenis mangrove A. marina,
S. alba, R. apiculata, dan X. granatum. INP tertinggi pada salinitas 10 – 20 ppm adalah A. marina untuk tingkat semai, pancang dan pohon.
Jenis mangrove dengan salinitas 20 – 30 ppm adalah R. apiculata, B.
cylindrica, A. marina, C. tagal, dan X. granatum. INP tertinggi ditemukan pada jenis B. cilindrica dengan nilai 98,58 untuk tingkat pohon, 81, 77 untuk tingkat pancang dan 56,5 untuk tingkat semai. Data diperoleh bahwa jenis mangrove dominan adalah
B. cilindrica untuk salinitas 20 – 30 ppm. Jenis mangrove yang ditemukan untuk salinitas lebih besar dari 30 ppm adalah R. apiculata, B. cilindrica, S. alba, X.
granatum, C. tagal, P. acidula dan A. marina. INP tertinggi yaitu A. marina 71,46 untuk tingkat pohon, dan untuk tingkat pancang dan semai yaitu R. apiculata dengan
INP 78,33 dan 41,37.
Dari hasil kegiatan inventarisasi tentang komposisi jenis hutan mangrove di
desa Selotong Kecamatan Sicanggang Kabupaten Langkat di peroleh 11 jenis
mangrove yang terdiri dari famili Rhizophoraceae (R. Apiculata, B. cilindrica, C.
tagal), Soneratiaceae (S. alba), Meliaceae (X. granatum), Lythraceae (P. acidula), Avicenniaceae (A. marina), Euphorbiaceae (E. agallocha), Acanthaceae (A.
Tabel 2. Jenis mangrove hasil inventarisasi
No Jenis Famili
1 Rhizophora apiculata Rhizophoraceae
2 Bruguera cilindrica Rhizophoraceae
3 Soneratia alba Soneratiaceae
4 Xylocarpus granatum Meliaceae
5 Ceriops tagal Rhizophoraceae
6 Pemphis acidula Lythraceae
7 Avicenia marina Avicenniaceae
8 Excoecaria agallocha Euphorbiaceae
9 Acanthus ilicifolius Acanthaceae
10 Acrostichum aureum Pteridaceae
11 Nypa fruticans Palmae
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indeks Keanekaragaman jenis tertinggi yaitu 1,74 untuk tingkat pohon, 1,65 untuk tingkat pancang dan 1,74 untuk tingkat semai dengan salinitas diatas 30 ppm dan terendah 0,9 untuk tingkat pohon, 0,81 untuk tingkat pancang dan 0,98 untuk tingkat semai dengan salinitas 0-10 ppm (Tabel 3).
Tabel 3. Perbandingan keanekaragaman mangrove berdasarkan tingkat salinitas air laut
Salinitas (ppm) Semai Pancang Pohon
0 – 10 0,98 0,81 0,9
10 – 20 1,27 1,13 1,14
20 -30 1,56 1,53 1,5
> 30 1,74 1,65 1,74
Pembahasan
Dari 11 jenis mangrove yang ditemukan dapat dikategorikan menjadi
mangrove sejati (true mangrove) yaitu R. apiculata, B. cilindrica, S. alba, X.
granatum, C. tagal, P. acidula, A. marina dan E. agallocha sedangkan mangrove ikutan (associate mangrove) yaitu A. ilicifolius, A. aureum, N. fruticans.
Keanekaragaman jenis mangrove yang ditemukan masih tergolong rendah bila
meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis epifit dan 1 jenis
paku (Noor, 2006)
Berdasarkan hasil perhitungan analisis vegetasi dapat diketahui bahwa indeks
keanekaragaman masing-masing titik-titik untuk setiap fase baik tingkat semai,
pancang dan pohon tergolong rendah. Hal ini sesuai dengan literatur yang
dikemukakan oleh Barbour et al (1987) dalam Onrizal (2007) yang menyatakan
bahwa nilai H’ berkisar antara 0 - 7 dengan criteria : (a) 0 – 2 tergolong rendah, (b) 2
- 3 tergolong sedang dan (c) 3 atau lebih tergolong tinggi.
Jenis mangrove dominan berbeda-beda berdasarkan tingkat salinitas air laut di
daerah Sicanggang di sebabkan oleh kemampuan adaptasi mangrove yang
berbeda-beda untuk bertahan di lingkungan yang di pengaruhi pasang surut air laut dengan
salinitas yang berbeda-beda. Kemampuan adaptasi mangrove berupa kemampuan
mengekskresikan garam dan bentuk fisiologi yang dapt bertahan dari hempasn air
laut. Keanekaragaman mangrove juga di pengaruhi adanya campur tangan manusia.
Kawasan Sicanggang merupakan daerah yang dijadikan pemerintah sebagai daerah
penyangga, oleh karena itu pemerintah melalui Departemen Kehutanan melakukan
pengayaan mangrove tahun 2007.
Dari jenis-jenis yang ditemukan tersebut, jenis R. apiculata merupakan jenis
yang dominan pada berbagai tingkat salinitas, hal ini dapat dilihat INP yang yang
paling tinggi baik untuk tingkat semai tiang dan pohon. Rhizhopora menjadi dominan
boleh jadi disebabkan bentuk propagul R. apiculata jauh lebih besar dengan cadangan
makanan lebih banyak, sehingga memiliki kesempatan hidup lebih tinggi dan dapat
apiculata juga di tunjang oleh sifat dan cara perkembangbiakan dari biji yang bersifat vivivar. Biji yang telah berkecambah selagi masih di dalam buah yang masih melekat
pada tumbuhan induknya memberikan kesempatan untuk dapat umbuh dengan baik
dalam hutan yang selalu digenangi oleh air pasang. Bengen (2002) menyatakan
bahwa daur hidup yang khusus dari jenis R. apiculata dengan benih yang dapat
berkecambah pada waktu masih berada pada tumbuhan induk sangat menunjang pada
proses distribusi yang luas dari jenis ini pada ekosistem mangrove.
Selain R. apiculata, A. marina dari famili Rhizophoraceae juga termasuk jenis
yang dominan. Hal ini disebabkan adaptasi Avicenia marina terhadap salinitas air laut
tinggi. Adaptasi terhadap salinitas umumnya berupa kelenjar ekskresi untuk
membuang kelebih garam dari dalam jaringan dan ultrafiltrasi untuk mencegah
masuknya garam ke dalam jaringan. Tumbuhan mangrove dapat mencegah lebih dari
90% masukan garam dengan filtrasi pada akar. Garam yang tetap terserap dengan
cepat diekskresikan oleh kelenjar garam di daun atau disimpan dalam kulit kayu dan
daun tua yang hampir gugur (Setyawan, 2008)
Terdapat beberapa jenis yang mempunyai INP rendah karena hanya di jumpai
di sedikit plot pengamatan. Salah satu jenisnya yaitu P. acidula yang di temukan di
petak ke V. hal ini diduga disebabkan oleh tingkat adaptasi yang rendah dan
penggunaan kayu bakar oleh masyarakat sementara pengayaan untuk jenis ini tidak
begitu di perhatikan pemerintah.
Bila di lihat berdasarkan tingkat salinitas air laut, keanekaragaman mangrove
akan semakin tinggi dari salinitas terendah hingga ke salinitas yang tinggi baik untuk
disebabkan kemampuan beradapatasi mangrove yang berbeda-beda. Tumbuhan
mangrove umumnya memiliki bentuk morfologi dan mekanisme fisiologi tertentu
untuk beradaptasi terhadap lingkungan mangrove (Setyawan, 2008).
Bentuk adaptasi terkait dengan adaptasi terhadap garam, adaptasi sistem
reproduksi (propagul), dan adaptasi terhadap tanah yang gembur dan bersifat anoksik
(anaerob). Spesies mangrove mampu tumbuh pada lingkungan dengan salinitas
rendah hingga tinggi. Kemampuan ini disebabkan adanya mekanisme pada akar untuk
mencegah masuknya garam, adanya system penyimpanan garam dan adanya sistem
ekskresi pada daun untuk membuang garam yang terlanjur masuk ke jaringan tubuh.
Mekanisme terakhir ini menyebabkan kebanyakan daun tumbuhan mangrove berasa