• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengamatan Patologi Anatomi

Hasil pemeriksaan patologi anatomi terhadap organ eksternal maupun organ internal anjing disajikan pada Tabel 1. Secara umum anjing menunjukkan kepucatan pada pemeriksaan luar. Informasi dari dokter hewan yang merawat dan hasil rontgent menunjukkan bahwa pada rongga perut ditemukan ascites. Massa tumor ditemukan di ruang abdomen berwarna merah, multinodular, rapuh, dengan jumlah nodules sekitar 25 buah dengan diameter terbesar 3 cm. Tumor ini tumbuh pada dinding pembuluh darah dan dengan cepat mengadakan metastasis ke organ tubuh yang berdekatan dengan lokasi tumor. Sel-sel tumor yang memasuki lumen pembuluh darah dibawa oleh aliran darah ke organ-organ tubuh yang jauh. Sejalan dengan pembesaran tumor, tekanan di bagian luar terhadap sel-sel di sekeliling bertambah. Sel-sel tumor lebih kuat tumbuhnya dari pada sel-sel jaringan dimana dia berada, tekanan yang terjadi pada jaringan akan mengganggu pertukaran cairan, metabolisme dan menekan pembuluh darah dan limfe pada daerah tersebut.

Gambar 3 Massa tumor hemangiosarcoma multinodus pada mesenterium, bar 1 cm.

17

Tabel 1 Hasil pemeriksaan patologi anatomi (PA) terhadap anjing yang menderita hemangiosarcoma

Organ Patologi Anatomi

Keadaan luar Mukosa secara umum pucat

Pertahanan Tidak ditemukan perubahan spesifik pada seluruh limfoglandula

Ruang abdomen Ditemukan cairan berwarna merah dengan volume sekitar 2 liter (hemoascites), pada mesenterium ditemukan massa tumor, multinodus, berwarna merah, rapuh, jumlah nodules sekitar 25, diameter terbesar 3 cm.

Traktus respirasi Emfisema pulmonum (diffuse, severe), pneumonia alveolaris (lobular, ringan)

Traktus digesti Gastroenteritis kataralis (diffuse, severe). Hati berwarna kuning, konsistensi meningkat, ditemukan sarang radang granuloma (diffuse, severe), ditemukan juga massa tumor berbentuk nodules (jumlah 5) dengan ukuran diameter terbesar 2 cm.

Traktus sirkulasi Hipertrofi ventrikel kiri (moderate), dilatasi ventrikel kanan (moderate), pada katub sebelah kiri ditemukan endokardiosis (fibrosis dan nekrosis). Limpa membengkak, hiperplasia pulpa putih, ditemukan satu nodule dengan diameter 0,5 cm. Traktus urinaria Nefritis interstisialis (ringan, bilateral), kongesti.

Keberadaan massa tumor di ruang abdomen menekan pembuluh darah dan limfe sehingga aliran darah dan limfe terganggu yang mengakibatkan terjadinya pembendungan umum yang di tandai dengan pengumpulan cairan yang berlebih dalam ruangan interseluler termasuk rongga tubuh (Rumawas 1989). Pada pemeriksaan patologi anatomi ditemukan pengumpulan cairan darah (hemoascites) di dalam ruang abdomen. Hal ini disebabkan oleh obstruksi saluran limfe oleh tumor yang menyebabkan gangguan pengaliran sehingga menimbulkan penimbunan cairan dalam rongga abdomen.

18

Menurut Himawan (1996) pembendungan umum terjadi akibat obstruksi eksternal lumen pembuluh darah yang disebabkan tekanan pembuluh darah dan limfe oleh tekanan tumor. Kondisi ini menimbulkan perembesan plasma darah dari pembuluh darah sehingga menimbulkan edema pada organ otak, jantung, paru-paru, hati, limpa, mesenterium dan ginjal. Edema adalah penimbunan cairan berlebih di dalam sel, ruang interstisium ekstra sel atau rongga tubuh (Damjanov 2000). Cairan ini berasal dari plasma darah yang mengandung protein.

Gambar 4 Metastasis hemangiosarcoma di hati, bar 1 cm.

Pada organ hati ditemukan massa tumor berbentuk nodul sebanyak 5 buah dengan ukuran diameter terbesar 2 cm, hati berwarna kuning, konsistensi meningkat dan ditemukan sarang radang granuloma (diffuse, severe). Hati mengalami ikterus sehingga tampak berwarna kuning. Ikterus adalah suatu keadaan dimana penumpukan pigmen empedu (bilirubin) di dalam darah dan jaringan sehingga menyebabkan hewan atau jaringan tampak kuning. Bilirubin merupakan produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus: ikterus hemolitik, ikterus hepatoseluler dan ikterus obstruktif.

19

Ikterus hemolitik disebabkan oleh lisis sel darah merah yang berlebihan atau karena destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati tidak dapat mengkonjugasikan semua bilirubin yang dihasilkan. Lisisnya sel darah merah akibat gangguan hemoglobin, misalnya anemia sel sabit dan talasemia. Destruksi sel darah merah karena proses autoimun. Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan disebut ikterus hepatoseluler. Disfungsi hati dapat terjadi apabila hepatosit terinfeksi virus, misalnya pada hepatitis atau apabila sel-sel hati rusak akibat kanker atau sirosis. Ikterus obstruktif terjadi karena sumbatan terhadap aliran empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris. Hati tetap mengkonjugasi bilirubin, tetapi bilirubin tidak dapat mencapai usus, bilirubin terkonjugasi tersebut masuk ke aliran darah dan sebagian besar diekskresikan melalui ginjal sehingga urin berwarna sangat gelap dan berbusa (Corwin 2000).

Pada pemeriksaan patologi anatomi organ limpa dalam keadaan bengkak, hiperplasia pulpa putih dan ditemukan satu nodule dengan diameter 0,5 cm. Limpa bengkak terjadi akibat tekanan tumor hemangiosarcoma yang menyebabkan pembendungan limpa.

Pada organ jantung ditemukan hipertrofi ventrikel kiri (moderate), dilatasi ventrikel kanan (moderate), pada katup sebelah kiri ditemukan endokardiosis (fibrosis dan nekrosis). Pada kasus ini endokardiosis ditandai dengan pembentukan fibrosis pada katup jantung diikuti dengan kejadian nekrosis. Perubahan-perubahan pada katup mengganggu fungsi jantung, osteum jantung menjadi sempit (stenosis) atau katup yang berubah tidak menutup osteum lagi secara sempurna (insufisiensi). Sering terlihat stenosis bersamaan dengan insufisiensi. Bila ada stenosis maka biasanya hal ini menimbulkan hipertrofi dinding ventrikel. Hipertrofi ventrikel kiri jantung ditandai dengan penambahan ukuran dari jaringan otot jantung sehingga lumennya menyempit akibat ventrikel kiri jantung yang harus bekerja berlebihan oleh karena adanya tumor pada buluh darah. Dilatasi ventrikel kanan jantung adalah pembesaran rongga jantung kanan dengan penipisan dindingnya (Ressang 1984). Pada kasus ini terjadi akibat tumor hemangiosarcoma menekan pembuluh darah mengakibatkan gangguan pada aliran darah.

20

jantung berupa pembendungan sehingga aliran darah kembali mengisi ventrikel kanan jantung menyebabkan dilatasi ventrikel kanan jantung.

Pada pemeriksaan patologi anatomi ditemukan emfisema pulmonum (diffuse, severe) dan pneumonia alveolaris (lobular, ringan) pada organ paru-paru. Menurut Dungworth (1993) penyakit pada sistem respirasi disebabkan oleh agen yang datang dari aerogenous atau dari hematogenous. Pneumonia adalah infeksi paru yang dapat terjadi dalam beberapa bentuk, dan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu lama kejadian penyakit (akut atau kronik), etiologi (bakteri, virus, jamur atau protozoa), lokasi lesi (alveolus atau interstitium) dan luas lesi (lobulus atau lobus) (Damjanov 2000). Pada kejadian ini hewan mengalami pneumonia alveolaris lobular, seringnya dikarenakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh. Beberapa keadaan yang dapat berkomplikasi dengan pneumania lobular ialah infeksi saluran pernafasan bagian atas, penyakit jantung, morbillli dan penyakit infeksi lain yang disertai demam (Kurniawan 1996). Kuman masuk ke dalam jaringan paru-paru melalui saluran pernafasan dari atas untuk mencapai bronkiolus, kemudian alveolus sekitarnya. Kejadian pneumonia dapat mengakibatkan atelektasis atau emfisema, pembentukan abses atau gangren di dalam paru (Ressang 1984).

Emfisema pulmonum ialah obstruktif kronik akibat berkurangnya elastisitas paru dan luas permukaaan alveolus (Corwin 2000). Kerusakan dapat terbatas hanya di bagian sentral lobus, di mana dalam hal ini yang paling terpengaruh adalah integritas dinding alveolus, atau dapat mengenai paru keseluruhan, yang menyebabkan kerusakan bronkus dan alveolus. Hilangnya elastisitas paru dapat mempengaruhi alveolus dan bronkus. Elastisitas berkurang akibat destruksi serat-serat elastin dan kolagen yang terdapat pada seluruh paru. Akibat dari penurunan elastisitas paru adalah penurunan ventilasi paru. Penurunan ventilasi dapat terjadi ketika penyaluran udara ke sebagian alveolus terhambat sehingga darah tidak dapat mengalir ke alveolus. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara akan kolaps.

21

Dinding di antara alveolus-alveolus, yang disebut septum alveolus juga dapat rusak. Hal ini mengurangi luas permukaan alveolus yang tersedia untuk pertukaran gas dan menurunkan kecepatan difusi (Corwin 2000). Biasanya bagian paru-paru yang menderita emfisema membesar dan pucat.

Pemeriksaan patologi anatomi organ ginjal mengalami nefritis interstitialis, nefritis interstitialis merupakan bentuk lesio yang ditemukan pada jaringan intertubular ginjal (Underwood JCE 1992). Lesio ini dapat berjalan akut maupun kronis, yang dapat menyebabkan gangguan sekresi urin. Pada stadium akut secara makroskopis ginjal membengkak dan permukaan atasnya terdapat bercak putih. Pada bidang sayatan terlihat garis-garis putih yang bertemu dengan bercak-bercak putih. Bercak-bercak dan garis putih ini ialah kumpulan sel-sel radang di antara tubuli, di sekitar glomeruli dan pembuluh darah dan terdiri dari histiosit, limfosit dan sel-sel plasma. Sel-sel plasma tidak ditemukan dalam darah tetapi merupakan konstituen dari banyak reaksi radang (Rumawas 1989). Kongesti merupakan kondisi dimana sel-sel darah mengisi penuh di dalam pembuluh darah arteri atau vena yang dapat terjadi akibat fisiologis, aktif maupun pasif (Confer dan Panciera 1995).

Mukosa secara umum pucat pada pemeriksaan patologi anatomi. Menurut Smith (2004) pembentukan tumor ini membentuk sel-sel endotel yang masih muda dan membentuk ruang vaskularisasi berisi darah dalam jumlah yang bervariasi sehingga darah pada aliran darah jumlahnya berkurang. Akibatnya asupan oksigen ke jaringan berkurang dan dapat terjadi anemia, pada anemia yang kronis gejalanya adalah memucatnya selaput lendir, hipertropi jantung dan dyspnoe (Corwin 2000).

Pengamatan Histopatologi

Hasil pemeriksaan histopatologi diperoleh hasil seperti yang dicantumkan di dalam Tabel 2. Massa tumor hemangiosarcoma terdapat pada mesenterium dan metastasis ke organ hati, limpa dan pankreas. Massa tumor berasal dari buluh darah. Sel-sel tumor bentuknya gemuk dengan ukuran bervariasi, tersusun secara bebas. Inti sel sangat jelas, berbentuk bulat atau oval dengan ukuran yang sangat bervariasi antara yang besar dan

22

kecil, hiperkromatik dan bentuk mitosis sering ditemukan. Pada berbagai tempat, sel-sel tersebut membentuk pembuluh berisi sejumlah eritrosit ( Jubb et al. 1993; Jones et al. 1997 dalam Fankhauser 2004 & Meuten 2002). Pada kasus ini, timbulnya tumor hemangiosarcoma pada hewan anjing ras Golden Retriever diduga karena genetik. Menurut Stansfield (1983) apabila suatu induk mempunyai genetik neoplasma maka akan diturunkan ke anaknya.

Gambar 5 Massa tumor hemangiosarcoma pada mesenterium; sel-sel tumor berbentuk bulat gemuk tidak beraturan, inti sel jelas berbentuk bulat/lonjong, hiperkromatik, pewarnaan Hematoksilin dan Eosin, 400x.

23

Tabel 2 Hasil pemeriksaan Histopatologi Anatomi (HP)

Organ Perubahan

Mesenterium Massa tumor terdiri dari sel-sel tumor berbentuk bulat gemuk tidak beraturan dengan inti sel bulat atau lonjong, hiperkromatik, serta terdapat inti sel yang mengalami mitosis. Sel-sel tumor dan inti sel memiliki ukuran yang sangat bervariasi. Pada beberapa daerah ditemukan bahwa sel-sel tumor berkembang dari dinding buluh darah

Hati dan massa tumor

Massa tumor terdiri dari sel-sel tumor mempunyai bentuk morfologi dan ukuran yang sama dengan yang ditemukan pada mesenterium. Sel hati banyak mengalami degenerasi dan nekrosa. Terdapat sel radang, hemosiderofag dan hemoragi Limpa dan massa

tumor

Ditemukan kelompok sel-sel tumor yang identik dengan temuan pada mesenterium dan hati. Terjadi hemoragi serta terdapat hemosiderofag. Penebalan trabekula dan dinding pembuluh darah. Pankreas Terdapat nodul besar berisi sel tumor dan sel-sel

darah. Terjadi hemoragi, degenerasi sel-sel asinar (inti sel mengecil), terdapat kumpulan sel-sel radang dan hemosiderofag.

Jantung Degenerasi dan nekrosa otot jantung

Paru-paru Emfisema alveolar, pembendungan, hemoragi pada alveol

Ginjal Glomerulus dalam keadaan bengkak (ruang kapsula bowman hampir tidak ada), mengalami edema, tubuli mengalami nekrosa, terdapat sel radang terutama sel plasma.

Otak Degenerasi sel neuron, edema pembuluh darah, vaskulitis.

24

Sel-sel tumor pada organ hati mempunyai bentuk morfologi dan ukuran yang sama dengan yang ditemukan pada mesenterium. Batas-batas sel tidak jelas, dikarenakan sel-sel tumor mempunyai sifat mesoblastik, sering cabang-cabang sitoplasmanya masuk ke dalam stroma. Sel hati banyak mengalami degenerasi dan nekrosa akibat perembesan cairan plasma darah atau edema yang mengandung sisa metabolisme yang mengandung toksik terakumulasi di organ hati. Hal ini terjadi karena tekanan tumor yang menyebabkan obstruksi eksternal lumen pembuluh darah dan limfe (Himawan 1996). Perdarahan terjadi karena metastasis tumor ini menyebabkan terjadinya pembentukan sel-sel pembuluh darah yang baru dan rapuh. Pada kondisi ini merangsang timbulnya hemosiderofag (Moulton 1993). Hemosiderofag adalah makrofag yang memfagosit sel darah merah berwarna kuning emas atau coklat (Rumawas 1989). Menurut Saleh (1996) hemosiderofag terbentuk akibat penghancuran atau hemolysis eritrosit karena terjadi perdarahan lokal kedalam jaringan.

Gambar 6 Metastasis tumor hemangiosarcoma pada organ hati melalui pembuluh darah, pewarnaan Hematoksilin dan Eosin, 400x.

25

Gambar 7 Massa tumor pada organ hati batas dengan jaringan sekitar tidak jelas; a. massa tumor hemangiosarcoma, b.sel-sel hati atrofi, sinusoid meluas,

pewarnaan Hematoksilin dan Eosin, 400x.

Gambar 8 Massa tumor hemangiosarcoma pada organ hati; a. Sel-sel tumor berbentuk bulat gemuk tidak beraturan

b. Inti sel mengalami mitosis, pewarnaan Hematoksilin dan Eosin,400x.

a

a bb

a

a

b

b

26

Gambar 9 Metastasis hemangiosarcoma di organ pankreas; pewarnaan Hemaktosilin dan Eosin, 400x.

Pemeriksaan histopatologi pada pankreas berisi sel tumor dan sel-sel darah. Bentuk sel tumor gemuk dengan ukuran bervariasi, hiperkromatik. Perdarahan terjadi karena pembuluh-pembuluh yang terbentuk oleh tumor ini rapuh dan mudah robek. Adanya tekanan tumor menyebabkan nekrosa sel asinar sehingga memicu adanya sel-sel radang.

Pada pemeriksaan histopatologi organ paru-paru terlihat emfisema alveolaris, disertai pembendungan. Emfisema alveolaris ditandai dengan kelebihan jumlah udara di dalam ruang udara paru-paru dan perluasan rongga udara alveol akibat kerusakan septa interalveol (Lopez 1995; Dungworth 1993). Dinding alveol meluas dan robek dikarenakan bagian parenkim paru mengalami kerusakan. Adanya pnemonia dan emfisema alveolaris dapat menyebabkan terjadinya pembendungan pada paru. Pembendungan diperparah dengan adanya kelemahan jantung yang mengganggu sirkulasi umum. Kongesti berat pada pembuluh darah akan menimbulkan perdarahan ynag ditandai dengan lepasnya eritrosit ke alveolus. Pada perdarahan paru, alveolus akan terisi oleh darah yang keluar dari pembuluhnya (Damjanov 2000).

Pada pemeriksaan histopatologi limpa massa tumor terdiri dari sel-sel berbentuk bulat gemuk tidak beraturan (bentuk bervariasi) dengan inti sel bulat dengan ukuran

27

bervariasi dan tidak beraturan, warna mencolok serta inti sel mengalami mitosis. Penebalan trabekula dan pembuluh darah disertai hemoragi dan terdapat hemosiderofag. Trabekula dan dinding pembuluh darah menebal akibat pembendungan yang disebabkan karena tekanan tumor yang menekan pada aliran pembuluh darah. Pembendungan yang terjadi mengakibatkan aliran darah terhambat dan menimbulkan bekuan darah, bekuan-bekuan darah tersebut membentuk fibrin-fibrin pada dinding pembuluh darah sehingga menimbulkan penebalan dinding pembuluh darah (Ressang 1984). Trabekula kelihatan menebal dikarenakan sebagian parenkimnya telah menghilang sehingga terlihat saling mendekat. Hemosiderofag berkumpul didalam limpa akibat pembendungan pasif yang kronis.

Gambar 10 Organ ginjal mengalami nefritis interstitialis;a. sel-sel radang di interstitialis, b. nekrosa tubuli ginjal, c. glomerulus bengkak hampir menutupi ruang bowman pewarnaan Hematoksilin dan Eosin, 400x.

Gambaran histopatologi ginjal di daerah interstitial terlihat sel-sel radang terutama sel-sel plasma dan limfosit. Kondisi ini menyebabkan banyak tubulus mengalami nekrosa, sehingga daya resorpsi dan daya sekresi sel-sel tubuli terganggu. Pada kondisi nekrosa tubuli, inti sel epitel tubulus mengalami piknosis, karyoreksis atau karyolisis (Confer dan Panciera 1995). Adanya kerusakan tubulus dan peradangan pada interstisial

a

a

b

b

c

c

28

menyebabkan pembendungan pada glomerulus. Sebagai tambahan, dalam keadaan patologik glomeruli dapat meloloskan molekul-molekul protein ke dalam urin, yang seharusnya tidak terjadi dalam keadaan normal.

Pada organ otak tidak ditemukan adanya sel tumor, hal ini sama ada organ paru-paru, jantung dan ginjal. Pemeriksaan histopatologi organ otak ditemukan nekrosa sel-sel neuron, menurut Himawan (1996) cairan edema menekan otak sehingga menimbulkan degenerasi sel neuron. Kondisi ini merangsang sel-sel mikroglia yang berada disekeliling sel-sel neuron sebagai sel fagositik yang berperan dalam membersihkan sel-sel mati dan cedera (Damjanov 2000).

KESIMPULAN

Studi morfopatologi pada seekor anjing Golden Retriever jantan, umur tiga tahun dengan anamnese pucat, tiga hari tidak mau makan, ascites dan akhirnya mati dapat disimpulkan bahwa anjing mengalami malignan tumor di mesenterium, yang bermetastasis ke organ hati, limpa dan pankreas. Evaluasi secara histopatologi menunjukkan bahwa tumor tersebut adalah hemangiosarcoma. Perkembangan tumor menekan sirkulasi limfe dan darah di ruang abdomen dan menyebabkan ascites.

Dokumen terkait