• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu Pengomposan

BIOACTIVE COMPOST CHARCOAL FROM WOOD BARK AND SLUDGE WASTE OF PULP AND PAPER INDUSTRIES

HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu Pengomposan

Suhu pengomposan mulai meningkat pada minggu pertama sampai minggu ke tiga, minggu keempat suhu menjadi konstan, dan mulai menurun pada minggu ke lima dan ke enam. Suhu atau temperatur adalah salah satu indikator kunci di dalam pembuatan kompos.

Panas yang ditimbulkan adalah akibat proses yang dilakukan oleh mikroba untuk mengurai bahan-bahan yang dikomposkan. Suhu ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa baik sistim pengomposan ini bekerja, disamping itu juga dapat diketahui sejauh mana dekomposisi telah berjalan. Pada minggu pertama, ke dua, dan ke tiga temperatur pengomposan mencapai 63oC- 66oC, sedangkan pada minggu ke empat konstan, dan pada minggu kelima mulai menurun, hingga mencapai suhu stabil berkisar antara 30-33oC. Penyusutan

Penyusutan proses pengomposan yang diamati di laboratorium dimulai pada minggu ke empat sampai selesai (minggu ke 6-7). Hingga proses selesai volume penyusutan mencapai 24%.

0 10 20 30 40 50 60 70 minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 5 minggu 6 minggu 7 suhu (oC) penyusutan

Gambar 4. Kondisi Temperatur dan Penyusutan

Pile Composting

Waktu Pengomposan

Salah satu faktor yang menjadi tolok ukur pembanding dari proses pengomposan adalah waktu pengomposan. Karena waktu sangat berkaitan dengan eisiensi dan biaya dalam suatu proses produksi, apalagi dalam kapasitas dan skala besar. Pengomposan yang dilakukan di laboratorium biasanya lebih cepat dari proses yang dilakukan di lapangan dengan skala yang lebih besar. Hal ini erat kaitannya dengan volume yang lebih kecil akan lebih mudah mengontrol dibanding volume yang lebih besar. Proses yang dilakukan di laboratorium berlangsung dalam waktu 7 minggu. Mikroorganisme aktivator yang berfungsi sebagai dekomposer mengandung bahan aktif Trichoderma dan Cytophaga+ Aspsp. Mikroba ini aktif pada suhu thermoilik sehingga produk yang dihasilkan lebih hygienis. Dengan tumpukan bahan baku serta dengan kondisi

tertutup sangat memungkinkan suhu panas akan tercipta sehingga mikroba akan aktif. Apabila mikroba tersebut sudah mulai bekerja, maka tidak ada kemungkinan bagi mikroba lain untuk ikut campur dan mengganggu pada proses tersebut, sehingga proses akan berlangsung sesuai dengan prediksi.

Kualitas Arang Kompos Bioaktif (Arkoba) Kulit Kayu dan Sludge

Hasil uji coba pembuatan Arkoba yang dilakukan di laboratorium menunjukkan hasil yang baik, karena dihasilkan dari proses yang berjalan sempurna. Hal ini dibuktikan berdasarkan suhu proses yang mencapai 65oC. Semakin tinggi suhu semakin baik, sebab mikroba yang terdapat pada aktivator akan optimal bekerja pada suhu thermoilik (suhu >55oC). Pada Tabel 1 dapat dilihat kualitas Arkoba yang dihasilkan dengan menggunakan bahan baku kulit kayu, sludge, dan campuran kulit kayu dan sludge, serta kulit kayu + sludge + kohe (kotoran hewan/kambing).

Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa limbah industri pulp dan kertas berupa kulit kayu maupun sludge dapat diolah menjadi produk yang sangat bermanfaat. Hasil Arkoba yang diperoleh mempunyai kualitas relatif cukup baik dibandingkan dengan standar yang ada. Kandungan unsur hara yang tersedia telah memenuhi standar SNI 19-7030-2004, kecuali pada perlakuan kulit kayu dan perlakuan sludge

+ kulit kayu, nisbah C/N yang diperoleh 23 dan 24, lebih tinggi dari nisbah C/N yang dianjurkan oleh SNI yaitu 20. Hal ini mungkin disebabkan karena bahan baku yang digunakan kulit kayu. Akan tetapi kondisi C/N ini akan terus menurun jika waktu pengomposan diperpanjang 1 minggu. Sedangkan perlakuan kulit kayu +

sludge + kohe diperoleh nisbah C/N yang sesuai dengan SNI yaitu 20. Demikian juga dengan unsur hara makro yang diperoleh seperti N, P dan K telah memenuhi standar SNI, bahkan beberapa unsur hara yang diperoleh lebih tinggi nilainya dari standar SNI. Hanya untuk standar PT. Pusri dan standar pasar khusus beberapa kandungan unsur hara yang diperoleh sedikit lebih rendah. Akan tetapi kualitas Arkoba yang diperoleh ini selanjutnya dapat ditingkatkan kualitasnya, jika itu diperlukan. Namun yang pasti permasalahan limbah industri pulp dan kertas ini tidak akan menjadi masalah lagi jika teknologi Arkoba ini diterapkan.

Tabel 1. Kualitas dan Kandungan Unsur Hara Arkoba Kulit Kayu dan Sludge

No. Parameter

Nilai / komposisi SNI

Arkoba kulit kayu Arkoba sludge + kulit kayu Arkoba kulit kayu + sludge + kohe Arkoba

pembanding STANDAR Min Max

SK GA Standar PT. PUSRI ***) Standar pasar khusus ***) 1 pH (1 : 1) 7,68 7,40 7,25 7- 7,15 7,10 7 7 6.8 7.49 2 Kadar air (Moisture content),% 25 27 30 26,00 24,5 ≥20 ≥20 - 50 3 C organik (Organic C),% 16 18 18 18,03 19 ≥ 15 ≥ 15 9.8 32 4 N total (Total N),% 1,03 0,98 1,81 0,71 1,78 ≥ 2,12 ≥ 2,30 0.4 - 5 Nisbah C/N (C/N ratio) 23 24 20 25,60 13,76 < 20 ≥ 15 10 20 6 P2O5 total,% 1,61 1,66 1,98 0,58 1,01 ≥ 1,30 ≥ 1,60 0.1 - 7 CaO total,% 1,08 1,47 1,35 0,28 2,41 ≥ 2,00 ≥ 1,00 - - 8 MgO total,% 1,86 1,73 1,01 0,19 1,03 ≥ 3,19 ≥ 3,25 - - 9 K2O total,% 1,09 1,82 1,82 1,42 2,84 ≥ 2,00 ≥ 2,40 0,20 - 10 KTK (Cation exchangecapacity), meq/100 g 33,58 30,15 39,25 5,33 37,21 - - - 11 Unsur logam Zn (mg/kg) Cu mg/kg Co mg/kg Mo mg/kg Se mg/kg Pb mg/kg Cr mg/kg Cd mg/kg Ni mg/kg Hg mg/kg As mg/kg 9,31 3,23 * * * 0,21 - 0,10 10,12 11,31 * * * 1,01 - 0,11 - * * 10,21 9,04 - - - 1,05 - 0,12 0,01 0,03 23,76 19,92 * * * 3,01 - 0,21 - * * < 400 < 150 ≥ 0,10 < 150 < 45 < 3 < 50 < 1 < 10 Keterangan :

1. Batas maksimum konsentrasi unsur dalam sludge yang diizinkan untuk diaplikasikan ke dalam tanah menurut US EPA (1993) dalam Alloway (1995) dalam Anonimus (2003)

2. SK : Analisis kompos sludge yang dilakukan oleh Komarayati (2007 ) 3. GA : Analisis Arkoba sludge oleh Gusmailina (2008)

4. * tidak terdeteksi

5. ** Gusmailina & Komarayati (2008) 6. *** sumber : Radiansyah (2004) 7. kohe : kotoran hewan

KESIMPULAN

Teknologi arang kompos bioaktif (Arkoba) yang diterapkan pada percobaan pemanfaatan limbah industri pulp dan kertas berupa kulit kayu dan sludge skala laboratorium, menghasilkan kompos Arkoba yang memenuhi standar kualitas SNI 19-7030-2004. Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan Arkoba berkisar antara 7 sampai 8 minggu. Dengan demikian limbah industri pulp kertas tidak akan menjadi masalah lagi jika teknologi Arkoba ini diterapkan. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Pedoman pengharkatan hara kompos. laboratorium natural products SEAMEO – BIOTROP. Bogor.

Anonim. 2003. Kompos Sludge & Fly Ash. Proses pembuatan dan aplikasi di HTI. Divisi R & D. PT. Arara Abadi (publikasi untuk kalangan sendiri).

Brundrett M, N. Bougher, B. Dell, T. Grove, and Malajczuk. 1996. Working with mycorrhizas in forestry and agriculture. ACIAR Monograph 32. 374 + x p.

Gusmailina, S. Komarayati, G. Pari, dan D. Hendra. 2002. Kajian teknologi pengolahan arang dan limbah pengolahan pulp dan kertas di Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Teknologi Hasil Hutan. Bogor

Gusmailina & S. Komarayati. 2008. Teknologi Inovasi Penanganan Limbah Industri Pulp Dan Kertas Menjadi Arang Kompos Bio Aktif. Makalah utama pada Seminar Teknologi Pemanfaatan Limbah Industri Pulp dan Kertas Untuk Mengurangi Beban Lingkungan, Bogor 24 November 2008. Kerjasama antara Puslitbang Hasil Hutan, Bogor dengan PT. TEL Palembang.

Handrech KA. and N.D. Black. 1984. Growing media for ornamental plants and turf. New South Wales University Press, Sydney.

Komarayati,S , 2007 , Kualitas pupuk organik dari limbah padat industry kertas , Info Hasil Hutan , Yol. 13 , No. 2 , Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan , Bogor.

Moore, R.L., B.B. Basset & M.J. Swit. 1979.

Developments in the remazol brilliant blue dyeassay for dtudying the ecology of cellulose decomposition. Soil Biology and Biochemistry, 11:311-312.

Nishida, T., Y. Kashino, A. Mimura & Y. Takahara. 1988. Lignin biodegradation by wood-rooting fungi. I. Screening olignin degrading fungi. Mokuzai Gakkaishi, 34:530-536. Japan. Radiansyah, A.D. 2004. Pemanfaatan sampah

organik menjadi kompos. Makalah pada Stadium Generale Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.

Dokumen terkait