• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Kabupaten Bombana terletak pada posisi 4º 18’ LS - 6º 15’ LS dan 120º 49’ BT –122º 12’ BT. Kabupaten Bombana memiliki luas wilayah daratan seluas ±2.845,36 km² dan wilayah perairan laut diperkirakan seluas ±11.837,31 km². Kabupaten Bombana memiliki batas administrasi sebagai berikut (BPS 2004):

Sebelah Utara : berbatas dengan Kab. Kolaka dan Kab. Konawe Selatan Sebelah Selatan : berbatas dengan Laut Flores

Sebelah Timur : berbatas dengan Kab. Muna dan Kab. Buton Sebelah Barat : berbatas dengan Teluk Bone.

Pulau Sagori terletak pada 05° 20' 35'' LS dan 121° 45' 34'' BT. Pulau ini memiliki bentuk melengkung seperti bulan sabit dengan panjang sekitar 2000 m dan lebar hanya 300 m. Pulau ini memiliki ekosistem pantai berpasir putih dengan dikelilingi hamparan ekosistem terumbu karang (BPS 2004).

Terumbu karang di Pulau Sagori terdiri dari dua tipe terumbu karang yaitu tipe karang tepi (freenging reef) dan karang penghalang (barrier reef) dengan kontur campuran berupa flat (rataan), slope (miring) dan wall (dinding). Luas kawasan perairan Sagori yang dijadikan zona pemanfaatan yaitu seluas 891,31 ha. Berdasarkan parameter oseanografi, kondisi ekologi wilayah perairan Kabupaten Bombana masih sangat baik untuk pertumbuhan terumbu karang (Tabel 9).

Tabel 9 Parameter oseanografi secara umum di perairan Kabupaten Bombana.

No Parameter Nilai Keterangan

1 Pasang surut Tipe campuran dominan semidiurnal

Pasang tertinggi 128 cm dan pasang terendah 82 cm 2 Gelombang Kisaran normal tinggi

gelombang: 0,05 – 0,5 m, peride gelombang: 2 – 42 detik panjang gelombang: 0,5 – 2 m

Puncak tinggi gelombang mencapai lebih 2 meter pada Juni - Agustus

3 Arus Bervariasi antara

0,02 m/dt - 0,26 m/det.

2 Tipe arus: arus menyusuri pantai (longshore current) dan arus tolak pantai (rif current). 4 Suhu permukaan air laut 28 – 31 o C 5 pH 7 -8 6 Salinitas 23 - 33‰ 7 Fosfat 0.249- 7.795 mg/l. 8 Nitrat 0.829 – 3.479 mg/l. 9 DO 4.10 – 6.85 mg/l Sumber: DKTNL Ditjen KP3K DKP 2007.

Jumlah penduduk Pulau Sagori sebanyak 452 jiwa yang terdiri dari 105 Kepala keluarga. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 243 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 209 jiwa dengan perbandingan laki-laki perempuan yaitu 54% dan 46%. Populasi penduduk distratifikasi ke dalam usia kerja dan luar usia kerja. Usia luar kerja terdiri atas ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan berkaitan langsung dengan terumbu karang, usai remaja, usia lanjut dan anak-anak. Pada kelompok usia kerja, populasi dikelompokkan kedalam 4 strata yaitu pengolah, Pedagang, pengumpul dan nelayan. Pengolah terdiri dari ibu-ibu rumah tangga yang bukan ibu rumah tangga pada kelompok luar usia kerja. Jumlah nelayan yang aktif beroperasi (usia aktif melaut yaitu 17-70 tahun) yaitu 87 jiwa, pedagang sebanyak 17 jiwa, pengolah ikan kering 21 jiwa, nelayan pengumpul 9 jiwa (Tabel 10). Terdapat 67 nelayan yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Pulau Sagori memiliki jumlah nelayan 10,16% dari populasi nelayan di Kecamatan Kabaena Barat dengan keseluruhan profesi nelayan penuh. Nelayan pada kecamatan Kabaena Barat berjumlah 677 jiwa yang terdiri dari 561 nelayan penuh, 72 nelayan sambilan utama dan 44 nelayan sambilan tambahan (DKP, 2012). Nelayan pulau sagori memiliki alat tangkap ikan dasar yang beragam. Setiap nelayan digolongkan ke dalam armada penangkapan berdasarkan jumlah jenis alat tangkap yang dimiliki. Kegiatan penangkapan ikan dilakukan 11 jam sepanjang hari yaitu mulai pukul 05.00 sampai pukul 16.00. Diketahui jumlah upaya tangkap yang dilakukan oleh nelayan yaitu 48.180 kali dalam setahun.

Rata-rata usia responden mencapai 37 tahun, dengan rata-rata tingkat pendidikan SD yaitu 6 tahun. Umumnya nelayan memiliki tanggungan 3 anggota keluarga. Kemampuan nelayan dalam menangkap ikan setiap harinya mencapai

rata-rata 6,89 kg setiap harinya. Kisaran pendapatan nelayan mencapai Rp 1.364.925,37 per bulan dengan hasil tangkapan rata-rata sebesar 88.454,21 kg

Tabel 10 Pembagian strata penduduk Pulau Sagori.

Populasi Usia Jumlah

Luar Usia Kerja

Ibu Rumah Tangga * 59 jiwa

Remaja 13-17 51 jiwa

Usia Lanjut 71-90 79 jiwa

Anak-anak 0-12 129 jiwa Usia Kerja Pengolah 18-70 21 jiwa Pedagang 18-70 17 jiwa Pengumpul 18-70 9 jiwa Nelayan** 18-70 87 jiwa Jumlah 452

N = Jumlah populasi yang diasumsikan sebagai usia kerja sebagai ukuran contoh. Penentuan jumlah contoh berdasarkan Tabel Krecjie. *Pekerjaan tidak berhubungan langsung dengan terumbu karang. **Sasaran Contoh.

per orang per tahun. Rata-rata nelayan memiliki 19 tahun pengalaman sebagai nelayan dan menghabiskan waktu untuk melaut 11 jam setiap harinya. Analisis regresi dilakukan terhadap beberapa variabel tersebut untuk mengestimasi nilai ekonomi berdasarkan surplus konsumen dan WTP.

Hasil Pengamatan Pengamatan Ekologi

Luas kawasan terumbu karang berdasarkan hasil delineasi kawasan yaitu seluas 109,76 ha. Luasan tersebut hanya 12,3% dari luas zona pemanfaatan yang telah dicadangkan dalam Kawasan Konservasi Perairan Daerah.

Pada 10 titik pengamatan, alat tangkap yang cenderung digunakan adalah pancing. Pada perairan dalam, alat tangkap yang digunakan berupa jaring, pancing (dalam hal ini pancing longline dalam), jaring lingkar, jaring dalam dan panah dengan menggunakan bantuan kompresor. Alat tangkap yang cenderung digunakan pada perairan dangkal berupa pancing longline dangkal, panah dan jaring dasar (Tabel 11).

Pengamatan dilakukan pada pagi hari sampai dengan siang hari yaitu antara pukul 08.00 hingga pukul 14.00. Hal itu didasarkan pada asumsi bahwa kegiatan menangkap ikan oleh nelayan Pulau Sagori umumnya dilakukan pada pagi hari. Kondisi terumbu karang di Pulau Sagori tergolong dalam kondisi rusak sedang. Kondisi tersebut diketahui berdasarkan pengamatan terhadap tutupan rata-rata terumbu karang. Tutupan terumbu karang hidup hanya mencapai 45,8%, dengan tutupan terendah 29,92% dan tertinggi 59,24% (Tabel 12). Substrat didominasi oleh batu (Rock), sedangkan bentuk pertumbuhan (lifeform) karang didominasi oleh karang kerak AcroporaEncrusting (ACE) dengan spesies Acropora palifera. Jenis-jenis karang di Pulau Sagori terdiri dari 87 spesies (Lampiran 6). Karang Tabel 11 Kesesuaian titik contoh dengan jenis alat tangkap yang digunakan nelayan.

Titik Koordinat Kedalaman

(m) Kecenderungan Alat Tangkap

LS BT

1. 5.23' 66,63" 121.43' 40,64" 19 Jaring, Pancing, Kompressor + Panah 2. 5.24' 16,79" 121. 44' 31,55" 21 Jaring, Pancing, Kompressor + Panah 3. 5.25' 14,41" 121.45' 25,79" 12 Panah, Pancing, Jaring

4. 5.24' 51,91" 121.46' 53,71" 15 Jaring, Pancing, Kompressor + Panah 5. 5.20' 50,17" 121.44' 42,76" 13 Panah, Pancing, Jaring

6. 5.23' 23,94" 121.47' 04'88" 12 Panah, Pancing 7. 5.22' 48,25" 121.47' 06,51" 9 Jaring, Pancing 8. 5.24' 01,78" 121.45' 44,48" 8 Jaring, Pancing 9. 5.23' 39,88" 121.44' 15,66" 5 Panah, Pancing 10. 5.24' 59,00" 121.46' 24,13" 6 Panah, Pancing

keras di perairan pulau sagori cenderung memiliki pertumbuhan yang pendek dan kecil. Berdasarkan hasil pengamatan transek garis, panjang rata-rata terumbu kurang dari 100 cm. Hal tersebut diduga akibat tingginya tekanan antropogenik yang bersifat merusak terumbu karang seperti penggunaan bom ikan dan pencungkilan karang.

Pertumbuhan karang didominasi oleh karang bercabang dan karang kerang kerak dari kelompok Acropora. Jenis pertumbuhan yang mendominasi yaitu

Acropora Branching (ACB), Acropora Bottle Brush (ACBB) dan Acropora Encrusting (ACE) pada sebagian besar titik pengamatan. Pertumbuhan karang dengan bentuk bercabang lebih mendominasi pada perairan dangkal, seperti pada titik pengamatan 6 dan 10. Perairan dangkal juga cenderung dihuni oleh karang dengan bentuk pertumbuhan massive atau karang keras berukuran besar seperti

Coral Massive (CM), Coral Submassive (CS) atau Coral Massive Platty (CMP). Karang dengan tipe pertumbuhan foliose (CF) lebih mendominasi pada perairan dalam daripada perairan dangkal. Pada peraidan dalam, bentuk-bentuk pertumbuhan karang lebih bervariasi dibandingkan dengan peraran dangkal (Gambar 9)

Perairan dalam cenderung memiliki proporsi yang seimbang antara karang hidup, karang mati dan organisme hidup lainnya. Pada perairan dangkal, tutupan cenderung didominasi oleh karang mati yang sudah berupa rock (bebatuan) atau

rubble (pecahan karang). Organisme hidup lainnya terlihat cenderung menurun pada perairan dangkal (Gambar 10). Indikasi ini memperlihatkan bahwa perairan dangkal cenderung memiliki intensitas tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perairan dalam. Nelayan pancing dan panah yang tidak memiliki kapal bermesin cenderung menangkap ikan diperaian dangkal. Oleh karena itu, karang pada perairan dangkal lebih sering terkena dampak langsung seperti patah atau tercungkil.

Tabel 12 Kondisi tutupan karang secara umum pada 10 titik pengamatan.

No Kategori Tutupan per Titik Pengamatan dengan 3 kali ulangan (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Karang 1 Karang hidup (%) 41,80 56,89 46,04 38,58 59,24 39,00 35,89 29,92 43,46 51,11 2 Karang mati (%) 23,77 14,67 28,06 36,04 24,63 44,79 53,31 56,97 48,41 43,33 3 Organisme hidup lainnya (%) 34,43 28,44 25,90 25,38 16,14 16,22 10,80 13,11 8,13 5,56 4 Jumlah (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Ikan Karang

5 Ikan Target (ind) 265 313 314 127 203 223 183 168 20 19

6 Kpi (ind/m2) 1,06 1,25 1,25 0,51 0,81 0,89 0,73 0,67 0,08 0,07

Pengamatan pada ikan karang dilakukan pada waktu yang sama dengan pengamatan terumbu karang. Ikan karang di Pulau Sagori terdiri dari 124 spesies yang berasal dari 51 genus dan 21 famili (Lampiran 7). Ikan-ikan target yang terdata melalui metode VCT yaitu berjumlah 1.830 ekor ikan. Jumlah tersebut merupakan jumlah dugaan stok ikan yang tersedia di perairan ekosistem terumbu karang secara statik. Jenis ikan karang yang di perairan terumbu karang Pulau Sagori didominasi oleh ikan mayor dengan jumlah antara 10-30 ekor dalam pengamatan per LIT. Pada kelompok ikan target, ikan yang mendominasi yaitu

Gambar 10 Gambaran dominasi dalam jumlah bentuk pertumbuhan per-titik pengamatan St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6 St 7 St 8 St 9 St 10 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 T iti k P eng am at an Jum lah

Bentuk Pertumbuhan (lifeform)

- - 2,00 2,00 - 4,00 4,00 - 6,00 6,00 - 8,00 8,00 - 10,00 10,00 - 12,00

Gambar 9 Persentase tutupan substrat pada setiap titik pengamatan

0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P e rs e n ta se ( %) Titik Pengamatan

ikan ekor kuning (genus Caesio famili Caesionidae) yang mencapai jumlah mulai dari 50 hingga 110 ekor, dan ikan kakap (spesies Mocolor maculatus Famili Lutjanidae) berjumlah 8-14 ekor. Ikan-ikan yang diamati merupakan ikan yang bersifat diurnal. Berdasarkan nilai indeks keragaman (H’) dan indeks dominasi pada ikan target, semua ikan memiliki keanekaragaman yang tinggi dan spesiesnya tersebar merata. Nilai yang tinggi ini berkaitan dengan tipe terumbu karang yaitu karang tepi dan karang cincin, dengan struktur terumbu karang yang berupa tebing (wall reefs). Jumlah ikan akan tersebar secara horizontal dan vertikal. Biasanya, luasan terumbu karang yang dikaitkan dengan kelimpahan ikan, merupakan luasan yang bersifat dua dimensi, sedangkan untuk ikan karang yang terdapat pada tipe pertumbuhan karang dengan kontur dinding, bersifat tiga dimensi.

Pada perairan dalam, kelimpahan ikan pada kawasan terumbu karang didominasi oleh ikan mayor dari genus Chromis (ikan jae-jae), sedangkan ikan target diwakili oleh genus Caesio (ekor kuning), Scarus (Kakatua) dan Mocolor

(Kakap). Pada perairan dangkal kelimpahan ikan hanya diwakili oleh ikan mayor dari famili Pomacetridae dengan genus Abudefduf (ikan sersan) dan Chromis

(ikan jae-jae). Ikan target pada perairan dangkal didominasi oleh genus Caesio

(ekor kuning), Siganus (Baronang) dan Mocolor (Kakap). Keanekaragaman ikan karang tergolong tinggi dan keberadaannya tersebar merata. Kelimpahan ikan karang berdasarkan famili dapat dilihat pada Gambar 11. Data jumlah spesies ikan

Gambar 11 Kelimpahan famili ikan karang pada 10 titik pengamatan

50 100 150 200 250 300 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jum lah ( indi vi du) Titik Pengamatan

Acanthurinae Nasinae Apogonidae Balistidae

Caesionidae Chaetodontidae Cirrhitidae Ephippidae

Haemulidae Holocentridae Labridae Letrinidae

Lutjanidae Mullidae Nemipteridae Pomachantidae

Pomacentridae Scaridae Serranidae Siganidae

karang secara keseluruhan pada 10 titik pengamatan dengan 3 ulangan per titik pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 8.

Simbiosis ikan karang terhadap terumbu karang dapat terlihat pada dominasi ikan karang tertentu pada substrat tertentu. Ikan target didominasi oleh ekor kuning, kakatua dan baronang pada tutupan substrat yang didominasi oleh spesies

Acropora dengan tipe pertumbuhan encrusting dan branching (Tabel 13).

Pengamatan Sosial Ekonomi

Upaya tangkap yang dilakukan nelayan Pulau sagori berbeda-beda tergantung pada jenis alat tangkap yang digunakan. Tercatat ada 5 jenis alat tangkap yang dimiliki dengan 7 kombinasi utama dalam menangkap ikan. Alat tangkap terdiri dari pancing, jaring dan panah (Lampiran 9). Jaring terdiri atas jaring dasar dan jaring lingkar, sedangkan pancing terdiri dari pancing taber atau

longline yang terdiri dari longline dalam dan longline dangkal. Pancing longline

dalam digunakan pada perairan terumbu karang dalam dengan kedalaman lebih dari 10 meter, sedangkan pancing longline dangkal digunakan untuk perairan yang dangkal atau kurang dari 10 meter. Hampir setiap nelayan memiliki lebih dari satu alat tangkap, sehingga untuk selanjutnya setiap nelayan dikategorikan ke dalam armada penangkapan. asumsi Pembagian proporsi jumlah contoh dilakukan pada masing-masing armada penangkapan berdasarkan asumsi sebelumnya bahwa nelayan merupakan armada penangkapan itu sendiri (Tabel 14).

Tabel 13 Dominasi substrat dan ikan karang di Pulau Sagori.

Karang Ikan Karang

Jenis Persentase Famili Nama Persentase

Acropora palifera 7,75 Caeiso Ekor kuning 18,77

Acropora formosa 5,05 Scarus Kakaktua 4,53

Cyphastrea serailia 4,84 Siganus Baronang 2,25

Life form Letrinus Lancam 2.00

Acropora Encrusting 16,16 Lutjanus Kakap 1,90

Coral Branching 14,13 Mocolor Kerapu 1,40

Tabel 14 Stratifikasi armada berdasarkan jenis alat tangkap beserta jumlah contohnya.

No Armada Kombinasi Alat Tangkap Jumlah

(jiwa)

Proporsi contoh

Jumlah contoh (jiwa)

1. Armada 1 Pancing Longline Dalam 41 31,6 32

2. Armada 2 Pancing Longline Dangkal, Panah 24 18,5 18

3. Armada 3 Pancing Longline Dalam, Jaring Dasar 1 0,8 1

4. Armada 4 Jaring Dasar 1 0,8 1

5. Armada 5 Jaring Lingkar 4 3,1 3

6. Armada 6 Jaring Dasar, Panah 1 0,8 1

7. Armada 7 Panah 4 3,1 3

8. Armada 8 Panah + Kompresor 11 8,5 8

Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan Pulau Sagori berbeda pada musim barat dan musim timur. Pada musim timur umumnya dilakukan pada subuh hingga sore hari, sedangkan pada musim barat kegiatan penangkapan dilakukan pada malam hari.

Dari 87 nelayan Pulau Sagori, nelayan yang memiliki kapal tangkap hanya berjumlah 23 orang. Kelompok lainnya yang memiliki kapal adalah nelayan pengumpul yang berjumlah 10 orang. Perahu atau kapal yang digunakan terdiri atas dua jenis, yaitu perahu bermesin dan perahu tak bermesin. Nelayan Pulau Sagori menggunakan istilah kepemilikan kapal penangkapan yang didasarkan pada ada tidaknya mesin kapal, baik bermesin satu atau bermesin dua, sedangkan yang tidak memiliki mesin kapal disebut perahu. Kebanyakan nelayan yang memiliki kapal menggunakan satu mesin untuk operasi penangkapan ikan. Hanya ada satu nelayan yang menggunakan dua mesin. Nelayan yang tidak memiliki kapal penangkapan hanya menggunakan perahu dayung untuk menangkap ikan.

Terdapat 5 jenis alat tangkap yang digunakan yaitu jaring dasar, jaring lingkar, pancing longline dalam, pancing longline dalam dan panah. Alat tangkap panah terbagi dua yaitu panah tanpa kompresor dan panah dengan bantuan kompresor. Alat tangkap yang biasa digunakan pada kapal penangkap ikan berupa jaring dasar, jaring lingkar, pancing longline dalam dan panah dengan bantuan kompresor. Nelayan yang menggunakan perahu biasanya menggunakan alat tangkap pancing longline dangkal dan panah tanpa kompresor.

Jenis ikan yang ditangkap pada kawasan terumbu karang Pulau Sagori cukup beragam. Berdasarkan jumlah dan jenis hasil tangkapan, alat tangkap jaring lingkar sangat efektif dalam menangkap ikan. Namun dalam hal tingginya nilai ekonomi ikan tangkapan maka alat tangkap yang digunakan adalah panah dengan kompresor. Penangkapan ikan yang dilakukan dengan panah harus berdasarkan keahlian yang cukup baik karena membutuhkan ketelitian tinggi pada kedalaman yang cukup ekstrim tanpa perlindungan yang memadai. Disamping itu, ikan tangkapan harus betul-betul dilakukan tepat sasaran, yaitu di bagian insang, sehingga tidak merusak ikan hasil tangkapan. Umumnya, hasil tangkapan dengan menggunakan panah dengan kompresor berupa ikan kerapu dengan bobot 1-3 kg per ekor.

Umumnya, upaya penangkapan ikan dilakukan setiap hari kecuali pada hari tertentu yang tidak diperbolehkan kegiatan penangkapan ikan, seperti hari Jum’at dan hari-hari besar lainnya. Hari di mana nelayan tidak menangkap ikan dimanfaatkan untuk memperbaiki alat tangkap, body atau mesin kapal. Ada juga nelayan yang memanfaatkan hari tersebut untuk membawa hasil tangkapan sebelumnya ke wilayah pemasaran yang terdekat yaitu di Pelelangan Ikan kelurahan Sikeli, Pulau Kabaena.

Ikan-ikan tangkapan nelayan Pulau sagori beragam dan memiliki kelas tersendiri. Ikan tangkapan dengan kualitas ukuran besar disebut dengan ikan perusahaan atau ikan kualitas up, sedangkan ikan dengan kualitas berdasarkan

ukuran kecil disebut ikan pasar atau kualitas down. Tujuan pemasaran ikan hasil tangkapan terdiri dari 4 lokasi, bergantung kepada ukuran jenis dan kualitas ikan tersebut. Ikan target kualitas up dipasarkan ke Pelabuhan Perikanan Sinjai, Makassar, sedangkan ikan target dengan kualitas down dipasarkan ke pelabuhan perikanan Wameo, Kabupaten Buton dan pasar ikan Sikeli. Untuk pasar ikan Sikeli, biasanya nelayan di luar Pulau Sagori yang datang untuk membeli hasil tangkapan untuk kemudian dipasarkan di Sikeli.

Selain ikan konsmsi, ikan hasil tangkapan pada kawasan terumbu karang juga berupa ikan hias dari genus Paracanthurus atau ikan letter six atau leter enam. Jumlah tangkapan ikan hias dari Pulau Sagori biasanya ditentukan berdasarkan jumlah pesanan. Ikan hias dipasarkan ke daerah pemasaran di Kendari. Sistem pembelian ikan biasanya dilakukan di Pelabuhan Sikeli di mana nelayan pengumpul dan pembeli bertemu, atau terkadang pembeli datang ke Pulau Sagori untuk membeli langsung.

Kegiatan penangkapan ikan dilakukan setiap hari dengan frekuensi penangkapan 6 kali dalam seminggu. Rata-rata trip pertahun pada masing-masing armada penangkapan berbeda. Armada penangkapan yang menggunakan kapal bermesin melakukan trip rata-rata 311 kali pertahun, kecuali pada armada dengan alat tangkap Panah dan Kompresor rata-rata sebanyak 314 kali setahun. Nelayan dengan armada perahu tanpa mesin melakukan trip sebanyak 317 kali pertahun. Untuk nelayan yang memiliki kapal, termasuk beberapa nelayan pengumpul, biaya operasional tambahan yang dikeluarkan setiap kali menangkap ikan berupa solar.

Masing-masing armada memiliki biaya opreasional yang berbeda. Armada penangkapan yang menggunakan mesin memiliki biaya operasional yang jauh lebih tinggi daripada armada yang tidak memiliki mesin. Armada penangkapan yang memiliki biaya operasional tertiggi yaitu armada 5 dengan alat tangkap jaring lingkar. Sedangkan untuk biaya operasional terendah dimiliki oleh armada 1, 2 dan 7, yang hanya menggunakan alat tangkap pancing dalam, pancing dangkal dan panah. Biaya operasional harian nelayan pada masing-masing armada penangkapan dapat dilihat pada Lampiran 10.

Ikan konsumsi hasil tangkapan bervariasi dalam jenis dan bobotnya. Ikan yang memiliki bobot di atas 1 kg/ekor digolongkan ke dalam kategori Up, sedangkan ikan dengan bobot 0,5 - 1 kg/ekor digolongkan ke dalam kategori

Down. Ikan-ikan yang tidak mencapai 0,5 kg/ekor (antara 0,3-0,5 kg/ekor) dimasukkan ke dalam kategori C. Ikan kategori C biasanya akan disatukan di dalam basket bercampur antara ikan satu dengan ikan lainnya. Jenis dan harga untuk ikan kualitas Up, Down dan kategori C berbeda satu sama lain

Jenis ikan target hasil tangkapan nelayan yang memiliki nilai ekonomis paling tinggi yaitu ikan Sunu atau Kerapu dengan genus Cephalopolis,

Epinephelus dan Plectopomus dengan kisaran harga jual senilai Rp 65.000,- sampai dengan Rp 125.000,-, tergantung kepada ukuran berat ikan. Ikan yang

memiliki nilai ekonomis paling tinggi yaitu ikan Sunu Tiger (genus Plectopomus). Harga beli dari nelayan penangkap untuk dijual keluar oleh pengumpul terhadap ikan target utama ini berkisar antara Rp 40.000,- sampai Rp 90.000,-. Jenis ikan lain yang menjadi tangkapan nelayan yaitu ikan Katamba, Kaneke dan Gurita dengan kisaran harga Rp 22.000,- hingga Rp 42.000,-. Jenis ikan lainnya banyak tertangkap namun tidak memiliki nilai ekonomis yang tinggi (Lampiran 11).

Ikan-ikan hasil tangkapan nelayan dijual kepada nelayan pengumpul. Biasanya ikan-ikan hasil tangkapan ini disimpan selama 2-4 hari sebelum dibawa ke pelabuhan tujuan. Ikan-ikan kategori down biasanya disimpan maksimal 3 hari sedangkan ikan-ikan kategori down biasanya disimpan paling lama 4 hari. Frekuensi rata-rata pengumpul mengirimkan hasil tangkapan dalam sebulan ke pelabuhan tujuan sebanyak 2 kali. Pengiriman ikan konsumsi maksimal dilakukan sebanyak 4 kali dan paling sedikit dilakukan sebanyak 1 kali.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari penampung ikan di Sinjai, Sulawesi selatan, ikan-ikan dasar dari Pulau Sagori memiliki ukuran yang cukup baik namum memiliki mutu yang kurang baik akibat kurangnya penanganan awal pada ikan yang ditangkap. Hal itu juga dipastikan dengan informasi yang diperoleh pada saat pengamatan di lapangan. Ikan-ikan dasar yang tertangkap oleh nelayan tidak selalu diberi es, sehingga pada saat sampai pada nelayan pengumpul, ikan sudah tidak dalam kondisi 100% segar.

Ikan karang yang memiliki nilai ekonomis paling tinggi adalah Ikan Kerapu dengan jenis Sunu Tiger (Famili Plectropomus) kategori Up yaitu senilai Rp 90.000,-. Ikan tersebut memiliki nilai jual di pasar sebesar Rp 125.000,- jika berada dalam kondisi baik. Kategori Down untuk jenis ikan ini masih lebih besar nilainya dibandingkan dengan ikan kerapu lainnya yaitu Sunu Macan Merah (Famili Cepalopholis) dan Sunu Macan Hitam (Famili Epinephelus). Nelayan umumnya menangkap ikan kerapu karena memiliki nilai ekonomis paling tinggi. Hal itu juga yang membuat nelayan Pulau Sagori cenderung tidak mengganti alat tangkap yang digunakan.

Hasil pengolahan yang ada di Pulau sagori yaitu pengolahan ikan kering. Komoditi perikanan yang digunakan yaitu gurita, ikan pari, dan beberapa teripang. Dari semua ibu rumah tangga nelayan, terdapat 21 jiwa yang melakukan kegiatan pengolahan dan 8 lainnya berdagang. Pemanfaatan lain terhadap sumber daya alam Pulau Sagori yaitu penggunaan batu dan pasir dari kawasan terumbu karang untuk dijadikan bahan bangunan. Berdasarkan pengamatan, terdapat tiga buah rumah penduduk Pulau Sagori yang terbuat dari batu. Pembuatan rumah tersebut menggunakan batu dan pasir yang diperoleh dari Pulau Sagori.

Pembahasan

Berdasarkan analisis ekologi, sosial dan ekonomi pada kawasan terumbu karang dapat dilihat adanya hubungan antara kondisi ekologi dengan nilai rupiah yang dihasilkan (Gambar 12). Gambaran analisis menunjukkan adanya hubungan yang erat antara nilai ekonomi yang dihasilkan dengan kondisi biotik kawasan ekosistem terumbu karang. Semakin besar nilai persentase tutupan substrat hidup pada ekosistem maka semakin besar nilai ekonominya, demikian pula sebaliknya, semakin kecil keberadaan substrat hidup pada kawasan maka semakin kecil nilai ekonominya. Berdasarkan gambaran keterkaitannya, dapat dilihat bahwa kawasan terumbu karang yang memiliki tingkat tekanan paling tinggi (perairan dangkal, yaitu pada titik pengamatan 7, 8, 9, dan 10) juga mengurangi nilai ekonomi. Tingginya tekanan yang terjadi pada perairan dangkal membuat substrat hidup berupa terumbu karang dan organisme hidup lainnya, menjadi sangat kecil. Ekosistem terumbu karang lebih banyak dihuni oleh komponen abiotik dan mengakibatkan berkurangnya ikan-ikan yang bernilai ekonomis tinggi.

Jika dikaitkan dengan tipe terumbu karang yang ada pada Pulau Sagori yang berbentuk flat dan wall, maka pengaruh kedalaman terumbu karang juga

Dokumen terkait