• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil Sidik Ragam dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) menunjukkan bahwa pemberian POC limbah ikan berpengaruh nyata pada tinggi bibit kakao umur 10 MST. Pemberian kompos kiambang berpengaruh tidak nyata pada tinggi bibit kakao umur 10 MST. Dan tidak ada interaksi antara kedua perlakuan terhadap tinggi bibit kakao umur 10 MST. Rataan tinggi bibit kakao umur 10 MST dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi Bibit Kakao (cm) 10 MST dengan Pemberian Pupuk Kompos Kiambang dan Pemberian POC Limbah Ikan

Kiambang (K) POC Limbah Ikan (P) Rataan

Mm P1 P2 P3

K1 62,76 62,09 66,52 63,79 K2 60,48 62,16 62,33 61,66 K3 63,43 66,33 72,49 67,42

Rataan 62,22a 63,53ab 67,11b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada baris yang sama berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%

Dari Tabel 1 dapat dilihat rataan tinggi bibit kakao tertinggi dari Pemberian POC limbah ikan terdapat pada perlakuan P3 (67,11 cm) berbeda tidak nyata dengan perlakuan P2 (63,53 cm) tetapi berbeda nyata dengan perlakuan P1 (62,22 cm). Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada pengamatan tinggi bibit menunjukkan hasil yang nyata dari pemberian POC limbah ikan. Hal ini disebabkan dengan semakin meningkatnya konsentrasi POC limbah ikan yang diberikan maka ketersediaan

unsur N, P, dan K yang terdapat pada POC limbah ikan dimanfaatkan oleh bibit kakao untuk meningkatkan pertumbuhan tinggi bibit. Nitrogen merupakan salah satu unsur penyusun klorofil,

klorofil merupakan absorben cahaya matahari dalam proses fotosintesis. Apabila serapan N meningkat, maka kandungan klorofil juga meningkat sehingga fotosintesis yang dihasilkan serta dialokasikan klorofil ke pertumbuhan tanaman juga meningkat. Fosfor berperan dalam reaksi fase gelap fotosintesis, respirasi dan berbagai proses metabolisme lainnya. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi fotosintesis dan respirasi serta dalam proses pembentukan protein dan pati (Harjadi, 2009).

Tabel diatas menunjukkan perlakuan P3 adalah perlakuan terbaik tinggi tanaman dengan dosis terbanyak yaitu 75 ml/polibag. Dody (2010) menyatakan bahwa suatu tanaman akan tumbuh dan mencapai tingkat produksi tinggi bila unsur hara yang dibutuhkan tanaman berada dalam keadaan cukup tersedia dan berimbang di dalam tanah. Hubungan tinggi bibit kakao 10 MST dengan pemberian POC limbah ikan dapat di lihat pada Gambar 1.

1 2 3 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Dosis POC Limbah Ikan (ml)

T in gg i T an am an ( cm )

Gambar 1. Hubungan Tinggi Bibit Kakao Umur 10 MST Dengan Pemberian POC Limbah Ikan

Gambar 1 menunjukkan bahwa tinggi bibit kakao umur 10 MST mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya konsentrasi POC limbah ikan yang menunjukkan hubungan linier dengan persamaan ŷ = 61.84 + 0.4893x dengan nilai r = 0.9325.

Jumlah Daun (helai)

Berdasarkan hasil Sidik Ragam dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) menunjukkan bahwa pemberian POC limbah ikan berpengaruh nyata pada jumlah daun bibit kakao umur 10 MST. Pemberian pupuk kompos kiambang berpengaruh tidak nyata pada jumlah daun bibit kakao umur 10 MST. Dan tidak ada interaksi antara kedua perlakuan terhadap jumlah daun bibit kakao umur 10 MST. Rataan jumlah daun bibit kakao umur 10 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Daun Bibit Kakao (helai) 10 MST dengan Pemberian Pupuk Kompos Kiambang dan Pemberian POC Limbah Ikan

Kiambang (K) POC Limbah Ikan (P) Rataan

PPPP P1 P2 P3

K1 34,32 34,65 38,66 35,88

K2 33,99 34,32 34,32 34,21

K3 34,99 35,66 42,99 37,88

Rataan 34,43a 34,88ab 38,66b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada baris yang sama berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%

Dari Tabel 2 dapat dilihat rataan jumlah daun kakao terbanyak dari Pemberian POC limbah ikan terdapat pada perlakuan P3 (38,66 helai) berbeda tidak nyata dengan perlakuan P2 (34,88 helai) tetapi berbeda nyata dengan perlakuan P1 (34,43 helai). Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada pengamatan jumlah daun menunjukkan hasil yang nyata dari pemberian POC limbah ikan. Hal ini disebabkan karena kandungan nitrogen (N) dan fospor (P) yang cukup dapat membantu mengubah karbohidrat yang dihasilkan dalam proses fotosintesis menjadi protein sehingga akan membantu menambah lebar, panjang dan jumlah daun (Sukmawati, 2012).

Nitrogen (N) yang tinggi pada POC limbah ikan mampu meningkatkan pertumbuhan daun secara maksimal dan dapat memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman kakao. Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan vegetatif dan apabila tanaman kekurangan unsur nitrogen tanaman akan menjadi kerdil. Ini dikarenakan N adalah unsur hara makro esensial dimana yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak dan tidak dapat ditinggalkan. Hubungan jumlah daun bibit kakao 10 MST dengan pemberian POC limbah ikan dapat dilihat pada Gambar 2.

1 2 3 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Dosis POC Limbah Ikan (ml)

Ju m la h D au n T an am an ( h el ai )

Gambar 2. Hubungan Jumlah Daun Bibit Kakao Umur 10 MST Dengan Pemberian POC Limbah Ikan

Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao umur 10 MST mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya konsentrasi POC limbah ikan yang menunjukkan hubungan linier dengan persamaan ŷ = 33,874 + 0,4227x dengan nilai r = 0,8283.

Diameter Batang

Berdasarkan hasil Sidik Ragam dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) menunjukkan bahwa Pemberian kompos kiambang berpengaruh tidak nyata pada diameter batang bibit kakao umur

4 - 10 MST. Pemberian POC limbah ikan juga berpengaruh tidak nyata pada diameter batang bibit kakaoumur 4 - 10 MST. Dan tidak ada interaksi antara kedua perlakuan terhadap diameter batang bibit kakao umur 4 - 10 MST. Rataan diameter batang bibit kakao umur 10 MST dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Diameter Batang Bibit Kakao (cm) 10 MST dengan Pemberian Pupuk Kompos Kiambang dan Pemberian POC Limbah Ikan

Kiambang (K) POC Limbah Ikan (P) Rataan

PPPP P1 P2 P3

K1 1,97 1,86 2,08 1,97

K2 1,80 1,92 1,78 1,83

K3 1,85 1,87 1,86 1,86

Rataan 1,87 1,88 1,91

Dari Tabel 3dapat dilihat rataan diameter batang bibit kakao tertinggi pada Pemberian kompos kiambang terdapat pada perlakuan K1 (1,97cm) dan terendah terdapat pada perlakuan K2 (1,83cm) dan pada Pemberian POC limbah ikan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (1,91 cm) dan terendah terdapat pada perlakuan P1 (1,87 cm). Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada pengamatan diameter batang menunjukkan hasil tidak nyata dari pemberian pupuk kompos kiambang dan POC limbah ikan. Data pengamatan diameter batang tanaman kakao 4 MST – 10 MST beserta sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 13 - 16.

Luas Daun

Berdasarkan hasil Sidik Ragam dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) menunjukkan bahwa Pemberian kompos kiambang

berpengaruh tidak nyata pada luas daun bibit kakao umur 10 MST. Pemberian POC limbah ikan juga berpengaruh tidak nyata pada luas daun bibit kakao umur 10 MST. Dan tidak ada interaksi antara kedua perlakuan terhadap luas daun bibit kakao umur 10 MST. Rataan luas daun bibit kakao umur 10 MST dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas Daun Bibit Kakao (cm2) 10 MST dengan Pemberian Pupuk Kompos Kiambang dan Pemberian POC Limbah Ikan

Kiambang (K) POC Limbah Ikan (P) Rataan

P1 P2 P3

K1 48,56 48,42 50,96 49,31

K2 48,78 48,56 49,62 48,99

K3 50,66 51,25 52,29 51,40

Rataan 49,33 49,41 50,96

Dari Tabel 4 dapat dilihat rataan luas daun bibit kakao tertinggi pada Pemberian kompos kiambang terdapat pada perlakuan K3 (51,40 cm²) dan terendah terdapat pada perlakuan K2 (48,99 cm²) dan pada Pemberian POC limbah ikan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (50,96 cm²) dan terendah terdapat pada perlakuan P1 (49,33 cm²). Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada pengamatan luas daun menunjukkan hasil tidak nyata dari pemberian pupuk kompos kiambang dan POC limbah ikan. Data pengamatan luas daun bibit kakao 10 MST beserta sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 17.

Berat Basah Bagian Atas (g)

Berdasarkan hasil Sidik Ragam dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) menunjukkan bahwa Pemberian kompos kiambang berpengaruh tidak nyata pada berat basah bagian atas bibit

kakao umur 10 MST. Pemberian POC limbah ikan juga berpengaruh tidak nyata pada berat basah bagian atas bibit kakao umur 10 MST. Dan tidak ada interaksi antara kedua perlakuan terhadap berat basah bagian atas bibit kakao umur 10 MST. Rataan berat basah bagian atas bibit kakao umur 10 MST dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Berat Basah Bagian Atas Bibit Kakao (g) 10 MST dengan Pemberian Pupuk Kompos Kiambang dan Pemberian POC Limbah Ikan

Kiambang (K) POC Limbah Ikan (P) Rataan

Pppp P1 P2 P3

K1 35,82 32,96 46,11 38,30

K2 32,03 37,62 38,30 35,98

K3 32,41 39,80 49,40 40,54

Rataan 33,42 36,79 44,60

Dari Tabel 5 dapat dilihat rataan berat basah bagian atas bibit kakao tertinggi pada Pemberian kompos kiambang terdapat pada perlakuan K3 (40,54 g) dan terendah terdapat pada perlakuan K2 (35,98 g) dan pada Pemberian POC limbah ikan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (44,60 g) dan terendah terdapat pada perlakuan P1 (33,42 g). Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada pengamatan berat basah bagian atas menunjukkan hasil tidak nyata dari pemberian pupuk kompos kiambang danPOC limbah ikan. Data pengamatan berat basah bagian atas bibit kakao 10 MST beserta sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 18.Polii (2009) menambahkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena unsur hara ini mempunyai peranan penting sebagai sumber energi dan penyusun struktural

tanaman sehingga tingkat kecukupan hara berperan dalam mempengaruhi bobot brangkasan dari suatu tanaman. Tanpa tambahan suplai unsur hara dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu sehingga bobot basah menjadi lebih rendah.

Berat Basah Bagian Bawah (g)

Berdasarkan hasil Sidik Ragam dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) menunjukkan bahwa Pemberian kompos kiambang berpengaruh tidak nyata pada berat basah bagian bawah bibit kakao umur 10 MST. Pemberian POC limbah ikan juga berpengaruh tidak nyata pada berat basah bagian bawah bibit kakao umur 10 MST. Dan tidak ada interaksi antara kedua perlakuan terhadap berat basah bagian bawah bibit kakao umur 10 MST. Rataan berat basah bagian bawah bibit kakao umur 10 MST dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Berat Basah Bagian Bawah Bibit Kakao (g) 10 MST dengan Pemberian Pupuk Kompos Kiambang dan Pemberian POC Limbah Ikan

Kiambang (K) POC Limbah Ikan (P) Rataan

P1 P2 P3

K1 11,61 12,50 10,25 11,45

K2 10,56 10,52 14,75 11,94

K3 10,37 14,28 16,04 13,56

Rataan 10,85 12,43 13,68

Dari Tabel 6 dapat dilihat rataan berat basah bagian bawah bibit kakao tertinggi pada Pemberian kompos kiambang terdapat pada perlakuan K3 (13,56 g) dan terendah terdapat pada perlakuan K1 (11,45 g) dan pada Pemberian POC limbah ikan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (13,68 g) dan

terendah terdapat pada perlakuan P1 (10,85 g). Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada pengamatan berat basah bagian bawah menunjukkan hasil tidak nyata dari pemberian pupuk kompos kiambang dan POC limbah ikan. Data pengamatan berat basah bagian bawah tanaman kakao 10 MST beserta sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 19.

Berat Kering Bagian Atas (g)

Berdasarkan hasil Sidik Ragam dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) menunjukkan bahwa Pemberian kompos kiambang berpengaruh tidak nyata pada berat kering bagian atas bibit kakao umur 10 MST. Pemberian POC limbah ikan juga berpengaruh tidak nyata pada berat kering bagian atas bibit kakao umur 10 MST. Dan tidak ada interaksi antara kedua perlakuan terhadap berat kering bagian atas bibit kakao umur 10 MST. Rataan berat kering bagian atas bibit kakao umur 10 MST dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Berat Kering Bagian Atas Bibit Kakao (g) 10 MST dengan Pemberian Pupuk Kompos Kiambang dan Pemberian POC Limbah Ikan

Kiambang (K) POC Limbah Ikan (P) Rataan

PPPP P1 P2 P3

K1 9,95 9,03 12,51 10,50

K2 7,99 10,31 11,79 10,03

K3 9,99 11,59 12,99 11,52

Rataan 9,31 10,31 12,43

Dari Tabel 7 dapat dilihat rataan berat kering bagian atas bibit kakao tertinggi pada Pemberian kompos kiambang terdapat pada perlakuan K3 (11,52 g) dan terendah terdapat pada perlakuan K2 (10,03 g) dan pada Pemberian

POC limbah ikan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (12,43 g) dan terendah terdapat pada perlakuan P1 (9,31 g). Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada pengamatan berat kering bagian atas menunjukkan hasil tidak nyata dari pemberian pupuk kompos kiambang dan POC limbah ikan. Data pengamatan berat kering bagian atas bibit kakao 10 MST beserta sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 20.

Berat Kering Bagian Bawah (g)

Berdasarkan hasil Sidik Ragam dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) menunjukkan bahwa Pemberian kompos kiambang berpengaruh tidak nyata pada berat kering bagian bawah bibit kakao umur 10 MST. Pemberian POC limbah ikan juga berpengaruh tidak nyata pada berat kering bagian bawah bibit kakao umur 10 MST. Dan tidak ada interaksi antara kedua perlakuan terhadap berat kering bagian bawah tanaman kakao umur 10 MST. Rataan berat kering bagian bawah bibit kakao umur 10 MST dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Berat Kering Bagian Bawah Bibit Kakao (g) 10 MST dengan Pemberian Pupuk Kompos Kiambang dan Pemberian POC Limbah Ikan

Kiambang (K) POC Limbah Ikan (P) Rataan

PPPP P1 P2 P3

K1 2,03 2,65 2,83 2,50

K2 1,94 2,36 3,10 2,47

K3 3,17 3,00 4,09 3,42

Rataan 2,38 2,67 3,34

Dari Tabel 8 dapat dilihat rataan berat kering bagian atas bibit kakao tertinggi pada Pemberian kompos kiambang terdapat pada perlakuan K3

(3,42 g) dan terendah terdapat pada perlakuan K2 (2,47 g) dan pada Pemberian POC limbah ikan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (3,34 g) dan terendah terdapat pada perlakuan P1 (2,38 g). Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada pengamatan berat kering bagian bawah menunjukkan hasil tidak nyata dari pemberian pupuk kompos kiambang dan POC limbah ikan. Data pengamatan berat kering bagian bawah bibit kakao 10 MST beserta sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 21.

Dokumen terkait