• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Pertumbuhan Berat Ikan Nila

Data pertumbuhan berat ikan nila dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4. Pertumbuhan berat terbaik ikan nila selama penelitian

terdapat pada perlakuan P1A3 (4.33 g), kemudian diikuti perlakuan P2A2 (3.46 g), perlakuan P3A1 (3.40 g) dan pertumbuhan terendah ikan nila adalah

perlakuan P4A0 (2.81 g). Perhitungan statistik pertumbuhan berat rata-rata ikan nila dapat dilihat pada Lampiran 3.

Ikan nila mengalami pertumbuhan berat selama penelitian dari 4.16-4.2 g menjadi 6.97 – 8.56 g, dapat diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan berkisar 2.81- 4.33 g. Pertumbuhan berat ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pertumbuhan Berat Ikan Nila Selama Penelitian

4,16 4,86 5,56 6,26 6,96 7,66 8,36 9,06 P e r tum buha n B e r a t R a ta -ra t (g r) Berat Hari Ke 1 10 20 30 40 P4A0 P3A1 P2A2 P1A3

Gambar 5. Pertumbuhan Berat Rata-rata Ikan Nila

Tabel 4. Berat Rata-rata (g) Ikan Nila Selama Penelitian Perlakuan Rata-rata Berat Hari Ke (g) ∆b 1 10 20 30 40 P4A0 Rata-rata 4.16 5.13 5.73 6.06 6.97 2.81 P3A1 Rata-rata 4.19 5.30 6.14 6.62 7.61 3.40 P2A2 Rata-rata 4.22 5.29 5.81 6.29 7.69 3.46 P1A3 Rata-rata 4.22 5.38 5.94 6.56 8.56 4.33

Pertumbuhan Panjang Ikan Nila

Data pertumbuhan panjang ikan nila dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5. Pertumbuhan panjang terbaik ikan nila selama penelitian

terdapat pada perlakuan P1A3 (2.23 cm), kemudian diikuti perlakuan P2A2 (1.72 cm), perlakuan P3A1 (1.33 cm) dan pertumbuhan terendah ikan nila adalah

perlakuan P4A0 (1.21 cm). Perhitungan statistik pertumbuhan panjang rata-rata ikan nila dapat dilihat pada Lampiran 2. Data panjang rata-rata ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

2,81 3,4 3,46 4,33 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5

P4A0 P3A1 P2A2 P1A3

B era t R a ta -r at a ( g) Perlakuan

Gambar 6. Pertumbuhan Panjang Ikan Nila Tabel 5. Panjang Rata-Rata (cm) Ikan Nila Selama Penelitian

Perlakuan Rata-rata Panjang Hari Ke (cm) ∆ p 1 10 20 30 40

P4A0 Rata-rata 6.16 6.43 6.60 6.88 7.37 1.21 P3A1 Rata-rata 6.25 6.51 6.70 6.98 7.58 1.33 P2A2 Rata-rata 6.08 6.67 6.77 7.15 7.81 1.72 P1A3 Rata-rata 6.31 6.78 7.03 7.81 8.55 2.23

Gambar 7. Pertumbuhan Panjang Rata-rata Ikan Nila Selama Penelitian

5,81 6,13 6,45 6,77 7,09 7,41 7,73 8,05 8,37 8,69 P e r tum buha n P a nj a ng R a ta -ra ta ( cm ) Panjang Hari Ke (cm) 1 10 20 30 40 P4A0 P3A1 P2A2 P1A3 1,21 1,33 1,72 2,23 0 0,5 1 1,5 2 2,5

P4A0 P3A1 P2A2 P1A3

P an jan g R at a -ra ta ( cm ) Perlakuan

Kualitas air

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan nila sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian adalah Suhu, pH dan DO. Hasil pengamatan kualitas air ikan nila diperoleh kisaran suhu antara 26-27 0C. Nilai pH antara 6,6-6,9, serta DO yaitu antara 5-6 mg/l. Data kualitas air wadah pemeliharaan ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Data Kualitas Air Wadah Pemeliharaan Ikan Nila Selama Penelitian

Parameter P4A0 P3A1 P2A2 P1A3 Suyanto (2002)

Suhu (0 C) 26 – 27 26 - 27 26 - 27 26 - 27 25 - 28

pH 6,6 – 6.9 6,6 – 7.2 6,6 – 7.0 6,6 – 7.1 5 - 11

DO (mg/l) 5 - 6 5 - 6 5 - 6 5 - 6 4 - 9

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup ikan nila yang dipelihara selama 40 hari pemeliharaan pada setiap perlakuan P4A0, P3A1, P2A2 dan P1A3 masing-masing berkisar 90 % - 93.30 %. Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan P2A2 dan P1A3 sebesar 93.30 % dan nilai terendah pada perlakuan P4A0 dan P3A1 sebesar 90 %. Data dan analisis ragam tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Data Dan Analisis Ragam Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila Perlakuan Rata-rata Hari Ke- SR

(%) 1 10 20 30 40 P4A0 Rata-rata 90.00 90.00 90.00 90.00 90.00 90.00 P3A1 Rata-rata 90.00 90.00 90.00 90.00 90.00 90.00 P2A2 Rata-rata 93.30 93.30 93.30 93.30 93.30 93.30 P1A3 Rata-rata 93.30 93. 30 93.30 93.30 93.30 93.30

Gambar 8. Tingkat kelangsungan Hidup Ikan Nila

Rasio Konversi Pakan

Rasio konversi pakan ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Rasio Konversi Pakan Ikan Nila Selama Penelitian

90 90 93,3 93,3 88 89 90 91 92 93 94

P4A0 P3A1 P2A2 P1A3

K e lan gs ungan H idup (%) Perlakuan 1,27 1,11 1,05 0,85 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

P4A0 P3A1 P2A2 P1A3

R asi o K onv er si P ak an ( g ) Perlakuan P4A0 P3A1 P2A2 P1A3

Efesiensi Pemanfaatan Pakan (EPP)

Nilai efesiensi pakan ikan nila terhadap pertumbuhan ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai Efesiensi Pakan Terhadap Pertumbuhan Perlakuan Ulangan Nilai Jual

Ikan / g Rp 100 Harga Pelet/g Rp 10 Harga Azolla/g Rp 4 Harga Total Efesiensi Keuntungan /g P4A0 1 6259 986 - 986.00 0.16 5273.01 2 6275 941 - 941.00 0.15 5334.00 3 6292 978 - 978.00 0.16 5314.01 Jumlah 18826 2905 - 2905.00 0.15 15921.01 Rata-rata 6275 968 - 968.30 0.15 5307.03 P3A1 1 6869 986 24.40 1010.40 0.15 5858.60 2 6794 1026 25.60 1051.60 0.15 5742.40 3 6915 1055 26.40 1081.40 0.15 5833.60 Jumlah 20578 3067 76.40 3143.40 0.15 17434.60 Rata-rata 6859 1022 25.44 1047.74 0.15 5811.59 P2A2 1 7031 992 48.00 1040.00 0.15 5991.01 2 7489 1081 52.80 1133.80 0.15 6355.20 3 7009 993 48.40 1041.40 0.14 5967.60 Jumlah 21529 3066 149.20 3215.20 0.15 18313.80 Rata-rata 7176 1022 49.72 1071.72 0.15 6104.61 P1A3 1 7748 1053 76.80 1129.80 0.14 6618.20 2 7737 1014 74.00 1088.00 0.14 6649.01 3 8506 1066 77.60 1143.60 0.13 7362.40 Jumlah 23991 3133 295.20 3428.20 0.14 20562.80 Rata-rata 7997 1044 98.40 1142.70 0.14 6854.30 Pembahasan

Pertumbuhan panjang ikan nila

Pakan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pertumbuhan ikan nila. Semakin tinggi kandungan nutrisi dalam pakan maka semakin bagus pertumbuhan ikan. Menurut Sukandi (2003) pakan merupakan komponen budidaya ikan yang sangat besar peranannya baik dilihat sebagai penentu pertumbuhan maupun dilihat dari segi ekonomi berupa baik tidaknya suatu pakan ditentukan oleh kandungan nutrisinya. Salah satu kebutuhan nutrisi yang penting

untuk ikan adalah protein, kekurangan protein dalam pakan dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.

Pertumbuhan panjang ikan nila selama 40 hari pemeliharaan yaitu 6.16 - 6.31 cm menjadi 7.37 – 8.55 cm. Pertumbuhan mutlak ikan nila pada

penelitian ini menunjukkan hasil tertinggi yaitu pada perlakuan P1A3 dimana rata-rata pertumbuhan panjang sebesar 2.23 cm, diikuti dengan perlakuan P2A2 dengan panjang 1.72 cm, perlakuan P3A1 dengan panjang 1.33 cm dan terendah menunjukkan hasil 1.21 yaitu pada perlakuan P4A0.

Ikan nila mengalami pertumbuhan panjang selama 40 hari pemeliharaan dari hasil penelitian yang dilakukan, ikan nila awal yang dipelihara memiliki panjang 6.16 - 6.31 cm kemudian setelah selesai penelitian yang dilakukan panjang ikan nila menjadi menjadi 7.37 – 8.55 cm dapat dilihat pada Gambar 6. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan berkisar 1.21 – 2.23 cm dapat dilihat pada Gambar 7.

Jika dilihat pada grafik pertumbuhan panjang ikan nila, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai perubahan panjang terendah berada pada perlakuan P4A0 dengan nilai rata-rata 1.21 cm dan pertambahan panjang yang paling baik terjadi pada perlakuan P1A3 dengan nilai rata-rata 2.23 cm. pada hari ke 30, rata-rata ikan uji menunjukkan pertambahan panjang dan terus meningkat pada hari yang ke 40.

Perubahan panjang pada pengamatan pertama dan hari ke 10 mengalami pertambahan panjang sangat lambat pada masing-masing perlakuan, kecuali pada perlakuan P1A3 menunjukkan pertambahan panjang yang cukup tinggi. Tingginya pertambahan ini disebabkan oleh ikan pada perlakuan P1A3 sudah

beradaptasi. Selanjutnya pada hari yang ke 20 perlakuan P1A3 sudah mengalami pertambahan panjang yang cukup tinggi. Jika dilihat dari laju pertambahan panjang maka P1A3 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pertumbahan panjang rata-rata ikan nila dapat dilihat pada Gambar 7.

Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan penambahan tepung azolla yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan panjang ikan nila (P<0.01). Hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan P1A3 tepung azolla memberikan respon paling baik terhadap pertumbuhan panjang ikan nila dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Dari uji lanjutan beda nyata jujur (BNJ) pertumbuhan penjang ikan nila dengan selang kepercayaan 95 % menyatakan bahwa masing-masing perlakuan P4A0, P3A1, P2A2, P1A3, saling berbeda nyata kecuali perlakuan P3A1 dengan perlakuan P4A0 tidak berbeda nyata untuk lebih jelasnya uji beda nyata jujur pertumbuhan panjang ikan nila dapat dilihat pada data dan analisis ragam panjang rata-rata (cm) ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.

Pertumbuhan Berat Ikan Nila

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran volume dan berat suatu organisme, yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam satuan waktu. Dalam waktu 40 hari pemeliharaan terjadi pertumbuhan yakni perubahan berat ikan. Peningkatan berat yaitu dari 4.16-4.22 g menjadi 6.97-8.56 g. Data dan analisis ragam berat rata-rata (g) ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pertambahan berat rata-rata paling tinggi terjadi yaitu pada perlakuan P1A3 dimana rata-rata pertumbuhan berat sebesar 8.56 g, diikuti dengan

perlakuan P2A2 dengan berat 7.69 g, diikuti dengan perlakuan P3A1 dengan berat 7.61 g dan terendah menunjukkan hasil 6.97 g pada perlakuan P4A0. Pemberian pakan dengan kadar protein tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan berat ikan nila selama 40 hari pemeliharaan.

Pertumbuhan berat ikan nila terbaik pada perlakuan P1A3. Hal ini disebabkan oleh jumlah pakan yang sesuai dan juga didukung oleh pemberian tepung azolla yang sesuai. Pertumbuhan ikan nila yang meningkat juga diduga karena adanya pengaruh kandungan protein didalam azolla dengan takaran yang tepat. Pakan dengan penambahan tepung azolla dengan takaran yang tepat dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan berat ikan nila. Pakan P1A3 memiliki kandungan nutrisi dan disukai oleh ikan nila. Menurut Kartadisastra (1997) menyatakan bahwa faktor yang sangat penting untuk menentukan tingkat konsumsi pakan adalah pakan yang memiliki keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh kenampakan, bau, tekstur dan suhunya.

Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan penambahan tepung azolla yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap peningkatan berat ikan nila (P<0.01). Hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan P1A3 tepung azolla memberikan respon paling baik terhadap pertumbuhan berat ikan nila dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Uji lanjutan beda nyata jujur (BNJ) dengan selang kepercayaan 95 % menyatakan bahwa masing-masing perlakuan P4A0, P3A1, P2A2, P1A3, saling berbeda nyata kecuali perlakuan P3A1 tidak berbeda nyata dengan P2A2 untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada data dan analisis ragam berat rata-rata (g) ikan nila selama penelitian pada Lampiran 3.

Ketersediaan protein dalam pakan sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan baik pertumbuhan panjang dan pertumbuhan berat. Dengan adanya penambahan tepung azolla menyebabkan meningkatnya protein pada pakan sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan nila. Dimana protein merupakan salah satu nutrisi yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan ikan nila. Menurut Sukandi (2003) baik tidaknya suatu pakan ditentukan oleh kandungan nutrisinya. Salah satu kebutuhan nutrisi yang penting untuk ikan adalah protein, sehingga kekurangan protein dalam pakan dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.

Terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliput kemampuan untuk memanfatkan makanan ketahanan terhadap penyakit dan keturunan. Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan, yaitu meliputi sifat fisika, kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas.

Ikan nila menunjukkan respon yang rendah terhadap perlakuan P4A0 berbeda dengan perlakuan P3A1, P2A2 dan P1A3 yang diberikan menunjukkan respon ikan nila yang tinggi, bahwa ikan nila lebih dominan mengkonsumsi pakan pada perlakuan P3A1, P2A2 dan P1A3.

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama masa pemeliharaan berkisar antara 90 % - 93.30 %. Pada tingkat kelangsungan Hidup menunjukkan bahwa dari keempat perlakuan yang ada dalam media pemeliharaan yaitu perlakuan P4A0, P3A1, P2A2, P1A3 tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perlakuan.

Kematian ikan terjadi pada awal pemeliharaan ikan dapat dilihat pada Tabel 7. Hal ini diduga diakibatkan masa adaptasi terhadap lingkungan dalam hal ini media pemeliharaan ikan yang baru. Namun tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama pemeliharaan tergolong baik. Dari Tabel 7 dapat dilihat keempat perlakuan memiliki tingkat kelangsungan hidup (SR) 90.00 – 93.30 %. Menurut Husein (1985) diacu Mulyani, dkk (2014) menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup ≥ 50 % tergolong baik, kelangsungan hidup 30-50 % sedang dan kurang dari 30 % tidak baik. Data dan analisis ragam tingkat kelangsungan hidup ikan nila dapat dilihat pada Lampiran 4.

Selama penelitian ikan nila mengalami kematian yang disebabkan oleh stress. Ikan mengalami stress karena kualitas air yang belum sepenuhnya sama dengan kualitas air ikan tempat ikan nila dibesarkan. Selain itu pada awal pemeliharaan terjadi stress juga disebabkan karena media ikan nila sering disifon dan diberikan penambahan air. Dalam media pemeliharaan, ikan nila banyak mengeluarkan kotoran yang mengakibatkan air media pemeliharaan cepat kotor, sehingga air harus sering dibersihkan dengan cara disifon dan diberikan penambahan air yang baru untuk menjaga kualitas air.

Selama pemeliharaan terjadi kematian beberapa ekor ikan pada perlakuan, hal ini lebih banyak terjadi pada hari pertama hingga hari kesepuluh

pemeliharaan. Diguga karena stress akibat penimbangan dan pengukuran ikan pada saat dilakukan pengukuran. Kematian juga disebabkan oleh ukuran ikan yang masih rentan untuk dapat bertahan hidup dengan baik.

Perlakuan P2A2 dan P1A3 memiliki SR yang sama karena pada perlakuan tersebut ikan nila memiliki tingkat kematian yang kecil. Tingkat kematian tersebut terjadi pada awal pemeliharaan. Kematian terjadi diduga karena stress.

Hasil penelitian, SR ikan nila semakin hari semakin baik. Kelangsungan hidup ikan nila semakin baik karena ikan nila telah dapat beradaptasi dengan baik, dan kualitas air yang diukur dapat dilihat bahwa kualitas air media pemelihraan dalam ambang batas yang optimal. Kualitas air yang baik karena air media pemeliharaan di kontrol secara teratur dengan menyifon kotoran ikan nila secara teratur dan menambah air setelah selesai disifon. Dengan dilakukannya penyifonan dan penambahan air tersebut kualitas air ikan nila tetap terjaga dan ikan nila dapat beradaptasi dengan baik. Menurut Fatimah (1992) diacu Mulyani dkk., (2014) menyatakan bahwa kelangsungan hidup ikan sangat bergantung pada daya adaptasi ikan terhadap makanan dan lingkungan, status kesehatan ikan, padat tebar, dan kualitas air yang cukup mendukung pertumbuhan ikan .

Rasio Konversi Pakan (FCR)

Konversi pakan merupakan salah satu faktor yang penting dalam usaha budidaya perikanan. Menurut Solaiman dan Sugihartono (2012) untuk mendapatkan hasil yang maksimal terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana caranya agar pertumbuhan ikan cepat, jumlah pakan yang diberikan serendah-rendahnya. Untuk mengetahui efesiensi pakan salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penghitungan konversi

pakan. Rasio konversi pakan merupakan penghitungan seberapa banyak ikan mampu merubah pakan menjadi daging ikan dan konversi pakan tersebut sebagai acuan atau sebagai tolak ukur sampai sejauh mana efesiensi usaha pembesaran ikan tersebut. Rasio konversi pakan ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 9.

Pada penelitian ini pemberian pakan pada ikan nila yaitu 5 % dari berat tubuh. Pemberian pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 09.00 WIB dan sore hari pada pukul 15.00 WIB. Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa pemberian pakan pada perlakuan P1A3 memberikan nilai konversi pakan paling rendah yaitu 0.85 g. diikuti berturut-turut pakan dengan perlakuan P212 1.05 g, perlakuan P3A1 1.11 g dan paling tinggi pada perlakuan P4A0 yaitu 1.27 g.

Pakan perlakuan P1A3 memiliki nilai konversi pakan terbaik diikuti dengan perlakuan P2A2 kemudian P3A1 sedangkan pada perlakuan P4A0 merupakan perlakuan dengan nilai konversi tinggi. Semakin rendah nilai konversi pakan dalam suatu kegiatan budidaya maka akan semakin efesien pakan yang digunakan. Semakin sedikit pakan komersil yang diberikan pemberian pakan semakin efesien. Nilai konversi pakan yang semakin kecil menunjukkan pemanfaatan pakan semakin efesian dalam kegiatan budidaya ikan.

Pada perlakuan P4A0 jumlah pakan selama penelitian adalah 96.83 g dan jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian adalah sebanyak 27 ekor ikan. Jumlah pakan yang dihabiskan ikan per ekor adalah jumlah pakan dibagi dengan jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian, sehingga diperoleh jumlah pakan yang dihabiskan ikan per ekor adalah 3.58 g. Pertambahan berat rata-rata ikan nila selama penelitian pada perlakuan P4A0 adalah 2.81 g, sehingga FCR atau rasio

konversi pakan ikan nila adalah jumlah pakan yang dihabiskan ikan per ekor dibagi dengan pertambahan berat rata-rata ikan. Konversi pakan ikan nila (FCR) selama penelitian pada perlakuan P4A0 adalah 1.27 g yaitu untuk menaikkan 1 g berat ikan nila dibutuhkan 1.27 g pakan ikan.

Pada perlakuan P1A3 jumlah pakan selama penelitian adalah 104.43 g dan jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian adalah sebanyak 28 ekor ikan. jumlah pakan yang dihabiskan ikan per ekor adalah 3.71 g. Pertambahan berat rata-rata ikan nila selama penelitian pada perlakuan P1A3 adalah 4.33 g. Konversi pakan ikan nila (FCR) selama penelitian pada perlakuan P1A3 adalah 0.85 g yaitu untuk menaikkan 1 g berat ikan nila dibutuhkan 0.85 g pakan ikan.

Efesiensi Pemanfaatan Pakan (EPP) Ikan Nila

Penelitian ini didapatkan nilai EPP tertinggi adalah pada perlakuan P4A0 sebesar 0.15 % dan nilai terendah pada perlakuan P1A3 sebesar 0.14 %. Perbedaan nilai EPP dari setiap perlakuan memperlihatkan perbedaan kualitas pakan yang digunakan. Kualitas dan kuantitas pakan serta kondisi ikan tersebut mempengaruhi pertumbuhan ikan nila dan memiliki kaitan tinggi rendahnya nilai efesien pakan yang dihasilkan.

Nilai efesiensi pakan dapat dilihat pada Tabel 8 dari keempat perlakuan yang ada P4A0 memiliki nilai efesiensi rata-rata sebesar 0.15, perlakuan P3A1 memiliki nilai efesiensi rata-rata sebesar 0.15, perlakuan P2A2 memiliki nilai efesiensi rata-rata sebesar 0.15 dan perlakuan P1A3 memiliki nilai efesiensi sebesar 0.14.

Berat total yang didapat pada perlakuan P4A0, 188.26 g, pada perlakuan P3A1, 205.78 g, pada perlakuan P2A2, 215.29 g ,dan pada perlakuan P1A3, 239.91 g. Dari keempat perlakuan, jumlah berat yang lebih bagus terlihat pada

perlakuan P1A3 sebesar 79.97 g. Harga jual benih ikan nila berkisar seharga Rp 100/g dengan nilai keuntungan pelakuan P4A0 sebesar 5307.03, perlakuan

P3A1 sebesar 5830.67, perlakuan P2A2 sebesar 6141.90 dan pada perlakuan P1A3 sebesar 6928.10.

Nilai efesiensi yang paling bagus terlihat pada perlakuan P1A3 dengan nilai efesinsi 0.14. Perlakuan P4A0 merupakan perlakuan yang memiliki nilai efesiensi tertinggi dengan nilai efesiensi 0.15. Dalam pengertian efesiensi secara umum adalah jika hasil menunjukkan nilai yang semakin kecil maka perlakuan tersebut sangat menguntungkan.

Efesiensi pakan terhadap pertumbuhan pada Tabel 8 dapat ditentukan dengan cara mengetahui berat total ikan pada setiap ulangan dan perlakuan, kemudian berapa jumlah pakan komersil yang digunakan selama penelitian. Berat total ikan dikalikan dengan berat harga nilai jual ikan/g kemudian harga pakan komersil yang digunakan selama penelitian dikalikan dengan harga pakan komersil/g sehingga dapat diketahui harga total yaitu harga pakan komersil yang digunakan selama penelitian. Keuntungan yang diperoleh diketahui dengan cara nilai jual ikan dikurang dengan harga pakan yang digunakan. Efesiensi pakan ikan nila dicari dengan cara harga total pakan ikan dibagi dengan nilai jual ikan.

Kualitas Air

Berdasarkan analisi parameter kualitas air yang diukur dalam wadah pemeliharaan ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6

menunjukkan bahwa ikan nila berada pada lingkungan yang layak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Kisaran suhu 26-27 0C. Menurut Suyanto (2002), keadaan suhu air yang optimal untuk ikan nila adalah 25 0C - 280C. Suhu kurang dari 6 0C atau lebih dari 42 0C dapat mematikan ikan nila. Perubahan suhu yang sangat drastis dapat mengganggu laju respirasinya dan aktivitas jantung. Selain itu, suhu yang tinggi dapat menyebabkan ikan stress, pada ikan nila memiliki keunggulan yang jarang dimiliki oleh ikan air tawar lainnya yaitu toleran terhadap lingkungan perairan yang kondisinya jelek dan kekurangan O2 terlarut dalam air.

Kisaran pH yang diukur pada wadah pemeliharaan setiap perlakuan berkisar antara 6,6-7.2. Menurut Suyanto (2002), bahwa nilai pH air yang dapat ditolerir ikan nila berkisar antara 5 – 11.

Oksigen terlarut merupakan unsur penting untuk kehidupan ikan nila dalam wadah pemeliharaan. Menurut Suyanto (2002), kadar oksigen terlarut cukup baik untuk ikan nila berkisar antra 4-9 mg/l . Nilai oksigen terlarut selama penelitian yang diukur dalam wadah pemeliharaan ikan nila yaitu 5-6 mg/l, sehingga oksigen terlarut pada media pemeliharaan ikan nila berada pada kisaran yang optimal. Pengukuran DO dengan metode winkler pada media pemeliharaan ikan nila dapat dilihat pada Lampiran 5.

Pakan yang terakumulasi di dalam wadah pemeliharaan, akan menyebabkan kadar oksigen terlarut menurun. Pakan yang tersisa akan mengendap di dasar wadah pemeliharaan, maka perlu dilakukan kegiatan penyifonan untuk mencegah berkembangnya penyakit dan menjaga kondisi kualitas air tetap stabil. Penurunan kualitas air juga diakibatkan karena jumlah pakan yang diberikan tidak dikonsumsi seluruhnya oleh ikan sehingga

mengakibatkan pakan tersisa dan tidak termakan oleh ikan. Untuk itu perlu dilakukan penggantian air media untuk mengurangi zat-zat yang bersifat toksik bagi pemeliharaan ikan.

Pengukuran kualitas air dilakuan selama seminggu sekali dan dilakukan pada pagi hari. Sebelum dilakukan pengukuran ikan terlebih dahulu dilakukan pengukuran kualitas air. Pengukuran panjang dan berat ikan dilakukan di dalam wadah yang berisi air. Air yang digunakan adalah air yang berasal dari pemeliharaan ikan. Pengukuran panjang dengan meletakkan penggaris di dalam wadah pengukuran. Dengan dilakukannya pengukuran ikan di dalam air maka cara tesebut dapat mengurangi tingkat kematian pada saat pengukuran pertumbuhan panjang dan berat ikan nila.

Untuk menghindarkan benturan tubuh ikan nila maka wadah pemeliharaan di letakkan dalam yang digali. Dengan dilakukan penggalian lubang maka suhu dalam wadah pemeliharaan tidak akan mengalami perubahan yang drastis, air dalam wadah pemeliharaan tetap dingin karena berada didalam tanah, selain itu getaran yang terjadi di sekitar wadah pemeliharaan dapat diredam oleh tanah, sehingga ikan tidak merasakan getaran yang berasal dari sekitar wadah pemeliharaan yang bisa mengakibatkan ikan stress dalam air.

Wadah pemeliharaan yang digunakan adalah ember hitam. Ember hitam digunakan untuk wadah pemeliharaan akan menyebabkan ikan nila lebih tenang. Selain itu ember hitam tidak tebus pandang sehingga ikan nila tidak stress jika melihat di sekitar wadah pemeliharaan. Selain itu pemilihan ember bulat untuk mengurangi ikan membentur dinding sudut wadah pemeliharaan sehingga ikan bisa berfokus untuk makan dan mengalami pertumbuhan. Selain itu energi ikan

nila tidak terlalu besar digunakan untuk berputar dalam wadah pemeliharaan. Foto Kegiatan Selama Penelitian dapat dilihat pada Lampiran 7.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa manajemen pakan sangat diperlukan dalam pemeliharaan ikan nila. Manajemen dalam pemberian pakan ikan nila dan manajemen dalam menggunakan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk pakan ikan sangat dibutuhkan. Dengan dilakukannnya manejemen dalam pakan, maka biaya operasional yang dikeluarkan tidak terlalu besar, dengan bisa dikuranginya biaya dalam pembelian pakan komersial diharapkan selama pemeliharaan ikan hingga panen biaya pengeluaran dapat di hemat. Biaya yang dihemat tersebut nantinya dapat dialihkan ke kegiatan pemeliharaan yang lain. Manajemen pakan diharapkan dapat mengefesienkan biaya pemeliharaaan, dan adanya pengurangan pakan komersil sehingga dapat memperoleh keuntungan dari pengurangan pakan komersil tersebut dan keuntungan dapat ditingkatkan.

Dokumen terkait