Pada bab ini akan dibahas pengalamatan I/O, ladder diagram, data mnemonik, dan analisa data.
BAB V : Penutup
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari keseluruhan penulisan tugas akhir ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan PLC
PLC pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960-an. Alasan utama perancangan PLC adalah untuk menghilangkan beban ongkos perawatan dan penggantian sistem kontrol mesin berbasis relai. Saat kebutuhan produksi berubah maka demikian juga dengan sistem kontrolnya. Hal ini menjadi sangat mahal jika perubahannya terlalu sering. Karena relai merupakan alat mekanik, maka tentu saja memiliki umur hidup atau masa penggunaan yang terbatas, yang akhirnya membutuhkan jadwal perawatan yang ketat. Pelacakan kerusakan atau kesalahan menjadi cukup membosankan jika banyak relai yang digunakan. Dengan demikian diperlukan sistem control baru yang akan memudahkan para teknisi dalam melakukan pemrograman. Umur alat harus menjadi lebih panjang dan program proses dapat dimodifikasi atau dirubah dengan lebih mudah. Serta harus mampu bertahan dalam lingkungan industri yang keras.
Gambar 2.1 Foto PLC Omron Type CPM1A 4
Maka diperkenalkan sistem kontrol PLC (Programmable Logic Controller) yaitu suatu pengontrolan yang terprogram yang bekerja secara digital berbasis mikroprosesor. Atau dengan kata lain PLC adalah suatu peralatan elektronika yang bekerja secara digital, memilki memori yang dapat diprogram, dan menyimpan perintah-perintah untuk melakukan fungsi-fungsi khusus seperti logic, timing, counting, dan arimatik untuk mengontrol berbagai jenis mesin atau proses melalui analog atau digital input/output module. Jadi PLC bekerja dengan cara mengamati masukan melalui sensor-sensor terkait, kemudian melakukan proses dan melakukan tindakan sesuai dengan program yang telah dibuat, lalu memberikan sinyal ke keluaran berupa ON atau OFF (logik 0 atau logik 1). Pengguna membuat program yang umumnya dinamakan diagram tangga atau ladder diagram yang kemudian akan dijalankan oleh PLC yang bersangkutan. Maka dengan demikian sistem kontrol PLC semakin banyak dibutuhkan pada hampir semua aplikasi-aplikasi industri karena mudah dalam pengoperasiannya maupun dalam hal perawatannya.
2.2 Perbandingan PLC dengan Pengendalian Konvensional
Perbedaan yang sangat signifikan tentunya terletak pada sistem pemrogramannya. Keuntungan dari PLC ini salah satunya adalah sistem kontrol ini bekerja dengan program yang dikenakan olehnya dan dapat dirubah atau dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan tentunya akan berdampak pada penghematan waktu dan biaya dibanding dengan sistem kontrol konvensional. Fasilitas lain yang terdapat pada PLC diantaranya dapat berkomunukasi pada
printer, sehingga program yang tersimpan pada memori dapat dicetak hal ini sangat berguna apabila ada suatu kesalahan atau kerusakan. PLC ini dirancang sedemikian rupa sehingga kita dapat memonitor kerja sistem kontrolnya melalui layar monitor komputer bahkan ada beberapa type PLC yang dilengkapi dengan layar LCD beserta kaset memori yang berguna untuk mendownload program untuk disalin ke PLC lainnya. Dengan demikian bila ada suatu komponen yang mengalami kerusakan dapat dideteksi dan diperbaiki dengan cepat.
2.3 Komponen-komponen PLC
2.3.1 Unit Pengolah Pusat (CPU-Central Processing Unit)
Unit pengolah pusat atau CPU merupakan otak dari sebuah kontroler PLC. CPU itu sendiri biasanya merupakan sebuah mikrokontroler (versi mini mikrokomputer lengkap). CPU ini menangani komunikasi dengan piranti eksternal, interkonektivitas antar bagian-bagian internal PLC, eksekusi program, manajeman memori, mengawasi atau mengamati masukan dan memberikan sinyal ke keluaran sesuai dengan proses atau program yang dijalankan.
2.3.2 Memori
Memori sistem digunakan oleh PLC untuk sistem kontrol proses selain berfungsi untuk menyimpan sistem operasi juga digunakan untuk menyimpan program yang harus dijalankan, dalam bentuk biner, hasil dari terjemahan diagram tangga yang dibuat oleh pengguna atau pemrogram. Di sini proses penghapusan dan pengisian kembali memori dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Memori tersedia dalam dua tipe utama, RAM (Random Access Memory) dan ROM (Read Only Memory). Terdapat dua jenis unit memori berbeda yang termasuk ROM, yaitu EPROM (Erasable Programmable Read Only Memory) dan EEPROM (Electronically Erasable Programmable Read Only Memory).
RAM (Random Access Memory) tipe memori ini adalah yang paling umum digunakan. RAM bukanlah merupakan peralatan penyimpanan memori yang permanen. Agar penyimpanan data untuk jangka panjang dapat dilakukan, maka RAM harus mendapatkan daya terus menerus. Hal ini biasanya dilakukan dengan menggunakan sebuah baterai yang kecil. Sehingga durasi penyimpanan data oleh peralatan RAM berbanding lurus dengan umur baterai. Pembacaan dan penulisan data pada RAM dapat terjadi kapan saja.
Read Only Memory (ROM) tipe memori ini terbagi atas EPROM dan EEPROM. ROM merupakan fasilitas penyimpanan memori yang permanen. Peralatan ROM tidak memerlukan catu daya eksternal, seperti baterai, untuk mempertahankan data yang disimpan.
Pembacaan dari suatu EPROM (Erasable Programmable Read Only Memory) adalah sama dengan pada memori RAM, Setelah EPROM diisi data
maka penulisan lebih lanjut tidak dapat dimungkinkan. Data pada EPROM hanya dapat dihapus dengan mengekspos chip EPROM pada cahaya ultraviolet yang sangat pekat. Setelah itu EPROM siap untuk menerima data baru. Untuk menulis data pada suatu EPROM diperlukan EPROM writer yang khusus.
Pembacaan dari suatu EEPROM (Electronically Erasable Programmable Read Only Memory) sama dengan memori RAM. Setelah EEPROM diisi data maka penulisan lebih lanjut tidak dimungkinkan pada saat EEPROM berada dalam mode protected. Penghapusan dan penulisan kembali EEPROM dapat dilakukan dengan mengubah EEPROM ke mode unprotected. Penulisan data pada EEPROM sama dengan penulisan data pada RAM.
2.3.3 Pengaturan atau Antarmuka Masukan
Antarmuka masukan berada diantara jalur masukan yang sesungguhnya dengan unit CPU. Tujuannya untuk melindungi CPU dari sinyal-sinyal yang tidak dikehendaki yang bisa merusak CPU itu sendiri. Modul antarmuka masukan ini berfungsi untuk mengkonversi atau mengubah sinyal-sinyal masukan dari luar ke sinyal-sinyal yang sesuai dengan tegangan kerja CPU yang bersangkutan (misalnya, masukan dari sensor dengan tegangan kerja 24 VDC harus dikonversikan menjadi tegangan 5 VDC agar sesuai dengan tegangan kerja CPU). Hal ini dapat dilakukan dengan mudah oleh rangkaian opto-isolator sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Rangkaian antarmuka masukan PLC
Penggunaan opto-isolator artinya tidak ada hubungan kabel sama sekali antara dunia luar dengan unit CPU. Secara optik dipisahkan atau dengan kata lain sinyal ditransmisikan melalui cahaya. Kerjanya sederhana piranti eksternal akan memberikan sinyal untuk menghidupkan LED (dalam opto-isolator), akibatnya photo transistor akan menerima cahaya dan akan menghantar arus (ON), CPU akan melihatnya sebagai logika nol. Begitu dengan sebaliknya, saat sinyal masukan tidak ada lagi, maka LED akan mati dan photo transistor akan berhenti menghantar arus (OFF), CPU akan melihatnya sebagai logika satu.
2.3.4 Pengaturan atau Antarmuka Keluaran
Sebagaimana pada antarmuka masukan, keluaran juga membutuhkan antarmuka yang sama untuk digunakan sebagai perlindungan antara CPU dengan peralatan eksternal, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.4. Cara kerjanya sama, yang menyalakan dan mematikan LED di dalam opto-isolator sekarang adalah CPU, sedangkan yang membaca status photo transistor, apakah menghantarkan atau tidak, adalah peralatan atau piranti eksternal.
Gambar 2.4 Rangkaian antarmuka keluaran PLC
2.3.5 Catu Daya PLC
Catu daya listrik digunakan untuk memberikan pasokan catu daya ke seluruh bagian PLC (termasuk CPU, memori dan lain-lain). Kebanyakan PLC bekerja dengan catu daya 24 VDC atau 220 VAC. Beberapa PLC catu dayanya terpisah (sebagai modul tersendiri). Yang demikian biasanya merupakan PLC besar, sedangkan yang medium atau kecil, catu dayanya sudah menyatu.
2.4 Dasar Perancangan Sistem Kontrol PLC
Tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan dalam melakukan operasi sistem kontrol PLC adalah sebagai berikut :
1. Kita harus memilih suatu instrument atau sistem yang hendak di kontrol. Sistem yang terotomasi ini dapat berupa mesin atau suatu proses yang kemudian disebut sebagai sistem kontrol proses.
2. Kita perlu menentukan semua instrument masukan dan keluaran yang akan dihubungkan ke PLC. Piranti masukan dapat berupa saklar, sensor dan sebagainya. Sedangkan piranti keluaran dapat berupa valve solenoida, motor, relai, lampu dan sebagainya. Setelah menentukan kebutuhan semua piranti masukan dan keluaran dilanjutkan dengan menentukan penggunaan jalur-jalur masukan dan keluaran pada PLC untuk piranti-piranti masukan dan keluaran yang sudah ditentukan tadi.
3. Kemudian kita akan membuat program yang lebih dikenal dengan diagram tangga (untuk PLC) sesuai dengan jalannya proses yang diinginkan dan jangan lupa dalam pembuatan program tangga untuk selalu memperhitungkan atau memperhartikan kesederhanaan yang terkait dengan jumlah instruksi yang nantinya akan disimpan. Dalam pembuatan program tangga ini bisa digunakan konsol atau melalui komputer PC. Selanjutnya program akan disimpan ke dalam PLC, baik yang digunakan secara langsung melalui terminal konsol maupun melalui komputer PC.
2.5 Instruksi-instruksi dalam Pemrograman PLC
2.5.1 Instruksi-instruksi Tangga
Instruksi-instruksi tangga atau ladder instruction adalah intruksi-intruksi yang terkait dengan kondisi-kondisi di dalam diagram tangga. Instruksi-instruksi tangga, baik yang independen maupun kombinasi atau gabungan dengan blok instruksi berikut atau sebelum, akan membentuk kondisi eksekusi.
1. LOAD (LD) dan LOAD NOT (LD NOT)
Instruksi LD merupakan kontak Normally Open, instruksi LD selalu muncul sebagai kontak yang pertama pada garis program. Pada diagram ladder, simbol LD merupakan kontak pertama dari bus line sisi kiri dan merupakan sinyal kondisi awal yang dibutuhkan untuk memproses suatu baris program. Bila LD tidak bernilai true maka baris program tersebut tidak akan dilaksanakan. Sedang instruksi LD NOT kebalikan dari LD dimana kontaknya berupa Normally Close.
2. OUTPUT dan OUTPUT NOT
Pada diagram ladder, simbol OUTPUT merupakan peralatan pertama dari bus line sisi kanan. Instruksi OUTPUT diaktifkan sebagai akibat dari sekumpulan sinyal kondisi true. Instruksi ini digunakan untuk mengontrol bit operan yang bersangkutan berkaitan dengan kondisi eksekusi (apakah ON atau OFF). Dengan menggunakan instruksi OUTPUT, maka bit operan akan menjadi ON jika kondisi eksekusinya juga ON. Sedangkan OUTPUT NOT akan menyebabkan bit operan menjadi ON bila kondisi eksekusinya OFF (kebalikan dari instruksi OUTPUT).
Gambar 2.7 Contoh penggunaan Intruksi OUT dan OUT NOT
3. AND dan AND NOT
Instruksi AND merupakan kontak Normally Open. Instruksi AND harus selalu didahului oleh sekurang-kurangnya satu kontak yang lain. Pada diagram ladder, simbol AND merupakan kontak ke dua atau ketiga dari bus line sisi kiri. Instruksi AND dapat dijelaskan dengan baik sebagai kontak NO dalam rangkaian seri dengan kontak-kontak sebelumnya. Instruksi AND memungkinkan banyaknya masukan dari sinyal-sinyal kondisi. Bila semua sinyal kondisi yang digunakan bernilai true, maka baris program tersebut akan dilaksanakan. Kebalikan dari instruksi AND adalah instruksi AND NOT dengan kontak Normally Close.
Gambar 2.8 Contoh penggunaan AND dan AND NOT
4. OR dan OR NOT
Instruksi OR merupakan kontak Normally Open. Instruksi OR selalu muncul di bawah kontak pertama pada suatu garis program. Instruksi OR dapat dijelaskan dengan baik sebagai suatu kontak NO tunggal yang paralel dengan kontak pertama dari program ladder. Instruksi OR memungkinkan banyaknya masukan dari sinyal-sinyal kondisi. Bila semua sinyal kondisi yang digunakan tidak bernilai true, baris program tersebut tidak akan dilaksanakan. Bila ada bagian dari struktur yang bernilai true maka keseluruhan OR akan bernilai true. Dan instruksi OR NOT merupakan kebalikan dari instruksi OR dengan kontak yang beda yaitu kontak Normally Close.
Gambar 2.9 Contoh penggunaan OR dan OR NOT
2.5.2 Instruksi-instruksi Blok Logika .
Instruksi blok ini ada dua macam yaitu AND LOAD dan OR LOAD. Instruksi-instruksi blok logik tidak berhubungan dengan suatu kondisi tertentu pada diagram tangga, melainkan untuk menyatakan hubungan antara blok-blok logik, misalnya instruksi AND LD akan meng-AND-logikkan kondisi eksekusi yang dihasilkan oleh dua blok logik secara seri, demikian juga dengan instruksi OR LD untuk meng-OR-logikkan kondisi eksekusi yang dihasilkan dua blok logik secara paralel.
Gambar 2.10.b Contoh penggunaan instruksi blok logik OR LD
2.5.3 Instruksi Garis Bercabang
Jika suatu garis instruksi harus bercabang dua atau lebih, adakalanya perlu menggunakan bit interlock atau TR untuk menjaga kondisi pada titik percabangan. Pada Gambar 2.4.1 ditunjukkan dua diagram tangga A dan B.
Untuk titik percabangan A dapat dilakukan langsung karena kondisi eksekusi yang muncul pada titik cabang tidak dapat berubah sebelum kembali ke garis percabangannya dengan kata lain instruksi 1 tidak dapat mengubah kondisi eksekusi pada titik cabang, sehingga garis percabangan akan dikerjakan dengan benar. Tetapi untuk titik percabangan pada diagram B terdapat sebuah kondisi antara titik cabang dengan instruksi 1, hal ini menyebabkan kondisi eksekusi sebelum dan setelah kembali ke garis percabangan bisa beda, sebab instruksi 1 dapat mengubah kondisi eksekusi titik cabang dengan IR000.01-nya jika selama proses ini IR000.01 mengalami perubahan kondisi, sehingga tidak mungkin mendapatkan hasil yang diinginkan. Maka harus dilakukan dengan bantuan Temporary Relay (TR) yang merupakan relay bantu, dimana TR dipergunakan untuk menyimpan sementara kondisi eksekusi pada titik cabang, agar kondisi eksekusi sebelum dan setelah kembali ke garis percabangan tidak mengalami perbedaan.
2.5.4 Instruksi END
Instruksi terakhir yang harus ditulis atau digambarkan dalam diagram tangga adalah instruksi END. CPU pada PLC akan mengerjakan semua instruksi dalam program dari awal (baris pertama) hingga ditemui instruksi END yang pertama, sebelum kembali lagi mengerjakan instruksi dalam program dari awal lagi, artinya instruksi-instruksi yang ada di bawah atau setelah instruksi END akan diabaikan. Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah ketentuan kewajiban
penulisan instruksi END, jika suatu diagram tangga atau program PLC tidak dilengkapi instruksi END, maka program tidak akan dijalankan sama sekali.
Gambar 2.12 Contoh Penggunaan Instruksi END(01)
2.5.5 Instruksi Timer
Pewaktu atau Timer mempunyai satu masukan aktivasi pewaktu serta dua parameter yaitu Timer dan Value, Timer diisi dengan nomor pewaktu (512 buah : 000-511) dan Value diisi dengan nilai waktu tundaan dalam satuan 0,1 detik atau 100 milidetik, minimal 1 (100 milidetik) dan maksimal 9999 (999,9 detik). Pewaktu akan diaktifkan jika kondisi eksekusi aktivasinya berubah menjadi ON dan akan direset (ke nilai Value) jika kondisi eksekusi aktivasinya berubah menjadi OFF. Sekali diaktifkan, pewaktu akan melakukan pewaktuan mundur dari Value ke 0 dalam satuan 100 milidetik sehingga status TIM000 berubah menjadi ON.
2.5.6 Instruksi Counter
Counter atau Pencacah memiliki 2 masukan yaitu CP dan R serta dua parameter yaitu Counter dan Value. Counter diisi dengan nomor pencacah yang akan digunakan (terdapat 512 buah : 000-511), sedangkan Value diisi dengan nilai cacahan minimal 0, maksimal 9999. Pencacah atau CNT digunakan untuk mencacah turun dari nilai Value hingga 0, jika kondisi eksekusi dari masukan CP-nya berubah dari OFF ke ON. Jika pencacahan sudah selesai dilakukan (sejumlah Value) maka status CNT akan berubah dari OFF menjadi ON dan status ON ini akan terus ON selama belum diaktifkan masukan RESET-nya (R), artinya jika R berubah dari OFF menjadi ON, maka isi Value akan dikembalikan ke nilai semula (sehingga CNT bisa mencacah lagi).
2.5.7 Instruksi DIFU dan DIFD
Instruksi Differentiate Up (DIFU) dan Differentiate Down (DIFD) digunakan untuk meng-ON-kan bit operan hanya satu siklus saja atau dengan kata lain hanya sesaat saja. Instruksi DIFU digunakan untuk meng-ON-kan bit operan sesaat saja (hanya satu siklus) saat terjadi transisi kondisi eksekusi dari OFF ke ON. Sedangkan instruksi DIFD digunakan untuk tujuan yang sama dengan DIFU, hanya saja untuk saat terjadi transisi kondisi eksekusi dari ON ke OFF (kebalikan transisinya DIFU).
2.6 Lampu Indikasi (Pilot Lamp)
Lampu Indikasi atau pilot lamp sering digunakan untuk menandai bekerja atau tidaknya suatu peralatan atau komponen dari suatu rangkaian kontrol. Lampu indikasi ini mempunyai filamen dari wolfram dan sebuah resistansi yang dipasang seri dengan wolfram tersebut. Biasanya pilot lamp dipasang seri dengan kontak NO (Normally Open) jika digunakan untuk mengindikasikan suatu peralatan yang sedang bekerja. Sebaliknya jika lampu indikasi digunakan untuk mengindikasikan tidak bekerjanya suatu peralatan maka pilot lamp dipasang paralel dengan kontak NC (Normally Close). Lampu indikasi ini terdiri dari berbagai tegangan antara lain 220 VAC, 110 VAC, 48 VAC, 24 VDC dan 12 VDC.
Tabel 2.1 Kegunaan dari warna-warna Pilot Lamp
No Kondisi Peralatan (Rangkaian) Warna
1. Peralatan berfungsi normal Putih
2. Posisi siap mulai bekerja Hijau
3. Perhatian atau hati-hati Kuning
4. Kondisi tidak normal Merah
2.7 Saklar dan Sensor
Saklar adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan suatu rangkaian listrik. Dalam kondisi ON atau tertutup saklar mempunyai nilai resistansi yang sangat kecil sehingga arus dapat dialirkan. Dan pada saat kondisi terbuka atau OFF saklar mempunyai resistansi yang cukup besar atau tak terhingga sehingga arus tidak dapat dialirkan. Sedangkan sensor adalah suatu alat untuk mendeteksi sinyal, kemudian sinyal dari transmiter tersebut dikirim ke receiver dan diproses sehingga membentuk suatu sinyal yang lebih besar dan menggerakan anak kontak dari sensor.
2.8 Tombol Tekan (Push Button)
Prinsip kerja dari tombol tekan ini cukup sederhana yaitu apabila tombol ditekan lalu dilepas maka posisinya akan kembali seperti semula, jadi hanya memberikan impuls sesaat. Pada tombol tekan ini terdapat dua buah kontak yaitu kontak NO (Normally Open) dan NC (Normally Close). Kontak NO akan menutup jika tombol ditekan dan kontak NC akan membuka bila ditekan.
2.9 Kontaktor
Kontaktor adalah suatu alat yang digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan rangkaian listrik yang bekerja berdasarkan gaya tarik yang ditimbulkan oleh suatu kumparan magnet yang sebelumnya diberi input tegangan. Pada umumnya kontaktor terdiri dari kontak utama, kontak bantu dan coil atau kumparan. Pada kontak utama terdapat tiga buah kontak NO (Normally Open). Kontak ini digunakan untuk menghubungkan sumber tegangan dengan suatu beban. Sedangkan pada kontak bantu terdiri dari kontak NO (Normally Open) dan NC (Normally Close). Fungsi dari kontak bantu ini adalah untuk mengontrol rangkaian lain atau sebagai rangkaian pengunci. Jika ada arus yang mengalir melalui kontaktor maka kumparan atau coil akan bekerja dan menarik kontak-kontaknya. Pada saat kumparan magnet bekerja maka kontak NO akan menutup dan kontak NC akan membuka. Untuk mempermudah pemasangan dan pencarian kesalahan maka antara kontak NO dan NC pada kontaktor dibedakan dengan suatu nomor kode sebagai berikut :
a) 1, 3 dan 5 : kontak utama yang dihubungkan ke sumber. b) 2, 4 dan 6 : kontak utama yang dihubungkan ke beban.
c) 53 dan 54 : kontak bantu jenis NO (Normally Open). d) 61 dan 62 : kontak bantu jenis NC (Normally Close). e) A1 dan A2 : kontak coil atau kontak kumparan.
Gambar 2.15 Kontak-kontak pada Kontaktor
Gambar 2.16 Kontaktor
2.10 Relai Elektromekanik
Relai elektromekanik adalah relai magnet yang terdiri dari sebuah elektromagnet dan sebuah tangkai bergerak yang disebut angker. Bilamana arus listrik mengalir dalam kumparan magnetnya, maka akan dibangkitkan suatu medan magnet yang menarik tangkai angkernya dari besi ke teras magnet. Mata-mata kontak pada angker dan rangka relainya kemudian menutup dan melengkapi sirkuit antara terminal-terminal A dan B. Apabila magnet itu dimatikan pendayaannya, maka pegas pembalik akan mengembalikan angker ke posisi terbuka dan mata-mata kontaknya akan terbuka, sehingga terputuslah sirkuitnya antara terminal-terminal A dan B.
Dalam gambar 2.17 hanya diperlihatkan satu pasangan mata kontak, tetapi banyaknya pasangan mata kontak itu dapat saja dibuat lebih sesuai dengan kebutuhan sirkuitnya.
Relai yang digambarkan di sebelah kiri disebut relai normal terbuka, karena kontaknya terbuka pada waktu tidak diberi tegangan. Relai di sebelah kanan adalah relai normal tertutup karena kontak-kontaknya tertutup bila relai tidak mendapat suplai tegangan. Jika relai itu diberi tegangan, maka angkernya tertarik ke magnet dan kontak-kontaknya membuka sehingga sirkuit antara terminal A dan B menjadi terputus.
BAB III
RANCANG BANGUN PERALATAN
3.1 Deskripsi Kerja
Sistem pengolahan air limbah yang dimaksudkan disini adalah sistem pengolahan limbah tinja/kotoran manusia. Di mana sistem pengolahan limbah tinja ini sangat penting peranannya guna untuk mencegah pencemaran lingkungan terutama pada sumber-sumber air tanah, hal ini banyak di temui pada kawasan perkotaan karena banyaknya gedung-gedung bertingkat seperti Jakarta. Dengan menggunakan kontrol PLC maka pengoperasian sistem pengolahan air limbah ini akan lebih efisien dibandingkan dengan sistem kontrol konvensional mengingat banyak dari para teknisi yang komplen karena jijik atau malas harus setiap hari mengontrol dan mengawasi bekerjanya peralatan pengolahan air limbah ini. Maka dengan kontrol PLC ini tentunya lebih memudahkan para teknisi untuk mengoperasikan dan mengawasi bekerjanya peralatan pengolahan air limbah ini. Adapun cara kerja kontrol PLC ini pada sistem pengolahan air limbah ini adalah sebagai berikut :
Saat tombol START ditekan, kran KRAN_KURAS akan tertutup sedangkan kran KRAN_ISI mulai terbuka, cairan dan tinja mulai mengalir mengisi bak pengaduk/mixer. Jika air mencapai sensor atas S_ATAS, maka kran KRAN_ISI