• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Komposisi Bahan Baku Sebelum dan Setelah Dikomposkan

Bahan baku yang dikomposkan memiliki kandungan C/N rasio yang berbeda (Tabel 2). Pengomposan terhadap bahan baku (raw material) selama 20 hari menghasilkan kondisi C/N rasio, asam humat, dan asam fulvat yang saling berbeda pula (Tabel 3).

Tabel 2 Komposisi Bahan Baku Daun Gamal, Daun Avicennia dan Batang Pisang Sebelum Dikomposkan

Komposisi Jenis Bahan Baku

Daun Gamal Daun Avicennia Batang Pisang

C (%) 54,06 50,99 52,79

N (%) 3,51 2,01 0,61

C/N rasio 15,40 25,37 86,54

Tabel 3 Komposisi Daun Gamal, Daun Avicennia dan Batang Pisang Setelah Dikomposkan

Komposisi Jenis Kompos

Daun Gamal Daun Avicennia Batang Pisang

C (%) 45,67 34,19 48,78

N (%) 3,05 2,08 2,69

C/N rasio kompos 14,97 18,13 16,44

Asam humat (%) 3,84 1,55 2,84

Asam fulvat (%) 6,45 2,82 6,53

Tabel 2 menunjukan bahwa C/N rasio pada ketiga bahan baku yang digunakan saling berbeda. C/N rasio bahan baku ini mempengaruhi lamanya waktu untuk pendegradasian bahan baku dan komposisi kompos yang dihasilkan. Pengomposan yang dilakukan selama 60 hari ternyata mampu menurunkan C/N rasio sehingga berada pada nilai dibawah 20. Pada bahan baku batang pisang, C/N rasionya sangat tinggi dan kurang ideal untuk dibuat kompos karena membutuhkan waktu yang lama untuk mendekomposisi. Namun waktu

pengomposan selama 60 hari ternyata cukup mampu merombak bahan baku batang pisang menjadi kompos dengan C/N rasio kompos dibawah 20.

Perbedaan C/N rasio setiap kompos sebagai hasil aktivitas bakteri perombak (heterotrof) saling berbeda karena C/N rasio bahan baku yang saling berbeda pula. Bakteri heterotrof merupakan bakteri yang memanfaatkan kandungan karbon pada bahan baku sebagai sumber energi dan nitrogen untuk sintesis protein. C/N rasio kompos merupakan hasil akhir perombakan karbon dan nitrogen bahan baku oleh bakteri.

(Kompos Daun Gamal) (Kompos Daun Avicennia) (Kompos Batang Pisang) Gambar 8. Penampakan Bahan Baku Setelah Dikomposkan

Asam humat dan asam fulvat merupakan substansi humus yang terdapat pada kompos disamping humin. Berdasarkan Tabel 3, Nilai asam humat pada kompos daun gamal lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya sedangkan asam fulvat kompos daun gamal dan batang pisang tidak terlalu berbeda jauh. Asam humat dan fulvat pada daun avicennia merupakan yang paling rendah. Kandungan asam humat dan asam fulvat memiliki kemampuan mengadsorpsi logam berat oleh kompos karena gugus fungsi pada kedua substansi tersebut. Hermana dan Nurhayati (2010) menyatakan bahwa substansi humus berupa asam humat dan asam fulvat memiliki kapasitas untuk membentuk kompleks dengan logam melalui pembentukan senyawa kompleks dan chelate. Selain asam humat dan asam fulvat kandungan substansi humus lainnya yaitu humin. Humin merupakan subtansi yang ikut berperan dalam pengikatan logam berat karena pada humin juga terkandung gugus fungsi pengikat logam berat.

Minimalisasi Logam Berat Timah Hitam (Pb) Oleh Kompos

Konsentrasi awal logam berat di air pada awal perlakuan yang terukur dengan menggunakan Atomic Absorben Spectrofotometer (AAS) yaitu sebesar 6,7964 mg/l. Konsentrasi awal Pb pada semua percobaan sama. Hasil yang diharapkan dari percobaan setiap jenis kompos dalam meminimalisasi logam Pb adalah dosis terbaik dalam meminimalisasi logam Pb di air.

Minimalisasi Logam Berat Pb Oleh Kompos Daun Gamal

Jumlah logam Pb tersisa di air oleh proses minimalisasi kompos daun gamal menunjukan jumlah yang semakin sedikit dengan semakin banyaknya dosis dan semakin lamanya waktu pengamatan (Tabel 4).

Tabel 4 Data Rata-Rata Konsentrasi Logam Berat Timah Hitam (Pb) Yang Tersisa di Air Oleh Proses Minimalisasi Kompos Daun Gamal Pada Berbagai Dosis Kompos dan Waktu Pengamatan

Dosis Kompos

(gr/l)

Konsentrasi Rata-rata Logam Berat Pb Yang Tersisa di Air Pada Setiap Waktu Pengamatan (mg/l)

1 Jam 8 Jam 16 Jam 24 Jam

0a 6,7948±0 6,8545±0,1232 6,8326±0,1431 6,8855±0,1089 5b 2,4733±0,3006 0,8531±0,0439 0,6911±0,0379 0,5416±0,0352 9c 0,7254±0,1628 0,2668±0,0647 0,2460±0,0899 0,2082±0,0430 13c 0,4716±0,0728 0,2486±0,0413 0,2608±0,0169 0,2193±0,0453

Keterangan : Huruf superscript yang sama dibelakang jumlah dosis menunjukan tidak berbeda

nyata

Berdasarkan Tabel 4 dapat dibuat grafik konsentrasi rata-rata logam berat Pb yang tersisa di air oleh proses minimalisasi kompos daun gamal pada setiap dosis dan waktu pengamatan. Grafik ini disajikan pada Gambar 9.

Percobaan minimalisasi logam berat Pb dengan menggunakan kompos daun gamal menunjukan bahwa kompos daun gamal mampu mengadsorpsi logam berat Pb yang terlihat dari rendahnya logam Pb tersisa di air. Ada kecenderungan bahwa semakin banyak dosis kompos dengan waktu pengamatan yang lebih lama menyebabkan jumlah logam berat Pb yang tersisa semakin sedikit. Berdasarkan uji statistik didapatkan bahwa terdapat perbedaan antar dosis kompos, ada pengaruh waktu pengamatan dan ada interaksi dosis kompos dengan waktu pengamatan dalam proses minimalisasi logam Pb di air. Uji lanjut dengan menggunakan uji duncan menunjukan bahwa dosis kompos 0 gr/l berbeda nyata dengan dosis 5 gr/l, 9 gr/l dan 13 gr/l. Dosis kompos 5 gr/l juga berbeda nyata dengan dosis 9 gr/l dan 13 gr/l. Tetapi dosis kompos 9 gr/l tidak berbeda nyata dengan 13 gr/l. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa dosis kompos daun gamal sebesar 9 gr/l adalah dosis terbaik dalam meminimalisasi logam berat Pb di air. Uji statistik percobaan kompos daun gamal terdapat pada Lampiran 5.

Grafik pada Gambar 9 menunjukan bahwa terjadi penurunan jumlah logam berat Pb yang tersisa di air oleh pengaruh dosis dan lamanya waktu pengamatan. Dosis yang berbeda menyebabkan jumlah logam Pb yang tersisa di air juga berbeda. Dosis kompos 0 gr/l (tanpa kompos) merupakan dosis yang menyisakan logam Pb paling tinggi. Dosis 5 gr/l terlihat sedikit lebih tinggi dalam menyisakan logam Pb bila dibandingkan dengan dosis 9 gr/l dan 13 gr/l sedangkan antara Gambar 9 Grafik Jumlah Pb Tersisa di Air Oleh Proses Minimalisasi Kompos

dosis 9 gr/l dan 13 gr/l terlihat tidak terlalu berbeda. Perbedaan yang terjadi antar dosis ini menunjukan bahwa jumlah dosis kompos sebagai bahan adsorpsi memberikan berpengaruh terhadap logam Pb tersisa di air. Dosis kompos berpengaruh karena pada dosis yang lebih rendah kandungan substansi humus (asam humat, asam fulvat dan humin) terlalu sedikit untuk dapat mengikat logam Pb di air. Pada dosis 9 gr/l dengan 13 gr/l tidak terlalu berbeda dikarenakan kapasitas maksimum adsorpsi logam Pb sudah terjadi pada dosis 9 gr/l. Berdasarkan grafik 9 terlihat pula bahwa pada setiap dosis kompos, sisa logam Pb di air pada waktu pengamatan 1 jam lebih tinggi dibandingkan waktu pengamatan selanjutnya. Terjadinya hal ini dikarenakan stabilitas adsorpsi Pb oleh gugus fungsi kompos pada waktu pengamatan 1 jam belum terjadi. Seiring dengan waktu pengamatan yang semakin lama, stabilitas adsorpsi semakin tinggi.

Minimalisasi Logam Berat Pb Oleh Kompos Daun Avicennia

Hasil percobaan dengan menggunakan kompos daun avicennia menunjukan bahwa terjadi penurunan konsentrasi logam berat pada setiap dosis dan waktu pengamatan yang berbeda ( Tabel 5).

Tabel 5 Data Rata-Rata Konsentrasi Logam Berat Timah Hitam (Pb) Yang Tersisa di Air Oleh Proses Minimalisasi Kompos Daun Avicennia Pada Berbagai Dosis Kompos dan Waktu Pengamatan

Dosis Kompos

(gr/l)

Konsentrasi Rata-rata Logam Berat Pb Yang Tersisa di Air Pada Setiap Waktu Pengamatan(mg/l)

1 Jam 8 Jam 16 Jam 24 Jam

0a 6,7948±0 6,8545±0,1232 6,8326±0,1431 6,8855±0,1089 5b 2,8185±1,8229 1,4135±0,4089 1,0087±0,1867 0,8913±0,1874 9b 2,4630±0,7159 0,9854±0,0627 0,8941±0,0559 0,8911±0,0428 13b 3,3674±1,6558 1,3660±0,5467 1,0544±0,3361 0,8660±0,2050

Keterangan : Huruf superscript yang sama dibelakang jumlah dosis menunjukan tidak berbeda

nyata

Berdasarkan Tabel 5 dapat dibuat grafik konsentrasi rata-rata logam berat Pb yang tersisa di air oleh proses minimalisasi kompos daun avicennia pada berbagai dosis dan waktu pengamatan. Grafik ini disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10 Grafik Jumlah Pb Tersisa di Air Oleh Proses Minimalisasi Kompos Daun Avicennia Pada Berbagai Dosis Kompos dan Waktu Pengamatan

Minimalisasi logam berat Pb pada percobaan dengan menggunakan kompos daun avicennia berdasarkan Tabel 5 didapatkan bahwa logam berat Pb mampu diminimalisasi oleh kompos daun avicennia. Uji statistik menunjukan bahwa terdapat perbedaan antar dosis kompos. Selain itu waktu pengamatan juga berpengaruh namun tidak ada interaksi dosis kompos dengan waktu pengamatan. Uji lanjut dengan menggunakan uji duncan didapatkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara dosis kompos 0 gr/l (kontrol) dengan dosis kompos 5 gr/l, 9 gr/l dan 13 gr/l dalam meminimalisasi jumlah logam berat Pb yang tersisa di air. Tetapi dosis kompos 5 gr/l, 9 gr/l dan 13 gr/l tidak berbeda nyata. Bedasarkan uji statistik ini maka dosis kompos daun avicennia yang terbaik dalam meminimalisasi logam berat Pb adalah 5 gr/l. Uji statistik percobaan kompos daun gamal terdapat pada Lampiran 6.

Grafik pada Gambar 10 menunjukan bahwa terjadi perbedaan signifikan antara tidak digunakan kompos (dosis 0 gr/l) dengan digunakannya kompos dosis 5 gr/l, 9 gr/l dan 13 gr/l. Pada dosis kompos 5 gr/l, 9 gr/l dan 13 gr/l terlihat tidak terlalu berbeda jumlah Pb tersisa di air terutama pada waktu pengamatan 24 jam. Tidak terjadinya perbedaan ini karena kandungan substansi humus sebagai substansi pengikat logam Pb pada setiap dosis tidak jauh berbeda. Berdasarkan grafik 10 terlihat pula bahwa pada setiap dosis kompos, waktu pengamatan 1 jam

lebih tinggi dibandingkan waktu pengamatan 8 jam, 16 jam dan 24 jam. Terjadinya hal ini karena terkait dengan stabilitas adsorpsi. Pada waktu pengamatan 1 jam, kontak antara logam Pb dengan kompos belum optimal sehingga banyak logam Pb yang tersisa di air dan belum terikat di kompos. Semakin lama berlangsungnya kontak antara kompos dengan logam Pb di air (waktu pengamatan) maka proses adsorpsi logam Pb oleh kompos semakin optimal dan stabil.

Minimalisasi Logam Berat Pb Oleh Kompos Batang Pisang

Percobaan dengan menggunakan kompos batang pisang ternyata mampu meminimalisasi logam Pb pada media air. Perbedaan dosis dan waktu pengamatan memiliki pengaruh terhadap proses adsorpsi logam berat Pb ( Tabel 6).

Tabel 6 Data Rata-Rata Konsentrasi Logam Berat Timah Hitam (Pb) Yang Tersisa di Air Oleh Proses Minimalisasi Kompos Batang Pisang Pada Berbagai Dosis Kompos dan Waktu Pengamatan

Dosis Kompos

(gr/l)

Konsentrasi Rata-rata Logam Berat Pb Yang Tersisa di Air Pada Setiap Waktu Pengamatan (mg/l)

1 Jam 8 Jam 16 Jam 24 Jam

0a 6,7948±0 6,8545±0,1232 6,8326±0,1431 6,8855±0,1089 5b 3,1909±1,1852 1,4500±1,3839 1,5385±0,8195 1,2321±0,5338 9c 0,8672±0,3332 0,3162±0,0396 0,2573±0,0729 0,2462±0,0477 13c 0,5351±0,1671 0,2797±0,0125 0,2457±0,0370 0,2189±0,0171

Keterangan : Huruf superscript yang sama dibelakang jumlah dosis menunjukan tidak berbeda

nyata

Berdasarkan Tabel 6 dapat dibuat grafik konsentrasi rata-rata logam berat Pb yang tersisa di air oleh proses minimalisasi kompos daun avicennia pada berbagai dosis dan waktu pengamatan. Grafik ini disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11 Grafik Jumlah Pb Tersisa di Air Oleh Proses Minimalisasi Kompos Batang Pisang Pada Berbagai Dosis Kompos dan Waktu Pengamatan Percobaan kompos batang pisang untuk meminimalisasi logam berat Pb di air menunjukan bahwa logam berat Pb mampu diminimalisasi oleh kompos batang pisang. Konsentrasi logam berat Pb di air semakin berkurang seiring dengan semakin banyaknya dosis kompos dengan waktu pengamatan yang lebih lama. Secara statistik terdapat perbedaan antar dosis kompos, waktu pengamatan berpengaruh dan ada interaksi antara dosis kompos dengan waktu penamatan. Uji lanjut dengan menggunakan uji duncan didapatkan bahwa dosis kompos 0 gr/l (kontrol) berbeda nyata dengan dosis 5 gr/l, 9 gr/l dan 13 gr/l. Dosis kompos 5 gr/l juga berbeda nyata dengan dosis 9 gr/l dan 13 gr/l. Tetapi dosis kompos 9 gr/l tidak berbeda nyata dengan 13 gr/l. Dengan demikian maka dosis kompos 9 gr/l adalah dosis kompos batang pisang terbaik dalam meminimalisasi logam berat Pb di air. Uji statistik kompos batang pisang terdapat pada Lampiran 7.

Grafik pada Gambar 11 memperlihatkan bahwa perbedaan dosis dan lamanya waktu pengamatan menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah logam Pb yang tersisa di air. Dosis 0 gr/l (tanpa kompos) menyisakan logam berat Pb di air sangat tinggi dan berbeda nyata dengan dosis 5 gr/l, 9 gr/l dan 13 gr/l. Ini menunjukan bahwa kompos dengan dosis 5 gr/l, 9 gr/l dan 13 gr/l mampu meminimalisasi logam Pb di air. Pada dosis 5 gr/l masih menyisakan logam Pb yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis 9 gr/l dan 13 gr/l. Namun dosis 9 gr/l dan 13 gr/l terlihat tidak berbeda nyata. Hal ini berarti dosis 5 gr/l merupakan

dosis yang masih terlalu rendah untuk meminimalisasi logam Pb di air. Pada dosis 9 gr/l dan 13 gr/l terlihat bahwa terdapat kapasitas maksimum jumlah kompos dalam meminimalisasi Pb yaitu sebesar 9 gr/l. Berdasarkan grafik 9 terlihat pula bahwa pada setiap dosis kompos, kecenderungan waktu pengamatan yang semakin lama menyebabkan jumlah logam Pb tersisa semakin rendah. Hal ini terkait dengan stabilitas adsorpsi yang dipengaruhi oleh lamanya waktu pengamatan.

Perbandingan Antar Jenis Kompos Dalam Minimalisasi Logam Pb di Air Perbandingan minimalisasi logam Pb antar jenis kompos dilakukan untuk membandingkan dosis kompos terbaik pada setiap jenis kompos. Uji ini untuk melihat apakah terdapat perbedaan antar kompos dalam meminimalisasi logam Pb di air. Uji perbandingan yang digunakan adalah uji t sampel independen. Uji t sampel independen antara jenis kompos daun gamal dosis 9 gr/l dengan kompos daun avicennia dosis 5 gr/l menunjukan terjadi perbedaan antara kedua jenis kompos tersebut. Tetapi uji t sampel independen antara kompos daun gamal dosis 9 gr/l dengan kompos batang pisang dosis 9 gr/l tidak berbeda nyata. Kemudian uji t sampel independen jenis kompos daun avicennia dosis 5 gr/l dengan kompos batang pisang dosis 9 gr/l menunjukan terjadi perbedaan diantara kedua kompos tersebut. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa jenis kompos daun gamal dosis 9 gr/L dan kompos batang pisang dosis 9 gr/l adalah jenis kompos terbaik dalam meminimalisasi logam berat Pb di air. Uji t sampel independen antar jenis kompos daun gamal dosis 9 gr/l, kompos daun avicennia dosis 5 gr/l dan kompos batang pisang dosis 9 gr/l terdapat pada Lampiran 8, 9 dan 10.

Kualitas Air Selama Perlakuan Kompos

Kualitas air selama proses adsorpsi logam berat oleh kompos pada saat awal dan akhir menunjukan hasil yang berbeda. Hal ini tergantung dari banyak sedikitnya kompos yang digunakan sebagai bahan adsorpsi logam berat. Pada saat awal sebelum diberikan perlakuan dengan kompos, kualitas air pada semua perlakuan jenis kompos dan dosis kompos adalah sama. Nilai pH pada air saat awal ini rendah yang diakibatkan penggunaan larutan Pb standar yang bersifat

asam kedalam air. Tabel 7 menunjukan kualitas air sebelum diberikan perlakuan kompos. Setelah diberikan perlakuan dosis kompos selama 24 jam, kualitas air pada masing-masing jenis kompos dan dosis menunjukan nilai yang saling berbeda (Tabel 8).

Tabel 7 Kualitas Air Pada Saat Awal Sebelum Diberikan Perlakuan Kompos pH DO (mg/l) TOM (mg/l) Ammonia (mg/l)

3 3,5 0,5 0

Tabel 8 Kualitas Air Pada Saat Akhir (24 jam) Setelah Perlakuan Kompos

Jenis Kompos Dosis kompos (gr/l) Asam Humat (gr/l) Asam Fulvat (gr/l) Pb tersisa di air pH DO (mg/l) TOM (mg/l) Ammonia (mg/l) Daun Gamal 0 0 0 6,7964 3 3,8 0,50 0 5 0,192 0,3225 0,5416 4,0 4,1 7,15 5 9 0,3456 0,5805 0,2028 5,7 4,1 6,40 3 13 0,4992 0,8385 0,2193 5,7 4,0 6,06 0,25 Daun Avicennia 0 0 0 6,8172 3 3,9 0,50 0 5 0,0775 0,141 0,8913 6,0 4,1 4,09 0,25 9 0,1395 0,2538 0,8911 6,8 4,0 7,45 1,5 13 0,2015 0,3666 0,8660 7,1 4,0 7,67 1,5 Batang Pisang 0 0 0 6,7675 3 3,8 0,50 0,25 5 0,142 0,3265 1,2321 4,2 3,9 8,10 3 9 0,2556 0,5877 0,2462 6,8 4,0 6,42 0,25 13 0,3692 0,8489 0,2128 7,0 3,9 7,37 3

Perbandingan antara kualitas air awal dengan akhir perlakuan menunjukan bahwa terjadi perubahan kualitas air akibat perlakuan kompos. Nilai pH pada saat awal dan akhir perlakuan kompos meningkat. Hal ini dikarenakan kompos memiliki kemampuan untuk menaikan pH karena kompos memiliki banyak gugus fungsi negatif yang dapat mengikat ion H+(penyebab pH rendah) pada air. Selain itu ion-ion positif (kation) pada kompos dapat lepas ke air yang dapat meningkatkan pH air. Disisi lain nilai TOM (Total Organic Matter) juga mengalami kenaikan. Kenaikan ini disebabkan karena pada saat akhir perlakuan kondisi air lebih keruh yang diakibatkan bahan organik kompos. Pada komponen ammonia, hampir semua kualitas air pada setiap dosis kompos, nilai ammonia meningkat. Peningkatan ini terjadi karena pengaruh kompos.

Secara umum kualitas air saat akhir perlakuan kompos masih layak digunakan untuk pemeliharaan ikan kecuali pada tanpa kompos ( dosis 0 gr/l), kompos daun gamal dosis 5 gr/l dan batang pisang dosis 5 gr/l. Pada kedua dosis kompos ini nilai pH berada dibawah kisaran toleransi ikan lele dumbo (pH<5).

Berdasarkan analisis korelasi untuk melihat hubungan antara Jumlah Pb tersisa di air dengan pH, DO, TOM dan ammonia didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara penurunan Pb di air terhadap pH, DO, TOM dan ammonia. Hal ini menunjukan bahwa Jumlah Pb tersisa di air bukan disebabkan oleh parameter kualitas air tersebut namun oleh peran substansi humus yang terdapat pada kompos. Analisis korelasi pH, DO, TOM dan ammonia dengan Kandungan Pb di air tersaji dalam Lampiran 12, 13, 14, dan 15.

Analisis korelasi antar kandungan asam humat dan asam fulvat di kompos dengan kandungan logam Pb di air menunjukan bahwa terdapat hubungan antara asam humat dan asam fulvat dengan kandungan Pb di air. Hal ini menunjukan bahwa asam humat dan asam fulvat berperan dalam proses minimalisasi logam Pb di air. Analisis korelasi asam humat dan asam fulvat dengan kandungan Pb di air tersaji dalam Lampiran 16 dan 17.

Pemeliharaan Ikan

Proses pemeliharaan ikan dilakukan dengan menggunakan media air yang logam beratnya sudah diadsorpsi oleh kompos selama 24 jam. Proses pemeliharaan ikan dilakukan selama 30 hari menghasilkan kondisi ikan sebagaimana yang terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9 Kondisi Ikan Selama Proses Pemeliharaan 30 hari Jenis Kompos Dosis Kompos (gr/l) Rata-rata pH air Pb Tersisa di Air (mg/l) Pb di tubuh Ikan (mg/kg) Rata-rata Kelangsu-ngan Hidup (%) Rata-rata Pertumbuhan Harian (%) Daun Gamal 0 3 6,7964 - 0 0 5 4.25 0,5416 0,0646 26,67 7,58 9 5.6 0,2028 0,0068 93,3 11,07 13 5.55 0,2193 0,0060 93,3 11,36 Daun Avicennia 0 3 6,8172 - 0 0 5 5.9 0,8913 0,0073 93,3 11,28 9 6.1 0,8911 0,0070 80 11,63 13 7.2 0,8660 0,0087 100 11,17 Batang Pisang 0 3 6,7675 - 0 0 5 4.45 1,2321 0,0730 26,67 5,46 9 6.2 0,2462 0,0049 100 10,69 13 6.55 0,2128 0,0068 100 11,47

Pemeliharaan ikan pada sebagian besar perlakuan menghasilkan tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan yang cukup baik (diatas 75%). Pada air hasil perlakuan tanpa kompos (dosis 0 gr/l), tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhannya adalah yang paling rendah (nol). Hal ini disebabkan karena kualitas pH yang sangat rendah. Selain itu, tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan yang rendah lainnya terdapat pada perlakuan kompos daun gamal dengan dosis 5 gram dan kompos batang pisang dengan dosis 5 gram. Penyebab rendahnya kedua perlakuan ini dikarenakan rendahnya kualitas air yang digunakan (kualitas air awal) untuk memelihara ikan. Rendahnya kualitas air terlihat dari nilai pH awal yang berada jauh dibawah 5.

Pada perlakuan yang lain selain perlakuan kompos daun gamal dosis 5 gram dan batang pisang dosis 5 gram, tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan cukup baik (diatas 75%) bahkan ada yang sampai 100%. Hal ini menunjukan bahwa secara prinsip penggunaan kompos sebagai bahan perlakuan untuk mengurangi logam berat di media budidaya tidak terlalu mempengaruhi proses dan hasil kegiatan budidaya ikan.

Pengukuran laju pertumbuhan harian pada masing-masing perlakuan menunjukan hasil yang tinggi yang cukup baik. Laju pertumbuhan rendah hanya terdapat pada kontrol yang kelangsungan hidupnya nol, serta perlakuan kompos daun gamal dan batang pisang dengan dosis masing-masing 5 gram. Hal ini menunjukan bahwa laju pertumbuhan harian berkorelasi dengan kelangsungan hidup pada ikan.

Berdasarkan analisis korelasi untuk melihat hubungan antara kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan terhadap Pb tersisa di air dan pH ternyata kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh pH bukan karena Pb tersisa di air. Ada korelasi antara pH dengan kelangsungan hidup sedangkan korelasi antara Pb tersisa dengan kelangsungan hidup tidak terjadi. Pada hubungan antara pH dan Pb tersisa di air dengan laju pertumbuhan ternyata pH dan Pb tersisa di air tidak memiliki hubungan dengan laju pertumbuhan. Terhambatnya laju pertumbuhan dimungkinkan dipengaruhi oleh nafsu makan ikan terhadap pakan yang diberikan. Analisis korelasi antara pH dengan kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan, Pb

tersisa di air dengan kelangsungan hidup dan pertumbuhan terdapat pada Lampiran 18, 19, 20, dan 21.

Selain itu, Jumlah Pb tersisa di air secara keseluruhan masih berada diatas ambang batas maksimum sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP No. 20 tahun 1990). Berdasarkan peraturan tersebut dijelaskan bahwa baku mutu kualitas air untuk peruntukan perikanan pada logam berat Pb adalah 0,03 mg/l. Namun ikan yang dipelihara selama 30 hari pada air tersebut ternyata jumlah konsentrasi Pb yang intrusi kedalam tubuh ikan budidaya nilainya masih berada dibawah ambang batas SNI (Standard Nasional Indonesia). Berdasarkan SNI 7387:2009 dinyatakan bahwa batas maksimum kandungan Pb pada ikan adalah 0,4 mg/Kg. Oleh karena itu penggunaan benih ikan lele dumbo yang dipelihara dengan menggunakan air hasil perlakuan kompos aman untuk digunakan.

Kualitas Air Selama Proses Pemeliharaan Ikan

Kualitas air selama pemeliharaan ikan lele dumbo di akuarium menggunakan media air hasil perlakuan kompos menunjukan kisaran parameter yang ditunjukan pada Tabel 10.

Tabel 10 Kisaran Parameter Kualitas Air Selama Pemeliharaan Ikan Jenis Kompos Dosis kompos

(gr/l) pH DO (mg/l) TOM (mg/l) Ammonia (mg/l) Daun Gamal 0 3 3,8-4,0 0,50-2,30 1,5 5 4,0-4,5 3,8-4,1 7,15-7,88 0,25-5 9 5,5-5,7 4,0-4,1 6,40-6,13 3-5 13 5,4-5,7 3,9-4,0 6,06-6,21 0,25-5 Daun Avicennia 0 3 3,8-3,9 0,50-2,30 1,5 5 5,8-6,0 3,8-4,1 3,94-4,09 0,25-5 9 5,5-6,7 4,0-4,1 5,18-7,45 1,5-5 13 7,1-7,3 3,8-4,0 5,04-7,67 0-5 Batang Pisang 0 3 3,8-3,9 0,50-2,30 1,5 5 4,2-4,7 3,8-3,9 6,94-8,10 0,25-3 9 5,9-6,5 3,9-4,0 6,42-9,64 0,25-5 13 6,1-7,0 3,8-3,9 6,28-7,37 3-5 Kualitas air selama proses pemeliharaan ikan menunjukan kisaran yang masih dapat ditoleransi oleh ikan lele dumbo untuk hidup kecuali pada beberapa air hasil perlakuan. Air tanpa perlakuan kompos (dosis 0 gr/l) menghasilkan

kualitas air yang paling rendah. Disamping itu, air hasil perlakuan kompos daun gamal dan batang pisang dengan dosis 5 gr/l juga memiliki kualitas air terutama pH yang rendah yaitu dibawah 5. Padahal menurut Udeze et al. (2012), kisaran toleransi pH ikan lele dumbo adalah 5 – 10.

Pembahasan

Bahan organik dapat disebut sebagai kompos jika telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme dan memenuhi karakteristik diantaranya yaitu warnanya berubah menjadi coklat kehitaman dan berbau tanah serta memiliki C/N rasio 10 – 20 (SNI 19-7030-2004). Pengomposan selama 2 bulan terhadap tiga bahan baku tumbuhan dengan karakteristik dan C/N rasio yang berbeda pada penelitian ini telah berhasil mencapai kondisi kompos yang diharapkan. C/N rasio merupakan perbandingan antara kandungan karbon (C) dan nitrogen (N) pada suatu bahan. Karbon dan nitrogen merupakan unsur yang dibutuhkan oleh bakteri untuk mendegradasi suatu bahan organik. C/N rasio bahan baku yang ideal untuk pengomposan adalah 20 – 30. Daun gamal pada penelitian ini memiliki C/N rasio

Dokumen terkait