• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik umum arus dekat-dasar berdasarkan time domain

Pola sebaran temporal kecepatan arus rataan harian dekat-dasar (kedalaman 724 m) di Laut Halmahera pada selang waktu Juli 2010 – Desember 2012 ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5 memperlihatkan hasil pengukuran kecepatan komponen arus zonal ( ) dan komponen arus meridional di dekat-dasar. Kecepatan komponen arus meridional mencapai 0,4 m/s, sedangkan komponen arus zonal mencapai 0,31 m/s (Tabel 2). Hal ini mengindikasikan bahwa kecepatan arus dekat-dasar (kedalaman 724 m) lebih cenderung bergerak ke arah utara-selatan dibandingkan ke arah timur-barat.

Gambar 5 Grafik Sebaran temporal kecepatan komponen arus dekat-dasar di Laut Halmahera (grafik warna merah menunjukkan komponen arus meridional, warna biru menunjukkan komponen arus zonal).

Statistika deskriptif arus total dan arus bulanan dari data komponen arus zonal dan komponen arus meridional selama periode mooring memperlihatkan nilai minimum, maksimum, rata-rata dan simpangan baku yang disajikan pada Tabel 1 dan 2. Berdasarkan Tabel 2, komponen arus zonal mencapai kecepatan minimum pada bulan Juni dan mencapai kecepatan maksimum pada bulan Februari dan November. Sedangkan kecepatan komponen arus meridional mencapai minimum pada bulan April dan mencapai kecepatan maksimum pada bulan Maret.

15 Tabel 1 Tabel deskripsi statistik arus total dari data deret waktu komponen arus zonal dan komponen arus meridional selama periode mooring (Juli 2010 – Des 2012)

Tabel 2 Tabel deskripsi statistik arus bulanan dari data deret waktu komponen arus zonal dan komponen arus meridional.

Gambar 6 memperlihatkan pola sebaran arah dan kecepatan arus dekat-dasar yang ditampilkan berupa stickplot. Arus dekat-dasar dominan bergerak menuju ke arah barat laut. Hal ini disebabkan oleh posisi mooring yang ditambatkan berdekatan dengan lereng di perairan Halmahera, sehingga arah arus cenderung menyusuri lereng ke arah barat laut (Gambar 3 B). Tidak teraturnya topografi dasar perairan Halmahera antara lain adanya lereng yang ditemukan di dekat lokasi mooring membuat arah aliran massa air berubah dari kondisi alirannya yang semula.

ARUS TOTAL

Komponen Arah Komponen Arah (m/s) (m/s)

Min 0,01 Timur 0,01 Selatan Max 0,31 Barat 0,39 Utara Mean 0,17 Barat 0,18 Utara Standar Deviasi 0,04 0,06

-Bulan

Min Max Mean Standar Deviasi

U (m/s) V (m/s) U (m/s) V (m/s) U (m/s) V (m/s) U (m/s) V (m/s) Jan 0,03 0,05 0,26 0,32 0,17 0,18 0,04 0,06 Feb 0,14 0,06 0,30 0,31 0,20 0,20 0,04 0,04 Mar 0,07 0,02 0,27 0,39 0,18 0,20 0,04 0,09 Apr 0,12 0,01 0,24 0,37 0,17 0,18 0,03 0,07 Mei 0,03 0,06 0,22 0,31 0,16 0,20 0,04 0,06 Juni 0,01 0,07 0,25 0,37 0,14 0,19 0,05 0,06 Juli 0,05 0,11 0,23 0,28 0,16 0,19 0,04 0,04 Agst 0,07 0,09 0,25 0,33 0,16 0,19 0,03 0,06 Sept 0,13 0,02 0,24 0,33 0,19 0,16 0,02 0,06 Okt 0,10 0,07 0,25 0,26 0,17 0,15 0,03 0,05 Nov 0,10 0,06 0,31 0,26 0,18 0,15 0,04 0,04 Des 0,07 0,06 0,24 0,28 0,17 0,17 0,03 0,04

16

Gambar 6 Plot vektor arus yang ditampilkan setiap satu tahun, atas (2010), tengah (2011) dan bawah (2012).

Ada beberapa arus yang berperan dalam mentranspor massa air ke Laut Halmahera, arus-arus tersebut yaitu South Equatorial Current (SEC), New Guinea Coastal Current (NGCC) dan New Guinea Coastal Under Currrent (NGCUC), (Lukas et al., 1991; Wijffels et al., 1995; Cresswell and Luick, 2001). Beragam arus ini berperan sesuai dengan fungsinya dalam mentranspor massa air dari permukaan hingga dekat-dasar perairan. Massa air dekat-dasar di Laut Halmahera dipengaruhi oleh massa air South Pacific Intermediate Water (SPIW) yang muncul di Laut Halmahera rata - rata pada kedalaman 750 m serta dominan mengalir di antara Pulau Halmahera dan Pulau Obi (terus ke Laut Maluku bagian timur) (Hadikusumah, 2010). South Pacific Intermediate Water (SPIW) yang

merupakan massa air yang dibawa oleh arus New Guinea Coastal Current (NGCC)

dan arus South Equatorial Current (SEC) (Tomczak and Godfrey, 1994). Massa air

south Pacific tropical water (SPTW) dan massa air Antarctic Intermediate Water (AAIW) yang dibawa oleh arus New Guinea Under Current (NGCUC) menuju Laut Seram melewati celah antara pulau Halmahera dan Papua Nugini (Tsuchiya et al., 1989; Kanekoetal, 1998; Kawabe et al., 2008).

Pola sebaran arus yang dominan mengarah ke arah barat laut diduga masih dipengaruhi oleh arus New Guinea Coastal Under Current (NGCUC) dan arus South Equatorial Current (SEC) yang mengalir ke arah barat laut sepanjang tahun dan membawa massa air dari Pasifik selatan atau massa air South Pacific Intermediate Water (SPIW) yang bergerak ke arah Laut Halmahera lewat utara Pulau Papua dan terletak di lapisan dalam (Wyrtki, 1961), (Tomczak and Godfrey, 1994) dan (Ffield, 1994). Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Cresswell et al. (2001) setelah melakukan pengukuran arus dengan mooring current meter pada kedalaman 400 m, 700 m dan 900 m di Laut Halmahera mengungkapkan bahwa arah arus pada kedalaman 700 m bergerak ke arah selatan, masuk lewat Laut

17 Halmahera ke wilayah perairan Indonesia dengan kecepatan 9 cm/s. Aliran arus ini juga dipengaruhi oleh arus New Guinea Coastal Under Current (NGCUC).

Variabilitas arus dekat-dasar

Hasil analisis transformasi wavelet kontinyu (CWT) dari data harian arus komponen zonal dan arus komponen meridional dekat-dasar di Laut Halmahera (Gambar 7), menunjukkan adanya fluktuasi pada periode dua mingguan (biweekly) dan intra-musiman (20-60 hari) dari total arus dekat-dasar. Fluktuasi pada periode intra-musiman, terlihat sangat kuat ditunjukkan dengan koefisen wavelet yang tinggi (warna merah menunjukkan koefiesien wavelet yg tinggi) dan bervariasi terhadap waktu.

Komponen arus zonal (Gambar 7 A) terlihat memiliki periode 14 - 18 hari yang ditemukan pada Februari 2011 dan berulang pada Juli 2011 dan Juli 2012. Periode intra-musiman (23-45 hari) yang terjadi pada September 2010 sampai November 2010, berulang pada Maret 2011 sampai April 2011 dan kembali berulang dari Maret 2012 sampai Mei 2012 dengan koefisien kemiripan wavelet yang tinggi. Komponen arus meridional (Gambar 7 B) memperlihatkan hal yang berbeda dengan arus zonal. Periode dominan yang ditemukan pada energi spektrum wavelet untuk komponen arus meridional adalah periode 14 - 18 hari dan periode intra-musiman. Periode intra-musiman (23 - 45 hari) yang terjadi pada Juli 2010 sampai September 2010, berulang pada Maret 2011 sampai April 2011 hingga berlanjut pada Mei 2011 sampai Juni 2011 dan yang paling tinggi energinya berulang dari Februari 2012 sampai Maret 2012 dan berlanjut lagi pada Mei 2012 sampai Juni 2012.

18

Spektrum densitas energi variabilitas intra-musiman arus dekat-dasar di Laut Halmahera

Analisis lebih lanjut dengan berfokus pada fluktuasi dalam periode intra-musiman (20–60 hari). Data harian lebih dahulu difilter dalam rentang periode intra-musiman (20-60 hari). Grafik fluktuasi sebaran temporal kecepatan arus periode intra-musiman pada selang waktu Juli 2010 - Desember 2012 dari komponen arus zonal dan komponen arus meridional ditunjukkan pada Gambar 8. Fluktuasi kecepatan arus pada arah meridional lebih besar daripada arah zonal. Hal ini berarti arus lebih terfokus pada arah utara-selatan.

Gambar 8 Grafik sebaran temporal kecepatan arus; A. Arus komponen zonal, B. Arus komponen meridional.

Plot vektor arus periode intra-musiman ditampilkan berupa stickplot pada Gambar 9. Stickplot tersebut memperlihatkan pergerakan arus yang berubah arah dalam periode 14 – 30 hari. Pergerakan arus bergerak bolak balik ke arah utara – selatan, barat laut – tenggara, dan ke arah timur laut – barat daya dengan kecepataan yang berfluktuasi. Perubahan arah arus yang demikian merepresentasikan energi fluktuasi vektor kecepatan arus dalam rentang periode intra-musiman. Pergerakan arus ke arah utara di dekat-dasar Laut Halmahera mengindikasikan bahwa massa air umumnya bergerak menuju Samudera Pasifik, sedangkan pergerakan arus ke arah selatan menyatakan bahwa arus masuk lewat Laut Halmahera ke wilayah perairan Indonesia (Cresswell et al., 2001). Pola sebaran arus yang dominan mengarah ke arah barat laut diduga masih dipengaruhi oleh arus New Guinea Coastal Undercurrent (NGCUC) dan arus South Equatorial Current (SEC) yang mengalir ke arah barat laut dan membawa massa

A

19 air dari Pasifik selatan atau massa air South Pacific Intermediate Water (SPIW) yang bergerak ke arah Laut Halmahera lewat utara Pulau Papua dan terletak di lapisan dalam (Tomczak and Godfrey., 1994).

Gambar 9 Plot vektor arus periode intra-musiman yang ditampilkan setiap satu tahun; atas (2010), tengah (2011) dan bawah (2012).

Pergerakan arus yang bolak-balik setelah difilter dalam rentang intra-musiman ditemukan juga oleh Watanabe et al. (1997) dan Kashino et al. (1999) dari data deret waktu hasil mooring yang ditempatkan di pintu masuk Laut Sulawesi (4.08 N, 127.58 E) di kedalaman 350 m dan 550 m.

Variabilitas arus dekat-dasar dalam rentang inta-musiman juga terlihat berfluktuasi dalam rentang tahunan. Pola arus pada bulan Juli 2010 yang bergerak ke selatan yang berflutuasi dalam rentang 14 hari bergerak ke selatan. Adanya perubahan arah arus dalam rentang tahunan, kemungkinan terkait dengan adanya fenomena El Niño Southern Oscillation (ENSO), namun dibatasi dengan kurang panjangnya rentang waktu pengamatan.

Gambar 10 menunjukkan spektrum densitas energi dari arus komponen zonal dan komponen meridional periode intra-musiman (20-60 hari) dekat-dasar di Laut Halmahera pada selang waktu Juli 2010 – Desember 2012. Periode fluktuasi serta densitas energi yang signifikan dari arus komponen zonal dan meridional disajikan pada Tabel 3.

Berdasarkan hasil analisis spektrum densitas energi, ditemukan beberapa puncak spektrum densitas energi dimana menunjukkan energi yang signifikan dari arus komponen zonal dan arus komponen meridional yaitu pada periode 14 hari, 21 hari, 23 hari dan 27 hari. Komponen arus meridional memiliki nilai densitas energi yang lebih besar dibandingkan komponen arus zonal. Kondisi ini dapat

20

diartikan bahwa arus komponen meridional lebih berpengaruh terhadap dinamika pergerakan arus dekat-dasar dibandingkan arus komponen zonal.

Hasil spektrum densitas energi yang menunjukkan fluktuasi 27 harian sangat mempengaruhi dinamika arus dekat-dasar di Laut Halmahera karena memiliki densitas energi yang signifikan yaitu 51.2 (m/s)2/siklus per hari (Tabel 3). Periode fluktuasi 27 hari ditemukan pada komponen arus zonal dan komponen arus meridional.

Tabel 3. Periode dan Spektrum Energi Signifikan Arus Komponen Zonal dan Meridional dekat-dasar (724 m) di Laut Halmahera

Kedalaman (m) Periode (hari) Spektrum densitas energi signifikan (m/s)2/hari U 14 14.4 724 m 21 23 27 6.4 6.6 10.7 V 14 21 23 42.2 11.2 10.6 27 51.2

Gambar 10 Spektrum densitas energi arus dekat-dasar (724 m) periode intra-musiman; A. Arus komponen zonal. B. Arus komponen meridional.

21 Hasil analisis spektrum densitas energi (CWT) yang ditunjukkan pada Gambar 11 dari arus dekat-dasar periode intra-musiman (20-60 hari) dengan menggunakan metode wavelet menunjukkan variabilitas intra-musiman yang terjadi secara kontinyu dan bervariasi menurut waktu. Periode spektrum densitas energi signifikan adalah 14 hari, 21 hari, 23 hari dan 27 hari yang ditemukan dengan motode FFT, juga ditemukan dengan analisis spektrum densitas energi (CWT) menggunakan metode wavelet dan terlihat memiliki spektrum energi yang tinggi, serta berada di dalam selang kepercayaan 95% (COI).

Untuk arus komponen zonal, periode 14 hari muncul secara berulang dan bervariasi terhadap koefisien densitas energi, dengan densitas energi yang signifikan terjadi pada bulan Juni – Agustus 2012. Begitu juga dengan periode 27 hari yang ditemukan berulang dan bervariasi terhadap densitas energi, dengan densitas energi yang signifikan terjadi pada bulan Oktober - November 2010 dan kembali terjadi pada bulan Juni – Agustus 2012. Hasil CWT untuk arus komponen meridional periode 14 hari dan 27 hari dengan energi densitas siginifikan terjadi berulang dan hampir bersamaan di periode waktu yang sama.

Faktor penggerak munculnya variabilitas intra-musiman dari arus dekat-dasar di Laut Halmahera dengan periode 14 hari, 21 hari, 23 hari dan 27 hari diduga dipengaruhi oleh periode pasang surut dan juga variabilitas dua mingguan (biweekly variability) yang terdeteksi di daerah ekuator. Pasang surut yang dominan berpengaruh di dekat-dasar Laut Halmahera adalah komponen pasang surut periode panjang diurnal fortnightly (MF) dengan periode 14,8 hari dan lunar monthly (MM) dengan periode 27.5 hari. Adanya pengaruh pasang surut yang diduga sebagai penggerak munculnya variabilitas intra-musiman ditemukan di Laut Makassar dengan dominan pengaruh komponen pasang surut yang berpengaruh adalah komponen diurnal dan semidiurnal (Susanto et al., 2000).

Fluktuasi 14 hari dan 27 hari juga diduga dipengaruhi oleh New Guinea Coastal Undercurrent (NGCUC) dan arus pada ekuator yang membawa massa air Antarctic Intermediate Water (AAIW) (Guiavarc’h et al., 2008). Arus NGCUC yang merupakan penyusun South Pacific Tropical water (SPIW), mengalir ke arah barat laut sepanjang tahun di lapisan termoklin di bawah New Guinea Coastal current (NGCC) (Kuroda, 2000) dan melintasi Ekuator sekitar 138°E. Salah satu bagian dari NGCUC berubah ke arah timur dan mengalir sebagai arus bawah Ekuatorial (EUC) (Tsuchiya et al., 1989), sementara bagian lain mengalir lebih lanjut ke barat, dan memasuki Laut Indonesia (Kashino et al., 1996). Selain itu juga, periode fluktuasi 27 hari merupakan representasi dari fluktuasi dalam skala intra-musiman (20 - 60 hari) dan merupakan sinyal Maden Julian Ocillation (MJO).

Laut Halmahera termasuk di dalam wilayah perairan Indonesia, dimana MJO memiliki sinyal angin permukaan terkuat (Madden and Julian, 1994). Fluktuasi arus periode 27 hari juga diduga digerakkan oleh angin zonal ekuator dari jauh (remote forcing) melalui perambatan gelombang Rossby dari Samudera Pasifik. Qiu et al. (1999) menyatakan bahwa dinamika internal laut dalam dapat menghasilkan variabilitas intra-musiman yang signifikan di lintang rendah barat Samudera Pasifik yang juga mencakup wilayah perairan Indonesia.

Fluktuasi arus dalam rentang skala periode intra-musiman, musiman dan antar-tahunan ditemukan dari hasil mooring program INDOMIX di Laut Halmahera dalam rentang waktu Juli 2010 – Desember 2012. Fluktuasi skala

22

intra-musiman terdeteksi di dekat-dasar oleh karena energi fluktuasi dari struktur arus dekat-dasar terlihat sangat kuat (Atmadipoera et al., 2013).

Gambar 11 Countinues wavelet transform (CWT) periode intra-musiman arus dekat-dasar di Laut Halmahera (20-60 hari); A. CWT arus zonal. B. CWT arus meridional.

Korelasi Silang Angin Zonal dengan Arus Zonal dan Arus Meridional Angin zonal sepanjang ekuator Samudera Pasifik yang dikorelasikan dengan arus pengukuran mooring yaitu angin zonal pada 180º BT dan angin zonal pada 160º BB (Gambar 12).

Gambar 12 Angin zonal pada lokasi 180º BT dan 160º BB yang dikorelasikan dengan arus zonal dan meridional pada kedalaman 724 m di Laut Halmahera (Lokasi 180º BT dan 160º BB ditunjukkan dengan tanda bintang, sedangkan lokasi mooring ditunjukkan dengan titik merah). Hal ini dikarenakan angin zonal permukaan yang bertiup di kedua lokasi tersebut memiliki nilai koherensi yang sedang dengan arus pada kedalaman 724 m di Laut Halmahera (lokasi mooring) dibandingkan dengan angin zonal permukaan

23 pada lokasi lainnya di sepanjang ekuator Samudera Pasifik. Sebaran temporal kecepatan angin zonal 180º BT dan 160º BB disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13 Sebaran temporal kecepatan angin zonal periode intra-musiman di 180º BT dan 160º BB.

Korelasi silang antara angin zonal di sepanjang ekuator Samudera Pasifik dengan arus zonal dan arus meridional hasil pengukuran mooring di Laut Halmahera diperoleh dengan menggunakan metode FFT berupa kospektrum densitas energi (KDE), koherensi dan beda fase yang disajikan pada Tabel 4 dan ditunjukkan pada Gambar 14.

Tabel 4 Korelasi silang antara angin zonal dan arus mooring dengan metode FFT Korelasi Periode

(Hari)

KDE ((m/s)2/hari)

Koherensi Beda Fase (Hari) Angin zonal 180º BT dan arus

zonal

Angin zonal 180º BT dan arus meridional

Angin zonal 160º BB dan arus zonal

Angin zonal 160º BB dan arus meridional 27 21 21 27 21 0,3 0,16 0,2 0,4 0,2 0,57 0,45 0,56 0,52 0,6 6 3 3 5 4

Pola koherensi yang terbentuk dari korelasi angin zonal di sepanjang ekuator Samudera Pasifik dengan arus zonal dan arus meridional hasil pengukuran mooring dengan menggunakan metode FFT (Gambar 14) menunjukkan koherensi yang moderat dalam rentang fluktuasi intra-musiman (20 – 60 hari). Koherensi angin zonal 180º BT dengan arus zonal memiliki koherensi yang moderat tinggi (0,58) pada periode 27 hari, koherensi angin zonal 180º BT dengan arus meridional memiliki nilai koherensi yang sedang (0,45) dan ditemukkan pada periode 21 hari. Nilai koherensi angin zonal 180º BT dengan arus zonal memiliki koherensi yang moderat tinggi (0,57) pada periode 27 hari, koherensi angin zonal

24

180º BT dengan arus meridional memiliki nilai koherensi yang moderat tinggi (0,6) pada periode 21 hari. Korelasi silang yang kuat antara angin zonal 180º BT dan angin zonal 160º BB dengan arus meridional lebih kuat dibandingkan dengan nilai koherensi antara angin zonal 180º BT dan angin zonal 160º BB dengan arus zonal. Beda fase bernilai positif yang menandakan fluktuasi komponen angin zonal lebih dulu terbentuk kemudian diikuti dengan arus meridional yang mengindikasikan arus yang terbentuk merupakan respon terhadap tiupan angin.

Gambar 14 Koherensi angin zonal ekuator di 180º BT dan 160º BB dan arus zonal dan meridional pada kedalaman 724 m di Laut Halmahera dengan metode FFT.

Pola korelasi silang angin zonal 180º BT dan 160º BB dengan arus zonal dan meridional pada periode fluktuasi intra-musiman dengan metode wavelet dalam bentuk WTC pada Gambar 15, terlihat cenderung antifase dan bervariasi menurut waktu. Nilai koherensi angin zonal 180º BT dan 160º BB dengan arus zonal dan meridional pada periode fluktuasi intra-musiman dengan XWT tidaklah berbeda seperti yang ditemukan dengan menggunakan metode FFT.

Koherensi yang sedang sampai moderat tinggi antara arus meridional dan angin zonal di kawasan ekuator barat Samudera Pasifik dari hasil cross power spectral density dengan metode power spectral density (CPSD) (Gambar 16), menunjukkan koherensi yang kuat terbentuk di sekitar 180º BT – 160º BB dengan periode energi yang signifikan 21 hari dan 27 hari. Hal ini mengindikasikan adanya kaitan antara angin di lokasi tersebut dengan arus meridional pada kedalaman 724 m di Laut Halmahera. Perambatan gelombang Rossby ekuator menuju barat Samudera Pasifik diperkirakan membawa fluktuasi tersebut ke lokasi arus di Laut Halmahera. Schiller et al. (2009) menyatakan bahwa angin zonal sepanjang ekuator Samudera Pasifik dapat berperan sebagai pembangkit gaya permukaan secara jarak jauh (remote forcing) sehingga menghasilkan respon gelombang Rossby yang merambat sepanjang ekuator Pasifik yakni dari timur menuju ke barat.

25

Gambar 15 Wavelet Coherence (WTC) angin zonal 180º BT dan 160º BB dengan arus zonal dan arus meridional pada kedalaman 724 m di Laut Halmahera; A. WTC angin zonal 180º BT dan arus zonal. B. WTC angin zonal 180º BT dan arus meridional. C. WTC angin zonal 160º BB dan arus zonal. D. WTC angin zonal 160º BB dan arus meridional.

26

Gambar 16 Koherensi arus meridional pada kedalaman 724 m di Laut Halmahera dengan angin zonal secara global di sepanjang ekuator barat Samudera Pasifik.

Data anomali tinggi muka laut (SSHA) dengan skala intra-musiman di kawasan barat Samudera Pasifik selama periode mooring yang ditunjukkan dengan diagram Hovmöller (Gambar 17) memperlihatkan sinyal kuat adanya propagasi gelombang Rossby yang terbentuk di sekitar 180º BT – 160º BB dan bersesuaian dengan lokasi terbentuknya koherensi yang kuat antara arus meridional dan angin zonal (Gambar 16). Kecepatan fase propagasi ke arah barat

yang mengindikasikan perambatan gelombang Rossby adalah 0.5 m s-1, ± 0.09 m s-1. Estimasi kecepatan fase propagasi gelombang Rossby hasil

perhitungan peneliti sebelumnya berkisar antara 50 - 60 cm s-1 (Meyers, 1979; Mitchum and Lukas, 1990; Kessler, 1990; Susanto et al., 1998; Chelton et al., 2003). Dinamika perturbasi gelombang Rossby mengalami penguatan yang bervariasi secara musiman. Amplitudo perturbasi yang besar terjadi selama musim barat, dengan waktu perambatan ± 4 bulan dari lokasi pembangkit gelombang Rossby ke lokasi mooring.

Dari uraian di atas dapat dirangkum bahwa fluktuasi arus dalam skala intra-musiman di dekat-dasar di pintu masuk Laut Halmahera diduga berhubungan erat dengan perturbasi angin permukaan di bagian tengah ekuator Pasifik, dimana perturbasi angin permukaan ini berimplikasi terhadap pembentukan gelombang Rossby di lintang rendah yang menjalar ke arah barat. Sehingga diduga bahwa fluktuasi arus di lokasi studi digerakkan melalui remote forcing dari ekuator Pasifik.

Beberapa peniliti sebelumnya telah mengkaji osilasi intra-musiman baik yang ditemukan pada lapisan di bawah permukaan sampai di dasar perairan (Han

et al., 2001; Sengupta et al., 2001; Masumoto et al., 2005; Waliser, 2005). Osilasi ini juga telah diamati di berbagai lokasi di sekitar laut Indonesia. Hasil osilasi sementara yang diamati di lokasi tersebut memiliki periode gelombang yang sama berkisar antara 30 sampai 85 hari, namun mekanisme gaya pengerak dapat melibatkan dinamika proses yang berbeda. Qui et al. (1999), meneliti tentang variabilitas intra-musiman arus zonal di Samudera Hindia Ekuator dengan

27 menggunakan serangkaian percobaan model yang menitikberatkan pada geometri pantai dan kekuatan angin permukaan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa osilasi 50 hari teramati di pintu masuk Laut Sulawesi dan merupakan dari resonansi gelombang Rossby. Susanto et al. (2000), juga mengungkapkan bahwa dari data paras laut dan mooring memperlihatkan adanya variabilitas intra-musiman yang ditandai dengan periode 48-62 hari yang berhubungan dengan Gelombang Rossby dari Samudera Pasifik yang merambat melalui Laut Sulawesi. Hasil penelitian lain dilakukan oleh Iskhandar et al. (2006) tentang variasi intra-musiman arus permukaan dan arus di bawah permukaan di lepas pantai Jawa yang mana menghasilkan variasi 60 hari dan 90 hari dari South Java Coastal Current (SJCC) dan South Java Coastal Under Current (SJCU) yang digerakkan oleh angin dan berhubungan dengan propagasi gelombang Kelvin yang berasal dari ekuator Samudera Hindia.

Gambar 17 Diagram Hovmöller dari bandpass filter SSHA di Samudera Pasifik sepanjang 6.5°S - 3°S.

28

Dokumen terkait