• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Dari hasil analisis sidik ragam terlihat adanya pengaruh terhadap pemeberian bahan mineral berupa bahan vulkan dan zeolit dengan air laut untuk beberapa perubahan sifat kimia tanah gambut. Terlihat dengan adanya perbedaan yang nyata pada perlakuan faktor tunggal namun secara umum tidak berbeda nyata pada interaksi untuk parameter setelah beberapa minggu inkubasi tanah meliputi pH, DHL, KTK, basa-basa tukar dan kejenuhan basa, jumlah anakan per rumpun dan jumlah anakan produktif per rumpun. Penjelasan untuk beberapa parameter tanah di atas dijelaskan berikut ini.

Reaksi Tanah (pH)

Hasil analisis sidik ragam pH tanah beberapa minggu inkubasi tanah yaitu pengamatan 2 minggu dan 4 minggu inkubasi, menunjukkan bahwa perlakuan pemberian bahan mineral secara keseluruhan sangat berpengaruh nyata pada inkubasi 2 minggu, namun setelah 4 minggu inkubasi tidak berpengaruh nyata pada interaksi bahan mineral dan air laut tetapi sangat berpengaruh nyata pada masing-masing pemberian perlakuan baik air laut maupun mineral terhadap perubahan pH tanah dapat dilihat pada Lampiaran 2 dan 6. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) hasil analisis pH tanah menunjukan bahwa gambut tersebut masih tergolong sangat masam hingga masam, dengan pH 3,93-4,83.

Hasil uji beda rataan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pengaruh perlakuan pemberian bahan mineral pada inkubasi 2 minggu dan faktor air laut

maupun faktor bahan mineral pada inkubasi 4 minggu terhadap pH tanah dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Nilai Rataan pH Tanah Gambut untuk Perlakuan Mineral pada Inkubasi 2 Minggu

Perlakuan Rataan

Kontrol 3.94a

Zeolit 2% 4.05b

Bahan Vulkan 10% 4.19c

Zeolit + Bahan Vulkan 4.14bc

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 %

Dari Tabel 3 menunjukan bahwa perlakuan bahan vulkan 10% (1000 gram/pot) berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol, zeolit dan campuran zeolit dengan bahan vulkan, namun secara keseluruhan faktor bahan mineral memberikan pengaruh terhadap perubahan pH tanah gambut.

Tabel 4. Nilai Rataan pH Tanah Gambut Pada Perlakuan Mineral (M) dan Air Laut (A) serta Interaksinya pada Inkubasi 4 Minggu (Saat Tanam)

Perlakuan Konsentrasi Air Laut Rataan

0% 25% 50% 75%

Kontrol 4.62 4.21 4.10 4.03 4.24a

Zeolit 2 % 4.74 4.21 4.06 4.02 4.26ab

Bahan Vulkan 10% 4.83 4.34 4.42 4.30 4.47c

Zeolit + Bahan Vulkan 4.81 4.42 4.29 4.34 4.47bc

Rataan 4.75c 4.30b 4.22ab 4.17a

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 %

Dari Tabel 4 menunjukan bahwa pemberian bahan vulkan 10% (1000 gram/pot) berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, zeolit dan pengaruh tidak nyata dengan campuran zeolit dan bahan vulkan. Konsentrasi air laut berbeda nyata terhadap kontrol.

Daya Hantar Listrik (DHL)

Dari hasil analisis sidik ragam DHL tanah beberapa minggu inkubasi tanah yaitu pengamatan 2 minggu dan 4 minggu inkubasi, menunjukkan bahwa pemberian perlakuan bahan mineral secara keseluruhan tidak berpengaruh nyata pada inkubasi 2 minggu juga pada interaksi dan pemberian bahan mineral setelah 4 minggu inkubasi namun sangat berpengaruh nyata pada pemberian perlakuan air laut terhadap perubahan DHL tanah dapat dilihat pada Lampiaran 8 dan 11. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) hasil analisis DHL tanah gambut tersebut masih tergolong sangat rendah hingga tinggi, dengan DHL 0,073-2,93 mmhos/cm. Tingginya nilai DHL ini terlihat sangat nyata setelah pemberian air laut setelah inkubasi 4 minngu.

Hasil uji beda rataan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pengaruh perlakuan pemberian bahan mineral pada inkubasi 2 minggu dan faktor air laut maupun faktor bahan mineral pada inkubasi 4 minggu terhadap DHL tanah dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.

Tabel 5. Nilai Rataan DHL Tanah Gambut untuk Perlakuan Mineral pada Inkubasi 2 Minggu Perlakuan Rataan mmhos/cm Kontrol 0.098 Zeolit 2% 0.090 Bahan Vulkan 10% 0.080

Zeolit + Bahan Vulkan 0.080

Dari Tabel 5 menunjukan bahwa pemberian faktor bahan mineral terhadap nilai DHL tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan.

Tabel 6. Nilai Rataan DHL Tanah Gambut Pada Perlakuan Mineral (M) dan Air Laut (A) serta Interaksinya pada Inkubasi 4 Minggu

Perlakuan Konsentrasi AirLaut Rataan

0% 25% 50% 75%

………...mmhos/cm…...

Kontrol 0.107 1.077 1.767 2.533 1.371

Zeolit 2 % 0.107 0.950 1.867 2.933 1.464

Bahan Vulkan 10% 0.085 1.343 1.333 2.200 1.240 Zeolit + Bahan Vulkan 0.257 0.680 1.280 1.867 1.021

Rataan 0.139a 1.013b 1.562c 2.383d

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 %

Dari Tabel 6 menunjukan bahwa secara keseluruhan faktor air laut dengan konsentrasi yang semakin tinggi memperlihatkan pengaruh yang berbeda nyata untuk DHL tanah gambut sedangkan faktor bahan mineral tidak menunjukan pengaruh nyata.

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Hasil analisis sidik ragam KTK tanah beberapa minggu inkubasi tanah yaitu pengamatan 2 minggu dan 4 minggu inkubasi, memperlihatkan bahwa perlakuan pemberian bahan mineral pada inkubasi 2 minggu maupun pada interaksi dan pemberian bahan mineral serta air laut setelah 4 minggu inkubasi belum memberikan pengaruh yang nyata pada tanah gambut terhadap KTK dapat dilihat pada Lampiaran 11 dan 14. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) hasil analisis KTK tanah gambut tersebut masih tergolong sangat tinggi.

Hasil uji beda rataan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pengaruh perlakuan pemberian bahan mineral pada inkubasi 2 minggu dan faktor air laut dan bahan mineral pada inkubasi 4 minggu terhadap KTK tanah disajikan pada Tabel 7 dan 8.

Tabel 7. Nilai Rataan KTK Tanah Gambut untuk Perlakuan Mineral pada Inkubasi 2 Minggu Perlakuan Rataan me/100gram Kontrol 69.88 Zeolit 2% 75.25 Bahan Vulkan 10% 63.46

Zeolit + Bahan Vulkan 72.22

Dari Tabel 7 menunjukan bahwa kapasitas tukar kation tertinggi terdapat pada perlakuan faktor tunggal pemberian zeolit 2% (200 gram/pot) sedangkan terendah pada perlakuan faktor tunggal pemberian bahan vulkan 10% (1000 gram/pot).

Tabel 8. Nilai Rataan KTK Tanah Gambut Pada Perlakuan Mineral (M) dan Air Laut (A) serta Interaksinya pada Inkubasi 4 Minggu

Perlakuan Konsentrasi AirLaut Rataan

0% 25% 50% 75%

……….me/100gram……….

Kontrol 62.17 54.17 34.50 27.00 44.458

Zeolit 2 % 46.17 47.33 37.33 35.83 41.667

Bahan Vulkan 10% 38.33 51.17 44.50 53.50 46.875 Zeolit + Bahan Vulkan 69.50 67.00 31.00 61.17 57.167

Rataan 54.042 54.917 36.833 44.375

Tabel 8 menunjukan bahwa kapasitas tukar kation tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian campuran zeolit dengan bahan vulkan sedangkan terendah pada perlakuan pemberian air laut dengan konsentrasi 50%. (1000 ml air laut + 1000 ml air tawar per pot). Terlihat bahwa pemberian bahan vulkan justru meningkatkan KTK pada tanah gambut yang begitu berarti.

Basa-Basa Tukar dan Kejenuhan Basa (KB)

Hasil analisis sidik ragam kejenuhan basa tanah beberapa minggu inkubasi tanah yaitu pengamatan 2 minggu dan 4 minggu inkubasi, memperlihatkan bahwa basa-basa tukarnya hanya berpengaruh nyata dengan pemberian bahan mineral

terhadap K-tukar, Ca-tukar dan Mg-tukar pada inkubasi 2 minggu (Lampiran 18,21, 23, 26, 28,31, 33, 36), namun pada inkubasi 4 minggu hanya

berpengaruh nyata terhadap K-tukar dan Ca-tukar tanah (Lampiran 26, 36, 31, 41). Sedangkan, kejenuhan basanya perlakuan pemberian bahan mineral pada inkubasi 2 minggu dan pemberian bahan mineral serta air laut setelah 4 minggu inkubasi maupun pada interaksi belum memberikan pengaruh yang nyata pada tanah gambut terhadap kejenuhan basa dapat dilihat pada Lampiaran 38 dan 41. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) hasil analisis kejenuhan basa tanah gambut tersebut masih tergolong sangat rendah.

Hasil uji beda rataan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pengaruh perlakuan pemberian bahan mineral pada inkubasi 2 minggu dan faktor air laut dan bahan mineral pada inkubasi 4 minggu terhadap basa-basa tukar dan kejenuhan basa tanah disajikan pada Tabel 9 dan 10.

Tabel 9. Nilai Rataan Basa-Basa Tukar dan Kejenuhan Basa Tanah Gambut untuk Perlakuan Mineral pada Inkubasi 2 Minggu

Perlakuan Basa-Basa Tukar

Kejenuhan Basa

Na K Ca Mg

…….me/100 gram……. ...%... Kontrol 0.1384 0.0003a 0.0026a 0.0032a 0.0772 Zeolit 2% 0.1638 0.0015c 0.0026a 0.0039ab 0.0783 Bahan Vulkan 10% 0.1481 0.0005ab 0.0028ab 0.0033a 0.0862 Zeolit + Bahan Vulkan 0.1559 0.0011bc 0.0031b 0.0041b 0.0797

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 %

Dari Tabel 9 menunjukan bahwa kejenuhan basa tertinggi terdapat pada perlakuan faktor tunggal pemberian bahan vulkan 10 % yakni 1000 gram/pot sedangkan terendah pada perlakuan kontrol. Pemberian bahan mineral hanya berbeda nyata pada K-tukar tanah dengan perlakuan zeolit 2 %. Perlakuan campuran zeolit dengan bahan vulkan berbeda nyata pada Ca-tukar dan Mg-tukar tanah.

Tabel 10. Nilai Rataan Basa-Basa Tukar dan Kejenuhan Basa Tanah Untuk Perlakuan Mineral (M) dan Air Laut (A) serta Interaksinya Inkubasi 4 Minggu

Perlakuan Basa-Basa Tukar

Kejenuhan Basa

Na K Ca Mg

…….me/100 gram……. ...%...

Kontrol 0.0190 0.0055a 0.0261ab 0.0060 0.0672

Zeolit 2% 0.0107 0.0213c 0.0228a 0.0053 0.0689 Bahan Vulkan 10% 0.0104 0.0086ab 0.0258ab 0.0062 0.0615 Zeolit + Bahan Vulkan 0.0114 0.0164bc 0.0339b 0.0066 0.0765 Konsentrasi Air Laut 0% 0.0109 0.0096 0.0283 0.0065 0.0638 Konsentrasi Air Laut 25% 0.0112 0.0105 0.0275 0.0060 0.0622 Konsentrasi Air Laut 50% 0.0184 0.0155 0.0268 0.0059 0.0794 Konsentrasi Air Laut 75% 0.0110 0.0162 0.0260 0.0057 0.0688 Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda

nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 %

Dari Tabel 10 menunjukan bahwa Kejenuhan Basa tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian campuran mineral zeolit 2% dan bahan vulkan 10 % sedangkan terendah pada perlakuan pemberian bahan vulkan 10 % yakni 1000 gram/pot. Sedangakan pemberian bahan mineral berbeda nyata pada K-tukar tanah dengan perlakuan zeolit 2 %, sedangkan perlakuan campuran zeolit dengan bahan vulkan berbeda nyata pada Ca-tukar tanah.

Reaksi Tanah (pH) dan Daya Hantar Listrik (DHL) Setelah Akhir Vegetatif Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 44 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian baik bahan mineral maupun air laut secara keseluruhan sangat berpengaruh nyata, namun interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap kemasaman tanah setelah akhir vegetatif. Sedangkan daya hantar listriknya (Lampiran 47) secara keseluruhan pengaruh yang nyata hanya terlihat pada pemberian perlakuan air laut.

Hasil uji beda rataan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pengaruh perlakuan pemberian bahan mineral dan air laut terhadap reaksi tanah (pH) dan daya hantar listrik (DHL) akhir vegetatif dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Nilai Rataan Perubahan pH dan DHL Tanah Untuk Perlakuan Mineral (M) dan Air Laut (A) serta Interaksinya Setelah Tanam dan Setelah Akhir Vegetatif

Perlakuan Setelah Tanam Setelah Akhir Vegetatif

pH DHL pH DHL

mmhos/cm mmhos/cm

Kontrol 4.241a 1.371 4.159b 0.779

Zeolit 2 % 4.258ab 1.464 4.077a 0.744

Bahan Vulkan 10% 4.472c 1.240 4.528d 0.715 Zeolit + Bahan Vulkan 4.465bc 1.021 4.373c 0.771 Konsentrasi Air Laut 0% 4.752c 0.139a 4.605c 0.134a Konsentrasi Air Laut 25% 4.295b 1.013b 4.273b 0.460ab Konsentrasi Air Laut 50% 4.218ab 1.562c 4.185b 0.873b Konsentrasi Air Laut 75% 4.171a 2.383d 4.073a 1.543c

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 %

Dari Tabel 11 menunjukan bahwa telah terjadi perubahan yang nilai pH dan DHL tanah gambut setelah tanam dan setelah akhir vegetatif yang disebabkan oleh pelindian. Untuk nilai pH setelah akhir vegetatif pada semua perlakuan pemberian perlakuan mineral memberikan pengaruh yang berbeda nyata,

sedangkan perlakuan pemberian air laut berbeda nyata terhadap kontrol. Pada nilai DHLnya, pemberian air laut secara keseluruhan dengan peningakatan konsentrasinya membrikan pengaruh yang berbeda nyata.

Jumlah Anakan Per Rumpun

Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 50 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian baik bahan mineral maupun air laut secara keseluruhan sangat berpengaruh nyata, namun interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap keragaan jumlah anakan per rumpun setelah akhir vegetatif.

Hasil uji beda rataan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pengaruh perlakuan pemberian bahan mineral dan air laut terhadap keragaan jumlah anakan per rumpun setelah akhir vegetatif dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Nilai Rataan Jumlah Anakan Per Rumpun Pada Perlakuan Mineral (M) dan Air Laut (A) serta Interaksinya Setelah Akhir Vegetatif

Perlakuan Konsentrasi Air Laut Rataan

0% 25% 50% 75%

………batang…………..

Kontrol 7.33 7.00 5.67 2.67 5.667a

Zeolit 2 % 8.33 13.33 6.00 4.33 8.000ab

Bahan Vulkan 10% 14.00 13.67 15.67 4.00 11.833b Zeolit + Bahan Vulkan 16.00 16.67 8.00 6.33 11.750b

Rataan 11.417b 12.667b 8.833ab 4.333a Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda

nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 %

Tabel 12 menunjukan bahwa keragaan jumlah anakan per rumpun dengan nilai rataan tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian air laut dengan konsentrasi 25% (500 ml air laut + 1500 ml air tawar per pot) yakni 12,667 batang dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, sedangkan nilai rataanya yang terendah ditunjukan pada perlakuan pemberian air laut dengan konsentrasi 75%

yakni 4,333 batang. Dari tabel memperlihatkan bahwa konsentrasi air laut 25 % memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap peningkatan jumlah anakan vegetatif, namun peningkatan konsentrasi air lautnya justru menurunkan pertumbuhan jumlah anakan.

Jumlah Anakan Produktif Per Rumpun

Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 53 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian baik bahan mineral maupun air laut serta interaksinya sangat berpengaruh nyata terhadap keragaan jumlah anakan produktif per rumpun setelah akhir vegetatif.

Hasil uji beda rataan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pengaruh perlakuan pemberian bahan mineral dan air laut terhadap jumlah anakan produktif per rumpun setelah akhir vegetatif dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Nilai Rataan Jumlah Anakan Produktif Per Rumpun Pada Perlakuan Mineral (M) dan Air Laut (A) serta Interaksinya Setela Akhir Vegetatif

Perlakuan Konsentrasi Air Laut Rataan

0% 25% 50% 75%

………batang…………..

Kontrol 4.00a 5.33ab 6.00ab 3.33a 4.67a

Zeolit 2 % 6.00ab 8.33bc 3.33a 3.00a 5.17a

Bahan Vulkan 10% 15.67f 11.67cde 12.67def 4.33a 11.08b Zeolit + Bahan Vulkan 10.00cde 15.00ef 6.00ab 4.00a 8.75b

Rataan 8.92bc 10.08c 7.00b 3.67a

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 %

Tabel 13 menunjukan bahwa jumlah anakan produktif per rumpun dengan nilai rataan tertinggi pada perlakuan interkasi pemberian bahan vulkan 10% tanpa air laut yakni 15,67 batang dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, sedangkan nilai rataan yang terendah ditunjukan pada perlakuan interaksi

pemberian zeolit 2% dengan konsentrasi air laut 75% yakni 3,00 batang. Dari tabel terlihat bahwa interkasi perlakuan pemberian bahan vulkan pengaruhnya sangat berbeda nyata terhadap peningkatan jumlah anakan produktif, namun dengan peningkatan konsentrasi air lautnya mengakibatkan penurunan jumlah anakan produktifnya.

Pembahasan

Kemasaman tanah (pH) inkubasi 2 dan 4 minggu pada Tabel 3 dan 4 memperlihatkan bahwa pemberian bahan mineral baik zeolit maupun vahan vulkan menunjukan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan pH pada tanah gambut. Namun berdasarkan kriteria BPPM (1982) hasil analisis pH tanah menunjukan bahwa gambut tersebut masih tergolong sangat masam hingga masam, dengan pH 3,93-4,83. Kemasaman tanah merupakan suatu ukuran aktifitas ion hidrogen dalam larutan air tanah, dimana nilai kemasaman tanah dipengaruhi oleh kelarutan unsur-unsur seperti Fe-fosfat, Al-fosfat, Ca-fosfat, ion MoO4-, yang cenderung berimbang dengan fase padat (Damanik et al, 2010) dan bila semua kelarutanya meningkat, maka akan meningkatkan pula nilai pH tanah. Bahan vulkan memperlihatkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol dan zeolit. Hal ini disebabkan mineral bahan vulkan mengandung unsur-unsur diantaranya senyawa logam Al, Mg, Si dan Fe yang merupakan kation polivalen yang mampu membentuk kompleks logam organik menjadi garam kompleks. Adanya ikatan anatara logam dan asam organik memungkinkan beberapa kation dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan reaktivitas asam-asam

organik dari bahan humat diantaranya melalui ikatan elektrostatis, khelatasi dan adsorpsi. Meningkatnya aktivitas kation mampu meningkatkan nilai pH tanah akibat berkurangnya pengaruh dari asam-asam organik. Hal ini sesuai pernyataan Barchia (2006) bahwa interaksi asam humat dengan kation meningkat dengan naiknya pH dan kandungan asam humat, begitu sebaliknya dengan menurunya konsentrasi kation-kation Cu, Zn, Mn, Fe, Co, Al, Ni, Pb, Cd dan Hg.

Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa pemberian zeolit belum mampu meningkatkan pH, hal ini disebabkan zeolit tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mengikat asam-asam organik menjadi garam kompleks, melainkan dengan sifatnya itu hanya sebagai buffer (penyangga) dan menjerap kelarutan baik pada senyawa air laut yang mengandung ion Ca, K, Mg, maupun bahan vulkan yang mengandung logam-logam keras seperti Fe dan Al (bila konsetrasinya mencapai > 5 gram/cm3

Kemasaman tanah (pH) inkubasi 4 minggu pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa pemberian bahan mineral bahan vulkan mampu menunjukan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan pH pada tanah gambut tetapi air laut justru dapat meracuni tanah dan tanaman), dimana diketahui unsur-unsur tersebut konsentrasinya cukup tinggi sehingga ketersediaanya lebih stabil di dalam tanah dan tidak meracuni tanaman. Zeolit

dengan struktur framework mempunyai luas permukaan yang besar dan mempunyai

saluran yang dapat menjerap ion/molekul (molecular sieving) dimana, bila atom Al pada zeolit dinetralisir dengan kation polivalen, zeolit dapat berfungsi sebagai katalis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Warmada dan Anastasia (2004) bahwa penggunaan komersial zeolit antara lain sebagai “penyaring molekuler” dan sebagai penukar kation.

menurunkan pH tanah dan interaksinya tidak perpengaruh nyata. Air laut dari senyawa garamnya mengandung kation-kation basa Na, K, Ca, dan Mg tetapi inkubasinya dengan asam-asam organik dari gambut justru meningkatkan kemasaman tanah gambut. Adanya desakan terhadap ion H+ dari asam-asam organik oleh ion Na+ dari tapak jerapan untuk kemudian terbebaskan keluar dari sistem, menyebabkan kemasaman tanah menjadi turun. Kation-kation yang memungkinkan membentuk senyawa kompleks yang kaitanya dengan unsur hara bagi tanaman dapat digolongkan kedalam tiga kelompok yaitu kation-kation yang essensial bagi tanaman tetapi tidak membentuk ikatan koordinasi dengan ligan organik, yaitu K+, Na+, Ca2+, Mg2+, kation-kation yang essensial bagi tanaman dan mampu membentuk ikatan koordinasi dengan ligan organik, yaitu Cu2+, Zn2+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, Co2+ dan kation-kation yang belum diketahui fungsinya secara jelas bagi tanaman, tetapi dapat terakumulasi dan membentuk kompleks dengan senyawa organik, yaitu Al3+, Ni2+, Pb2+, Cd2+, Hg2+ (Stevenson, 1982 ; Barchia, 2006). Jika pada zeolit terjadi kejenuhan Ca2+, larutan garam NaCl pekat dapat dilewatkan pada zeolit sehingga ion Ca2+ pada zeolit diganti oleh Na+ dari NaCl untuk membentuk kembali Na-zeolit (Na2Al2Si3O10.2H2

Nilai DHL inkubasi 2 minggu pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa pemberian bahan mineral baik zeolit maupun bahan vulkan menunjukan pengaruh yang tidak nyata terhadap nilai DHL pada tanah gambut. Pada Tabel 6, setelah pemberian air laut, zeolit dan bahan vulkan juga tidak berpengaruh nyata begitu O). Dengan cara seperti ini, larutan yang mengandung logam-logam keras seperti konsentrasi Ca, K,

Mg, Al dan Fe yang cukup tinggi dapat disaring dengan zeolit (Warmada dan Anastasia, 2004).

pula interaksinya setelah 4 minggu inkubasi. Hal ini disebabkan bahan mineral zeolit dan bahan vulkan dapat mengurangi kelarutan garam-garam bebas dari air laut melalui mekanisme jerapan ion. Pada dasarnya nilai DHL meningkat dengan meningkatnya konsentrasi garam-garam di larutan, begitu sebaliknya. Pengukuran parameter ini didasarkan pada konsep bahwa arus listrik dihantarkan oleh larutan garam dibawah kondisi standar akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi garam di larutan (Mukhlis, dkk., 2011).

Nilai DHL inkubasi 4 minggu pada Tabel 6 juga memperlihatkan bahwa pemberian air laut menunjukan pengaruh berbeda sangat nyata untuk setiap perlakuanya dalam meningkatkan DHL pada tanah gambut. Hal ini dikarenakan air laut tersebut mengandung konsentrasi senyawa garam-garam terlarut yang sangat tinggi terutama Cl dan Na dan hal inilah yang menyebabkan tingkat salinitas dari air laut tersebut menjadi sangat tinggi. Selain itu terdapat senyawa Mg, K dan Ca juga yang cukup tinggi pula yang mampu mempengaruhi tingkat salinitasnya. Tingginya kadar garam terlarut ini tentunya juga akan meningkatkan nilai DHL pada tanah gambut. Terdapat 14 jenis ion pada air laut. Dari jumlah itu, konsentrasi Klorida dan Natrium terdapat dalam jumlah yang sangat tinggi. Hal inilah yang menyebabkan tingginya salinitas air laut. Di samping itu sulfat, magnesium (Mg), calsium (Ca) dan kalium (K) juga terdapat dalam konsentrasi yang cukup tinggi dibandingkan unsur lainnya (Yufdy dan Jumberi, 2008).

Nilai kapasitas tukar kation inkubasi 2 minggu pada Tabel 7 memperlihatkan bahwa pemberian bahan mineral baik zeolit maupun bahan vulkan tidak menunjukan pengaruh nyata terhadap KTK tanah gambut. Nilai KTK tertinggi pada perlakuan zeolit 2 % (200 gram/pot) sedangkan terendah pada

perlakuan bahan vulkan 10% (1000 gram/pot). Begitupula nilai kapasitas tukar Kation inkubasi 4 minggu pada Tabel 8 setelah pemberian air laut pada inkubasi 4 minggu menunjukan bahwa pemberian bahan mineral baik zeolit maupun bahan vulkan dan air laut serta inkubasinya tidak menunjukan pengaruh nyata dalam menurunkan KTK pada tanah gambut. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) hasil analisis KTK tanah gambut tersebut masih tergolong sangat tinggi. Hal ini disebabkan masih sangat tingginya nilai KTK tanah gambut bila dibandingkan dengan KTK bahan amelioran baik bahan mineral maupun air laut yang digunakan yang masih sangat rendah. KTK yang tinggi menunjukkan kapasitas jerapan gambut yang tinggi, sedangkan kekuatan jerapan bahan amelioran baik bahan mineral maupun air laut masih sangat lemah, akibatnya kation-kation basa yang terkandung pada bahan mineral dan air laut yang tidak dapat membentuk ikatan koordinasi sehingga akan sangat mudah tercuci yang terjadi pada pencucian. Sesuai dengan penelitian Manik (2012) yang mengkaji mengenai pengaruh air laut dan mineral zeolit terhadap perubahan sifat kimia tanah gambut dimana dari hasil penelitian menyatakan bahwa pemberian air laut berpengaruh dalam menurunkan KTK tanah gambut sedangkan pemberian mineral zeolit tidak berpengaruh dalam menurunkan KTK tanah gambut, namun hal yang perlu diketahui dari data penelitiannya, pengaruh penurunan yang terjadi pada KTK tanah gambut masih tergolong sangat tinggi sampai pada inkubasi 3 bulan dengan nilai KTK tertinggi 68,542 me/100gram sedangkan terendah 41,875 me/100gram. Tingginya KTK pada tanah gambut disebabkan oleh muatan negatif bergantung pH, dimana KTK akan naik bila pH gambut ditingkatkan yang sebagian besar dari gugus karboksil dan gugus hidroksil dari fenol. Agus dan Subiksa (2008)

menjelaskan bahwa muatan negatif (yang menentukan KTK) pada tanah gambut seluruhnya adalah muatan tergantung pH (pH dependent charge), dimana KTK akan naik bila pH gambut ditingkatkan. Muatan negatif yang terbentuk adalah hasil dissosiasi hidroksil pada gugus karboksilat atau fenol. Oleh karenanya penetapan KTK menggunakan pengekstrak amonium acetat pH 7 akan menghasilkan nilai KTK yang tinggi, sedangkan penetapan KTK dengan pengekstrak amonium klorida (pada pH aktual) akan menghasilkan nilai yang lebih rendah. KTK tinggi menunjukkan kapasitas jerapan (sorption capacity) gambut tinggi, namun kekuatan jerapan (sorption power) lemah, sehingga

Dokumen terkait