• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1 Hasil pemeriksaan mutu minyak biji anggur

Identifikasi sampel dilakukan dengan menganalisis kandungan asam lemak yang terkandung dalam minyak biji anggur di Pusat Penelitian Kelapa Sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Jl. Brigjen Katamso 51, Medan 20158 Indonesia. Hasil pemeriksaan identifikasi sampel dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan 4.2.1 Homogenitas sediaan

Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa seluruh sediaan lipstik tidak memperlihatkan adanya warna yang tidak merata saat sediaan dioleskan pada kaca objek. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat mempunyai susunan yang homogen. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 6.

4.2.2 Titik lebur lipstik

Hasil uji titik lebur sediaan lipstik dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Data pemeriksaan titik lebur

Sediaan Titik Lebur (oC)

1 62 2 62 3 62 4 62 5 62 Keterangan: Sediaan 1= MJ : MBA = 2:0 Sediaan 2= MJ : MBA = 1,5:0,5 Sediaan 3= MJ : MBA = 1:1 Sediaan 4= MJ : MBA = 0,5:1,5 Sediaan 5= MJ : MBA = 0:2

Hasil pemeriksaan titik lebur lipstik menunjukkan bahwa seluruh sediaan lipstik dengan kombinasi minyak biji anggur dan minyak jarak melebur pada suhu 62 oC. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki titik lebur yang baik yaitu berada di antara 55 - 75 oC (Ditjen POM, 1985).

4.2.3 Kekuatan lipstik

Berdasarkan hasil pemeriksaan kekuatan lipstik diketahui bahwa sediaan lipstik patah pada penambahan beban 79,25 - 89,25 gram. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki kekuatan yang baik. Kesimpulan ini diambil berdasarkan perbandingan antara berat beban yang digunakan pada sediaan lipstik dengan kombinasi minyak jarak dan minyak biji anggur dengan berat beban yang digunakan pada sediaan lipstik yang beredar di pasaran yaitu lipstik Wardah yang patah pada penambahan beban 80 gram. Hasil pemeriksaan kekuatan lipstik dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Data pemeriksaan kekuatan lipstik

Sediaan Penambahan berat (g)

Berat alat (g) Penambahan berat (g) + Alat Pembanding 80 9,25 89,25 1 70 9,25 79,25 2 80 9,25 89,25 3 70 9,25 79,25 4 80 9,25 89,25 5 70 9,25 79,25 Keterangan: Sediaan 1= MJ : MBA = 2:0 Sediaan 2= MJ : MBA = 1,5:0,5 Sediaan 3= MJ : MBA = 1:1 Sediaan 4= MJ : MBA = 0,5:1,5 Sediaan 5= MJ : MBA = 0:2 4.2.4 Stabilitas sediaan

Hasil uji stabilitas sediaan lipstik menunjukkan bahwa seluruh sediaan yang dibuat tetap stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 90 hari

pengamatan. Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik meliputi perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Hasil uji stabilitas fisik dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Data pengamatan perubahan bentuk, warna dan bau sediaan

Pengamatan Sediaan Lama pengamatan (hari)

1 15 30 45 60 75 90 Bentuk 1 b b b b b b b 2 b b b b b b b 3 b b b b b b b 4 b b b b b b b 5 b b b b b b b Warna 1 m m m m m m m 2 m m m m m m m 3 m m m m m m m 4 m m m m m m m 5 m m m m m m m Bau 1 bk bk bk bk bk bk bk 2 bk bk bk bk bk bk bk 3 bk bk bk bk bk bk bk 4 bk bk bk bk bk bk bk 5 bk bk bk bk bk bk bk Keterangan: b : baik m : merah bk : bau khas 4.2.5 Hasil uji oles

Sediaan lipstik menghasilkan warna yang baik jika sediaan memberikan warna yang intensif, merata dan homogen saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Berdasarkan uji oles diperoleh hasil bahwa sediaan yang menghasilkan pengolesan yang sangat baik adalah sediaan 3 yaitu lipstik dengan perbandingan berat minyak jarak dan minyak biji anggur 1:1.

Sediaan 1 memberikan warna yang baik dan mudah dioleskan. Sediaan 2 dan 4 memberikan warna yang terlalu lemah dan agak sukar dioleskan. Sediaan 3

memberikan warna yang baik, homogen dan lebih mudah dioleskan. Sediaan 5 memberikan warna yang baik dan mudah dioleskan tetapi tidak semudah pengolesan pada sediaan 1 dan 3.

Sediaan lipstik pada formula 3 dengan perbandingan kombinasi minyak jarak dan minyak biji anggur 1:1 memiliki tekstur, warna, dan homogenitas yang baik dibanding dengan sediaan lipstik tanpa kombinasi atau perbedaan perbandingan masing-masing formula pada sediaan lipstik yang dibuat. Hasil uji oles dapat dilihat pada Lampiran 8.

4.2.6 Hasil pemeriksaan pH

Hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa sediaan lipstik yang menggunakan kombinasi minyak jarak dan minyak biji anggur memiliki pH yaitu 4,7 - 4,8. Hasil uji pengukuran pH sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan

Sediaan Pengukuran pH pH rata-rata

I II III 1 4,8 4,8 4,9 4,8 2 4,7 4,6 4,8 4,7 3 4,8 4,9 4,8 4,8 4 4,6 5,0 4,8 4,8 5 4,6 5,0 4,9 4,8 Keterangan: Sediaan 1= MJ : MBA = 2:0 Sediaan 2= MJ : MBA = 1,5:0,5 Sediaan 3= MJ : MBA = 1:1 Sediaan 4= MJ : MBA = 0,5:1,5 Sediaan 5= MJ : MBA = 0:2

pH sediaan lipstik berada dalam rentang pH fisiologis kulit yaitu 4,5 - 6,5. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan lipstik yang dibuat tidak menyebabkan iritasi pada bibir. Semakin alkalis atau semakin asam bahan yang mengenai kulit, semakin sulit kulit menetralisasinya dan kulit dapat menjadi kering, pecah-pecah,

sensitif dan mudah terkena infeksi. Oleh karena itu pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu antara 4,5 - 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007).

4.3 Hasil Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test) 4.3.1 Hasil uji iritasi

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 orang panelis dengan cara mengoleskan sediaan lipstik pada kulit lengan bawah bagian dalam selama tiga hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua panelis tidak menunjukkan reaksi terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati yaitu adanya eritema, papula, edema ataupun adanya vesikula. Hasil uji iritasi menunjukkan bahwa sediaan lipstik yang dibuat tidak menyebabkan iritasi kulit (Tranggono dan latifah, 2007). Hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5 Data uji iritasi

Panelis

Reaksi Eritema Eritema dan

papula Eritema, papula dan vesikula Edema dan vesikula 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 3 0 0 0 0 4 0 0 0 0 5 0 0 0 0 6 0 0 0 0 7 0 0 0 0 8 0 0 0 0 9 0 0 0 0 10 0 0 0 0

Keterangan (Ditjen POM, 1985): 1. Tidak ada reaksi 0

2. Eritema +

3. Eritema dan papula ++

4. Eritema, papula dan vesikula +++ 5. Edema dan vesikula ++++

4.3.2 Hasil uji kesukaan (hedonic test)

Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner) dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Data nilai uji kesukaan (hedonic test)

Panelis Penilaian F1 F2 F3 F4 F5 1 2 1 4 5 3 2 1 2 5 4 3 3 2 1 5 4 3 4 3 1 5 4 2 5 2 2 5 3 4 6 2 1 5 3 4 7 2 1 5 3 4 8 4 2 5 3 1 9 1 3 5 4 2 10 2 3 4 5 1 11 1 2 5 4 3 12 4 1 3 2 5 13 3 2 5 4 1 14 4 1 2 3 5 15 4 1 5 3 2 16 3 2 1 4 5 17 5 2 3 2 4 18 4 2 5 3 5 19 3 1 5 2 4 20 3 1 5 4 4 21 2 1 5 3 4 22 1 1 4 4 5 23 2 1 4 3 5 24 1 1 5 4 5 25 2 1 5 4 4 26 3 2 4 3 5 27 4 3 4 3 5 28 4 2 5 2 3 29 3 2 4 3 4 30 4 1 5 3 4 Total 81 46 132 101 109 Keterangan: F1= MJ : MBA = 2:0 F2= MJ : MBA = 1,5:0,5 F3= MJ : MBA = 1:1 F4= MJ : MBA = 0,5:1,5 F5= MJ : MBA = 0:2

Data di atas, ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%. Perhitungan hasil rerata uji kesukaan dapat dilihat pada Lampiran 11.

Hasil perhitungan menunjukkan interval nilai kesukaan untuk setiap sediaan sebagai berikut:

− Sediaan 1 memiliki interval nilai kesukaan 2,30 - 3,10. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil dari nilai terkecil yaitu 2,30 dan dibulatkan menjadi 2 (kurang suka).

− Sediaan 2 memiliki interval nilai kesukaan 1,26 - 1,74. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil dari nilai terkecil yaitu 1,26 dan dibulatkan menjadi 1 (tidak suka).

− Sediaan 3 memiliki interval nilai kesukaan 4,05 - 4,75. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil dari nilai terkecil yaitu 4,05 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).

− Sediaan 4 memiliki interval nilai kesukaan 3,10 - 3,70. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil dari nilai terkecil yaitu 3,10 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka).

− Sediaan 5 memiliki interval nilai kesukaan 3,14 - 4,06. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil dari nilai terkecil yaitu 3,14 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka).

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa sediaan lipstik yang baik dan banyak disukai adalah sediaan lipstik pada formula 3 dengan perbandingan berat minyak jarak (Castor oil) dan minyak biji anggur (Grapeseed oil) yaitu 1:1.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa formulasi lipstik dengan menggunakan kombinasi minyak biji anggur (Grapeseed oil) dan minyak jarak (Castor oil) dapat digunakan sebagai pelarut zat warna sintetis, yaitu dengan menghasilkan intensitas warna yang lebih baik (lebih terang) dibandingkan hanya dengan minyak jarak saja.

Sediaan lipstik yang baik dan paling banyak disukai adalah sediaan lipstik pada formula 3 dengan perbandingan minyak 1:1 dengan nilai kesukaan 4 (suka), memiliki titik lebur 62 oC, kekuatan lipstik 72,95 g, mudah dioleskan dengan warna yang baik dan merata, memiliki pH 4,8, stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 90 hari dan tidak mengiritasi kulit.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya mengenai formulasi sediaan lipstik dengan menggunakan minyak nabati lain sebagai alternatif pelarut pengganti minyak jarak dan minyak biji anggur.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013)a. Manfaat Buah Anggur. Diakses 22 Desember 2014. http:// manfaat-buah-anggur.blogspot.com /2013/07/ ada-khasiat- di-setiap-tetes- minyak.html.

Anonim. (2013)b. Poncheau 4R. Diakses 23 Desember 2014. http://brantar. blogspot.com/2013/06/ponceau-4r.html.

Anonim. (2014). Minyak Biji Anggur dari Memasak sampai Kosmetik. Diakses 22 Desember 2014. http: //wawasanilmukimia.wordpress.com/2014/01/18/ minyak-biji-anggur-dari-memasak-sampai-kosmetika/html.

Anief, M. (2000). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan kesembilan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 55.

Badan Standarisasi Nasional. (2006). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau Sensori. Diakses 23 Desember 2014.

Balsam, M.S., dan Sagarin, E. (1972). Cosmetic Science and Technology Volume I. Edisi Kedua. London: John Wiley and Sons. Hal. 63-80.

Barron, L.J.R., Celaa, M.V., Santa-Maria, G., Corzo, N. (1988). Determination of the Triglyceride Composition of Grapes by HPLC. Chromatographia. 25(7): 609-612.

Da Silva, T.L., Bernardo, E.C., Nobre, B., Mendes, R.L., dan Reis, A. (2008). Extraction of Victoria and Red Globe Grapeseed Oil Using Supercritical Carbondioxide With and Without Ethanol. Journal of Food Lipids. 15: 356-357.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 33, 459.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 378.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 83, 85, 86, 103-105, 195-197.

Groteluschen, B., Kovacevic, M., Lanzendorfer, G., Muller, A., dan Riedel, C. (2005). Lipstick. United States: Patent Application Publication. Hal. 1. Heldermann, M. (2011). Castor Oil Alternative for Lipsctick Formulas. Cosmetics

Hudiyanti, D. (2009). Lipstik, Bukan Sekedar Warna. Diakses 19 Januari 2015. http: //www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_material/lipstik-bukan- sekedar-warna/html.

Keithler, W.R. (1956). The Formulation of Cosmetics and Cosmetic Specialities. New York: Drug and Cosmetic Industry. Hal. 153-155.

Maheswari, M.U., dan Rao, P.G.M. (2005). Antihepatotoxic Effect of Grape Seed Oil in Rat. Indian Journal Pharmacology. 37(3): 179.

Muliyawan D., dan Suriana, N. (2013). A - Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Hal. 134, 157-158.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier Science. Hal. 385- 389.

Pranitasari, N. (2011). Anggur (Vitis vinifera L.). Diakses 15 Desember 2014.http: //novi-biologi.blogspot.com/2011/08/anggur-vitis-vinifera-l.html.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan belas. London: Bailierre Tindall. Hal. 355.

Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, E.Q. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi Keenam. London: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association. Hal. 75, 442, 742.

Sahu, G.S., Sahu, S.S., Sharma, H., Dewangan, M.K., dan Sinha, D. (2004). Formulation and Characterization of herbal Lipstick Containing Beta vulgaris Linn. International Journal of Pharmaceutical and Biomedical Research. 5(4): 90.

Setiadi. (1995). Bertanam Anggur. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 1, 4.

Soekarto, S.T. (1981). Penilaian Organoleptik Pusat Pengembangan Teknologi Pangan. Bogor: IPB Press. Hal. 355.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 11, 90-93, 167.

Vishwakarma, B., Dwivedi, S., Dubey, K., dan Joshi, H. (2011). Formulation and Evaluation of Herbal Lipstick. International Journal of Drug Discovery & Herbal Research. 1(1): 18-19.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press. Hal. 3-5, 26, 28, 122-126.

Wibowo, D.S. (2013). Anatomi Fungsional Elementer dan Penyakit yang Menyertai. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Hal. 27.

Wilkinson, J.B. (1982). Harry’s Cosmetology. Edisi ketujuh. London: George Godwin. Hal. 549.

Wiryanta, B.T.W. (2004). Membuahkan Anggur di Dalam Pot dan Pekarangan. Jakarta: Agro Media Pustaka. Hal. 5, 11-12, 20-21.

Woelfel, J.B., dan Scheid, R.C. (1997). Dental Anatomy Its Relevance to Dentistry. Edisi Kelima. Maryland: Williams & Wilkins. Hal. 69.

Young, A. (1974). Pratical Cosmetic Science. London: Mills & Boon Limited. Hal. 86.

LAMPIRAN

Dokumen terkait