• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Pemilihan dan Tanggapan Masyarakat .1 Hasil Pemilihan Kepela Daerah Secara Umum

Dalam dokumen TAHUN Tahun 2007) SEKOLAH (Halaman 53-62)

GAMBARAN SISTEM POLITIK SULAWESI TENGGARA MASA PEMILIHAN GUBERNUR TAHUN 2007

4.4 Hasil Pemilihan dan Tanggapan Masyarakat .1 Hasil Pemilihan Kepela Daerah Secara Umum

Pemilihan umum gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Tenggara telah selesai digelar. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sultra sebagai lembaga penyelenggara telah menetapkan pasangan H. Nur Alam dan H. M. Saleh Lasata sebagai pemenang dalam pemilihan Gubernur yang berlangsung 2 Desember 2007. Kemenangan pasangan ini ditandai dengan perolehan suara sebanyak oleh 421.360 suara (42,78 %). Sedangkan perolehan suara tiga pasangan calon lain yaitu Ali Mazi SH. dan H. Abdul Samad sebanyak 387.404 suara ( 39,34 %), Drs. H. Masyhur Masie Abunawas M.Si dan Azhari, S.Stp, M.Si sebanyak 91.388 suara (9,28 %), dan Prof. Ir.H. Mahmud Hamundu, M.Sc dan Drs.H.Yusran A. Silondae, M.Si sebanyak 84.699 suara (8,60 %).

Meskipun pemilu telah berhasil digelar, pihak KPUD sebagai pelaksana tidak terlepas dari gugatan yang datang dari dua pihak yaitu pasangan bakal calon L.I – A.K yang tidak diloloskan menjadi pasangan calon kepala daerah dan juga gugatan hasil penghitungan suara yang datang dari kubu AZIMAD. Terkait dengan hasil pemilihan yang berlangsung serta gugatan hasil penghitungan suara tersebut, kepala KPU Sultra menyatakan bahwa merasa lega telah berhasil melaksanakan pemilihan yang pertamakali melibatkan secara langsung masyarakat Sultra dan hal tersebut diakuinya bukan satu hal yang mudah. Penuturan Informan Bpk K.H:

“…tidak gampang menjalankan pemilu apalagi yang ini baru pertama kali masyarakat memilih kepala daerahnya langsung, meskipun gugatan masih tetap ada, tapi toh tidak sampai seperti kontraversi yang terjadi pada pemilu SulSel. Kalau masalah gugatan AZIMAD itu kan sudah terbukti tidak benar dan dimentahkan, itu hanya upaya penggagalan hasil pemilu saja. Tapi sejauh ini, kami dari KPU sudah merasa lega dan cukup puas tinggal bagaimana kami belajar lagi untuk pemilu-pemilu yang akan datang meskipun mungkin bukan saya lagi yang menjadi ketuanya…”.

Rapat pleno terbuka rekapitulasi perolehan suara pemilihan umum gubernur dan wakil gubernur Sultra telah selesai dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Tenggara. Jalannya rekapitulasi suara di KPU menurut

informan K.H sudah sesuai prosedur. KPU Sultra dengan disaksikan oleh saksi pasangan calon, panitia pengawas pemilu, pemantau, muspida dan tokoh masyarakat merekapitulasi perolehan suara di setiap kabupaten/ Kota secara terbuka. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa hasil rapat menetapkan kubu NUSA sebagai pemenang dan pasangan tersebut berhak menjabat sebagai kepala daerah Sulawesi Tenggara selama lima tahun ke depan.

Berdasarkan hasil penetapan jumlah perolehan suara pada pemilu Sultra tersebut, masing-masing pasangan calon yang gagal mendapatkan posisi utama memiliki reaksi berbeda-beda. Misalnya saja pada kubu AZIMAD, pasangan ini langsung mengajukan keberatan dan gugatan atas hasil perolehan suara yang disahkan oleh KPUD Sultra. Hal ini wajar saja dilakukan mengingat telah ada peraturan pemerintah yang mengatur mengenai hal tersebut. Pada Undang-Undang No.32 Tahun 2004 (Pasal 106) dan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 (Pasal 94) disebutkan bahwa keberatan terhadap penetapan hasil pemilihan diajukan oleh pasangan calon kepada Mahkamah Agung dalam waktu paling lambat tiga hari setelah hari penetapan hasil pemilihan. Selanjutnya Mahkamah Agung memutus sengketa hasil penghitungan suara tersebut paling lambat 14 hari stelah diterimanya permohonan keberatan.

Jika pasangan AZIMAD sibuk memperkarakan hasil penghitungan suara, maka berbeda dengan sikap yang dikeluarkan oleh pasangan MAHASILA. Dikutip dalam media Metro Kendari, Kendari Pos (Senin, 4 Februari 2008) M.H menegaskan bahawa dirinya tetap berkomitmen dengan apa yang telah diucapkan sebelumnya. Dua hari setelah pelaksanaan pilkada pasangan MAHASILA pernah mengatakan bahwa akan sepenuhnya menerima hasil putusan KPUD, sehingga tidak mungkin ikut menggugat hasil pemilihan karena sama saja dengan menjilat air ludah sendiri tuturnya.

Proses dan tahapan pemilihan kepala daerah secara langsung yang telah dilakukan masyarakat Sultra dan berjalan secara lancar dan damai, tidak terlepas dari peranan masyarakat sendiri dan juga pihak elit politik yang lebih mengutamakan jalur hukum dari pada terlibat dalam aksi-aksi yang berujung pada anarkis jika ada masalah, seperti yang terjadi di daerah lainnya. Salah satu langkah tepat yang telah diambil oleh KPU Sultra sebagai pihak penyelenggara

adalah pengunduran jadwal pencoblosan yang semula direncanakan berjalan pada tanggal 4 November 2007, berubah menjadi 2 Desember 2007. Pengunduran jadwal ini dirasa tepat untuk menghindari mobilisasi massa yang protes karena merasa dirugikan tidak terdaftar sebagai pemilih. KPU Sultra telah memperhitungkan hal tersebut dan mencoba belajar dari pemilihan sebelumnya yakni pilwali Kota Kendari dan pilwali Kota Bau-bau.

4.4.2 Primordial Sebagai Kunci Kemenangan. Kasus: Kelurahan Lepo-Lepo

Lepo-Lepo merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Baruga, Kotamadya Kendari dengan luas wilayah 37.650 ha. Jumlah penduduk Kelurahan Lepo-Lepo pada tahun 2007 sebanyak 2545 jiwa. Keadaan penduduk kelurahan Lepo-Lepo berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk relatif baik ditunjukkan dengan tidak adanya penduduk usia 7-45 tahun yang tidak pernah sekolah ataupun tidak adanya penduduk yang pernah sekolah SD tetapi tidak tamat. Pendidikan merupakan faktor yang tidak kalah penting dalam proses pemilihan secara langsung, sebab pemilih merupakan pemegang suara dan penentu kemenangan sekaligus menentukan pola pembangunan dan kemajuan masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh informan K.H:

“pendidikan pemilih kali ini jauh lebih penting sebab pemilihan gubernur sudah dilaksanakan oleh lembaga independen dengan melibatkan suara langsung rakyat, sebagai pembeda dengan pemilihan gubernur pada masa silam”.

Berdasarkan mata pencaharian pokok, penduduk Lepo-Lepo menunjukkan pegawai negeri dan TNI/POLRI yang mendominasi mata pencaharian pokok masyarakat dengan jumlah berturut-turut 220 orang dan 142 orang. Sedangkan mata pencaharian pokok lainnya sebagai buruh/swasta, pedagang, penjahit, tukang batu, tukang kayu, nelayan, montir, dokter, dan sopir. Distribusi penduduk Lepo-Lepo berdasarkan mata pencaharian pokok secara lebih rinci dapat dilihat dalam Tabel 3. berikut.

Tabel 3. Distribusi Penduduk Lepo-Lepo Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok

NO. Jenis Mata Pencaharian Pokok Jumlah

1. Buruh/ Swasta 31 2. Pegawai Negeri 220 3. Pedagang 3 4. Penjahit 2 5. Tukang Batu 12 6. Tukang Kayu 17 7. Nelayan 1 8. Montir 5 9. Dokter 1 10. Sopir 59 11. TNI/POLRI 142

Berdasarkan sistem kepercayaan, masyarakat kelurahan Lepo-Lepo menunjukkan sebagian besar masyarakat beragama Islam yaitu sebanyak 3712, Kristen sebanyak 220 orang, Katholik sebanyak 37 orang, Hindu sebanyak 15 orang dan Budha sebanyak 1 orang.

Berdasarkan etnisitas, penduduk Lepo-Lepo menunjukkan etnis Tolaki sebagai etnis yang dominan pada masyarakat, selanjutnya diikuti oleh enis Muna, Bugis, Buton, Makassar. Secara lebih rinci,komposisi penduduk berdasarkan etnis dapat dilihat dalam Tabel 4. Berikut.

Tabel 4. Komposisi Penduduk Lepo-Lepo Berdasarkan Etnis

No. ETNIS Jumlah

1. Tolaki 963 2. Bugis 169 3. Muna 241 4. Buton 151 5. Makassar 60 6. Lain-Lain 961

Partai politik yang terdapat dalam masyarakat lepo-Lepo yang terhitung aktif dan memiliki pengurus sebanyak enam (6) partai politik masing-masing Golongan Karya (GOLKAR), PDIP, PAN, PPP, PKS dan PBB. Sedangkan organisasi non-formal dalam hal ini kelompok masyarakat yang menjadi ruang politik pilkada sebanyak 7 kelompok yang semuanya adalah kelompok majelis Taklim atau pengajian dengan jumlah anggota 210 orang anggota.

Pada saat proses pemilihan Gubernur periode 2008-2013, jumlah pemilih sementara yang terdaftar untuk wilayah Lepo-Lepo sebanyak 2,281 sedangkan daftar pemilih tambahan sebanyak 79, daftar pemilih tetap sebanyak 2,360 dan meliputi 5 tempat pengumpulan suara (TPS). Berikut akan disajikan rekapitulasi jumlah pemilih, TPS dan surat suara pemilihan umum Gubernur dan Wakil Gubernur di kelurahan Lepo-Lepo.

Tabel 5. Rekapitulasi Jumlah Pemilih, TPS dan Surat Suara Pemilihan

Umum Gubernur dan Wakil Gubernur di Kelurahan Lepo-Lepo

No. Uraian TPS 1 TPS 2 TPS 3 TPS 4 TPS 5 1 Jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih 445 204 335 235 269 2 Jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilih 209 343 152 60 105 3 Jumlah pemilih dari TPS lain 3 2 1 1 4 Jumlah surat suara yang rusak 5 Jumlah surat suara yang tidak terpakai 209 344 150 59 105 6 Jumlah surat suara yang terpakai 445 207 337 236 270

Seperti daerah lain di Sulawesi Tenggara, di Kelurahan Lepo-Lepo pun melaksanakan pemilihan kepala daerah pada tanggal 2 Desember 2007.

Berdasarkan berita acara rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilihan umum Gubernur dan Wakil Gubernur di tingkat Kecamatan oleh panitia pemilihan Kecamatan, maka proses pemilihan yang terjadi di Kelurahan Lepo-Lepo khususnya berlangsung dengan tertib dan baik. Sedangkan hasil perhitungan suara pada akhirnya dimenangkan oleh pasangan NUSA. Berikut disajikan Tabel 6. Rekapitulasi hasil perhitungan suara untuk wilayah Kelurahan Lepo-Lepo.

Tabel. 6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara

No. Nama pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jumlah Skor Suara Hasil Dalam % 1 MAHASILA 198 13.24

2 M.M.A dan Azhari 149 9.97

3 AZIMAD 564 37.73

4 NUSA 572 38.26

5 Suara tidak sah 12 0.8

Hasil yang diperoleh ini telah diperediksi oleh para elit politik khususnya pakar politik yang berdomosili di walayah Lepo-Lepo. Terdapat beberapa prediksi sebelum hasil perhitungan suara dikeluarkan. Pertama, para pakar politik memprediksikan bahwa kubu NUSA akan menjadi pesaing berat kubu AZIMAD untuk wilayah Lepo-Lepo. Hal ini dikarenakan kedekatan faktor-faktor non-formal masyarakat terhadap kedua pasangan. Misalnya saja, kandidat A.S dari pasangan AZIMAD merupakan orang yang ditokohkan dan dituakan di wilayah Lepo. Selain itu, kediaman A.S berbatasan langsung dengan wilayah Lepo sehingga banyak terdapat keluarga dan kerabat dekatnya di wilayah Lepo-Lepo. Sedangkan pasangan N.A dari kubu NUSA merupakan tokoh yang dekat dengan masyarakat Lepo-Lepo dikarenakan N.A tumbuh dan berkembang di wilayah Konda yang juga berdekatan dengan wilayah Lepo-Lepo. Selain itu, N.A memiliki banyak teman berasal dari masyarakat Lepo-Lepo yang kemudian direkrut menjadi tim suksesnya. Alasan kedua, keduanya beretnis Tolaki yang merupakan etnis terdekat dan mayoritas di wilayah Lepo-Lepo. Berikut tanggapan

yang diberikan oleh informan H.S yang merupakan pengamat politik dan berdomisili di wilayah Lepo-Lepo.

“…sudah jauh hari memang kami disini sudah prediksi kalo suara akan terpecah antara kubu NUSA dengan kubu AZIMAD. Bagaimana tidak, dua-duanya familiar untuk masyarakat sini. A.M adalah Gubernur periode sebelumnya ditambah pasangannya A.S orang tua disini, N.A meskipun pasangannya tidak terlalu familiar tapi dia pegangannya kuat disini melalui kroni-kroni dan konco-konconya”.

Tanggapan atas perolehan suara juga diberikan oleh informan Ibu DMT yang merupakan Lurah Lepo-Lepo. Berikut tanggapannya:

“…wajar saja kalo perolehan suara hasilnya terpecah dua hampir sama besar antara kubu NUSA dengan kubu AZIMAD. Dua-duanya dari etnis Tolaki dimana masyarakat Lepo-Lepo juga mayoritas beretnis Tolaki. Sedangkan etnis Bugisnya banyak yang sudah kawin dengan orang Tolaki, kadang masyarakat juga memegang dua etnis antara Tolaki dengan Bugis. Jadi ya…jangan heran kalo orang Bugis juga dukungannya jatuh sama orang Tolaki apalagi Tolakinya masih orang sini-sini juga”.

Demikian penuturan informan DMT yang menuturkan kedekatan antara N.A dengan A.S dimana masyarakat menganggap keduanya adalah masyarakat Lepo-Lepo juga. Keduanya juga dekat dengan masyarakat Lepo-Lepo melalui acara-acara kekeluargaan ataupun pesta-pesta pernikahan yang mereka hadiri. Hal ini semakin mendekatkan mereka dengan masyarakat Kelurahan Lepo-Lepo.

4.5 Ikhtisar

Pada bab ini telah dibahas mengenai sistem pemilihan yang berlaku pada pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara Tahun 2007. Bahasan mengenai sistem pemilihan yang berlaku pada pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara Tahun 2007 ini berguna sebagai jalan untuk mengetahui kondisi politik yang terjadi selama masa pemilihan Gubernur. Hal ini juga dimaksudkan sebagai jalan pembuka untuk mengetahui situasi dan kondisi politik selama masa pemilihan Gubernur berlangsung, sehingga diharapkan akan lebih mudah memahami topik-topik yang akan dibahas selanjutnya. Selain membahas sistem pemilihan yang berlaku pada

pemilihan Gubernur Sultra Tahun 2007, bab ini juga membahas mengenai karateristik kubu NUSA sebagai fokus kajian dan juga membahas karateristik kubu lain sehingga membantu memahami kekhasan karateristik kubu NUSA sebagai fokus kajian. Isu strategis yang diangkat oleh kubu NUSA dan kubu-kubu lain juga menjadi salah satu bahasan dalam bab ini. Pada akhirnya, pembahasan mengenai hasil pemilihan secara umum dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah diperoleh setelah melewati serangkaian tahapan dalam pemilihan Gubernur Sultra tahun 2007. Bahasan mengenai satu kasus mikro, yaitu mengangkat kasus Kelurahan Lepo-Lepo, menjadi satu ilustrasi yang menarik untuk menggambarkan bagaimana kekhasan kubu NUSA sebagai kubu yang dilekatkan dengan identitas etnis Tolaki bermain dalam tataran masyarakat akar rumput sebagai bagian dari masyarakat Sultra secara umum.

Hasil pembahasan mengenai sistem pemlihan Gubernur Sulra Tahun 2007 menunjukkan bahwa pemilihan Gubernur Sultra periode 2008-2013 yang berlangsung pada tahun 2007 diikuti oleh empat kubu kandidat calon pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur masing-masing kubu MAHASILA, MMA, AZIMAD dan kubu NUSA. Sistem pemilihan yang digunakan adalah sistem

”plurality majority system” yaitu sistem pemilihan dengan satu kali putaran saja

jika hasil diperoleh terdapat suara terbesar lebih dari 25 % suara yang ada. Kewenangan partai politik dalam menetukan kandidat bakal calon yang diatur oleh UU No.32 Tahun 2004 Pasal 59 dimana parpol dan gabungan parpol mendaftarkan pasangan calon jika memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya 15 % dari faraksi yang ada di DPRD setempat. Berdasarkan kewenangan partai politik tersebut serta kondisi administratif yang dihadapi KPU Sultra, KPU Sultra sebagai pihak penyelenggara pilkada Sultra meloloskan empat pasangan calon Gubernur dan tidak meloloskan calon independent dalam pilkada 2007 lalu, meskipun dalam UU yang sama juga telah diatur mengenai calon perseorangan.

Kubu NUSA yang merupakan salah satu kubu yang ikut dalam Pilkada Sultra merupakan obyek penelitian dengan mengambil anggota tim suksesnya sebagai subyek penelitian. Kubu NUSA mencalonkan dua figur pemimpin dari dua latar belakang berbeda yaitu Politikus-pengusaha sebagai Gubernurnya serta mantan anggota TNI sebagai wakil Gubernurnya. Kekhasan kolaborasi latar

belakang fugur pemimpin ini hanya dimiliki oleh kubu NUSA dimana kubu lainnya tidak memiliki figur berlatar belakang mantan anggota TNI.

Visi, misi serta isu strategis merupakan hal penting dalam proses pilkada dengan sistem pemilihan langsung oleh masyarakat karena merupakan serangkaian program kerja dan janji yang ditawarkan kepada masyarakat sebagai pihak pemegang suara. Bagi kubu NUSA, pemilihan atas serangkaian visi, misi serta isu strategis didasarkan atas latar belakang kondisi sosial masyarakat Sultra. Misalnya pemilihan atas program pembangunan okonomi dan peningkatan iklim investasi di Sultra didasarkan atas kondisi kemiskinan yang terjadi di Sultra.

Hasil pemilihan yang dilakukan pada tanggal 2 Desember 2007 menempatkan kubu NUSA sebagai pemenang pilkada Sultra dengan perolehan suara sebanyak 42,78%. Meskipun terdapat gugatan atas hasil perolehan suara oleh kubu lainnya khususnya kubu AZIMAD, namun KPU Sultra sebagai pihak penyelenggara tetap menetapkan kubu NUSA sebagai pemenang pilkada Sultra.

Kelurahan Lepo-Lepo adalah sebuah kelurahan yang berbatasan langsung dengan Ranomeeto sebagai wilayah domisili Abd.Samad salah satu figur wakil Gubernur dari kubu AZIMAD dan juga berbatasan dengan wilayah Konda dan Wua-Wua sebagai wilayah domisili dan pusat kekerabatan dari Nur Alam figur dari kubu NUSA. Di kelurahan Lepo-lepo juga terdapat beberapa elit politik yang merupakan pendukung dua kubu berbeda yaitu kubu Azimad dan NUSA. Masyarakat lepo-Lepo sendiri memiliki kedekatan emosional terhadap dua figur calon pemimpin tersebut. Hasil pemilihan di kelurahan ini memperlihatkan adanya signifikansi antara pilihan masyarakat dengan kedekatan emosional sebagai sumber pemilihan masyarakat.

Setelah mengetahui sistem politik yang terjadi pada pemilihan Gubernur Sultra tahun 2007 serta mengenal karateristk kubu NUSA sebagai fokus kajian, pada bahasan berikutnya, akan dijelaskan bagaimana etnis Tolaki, melalui elit politik beretnis Tolaki di kubu NUSA memiliki serangkaian motif perilaku politik yang bersumber dari nilai-nilai adat yang dimiliki dan sejarah perjalanan peta politik Sultra dan kemudian menjadi dorongan kekuatan untuk melangsungkan berbagai aksi strategis pada pemilihan Gubernr Sultra untuk mencapai tujuan

politiknya. Bahasan ini menarik untuk mengetahui motivasi-motivasi di balik serangkaian manuver politik yang terjadi selama masa pemilihan Gubernur Sultra berlangsung.

Dalam dokumen TAHUN Tahun 2007) SEKOLAH (Halaman 53-62)