• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari 42 sampel foto rontgen,sebanyak 12 sampel berasal dari subjek laki-laki dan 30 sampel dari subjek perempuan. Hasil pengukuran terhadap sudut konveksitas wajah jaringan lunak (N’-Sn-Pg’) dan sudut konveksitas wajah skeletal (N-A-Pg) yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Sudut konveksitas wajah pada 42 buah sampel penelitian.

No. Sampel Konveksitas Jaringan Lunak / N’-Sn-Pg’ ( º ) Konveksitas Skeletal / N-A-Pg ( º ) 1 9 2 2 12 7 3 14 9,5 4 20 14 5 12 8 6 23 7,5 7 28,5 22 8 21 11 9 19 5 10 17 9,5 11 13 6,5 12 10,5 3,5 13 15 5,5

Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun (Tahun 1999-2005), 2007.

USU Repository © 2009 14 19,5 4,5 15 7,5 0,5 16 21 8 17 21,5 10 18 14 9 19 17 7 20 14 5 21 13,5 10 22 21 9 23 19 7 24 11 10 25 14,5 7,5 26 21 10 27 13 9 28 15,5 8,5 29 11 1 30 28 17,5 31 18 6 32 6,5 0 33 20 11 34 13 3 35 18 9,5 36 18 4 37 17 1 38 28 8,5 39 14 2 40 12,5 0 41 20 6 42 19 6,5

Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun (Tahun 1999-2005), 2007.

USU Repository © 2009

Tabel 2. Nilai rerata konveksitas jaringan lunak dan skeletal

Jenis pengukuran Nilai rerata N S.D. Terendah Tertinggi

N’ – Sn – Pg’ (Jaringan Lunak) 16,67 42 5,16988 6,5 28,5 N – A – Pg (Skeletal) 7,19 42 4,43648 0 22

Hasil pengukuran sudut N’-Sn-Pg’ diperoleh nilai tertinggi yakni 28,5º pada sampel ke 7, dan nilai terendah yakni 6,5º pada sampel ke 32. Nilai rerata konveksitas wajah jaringan lunak pada 42 sampel sefalogram adalah 16,67º.

Tabel 3. Nilai rerata konveksitas jaringan lunak laki-laki dan perempuan.

N’ – Sn – Pg’ Nilai rerata N S.D. Terendah Tertinggi

Laki-laki 17 12 5,23537 6,5 28

Perempuan 16,53 30 5,22747 7,5 28,5

Tabel 4. Analisa t-test konveksitas jaringan lunak laki-laki dan perempuan.

Paired Differences Sig. Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference

Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun (Tahun 1999-2005), 2007.

USU Repository © 2009

Lower Upper t df (2-tailed)

Pria-Wanita .41667 7.40324 2.13718 4.28724 5.12057 .195 11 .849

Ket : Sig. (2-tailed) = 0,849; artinya tidak ada perbedaan yang signifikan

Nilai rerata konveksitas wajah jaringan lunak pada 12 sefalogram laki-laki adalah 17º dan 30 sefaloogram perempuan adalah 16,53º. Analisa t-test untuk menguji kemaknaan perbedaan nilai konveksitas wajah jaringan lunak laki-laki dengan perempuan dilakukan terhadap 12 sefalogram laki-laki dan 12 sefalogram perempuan. Hasil analisa menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. (data lengkap di lampiran 6)

Tabel 5. Analisa t-test konveksitas jaringan lunak dan skeletal wajah.

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper NSnPg-NAPg 9.47619 3.96009 .61106 8.24214 10.71024 15.508 41 .000

Ket : Sig. (2-tailed) = 0,000; artinya ada perbedaan yang signifikan

Hasil pengukuran sudut N-A-Pg diperoleh nilai tertinggi yakni 22º pada sampel ke 7, dan nilai terendah yakni 0º pada sampel ke 32 dan 40. Nilai rata-rata konveksitas wajah skeletal adalah 7,19º.

Hasil uji analisa t-test yang digunakan untuk menguji kemaknaan perbedaan nilai rata-rata konveksitas wajah jaringan lunak dengan konveksitas wajah skeletal, menunjukkan ada perbedaan yang signifikan. (data lengkap di lampiran 7)

Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun (Tahun 1999-2005), 2007.

USU Repository © 2009

BAB 6 PEMBAHASAN

Penelitian ini untuk memperoleh nilai konveksitas wajah jaringan lunak (N’-Sn-Pg’) dan melihat perbedaannya antara laki-laki dengan perempuan serta perbedaannya dengan ras Kaukasoid. Selain itu juga akan diukur sudut konveksitas wajah skeletal (N-A-Pg) untuk dibandingkan dengan konveksitas wajah jaringan lunak (N’-Sn-Pg’) sehingga diketahui korelasi antar kedua variabel tersebut.

Proses seleksi relasi rahang dari subjek dalam penelitian ini hanya dilakukan terhadap kedudukan dental dan tidak dilakukan terhadap skeletal rahang. Dalam hal penentuan umur subjek penelitian, selain dengan umur kalender dapat dilakukan analisa foto roentgen pergelangan tangan atau vertebra servikal.

Hasil analisa statistik terhadap nilai rata-rata konveksitas wajah jaringan lunak pada laki-laki (mean=17º) dan perempuan (mean=16,5333º) menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kedua jenis kelamin tersebut (p=0,849). Hal ini membuktikan bahwa jenis kelamin tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap nilai konveksitas jaringan lunak. (Lampiran 6)

Kusnoto (1988) dalam penelitiannya terhadap anak-anak usia 6-18 tahun menyatakan bahwa norma ukuran sefalometri suatu kelompok etnik dipengaruhi oleh

Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun (Tahun 1999-2005), 2007.

USU Repository © 2009

umur dan jenis kelamin.8 Dalam penelitian ini tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara hasil yang diperoleh antar jenis kelamin. Bisa disimpulkan bahwa tidak semua parameter sefalometri dipengaruhi oleh jenis kelamin. Meskipun di dalam penelitian ini uji statistik perbandingan antar jenis kelamin tidak dilakukan dengan sistem random comparement dan hanya sebanyak 12 buah sefalogram yang diperbandingkan untuk tiap jenis kelamin.

Riedel cit. Soehardono (1983) berpendapat bahwa ada hubungan erat antara profil wajah jaringan lunak dengan susunan tulang dan gigi yang membentuk profil wajah skeletal.7 Koesoemahardja (1993) menilai tidak semua jaringan lunak fasial pertumbuhannya berkorelasi dengan jaringan kerasnya, tetapi ada yang tumbuh mandiri.10 Soehardono (1983) menyatakan bahwa beberapa bagian dari profil wajah jaringan lunak menyimpang dari struktur skeletal dibawahnya. Keadaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan ketebalan jaringan lunak di atas titik Subspinale (A), Nasion (N) dan Pogonion (Pg). Ketebalan jaringan lunak di atas titik Subspinale lebih tebal dibandingkan dengan di atas Pogonion dan jauh lebih tebal bila dibandingkan dengan di atas Nasion.7

Hasil analisa konveksitas jaringan lunak adalah sebesar 17º untuk sampel laki-laki dan 16,5333º untuk sampel perempuan. Penelitian Soehardono (1983) terhadap 96 mahasiswa Deutro-Melayu FKG Unair memperoleh sudut N’-A’-Pg’ wajah sebesar 15,531º pada sampel laki-laki dan 14,156º pada perempuan.7 Hasil penelitian tersebut tidak bisa diperbandingkan dengan hasil penelitian ini karena parameter pengukuran yang digunakan adalah titik Subspinale jaringan lunak (metode analisa

Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun (Tahun 1999-2005), 2007.

USU Repository © 2009

Down) sedangkan pada penelitian ini digunakan titik Subnasale (metode analisa Hashim et.al).

Gambar 6 adalah gambar dari sampel ke 6 dengan nilai konveksitas jaringan lunak sebesar 23º dan nilai konveksitas skeletal sebesar 7,5º. Selisih dari kedua hasil tersebut adalah sebesar 15,5º dan merupakan selisih yang cukup besar. Analisa statistik t-test terhadap nilai rata-rata konveksitas wajah jaringan lunak menunjukkan ada perbedaan yang bermakna dengan dengan nilai konveksitas wajah skeletal (p=0,000). (Lampiran 7)

Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun (Tahun 1999-2005), 2007.

USU Repository © 2009

Hasil analisa statistik dan salah satu sefalogram dari sampel penelitian bisa membantu menunjukkan bahwa nilai konveksitas wajah jaringan lunak berbeda dengan konveksitas wajah skeletal secara signifikan. Hasil ini sesuai dengan pendapat para peneliti terdahulu yakni Subtelny (1959), Soehardono (1983) dan Koesoemahardja (1993).

Penelitian Zylinski et. al. (1992) terhadap 29 pria dewasa Kaukasoid memperoleh nilai mean sudut N’-Sn-Pg’ sebesar 14º dengan standar deviasi 4,9º.15 Bila dibandingkan dengan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa konveksitas jaringan lunak pria Deutro-Melayu (mean=17º) tidak berbeda secara signifikan dengan Kaukasoid.

Di akhir penelitian dilakukan analisa untuk melihat kesalahan pada metode pengukuran (error of the method). Sebanyak 9 sefalogram dipilih secara acak dari 42 sampel penelitian. Sefalogram tersebut ditrasing dan diukur kedua kalinya oleh pembimbing di Departemen Ortodonti FKG USU. Hasil analisa statistik t-test dan korelasi Pearson membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna dari hasil pengukuran peneliti dan tersebut. (p>0,05 dan korelasi Pearson signifikan.) (Lampiran 8)

Benny Perabuwijaya : Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral Pada Mahasiswa Deutro-Melayu Fkg Usu Usia 20-25 Tahun (Tahun 1999-2005), 2007.

USU Repository © 2009

BAB 7

Dokumen terkait