• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif

Dalam dokumen T1 802010710 Full text (Halaman 28-33)

Tabel 1

Tingkat Religiusitas Remaja Akhir dari Orang Tua Seagama dan Orang Tua Beda Agama Skor Kategori N % Min Max Mean Std Dev Orangtua seagama >93 Tinggi 15 51,72 95 111 103,07 4,832 Orangtua beda agama 69-89 Sedang 13 44,83 72 88 81,46 4,841 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014

Tabel di atas memperlihatkan jumlah responden remaja akhir dari orang tua seagama berdasarkan tingkat religiusitas. Kategori religiusitas tinggi, jumlah responden sebanyak 15 orang (51,72%), skor minimum 95, skor maksimum 111, mean 103,07 dan standar deviasi

4,832. Sedangkan tingkat religiusitas remaja akhir dari orang tua beda agama, kategori religiusitas sedang, jumlah responden sebanyak 13 orang (44,83%), skor minimum 72, skor maksimum 88, mean 81,46 dan standar deviasi 4,841.

Deskripsi Variabel

Tabel 2 Deskripsi Variabel

Kategori N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Orangtua Seagama 29 93,517 12,76 56 111 OrangtuaBeda

Agama 29 84,621 15,82 48 110 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa untuk kategori variabel religiusitas remaja dari orangtua seagama, memiliki nilai mean 93,517, standar deviasi 12,76, nilai minimum 56 dan nilai maksimum 111. Sedangkan untuk kategori variabel religiusitas remaja dari orangtua beda agama, memiliki nilai mean 84,621, standar deviasi 15,82, nilai minimum 48 dan nilai maksimum 110.

Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Tabel 3.

Hasil Uji Normalitas Data

Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2014

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

29 29 93,52 84,62 12,758 15,824 ,135 ,143 ,085 ,081 -,135 -,143 ,727 ,768 ,666 ,597 N Mean Std. Deviati on Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negati ve Most Extrem e Di fferences Kolmogorov-Sm irnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)

Orangtua Seagama

Orangtua Beda Agam a

Test di stribution is Norm al. a.

Calculated from data. b.

Dari tabel di atas terlihat nilai uji normalitas yang dinyatakan oleh hasil uji Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,727 untuk data variable orangtua seagama dengan nilai signifikansi sebesar 0,666 dan untuk data variable orangtua beda agama nilai uji

sebesar 0,768 dan nilai signifikansi sebesar 0,597. Nilai signifikansi kedua variable > α

(0,05), sehingga data yang diuji dikatakan berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Tabel 4.

Hasil Uji Homogenitas Data

Dari tabel di atas terlihat nilai uji sebesar 0,732 dengan tingkat signifikansi 0,396 >α (0,05), sehingga data yang diuji dikatakan bersifat homogeny.

Uji t

Hasil uji t diperoleh nilai uji (nilai t hitung) sebesar 2,357 dengan signifikansi pada pengujian satu sisi sebesar 0,011. Nilai signifikansi tersebut <α (0,05). Berdasarkan hasil uji ini, berarti terdapat perbedaan yang signifikan dari rata-rata data yang diuji, atau dengan perkataan lain bahwa kedua data yang duji menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan bahwa “Ada perbedaan tingkat religiusitas antara remaja dari orangtua beda agama dengan remaja dari orangtua seagama”, diterima atau

terbukti. Rata-rata hasi penelitian menunjukkan bahwa remaja dari orangtua seagama memiliki tingkat religiusitas yang lebih tinggi dibanding remaja dari orangtua beda agama.

Test of Homogeneity of Variances Skor_Angket

,732 1 56 ,396

Levene

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat religiusitas antara remaja akhir dari orangtua seagama dengan remaja akhir dari orang tua beda agama, dimana tingkat religiusitas remaja akhir dari orangtua seagama cenderung lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh mean dari tingkat religiusitas remaja akhir dari orangtua seagama sebesar 93,517 sedangkan tingkat religiusitas remaja akhir dari orangtua beda agama sebesar 84,621. Dari hasil uj t diperoleh nilai t hitung sebesar 2,357 dengan signifikansi sebesar 0,011 (p < 0,05), membuktikan bahwa hipotesis yang mengatakan “Ada perbedaan tingkat religiusitas antara remaja dari orangtua beda agama dengan remaja dari orangtua seagama” diterima.

Hasil penelitian ini mendukung pendapat Murtadho (2004) yang menyatakan orangtua beda agama sering menyebabkan munculnya kebimbangan rasa agama remaja yang terlahir dalam keluarga beda agama terutama di usia remaja. Kebimbangan ini dapat terjadi ketika kedua orangtuanya sama-sama mengajarkan doktrin agama masing-masing kepadanya. Berbeda dengan anak yang terlahir dari orangtua seagama, dimana keduanya mengajarkan doktrin yang sama.

Hal ini karena tinggi rendahnya tingkat religiusitas seseorang tidak hanya ditentukan oleh faktor pribadi melainkan juga karena pengaruh faktor eksternal terutama orangtua. Religiusitas yang berkembang pada manusia sejak usia dini merupakan proses perpaduan antara potensi bawaan keagamaan dan pengaruh yang datang dari luar diri manusia itu sendiri. Dalam proses perkembangan tersebut akan terbentuk macam, sifat, serta kualitas religiusitas yang akan terekspresikan pada perilaku kehidupan sehari-hari (Mardiyah, 2010).

Peranan orangtua dalam pembentukan karakter anak memang sangat penting apalagi dalam membentuk kepribadian yang bersifat religiusitas. Orangtua merupakan sarana pertama kali bagi anak dalam menerima sosialisasi, jadi peran keluarga dalam membentuk

karakter anak memang sangatlah penting. Anak akan menjadi apa kelak orangtua sangatlah berpengaruh, baik buruknya anak dalam masyarakat juga berpengaruh pada pola didik orang tua, karena orangtua merupakan cerminan anak. Pendidikan agama yang diberikan terhadap anak banyak berpengaruh terhadap pembentukan religiusitas anak (Artanto, 2006).

Dalam hal keagamaan, orangtua juga mempunyai peranan yang sangat penting, bukan hanya sebagai pendidik dan pembimbing saja, tetapi juga sebagai pembina kesiapan anak dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama, oleh karena itu orangtua harus mampu menjadi teladan bagi putra-putrinya. Menurut Daradjat sebagaimana dikutip Hana (2011), bahwa pembentukan sikap, pembinaan moral dan pribadi pada umumnya, terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Pendidik atau pembina pertama adalah orangtua, kemudian guru. Semua pengalaman yang dilalui oleh anak waktu kecilnya, akan merupakan unsur penting dalam pribadinya, demikian halnya dengan pembentukan sikap religiusitas.

Umumnya, remaja yang lahir dari orangtua seagama umumnya menganut agama yang sama dengan kedua orangtua mereka. Berbeda dengan remaja yang lahir dari pasangan orangtua beda agama, dimana remaja harus memilih salah saatu agama dari orangtuanya atau memiliki agama yang bahkan berbeda dari kedua orangtuanya. Remaja yang mendapat ajaran nilai-nilai agama yang cukup dari orang tuanya, akan lebih mampu menghadapi membedakan apa yang baik dan tidak baik, apa yang patut dan tidak patut (Choiriyah, 2009).

Lebih tingginya tingkat religiusitas remaja dari orangtua seagama dalam penelitian ini mungkin disebabkan remaja dari orangtua yang menganut agama yang sama cenderung lebih sedikit mengalami konflik dalam perkembangan terutama dalam perkembangan rasa keagamaan. Karena sejak kecil, kedua orangtua telah meletakkan dasar-dasar keagamaan. Remaja juga secara langsung dapat meniru dan kemudian menerima nilai-nilai agama yang ditanamkan oleh orang tua, baik melalui sikap maupun perbuatan sehari-hari. Bagi orang tua yang seagama, penanaman nilai religiusitas pada anak relatif mudah, karena anak akan

mengikuti apa yang dilakukan oleh orangtua dalam aktivitas keagaman. Ketika rasa keagamaan itu sudah tumbuh pada diri anak, maka orangtua memberikan latihan-latihan keagamaan. Karena latihan itu dilakukan sejak kecil dan dengan cara yang tetap, maka ketika anak menginjak dewasa akan memiliki kepedulian yang tinggi pada kehidupan beragama dalam kesehariannya. Anak dengan orang tua yang seagama akan lebih mudah memahami nilai keagamaan, karena nilai-nilai tersebut akan dipelajari dari sikap dan perilaku keagaman orangtuanya sehari-hari (Pratiwi, 2012).

Kondisi seperti dipaparkan di atas kurang bisa dialami oleh remaja dari orangtua beda agama karena masing-masing dari mereka tetap menjalankan ibadah sesuai kepercayaannya masing-masing. Menurut Murtadho (2004), orangtua beda agama sering menyebabkan munculnya kebimbangan rasa agama remaja yang terlahir dalam keluarga beda agama terutama di usia remaja. Kebimbangan ini dapat terjadi ketika kedua orangtuanya sama-sama mengajarkan doktrin agama masing-masing kepadanya. Berbeda dengan anak yang terlahir dari orangtua seagama, dimana keduanya mengajarkan doktrin yang sama.

Dalam dokumen T1 802010710 Full text (Halaman 28-33)

Dokumen terkait