• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret 2012 di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Data diambil langsung pada bed

side monitor. Dari penelitian tersebut didapatkan sejumlah 50 sampel,

masing-masing 25 sampel untuk kelompok sevofluran dan 25 sampel untuk kelompok isofluran. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan uji-t independen, dengan taraf signifikasi= 0,05 dengan menggunakan Statistical

Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Windows.

Sampel pada kelompok sevofluran terdiri atas 11 orang pria dan 14 orang wanita, dengan usia 15-45 tahun. Sedangkan sampel untuk kelompok isofluran terdiri atas 8 orang pria dan 17 orang wanita, dengan usia 15-45 tahun. Distribusi berat pada kelompok sevofluran dan isofluran antara 46-75 kg. Masing-masing ditunjukkan dalam gambar 4.1; 4.2; dan 4.3:

commit to user

Gambar 4.1 Distribusi Sampel menurut Jenis Kelamin

Gambar 4.2 Distribusi Sampel menurut Usia 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Sevofluran Isofluran Ju m lah Anestesi Inhalasi

Jenis Kelamin

Pria Wanita 0 2 4 6 8 10 12 Sevofluran Isofluran Ju m lah Anestesi Inhalasi

Usia

16-25 26-35 36-45

commit to user

Gambar 4.3 Distribusi Sampel menurut Berat Badan

Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata berat badan kelompok anestesi inhalasi (mean ± SD) untuk kelompok sevofluran adalah 56,52 ± 5,69, dan kelompok isofluran adalah 59,68 ± 5,27. Berdasarkan hasil Levene’s test for

equality of variances, homogenitasnya bernilai 0,27. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa p > 0,05 yang artinya homogen.Hasil uji-t independen berdasarkan equal varians assumed menunjukkan bahwa nilai p adalah 0,047 yang artinya signifikan antara berat badan kelompok anestesi inhalasi sevofluran dan isofluran.

Dari pengamatan pada sampel kelompok sevofluran dan isofluran sebelum anestesi hingga fase insisi pada menit ke-15, didapatkan nilai tekanan darah arteri rerata (MAP) yang ditunjukkan pada tabel 4.1 :

0 2 4 6 8 10 12 14 16 Sevofluran Isofluran Ju m lah Anestesi Inhalasi

Berat Badan

46-55 kg 56-65 kg 66-75 kg

commit to user

Tabel 4.1 Rata-Rata Nilai Tekanan Darah Arteri Rerata (MAP) Kelompok Sevofluran dan Isofluran

Tekanan Darah Arteri Rerata (MAP) Fase Pengukuran Anestesi Sevofluran (Mean ± SD) Isofluran (Mean ± SD) Awal 94,72 ± 12,50 87,03 ± 9,68 Induksi 75,01 ± 8,84 69,47 ± 7,40 Intubasi 95,83 ± 7,77 102,15 ± 6,10 Insisi 05’ 92,80 ± 10,87 84,04 ± 7,28 Insisi 10’ 92,53 ± 10,58 83,69 ± 7,44 Insisi 15’ 92,97 ± 10,40 98,93 ± 8,07

Dari tabel 4.1 diperoleh mean MAP pada fase induksi anestesi dengan sevofluran lebih rendah daripada sebelum anestesi. Sebaliknya pada fase intubasi anestesi dengan sevofluran lebih tinggi daripada sebelum anestesi. Pada fase insisi menit ke- 5 anestesi hingga menit ke- 15 MAP menunjukkan kestabilan. Pada anestesi inhalasi isofluran menunjukkan bahwa terdapat fluktuasi yang cukup besar antara fase insisi menit ke- 10 dengan fase insisi menit ke- 15 anestesi.

Berdasarkan hasil Levene’s test for equality of variances, homogenitasnya bernilai untuk MAP sebelum anestesi adalah 0,40, fase induksi anestesi 0,46, fase intubasi anestesi 0,06, fase insisi pada menit ke-5 adalah 0,08, fase insisi pada menit ke-10 adalah 0,11, serta fase insisi pada menit ke-15 adalah 0,14. Dari hasil

commit to user

tersebut dapat disimpulkan bahwa p > 0,05 yang artinya homogen. Hal ini menandakan kelompok sevofluran dan isofluran layak diperbandingkan.

Karena homogen, maka peneliti akan menggunakan hasil uji-t independen berdasarkan asumsi varians yang sama pada kedua kelompok. Pada tabel-t, didapatkan nilai MAP sebelum anestesi; fase induksi anestesi; fae insisi anestesi menit ke-5 dan ke-10 adalah 2,43; 2,40; 3,35; 3,42 (positif), yang menunjukkan bahwa MAP dengan anestesi inhalasi sevofluran bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan isofluran. Pada fase intubasi dan fase insisi menit ke-15 didapatkan MAP -3,19 dan -2,25 (negatif), yang menunjukkan bahwa MAP dengan anestesi inhalasi isofluran lebih tinggi nilainya daripada dengan sevofluran.

Berdasarkan hasil signifikasi uji-t independen, didapatkan nilai p untuk MAP sebelum anestesi adalah 0,02, fase induksi anestesi adalah 0,02, fase intubasi anestesi dan fase insisi pada menit ke-5 adalah 0,02, fase insisi pada menit ke-10 adalah 0,01, serta fase insisi pada menit ke-15 adalah 0,03. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < 0,05, yang berarti terdapat perubahan yang bermakna pada MAP untuk kelompok sevofluran dan isofluran.

Dari pengamatan, tekanan darah arteri rerata (MAP) pada sampel kelompok sevofluran relatif lebih stabil daripada kelompok isofluran. Akan tetapi, terdapat perbedaan yang signifikan antara MAP awal kelompok sevofluran dan isofluran, hal ini dapat ditunjukkan pada gambar 4.4.

commit to user

Gambar 4.4 Grafik Rata-rata Kestabilan Tekanan Darah Arteri Rerata (MAP) pada Kelompok Sevofluran dan Isofluran

Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata berat badan kelompok anestesi inhalasi (mean ± SD) untuk kelompok sevofluran adalah 56,52 ± 5,69, dan kelompok isofluran adalah 59,68 ± 5,27. Berdasarkan hasil Levene’s test for

equality of variances, homogenitasnya bernilai 0,27. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa p > 0,05 yang artinya homogen. Hasil uji-t independen berdasarkan asumsi varians yang sama pada kedua kelompok menunjukkan bahwa nilai p sebesar 0,047. Hal ini berarti beda signifikan antara berat badan kelompok anestesi inhalasi sevofluran dan isofluran.

Karena berdasarkan hasil uji-t independen didapatkan nilai p untuk berat badan antara anestesi inhalasi sevofluran dan isofluran 0,05 yang artinya signifikan, maka dilakukan uji korelasi bivariat Pearson untuk mengetahui apakah

0 20 40 60 80 100 120

Awal Induksi Intubasi Insisi 5' Insisi 10' Insisi 15' M ean A rt er ial P re ssu re ( M A P ) Fase Anestesi

Kestabilan

Sevofluran Isofluran

commit to user

berat badan mempunyai korelasi dengan MAP dari awal sebelum anestesi berlangsung hingga fase insisi menit ke- 15. Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara berat badan dengan MAP sebelum anestesi, maupun dengan fase anestesi lainnya, yaitu fase induksi, intubasi, dan insisi sampai menit ke- 15. Hal ini tampak pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Uji Korelasi Berat Badan denganVariabel Lain

Variabel Berat Badan R P MAP Awal -0,055 0,706 MAP Induksi -0,259 0,070 MAP Intubasi 0,234 0,102

MAP Insisi menit ke- 5 -0,076 0,601 MAP Insisi menit ke- 10 -0,151 0,296 MAP Insisi menit ke- 15 0,170 0,239

Sama seperti variabel berat badan, berdasarkan hasil uji-t independen independen untuk tekanan darah arteri rerata (MAP) awal memiliki nilai p yaitu 0,02 yang artinya signifikan, sehingga harus dilakukan uji korelasi bivariat Pearson untuk mengetahui apakah ada korelasi antara MAP awal sebelum anestesi berlangsung dengan tiap-tiap MAP hingga fase insisi menit ke- 15. Bedasarkan hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara MAP awal dengan MAP fase induksi anestesi. Hal ini ditunjukkan dalam tabel 4.3.

commit to user

Tabel 4.3 Hasil Uji Korelasi Pearson MAP Awal dengan Variabel Lain Variabel MAP Awal R P Berat Badan -0,055 0,706 MAP Induksi 0,611 0,000 MAP Intubasi 0,249 0,081

MAP Insisi menit ke- 5 0,355 0,011 MAP Insisi menit ke- 10 0,304 0,032 MAP Insisi menit ke- 15 0,202 0,160

commit to user BAB V PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan darah arteri rerata (MAP) berfluktuasi. Namun dalam kelompok anestesi inhalasi sevofluran fluktuasinya lebih kecil daripada kelompok isofluran. Dapat dikatakan bahwa efek sevofluran pada MAP lebih stabil daripada isofluran. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hipotesis, yaitu terdapat perbedaan MAP antara pemberian anestesi inhalasi sevofluran dan isofluran. MAP dengan anestesi inhalasi sevofluran lebih stabil dibandingkan dengan isofluran. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian lain oleh Tanaka et. al. (2011) bahwa anestesi inhalasi sevofluran menimbulkan perubahan hemodinamik yang berbeda dengan isofluran.

Dari penelitian, juga didapatkan hasil berat badan tidak ada kaitannya dengan MAP. Hal ini berarti berat badan bukan menjadi variabel pengganggu yang mempengaruhi perbedaan MAP antara kelompok sevofluran dan isofluran. Selain itu, hasil selaras dengan teori bahwa MAP ditentukan oleh cardiac output (CO), sistemic vascular resistance (SVR), dan central venous pressure (CVP) yang didasarkan pada hubungan antara aliran (flow), tekanan (pressure), dan tahanan (resistance) berdasarkan kerja jantung (Hadibrata, 2003).

Namun demikian, penelitian ini juga menyimpulkan adanya korelasi antara MAP pada awal sebelum anestesi dengan MAP fase induksi, dengan mengacu pada tabel 4.3. Hal ini karena sifat anestesi inhalasi sendiri baik sevofluran

commit to user

maupun isofluran menyebabkan vasodilatasi perifer pada pembuluh darah. Induksi anestesi adalah peralihan dari keadaan sadar dengan reflek perlindungan masih utuh sampai dengan hilangnya kesadaran (ditandai dengan hilangnya reflek bulu mata) akibat pemberian obat-obat anestesi. Kecepatan induksi anestesi antara lain dipengaruhi oleh konsentrasi zat anestesi dan pemindahan zat anestesi dari alveoli ke darah (Lennon, 1993).

Secara umum, anestesi inhalasi isofluran lebih dinamis daripada sevofluran karenadengan koefisien partisi gas darah sebesar 1,4, dengan kata lain isofluran lebihmudah larut dalam darah bila dibandingkan dengan sevofluran yang koefisien partisi gas darahnya lebih kecil (0,69). Selain itu, isofluran memiliki sifat yang cukup iritatif terhadap mukosa jalan nafas. Hal inilah yang menyebabkan isofluran lebih dinamis daripada sevofluran dalam kaitannya dengan hemodinamik (Stoelting, 2007).

Dalam pemberian anestesi inhalasi sevofluran maupun isofluran dilakukan oleh residen R3 yang sudah memiliki kompetensi dalam melakukan intubasi dengan baik dan sudah terlatih. Hal ini dilakukan untuk menghomogenkan pengaruh intubasi terhadap nilai tekanan darah arteri rerata (MAP). Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan, yaitu: (1) kurang tepatnya peneliti dalam mencatat nilai tekanan darah arteri rerata (MAP) pada setiap fase anestesi, (2) waktu dalam mengukur MAP kurang panjang pada fase setelah insisi, (3) alat ukur untuk mengukur, yaitu bed side monitor yang digunakan tidaklah sama di setiap kamar operasi, (4) perbedaan dosis anestesi inhalasi yang diberikan pada pasien berbeda tergantung dari kondisi masing-masing pasien, (5) keadaan pasien

commit to user

yang tiba-tiba berubah saat pertengahan operasi, menyebabkan dokter anestesiologi mengubah konsentrasi maintenance anestesi inhalasi yang diberikan, serta (6) variabel penganggu dalam penelitian ini cukup banyak dan tidak semua variabel dianalisis dalam penelitian ini, sehingga tidak diketahui pengaruhnya terhadap MAP.

Dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti, maka dalam penelitian ini kriteria restriksi yang digunakan untuk memilih sampel, baik dari segi pemilihan pasien maupun penggunaan obat masih sangat luas. Masih banyak variabel-variabel luar yang belum dikendalikan karena faktor keterbatasan waktu dan kemampuan. Hanya beberapa variabel yang dapat dikendalikan yang dipilih sedemikian rupa sehingga hasil penelitian dapat mempresentasikan keadaan yang sesungguhnya.

commit to user

48 BAB VI

Dokumen terkait