HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif
Variabel dukungan sosial keluarga mempunyai 12 item yang baik dengan pemberian skor antara 1 sampai 4, sehingga dalam pembagiannya ditemukan adanya skor
18
tertinggi yaitu 48 dan skor terendahnya adalah 12. Sedangkan kepuasan pernikahan mempunyai 11 item valid dengan pemberian skor antara 1 sampai 4, sehingga dalam pembagiannya ditemukan adanya skor tertinggi yaitu 44 dan skor terendahnya adalah 11.
Dalam penelitian ini akan dibuat sebanyak 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Rumus untuk mencari interval yang digunakan untuk menentukan kategori tersebut yaitu :
Dukungan Sosial Keluarga
Berdasarkan jumlah item skala dukungan sosial keluarga yaitu 12 item dengan rentang nilai 1 - 4 dan dibuat dalam lima kategori, diperoleh intervalnya 7,2 interval, maka kategorisasinya sebagai berikut :
Tabel 1.1 Kategorisasi pengukuran skala dukungan sosial keluarga
NO INTERVAL KATEGORI MEAN N PERSENTASE
1 40,8 < x ≤ 48 Sangat Tinggi 21 35 % 2 33,6 < x ≤ 40,8 Tinggi 40,48 38 63,33 % 3 26,4 < x ≤ 33,6 Sedang 1 1,66% 4 19,2 < x ≤ 26,4 Rendah 0 0 % 5 12 < x ≤ 19,2 Sangat Rendah 0 0 % JUMLAH 60 100 %
19
Berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran skala dukungan sosial keluarga di atas, menunjukkan bahwa rata-rata sebesar 63,33% dukungan sosial keluarga berada pada kategori tinggi.
Kepuasan Pernikahan
Berdasarkan jumlah item skala kepuasan pernikahan yaitu 11 item dengan rentang nilai 1 - 4 dan dibuat dalam lima kategori, diperoleh intervalnya 6,6 interval, maka kategorisasinya sebagai berikut :
Tabel 1.2 Kategorisasi pengukuran skala kepuasan pernikahan
NO INTERVAL KATEGORI MEAN N PERSENTASE
1 37,4 < x ≤ 44 Sangat Tinggi 21 35 % 2 30,8 < x ≤ 37,4 Tinggi 35,93 36 60 % 3 24,2 < x ≤ 30,8 Sedang 3 5 % 4 17,6 < x ≤ 24,2 Rendah 0 0 % 5 11 < x ≤ 17,6 Sangat Rendah 0 0 % JUMLAH 60 100 %
Berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran skala kepuasan pernikahan di atas, menunjukkan bahwa rata-rata sebesar 60% kepuasan pernikahan berada pada kategori tinggi.
Uji Asumsi
Dari uji normalitas menunjukkan bahwa, variabel dukungan sosial keluarga memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,576 dengan p atau signifikansi sebesar
20
0,894 (p > 0,05) maka distribusi data dukungan sosial keluarga berdistribusi normal. Demikian juga untuk variabel kepuasan pernikahan yang memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,743 dengan p atau signifikansi sebesar 0,639 (p > 0,05) maka distribusi data kepuasan pernikahan berdistribusi normal.
Tabel Hasil Uji Normalitas antara
Dukungan Sosial Keluarga dengan Kepuasan Pernikahan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
Unstandardized Residual
N 60 60
Normal Parametersa Mean .0000000 .0000000
Std. Deviation 2.30863441 2.28029254 Most Extreme Differences Absolute .074 .096 Positive .074 .050 Negative -.072 -.096 Kolmogorov-Smirnov Z .576 .743
Asymp. Sig. (2-tailed) .894 .639
21
Dari hasil uji linearitas, maka diperoleh nilai F sebesar 62,367 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah di usia muda adalah linear.
Tabel Hasil Uji Linearitas antara
Dukungan Sosial Keluarga dengan Kepuasan Pernikahan ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
KP * DSK
Between Groups (Combined) 361.717 12 30.143 8.432 .000
Linearity 222.949 1 222.949 62.367 .000 Deviation from Linearity 138.768 11 12.615 3.529 .001 Within Groups 168.016 47 3.575 Total 529.733 59 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dengan teknik korelasi product moment dari Pearson hasilnya sebagai berikut.
1) Uji hipotesis hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan pada pasangan suami istri.
22
Tabel Hasil Uji Korelasi
Correlations KP DSK KP Pearson Correlation 1 .649** Sig. (1-tailed) .000 N 60 60 DS K Pearson Correlation .649** 1 Sig. (1-tailed) .000 N 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Dari hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi antara dukungan sosial keluarga dan kepuasan pernikahan, sebesar 0,649 dengan signifikansi = 0,000 (p < 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan pada pasangan suami istri yang menikah di usia muda.
Hasil Tambahan
1) Uji hipotesis hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan pada suami.
23
Tabel Hasil Uji Korelasi
Correlations KP DSK KP Pearson Correlation 1 .660** Sig. (1-tailed) .000 N 30 30 DSK Pearson Correlation .660** 1 Sig. (1-tailed) .000 N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Dari hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi antara dukungan sosial keluarga dan kepuasan pernikahan, sebesar 0,660 dengan signifikansi = 0,000 (p < 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan pada suami.
2) Uji hipotesis hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan pada istri.
24
Tabel Hasil Uji Korelasi
Dari hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi antara dukungan sosial keluarga dan kepuasan pernikahan, sebesar 0,531 dengan signifikansi = 0,001 (p < 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan pada istri.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah di usia muda. Hal ini dibuktikan dari hasil pengujian korelasi di dapatkan koefisien korelasi sebesar r = 0,649, p = 0,000 , (p < 0,05), artinya adanya hubungan positif signifikan
Correlations KP DSK KP Pearson Correlation 1 .531** Sig. (1-tailed) .001 N 30 30 DSK Pearson Correlation .531** 1 Sig. (1-tailed) .001 N 30 30
25
antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan, yang berarti semakin tinggi dukungan sosialnya maka semakin tinggi pula kepuasan pernikahannya. Dengan demikian hipotesis diterima.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmi (2011), yang menyatakan ada hubungan antara dukungan sosial pasangan dengan kepuasan pernikahan, hal ini di buktikan dari hasil pengujian korelasi oleh Rahmi (2011) di dapatkan koefisien korelasi sebesar r = 0,561. Lebih lanjut dinyatakan bahwa semakin tinggi dukungan sosial keluarga yang dirasakan akan semakin tinggi pula kepuasan pernikahannya. Hal ini juga dapat dilihat dari pasangan (suami istri), jika mereka mendapatkan dukungan yang tinggi maka pasangan akan mudah menerima kepuasan pernikahan, dan dari beberapa aspek-aspek dukungan sosial dan kepuasan pernikahan yang sudah mereka capai atau penuhi, mereka akan cenderung mudah mendapatkan kepuasan dalam pernikahannya.
Menurut Rahmi (2011) dalam penelitiannya mengenai dukungan sosial pasangan bahwa dukungan sosial keluarga mempengaruhi kepuasan pernikahan seseorang. Bukti adanya pengaruh kepuasan pernikahan terhadap dukungan sosial keluarga, berarti menghubungkan antara dukungan sosial keluarga menuju ke kepuasan pernikahannya. Hal ini semakin menguatkan teori-teori sebelumnya yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah pertukaran interpersonal dimana salah seorang memberikan bantuan atau pertolongan kepada yang lain, seperti yang dinyatakan oleh Robert Weiss ( dalam Cutrona, 1994). Dukungan sosial dapat juga disebut sebagai pemberian rasa nyaman baik secara fisik maupun psikologis oleh keluarga kepada seseorang untuk menghadapi kecemasan atau stres.
26
Banyak faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya kepuasan pernikahan, dukungan sosial keluarga merupakan salah satu faktor pendukung dari semua faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kepuasan pernikahan (Wismanto, 2004). Jika dilihat sumbangan efektif yang diberikan dukungan sosial keluarga terhadap kepuasan pernikahan antara suami dan istri memberikan kontribusi sebesar 42,1% (r²). Dan pada hasil tambahan, yang dihasilkan oleh suami mendapatkan dukungan sosial keluarga sebesar 43,56%, sehingga sumbangan efektif dukungan sosial keluarga yang diterima suami terhadap kepuasan pernikahan sebesar 43,56%, dan pada istri mendapatkan dukungan sosial keluarga sebesar 28,19%, sehingga sumbangan efektif dukungan sosial keluarga yang diterima istri terhadap kepuasan pernikahan sebesar 28,19%.
Yang dimaksud keluarga disini adalah anggota keluarga terdekat, baik dari orangtua kedua pasangan maupun saudara sekandung. Partisipan dalam penelitian ini adalah 60 orang (suami istri) yang menikah muda di Salatiga dan sekitarnya, dengan mendatangi rumah partisipan dan memberikan angket penelitian kepada partisipan yang sebagian besar partisipan masih bertempat tinggal bersama orangtuanya. Informasi tentang partisipan sebagian diperoleh dari teman dan sebagian dari partisipan sebelumnya. Kriteria penelitiannya adalah orang-orang yang menikah di usia muda (15 - 19 tahun) dengan usia pernikahan 1 - 5 tahun.
Dari hasil data yang diperoleh melalui kuisioner, sebagian besar partisipan memperoleh dukungan sosial keluarga dengan mengandalkan bantuan yang nyata ketika dibutuhkan. Karena dengan individu yang menerima bantuan ini akan merasa tenang karena ia menyadari ada orang yang dapat diandalkan untuk menolongnya dalam menghadapi masalah. Hal ini disebabkan juga dengan partisipan yang masih tinggal
27
bersama dengan orangtuanya, sehingga partisipan masih bergantung terhadap orangtuanya.
Saat ini kita sering dihadapkan dengan usia rata-rata remaja yang menikah di usia antara 14 - 19 tahun (Widyastuti dkk, 2009). Undang-Undang pernikahan No.1 tahun 1974 memperbolehkan seorang perempuan usia 16 tahun dapat menikah, sedangkan Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 memberikan batasan 20 tahun, karena hubungan seksual yang dilakukan pada usia dibawah 20 tahun beresiko terjadinya kanker serviks serta penyakit menular seksual. Selain menimbulkan beberapa penyakit pernikahan usia muda juga dapat menimbulkan banyaknya kasus perceraian, hal ini dikarenakan kurang siapnya mental dari kedua pasangan yang masih belum dewasa betul. Beberapa ahli menyatakan bahwa pernikahan usia dini sering disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor orangtua (Puspitasari, 2006). Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara lanjutan yang dilakukan penulis terhadap partisipan bahwa alasan mereka menikah muda di dasari dengan beberapa alasan, yang pertama karena saling mencintai, keputusan orangtua, ingin cepat mendapatkan keturunan, ingin memperbaiki ekonomi, hamil diluar nikah, target menikah di usia muda, dan yang terakhir agar tidak terjerumus atau menghindari pergaulan bebas.
Dari uraian diatas, penulis dapat mengatakan bahwa semakin tinggi dukungan sosial keluarga maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan pernikahan. Hal ini terlihat dari hasil kajian penelitian diatas, bahwa antara dukungan sosial dengan kepuasan pernikahan memiliki hubungan yang positif signifikan. Berdasarkan analisis deskriptif dalam penelitian ini diperoleh data bahwa dukungan sosial keluarga sebesar 63,33% partisipan berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan tingginya dukungan sosial
28
keluarga pada pasangan yang menikah di usia muda. Begitu juga dengan data kepuasan pernikahan diperoleh sebesar 60% partisipan berada pada kategori tinggi pula. Hal tersebut menunjukkan bahwa pasangan yang menikah di usia muda memiliki kepuasan pernikahan yang tergolong tinggi. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial keluarga memberikan kontribusi terhadap kepuasan pernikahan, sehingga nampak jelas bahwa dukugan sosial keluarga mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan kepuasan pernikahan.