• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1.1 Penapisan fitokimia ekstrak etil asetat lumut hati Mastigophora diclados dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Data Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati Mastigophora diclados

Pengujian Ekstrak lumut hati

Mastigophora diclados Antraquinon - Terpenoid + Alkaloid - Flavonoid - Saponin - Fenolik -

Keterangan : (+) memberikan reaksi positif, (-) memberikan reaksi negatif

4.1.2 Hasil ekstraksi dari lumut hati Mastigophora diclados

Dari 2230 gram lumut hati Mastigophora diclados yang diekstraksi diperoleh ekstrak kental 41,78 gram. Jadi, randemen yang didapat 1,874%.

4.1.3 Hasil Data Parameter Ekstrak Spesifik dan Non Spesifik

Tabel 3. Hasil Data Parameter Ekstrak

No Parameter Hasil

1 Organoleptis Warna : Hitam

Berbau : Aromatis Bentuk : Cairan kental

2 Kadar Air 0,93 %

3 Kadar Abu 10%

4.1.4 Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Pada Metode Induksi Aloksan a. Nilai rerata dan Standar deviasi

Pada tabel 3, memperlihatkan nilai rerata dari seluruh kelompok kontrol dan uji.

Tabel 4. Nilai Rerata dan Standar Deviasi Pada Metode Induksi Aloksan Waktu

(hari)

Kadar glukosa darah rata-rata (mg/dl) dan Standar deviasi

KN K (-) K (+) D1 D2 D3 0 69,2±10,9 141± 11,02 161,8± 11,49 166,6± 12,60 178±9,66 166,5± 5,40 7 88,8±9,03 151±8,94 151,6± 9,91 138±5,29 132,5± 9,12 135±6,44 14 102,5± 10,13 158,6± 6,72 169±8,61 145,2± 7,32 146±8,94 161±4,02 21 97,8±19,1 8 168,4± 8,64 146,2± 17,72 144,6± 8,44 143,4± 10,13 143,2± 7,62 28 95,4± 10,57 177,2± 6,14 135±2,12 143,6± 4,09 138±7,56 136±9,13 Keterangan : KN = Kontrol Normal K(-) = Kontrol Negatif K(+) = Kontrol Positif D1 = Dosis Rendah 1 mg/kgbb D2 = Dosis Sedang 10 mg/kgbb D3 = Dosis Tinggi 100 mg/kgbb

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah

Persentase penurunan kadar glukosa darah yang paling besar terjadi pada kelompok dosis sedang 10 mg/kg BB bila dilihat dari tabel 5.

Tabel 5. Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati Mastigophora diclados

Kelompok Perlakuan Waktu (hari) Ke 7 Ke 14 Ke 21 Ke 28 Kontrol Positif 6.3% 4,45% 16,8% 23,2% Dosis rendah 1 mg/kg BB 17.16% 12,8% 13,2% 13,8% Dosis sedang 10 mg/kg BB 25.56% 17,9% 19,4% 22% Dosis tinggi 100 mg/kg BB 18,91% 2,9% 13,99% 18,31%

Gambar 3. Kurva Penurunan Kadar Glukosa Darah (mg/dl)

4.2 PEMBAHASAN

Pada penelitian uji antihiperglikemia ekstrak etil asetat lumut hati Mastigophora diclados menggunakan metode induksi aloksan. Aloksan dipilih sebagai diabetogen dalam penelitian ini dikarenakan aloksan didalam tubuh mengalami metabolism oksidasi reduksi menghasilkan radikal bebas dan radikal aloksan. Radikal ini mengakibatkan kerusakan sel beta pankreas (Szkudelski, 2001) sehingga terjadi insulin dependent diabetes mellitus atau disebut juga allloxan diabetes pada hewan percobaan. Diabetes tipe ini memiliki karakteristik yang serupa dengan diabetes tipe 1 pada manusia, sehingga menghasilkan kondisi diabetes eksperimental (efek diabetogenik) pada hewan percobaan mengakibatkan hiperglikemia (Agung,2006).

Dosis aloksan yang diberikan pada penelitian ini adalah 100 mg/kg BB (Nandhagopal et al, 2013). Dosis 100 mg/kg dipilih, karena diharapkan sel-sel β

Langerhans masih dapat berproduksi. Kemudian aloksan dilarutkan dengan aquadest. Setelah itu, tikus pada kelompok kontrol positif , kontrol negatif, kontrol perlakuan (dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi) diinduksi dengan

0 50 100 150 200 Hari 0 sebelum pemberian ekstrak Hari ke 7 setelah pemberian ekstrak Hari ke 14 setelah pemberian ekstrak Hari ke 21 setelah pemberian ekstrak Hari ke 28 setelah pemberian ekstrak

Kontrol Normal Kontrol Negatif Kontrol Positif

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

aloksan secara intraperitoneal. Kontrol positif dalam penelitian ini adalah glibenklamid, diperlukan untuk melihat pengaruh obat antidiabetik oral yang telah terbukti khasiatnya untuk menurunkan kadar glukosa darah., kontrol negatif untuk mengetahui kadar glukosa darah tikus putih diabetes yang diinduksi oleh aloksan. dan kontrol perlakuan (dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi) untuk mengethaui efek pemberian ekstrak pada tikus yang diinduksi aloksan (diabetes) selama percobaan.

Masa penginduksian dilakukan selama 14 hari dimana kadar glukosa darah

meningkat ≥ 140 mg/dl (hiperglikemia) (Manjusha et al, 2011). Pemberian ekstrak Mastigophora diclados dan glibenklamid sebagai terapi hiperglikemik diberikan secara oral pada tikus selama 28 hari. Glibenklamid dipilih sebagai terapi pembanding ekstrak Mastigophora diclados karena dapat merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas (Depkes RI, 2005). Dosis glibenklamid yang digunakan adalah 0,1 mg/200 g BB. Dosis tersebut digunakan berdasarkan dosis efektif oral pada manusia, yaitu 5 mg/ hari yang kemudian di konversi ke dosis tikus. Adapun pemberian ekstrak Mastigophora diclados diberikan dalam sediaan suspensi dengan penambahan NaCMC 0,5% sebagai agen pensuspensi.

Dari grafik diatas diketahui bahwa kadar glukosa darah normal masih tetap dalam rentang normal sedangkan kontrol negatif mengalami hiperglikemia. Pada kontrol positif dan kelompok uji dosis 1, 10 dan 100 mg/kgbb pada hari ke 7, ke 21 dan 28 mengalami penurunan kadar glukosa darah. Sedangkan pada hari ke 14 kontrol positif, kelompok uji dosis 1, 10 dan 100 mg/kgbb mengalami kenaikan kadar darah. Pada penelitian lain melaporkan bahwa kenaikan kadar glukosa darah pada kontrol normal dikarenakan pengaruh stress sebagai akibat dari pengobatan (Nandhagopal, 2013).

Pada persen penurunan kadar glukosa darah diketahui bahwa dosis 10 mg/kgbb memiliki persen penurunan paling tinggi diantara dosis 1 dan 100 mg/kgbb dan persen penurunan kadar glukosa darah pada dosis 1 dan 100 mg/kgbb tidak berbeda jauh. Pada hari ke 14 dosis 100 mg/kgbb memiliki persen penurunan paling rendah dibandingkan dosis 1 dan 10 mg/kgbb. Hal ini mungkin dikarenakan kondisi tikus atau absorpsi obat yang belum sempurna.

Pada penelitian uji antihiperglikemia ekstrak lumut hati Mastigophora diclados diasumsikan dapat menurunkan kadar glukosa darah berhubungan dengan kandungan terpenoid, fenolik dan saponin serta adanya aktivitas sebagai antioksidan. Menurut Rao et al (2000) triterpenoid, glikosida steroid dan saponin merupakan senyawa bioaktif alami yang banyak terdapat ditanaman dan diketahui memiliki aktivitas hipoglikemik.

Belum terdapat penelitian mengenai aktivitas antidiabetes dari Mastigophora diclados maupun famili tumbuhan tersebut. Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat Hygrophilla spinosa yang mengandung senyawa terpenoid dan steroid dapat menurunkan kadar glukosa darah pada dosis ekstrak 200mg/kgBB (Raju et al, 2011). Dan penelitian antidiabetes lain pada ekstrak methanol dari Memecylon malabaricum cogn mengatakan bahwa senyawa seperti steroid, saponin, flavonoid, tannin dan alkaloid mempunyai aktivitas antidiabetes (Ramaiah, 2013)

Telah diketahui dari penelitian sebelumnya bahwa lumut hati Mastigophora diclados memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Komala et al, 2010) dimana antioksidan dapat bekerja menghambat radikal bebas yang diketahui sebagai mediator dari berbagai penyakit antara lain karsinogenesis, jantung coroner, inflamasi dan diabetes (Ali et al, 2011). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak lumut hati Mastigophora diclados yang mengandung antioksidan dapat menurunkan kadar glukosa darah pada hewan uji yang dibuat diabetes oleh aloksan.

Hasil pengukuran kadar gula akhir dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Uji statistik awal yakni uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnof , dari tabel normalitas diketahui bahwa

seluruh hewan uji terdistribusi dengan normal (p≥0,05). Uji normalitas bertujuan

untuk menguji apakah data yang diperoleh dari setiap kelompok memiliki slebaran normal. Analisis selanjutnya adalah uji homogenitas dengan menggunakan Levene statistic bertujuan untuk menguji apakah data yang diperoleh dari setiap kelompok memiliki varian homogen. Dari hasil uji homogenitas diperoleh bahwa data hari ke 21 dilanjutkan dengan uji Kruskal

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Wallis karena syarat homogenitasnya belum terpenuhi (p≤0,05). Sedangkan data

hari ke 0, ke 7, ke 14 dan ke 28 dilanjutkan dengan uji ANOVA karena syarat homogenitasnya sudah terpenuhi (p≥0,05).

Kadar glukosa darah pada hari ke 0, ke 7, hari ke 14 dan hari ke 28 kedua syarat terpenuhi yakni uji normalitas data dan uji homogenitas, selanjutnya dilanjutkan uji one way ANOVA dan didapatkan angka signifikansi 0.00 yang artinya semua data dari kelompok bisa dikatakan berbeda secara signifikan

(p≤0,05). Maka dapat disimpulkan pemberian ekstrak Mastigophora diclados dengan dosis berbeda memberikan perbedaan yang signifikan dalam mempengaruhi kadar gula darah pada tikus diabetes. Setelah itu, dilanjutkan dengan uji BNT untuk melihat perbedaan antar kelompok hewan uji.

Pada uji Kruskal Wallis, kadar glukosa darah pada hari ke 21 berbeda

secara bermakna (p≤0,05). Data kadar glukosa darah yang berbeda secara

bermakna dilanjutkan dengan uji BNT untuk melihat perbedaan antar kelompok hewan uji.

Pada tabel 12, hasil uji BNT pada hari ke 0, 7, 14, 21 dan 28 kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kontrol positif dan kelompok uji dosis 1,

10 dan 100 mg/kg (p≤0,05). Hal ini karena kontrol positif dan kelompok uji dosis

1, 10 dan 100 mg/kg telah mengalami penurunan kadar glukosa darah sedangkan kontrol negatif tidak mengalami penurunan kadar glukosa darah. Pada hari ke 0,7, 21 dan 28 kelompok uji dosis 1, 10 dan 100 mg/kgbb tidak berbeda bermakna

(p≥0,05) satu sama lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok uji dosis 1,10

dan 100 mg/kgbb memiliki efek yang sama dalam menurunkan kadar glukosa darah. Seharusnya ada dosis yang lebih tepat selain dosis 1, 10 dan 100 mg/kgbb dalam menurunkan kadar glukosa darah. Namun karena keterbatasan dalam penelitian maka tidak dilakukan.

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Ekstrak etil asetat lumut hati Mastigophora diclados dengan dosis 1, 10 dan 100 mg/kg BB dapat menurunkan kadar glukosa darah yang telah diinduksi oleh aloksan.

2. Dosis 1, 10 dan 100 mg/kgbb menunjukkan efek yang sama dalam menurunkan kadar glukosa darah.

3. Dosis 10 mg/kgbb memiliki persentase penurunan kadar glukosa darah paling tinggi yakni 25,56%, 17,9%, 19,4% dan 22%.

5.2 SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam hal mencari dosis yang tepat dalam menurunkan kadar glukosa darah dan isolasi kandungan kimia dari tumbuhan lumut hari Mastigophora diclados yang tumbuh di Indonesia untuk mengetahui komponen kimia mana yang mempunyai aktivitas antidiabetes.

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam.Bandung : Penerbit ITB Press.

Agung Endro Nugroho. 2006. Hewan Percobaan Diabetes Mellitus : Patologi Dan Mekanisme Aksi Diabetogenik, Biodiversitas. 7 (4). Yogyakarta : Laboratorium Farmakologi Dan Toksikologi, Bagian Farmakologi Dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada.

Ali, M., et al., ‘’Phytochemical screening, antioxidant and analgesic activities of

Croton argyratus ethanolic extracts”. Journal of Medicinal Plants Research Vol. 6 (21), pp. 3724-3731.

Asakawa, Y. 2000. Recent Advance in Phytocemistry of Bryophytes –

Acetogenins Terpenoid and Bis (bibenzils) from Selected Japans, Taiwanes, New Zeland, Argentina and European Liverwort. Phytocemistry 56 (2001) 279-312. 31 Agustus 2000

Ayoola, GA., et al. 2008. Chemical analysis and antimicrobial activity of the essential oil syzigium aromatikum (clove). African journal of Microbiology Research 2 (1), pp. 162-166

Calvalho. 2003. Experimental Model of Induction of Diabetes Mellitus in Rats. Barzil, hal :2.

Cheta, D. 1998. Animal models of type 1 (insulin-dependent) diabetes mellitus. Journal of Pediatric Endocrinoogyl & metabolism, 11(1):11-19

Conard, H. S., Redfearn. 1996. How to Know the Mosses and Liverworts.Lowa : Wm. C. Brown Company Publisher.

Damayanti.2006. Koleksi Bryophyta Taman Lumut Kebun Raya Cibodas. UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas : Lembaga Ilmu Pengetahian Indonesia

Departemen Kesehatan RI. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid 1.Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Halaman 227.

Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan alat Kesehatan. Halaman 37-46.

Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Halaman 1, 10-12.

Guthrie, D. W and Guthrie, R. A. 2003.The Diabetes Source Book. New York : Mc Graw Hills Company. Page 13-14.

Handoko, T., dan Suharto B. (1995).“Insulin Glukagon dan Antidiabetik” dalam Farmakologi dan Terapi, Edisi Keempat, Editor: Sulistia G.ganiswara, Jakarta: Gaya Baru. Halaman 469, 471-472.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB. Bandung.

Ida, H., dan Gradstein, S.R. 2011. Liverworts and hornworts of Mt. Slamet. Central Java (Indonesia). Hikobia 16:61-66.

Jones A, Hattersley AT. 2010. Monogenic causes of diabetes. Didalam: Holt R et al., editor. Textbook of Diabetes 4th edition. Chichester: Blackwell Publising.

Katzung, B. G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik.Edisi II. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 671, 677-678.

Komala, I,.2010. Pythochemical Studies on the selected Indonesian, japanase & Tahitian Liverworth 2. Desertasi. Fakultas Pharmaceutical Science, Tokushima Bunri University.

Komala, I., Ito, T., Nagashima, F. 2010.Cytotoxic, rradical Scavenging, and Antimicrobial Activities of Sesquiterpenoids from Tahitian Liverworth Mastigophora diclados (Brid). Ness (Mastigophoracee). J. Nat. Med (2010) 64:417-422.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kumar A, Kaur R, Arora S. 2010. Free radical scavenging potential of some Indian medicinal plants. J Madicinal Plants Res. 4:2034-2042.

Krentz, A. J. & C. J. Bailey. 2005. Oral antidiabetic agents: current role in type 2 diabetes mellitus. Drugs 65:384-411

Lenzen, S. 2008.The Mechanism of Alloxan-and Streptozotocin-Induced Diabetes. Diabetologia. Vol. 51 : 216-226.

Mai Cing J. 2010. Potensi Antihiperglikemia Ekstrak Kulit Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla King) Pada Tikus yang Diinduksi Aloksan [Skripsi]. Bogor : Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Tanggal Akses: 13 maret 2013

Manjusha Hazra et al. 2011. Evaluation of hypoglycemic and antihyperglycemic effect of Luffa cylindrical fruit extract in rats. Journal of Advanced Pharmacy Education & Research 2: 138-146. ISSN 2249-3379

Nandhagopal, K et al. 2013. Antidiabetic Activity of Karchure Chooranam on Alloxan Induced Diabetic Rats. International Journal of Pharma and Bio Sciences: 434-439. ISSN 0975-6299

Nugroho, B. A dan Purwaningsih, E. 2006.Perbedaan Diet Ekstrak Rumput Laut (Eucheuma sp) dan insulin dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemik. Media Medika Indonesia.Vol. 41.No.1 : 23-30.

Ramaiah, A et al. 2013. Antidiabetic Activity of Methanolic Extract of Memecylon Malabarium Cogn (Melastomataceae) Leaves. Int J Pharm Bio Sci (P) 822-828. ISSN : 0975-6255

Raju Solomon, BG et al. 2011. Antihiperglycemic Activity of Hygrophila spinosa roots in Alloxan induced Diabetic Rats.. ISSN: 2231-3648, 2231-3656 vol.01

Rao A, Gurfinkel D. 2000. The bioactivity of saponins triterpenoid and steroidal glycosides. Drug Metab Drug Interact: 211-35

Szkudelski, T., 2001, The Mechanism Of Alloxan And Streptozotocin Action In β

Cells Of The Rat Pancreas, Physiology Research, 50: 536-54.

Suherman, Suharti K. 2007. Insulin dan antidiabetik oral. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Syamsuni, H. A. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 166-171.

Tjay.T.H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek samping. Edisi IV. Jakarta: Elex Media Komputindo. Halaman 738, 743, 748-749.

Wiryana Made. 2008. Peranan Terapi Insulin Intensif Terhadap SOD, TNF-α dan IL-6 Pada Penderita Kritis Dengan Hiperglikemia. Denpasar. Pasca S3 Universitas Udayana, 2008)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Gambar Lumut Hati

Lampiran 2. Perlakuan hewan uji pada saat penelitian

Penginduksian aloksan

Pelaksanaan sonde

Pengambilan darah pada ujung ekor tikus

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Hasil Penapisan Fitokimia

Gambar 5. Alkaloid (dragendoff) Gambar 6. Alkaloid (mayer)

Gambar 9. Flavonoid Gambar 10. Saponin

Dokumen terkait