• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Kesimpulan ... 28 5.2 Saran ... 28

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Kerangka Penelitian ... 2 1.3 Tujuan Penelitian ... 4 1.4 Manfaat Penelitian ... 4 1.5 Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) ... 5

2.2 Sel Darah Merah pada Ikan ... 7

2.3 Pestisida ... 8

2.4 Herbisida Metil Metsulfuron... 9

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

3.2 Hewan Uji ... 11 3.3 Alat Penelitian ... 11 3.4 Bahan Penelitian ... 12 3.5 Rancangan Penelitian ... 12 3.6 Persiapan Penelitian ... 13 3.6.1 Wadah Uji ... 13 3.6.2 Media Uji ... 13 3.7 Pelaksanaan Penelitian ... 14

3.7.1 Uji Penentuan Selang Konsentrasi ... 14

3.7.2 Uji Definitif (Toksisitas Akut) ... 15

3.8 Pembuatan Preparat Ulas Darah ... 17

3.8.1 Persiapan Ulas Darah ... 17

3.8.2 Pembuatan Preparat Ulas Darah... 17

3.8.3 Pewarnaan dan Pengamatan Preparat Ulas Darah ... 17

3.9 Metode Mikro Hematokrit ... 18

3.10 Metode Analisis Data ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 19

4.1.1 Uji Penentuan Selang Konsentrasi ... 19

4.1.3 Uji Statistik ANOVA dan BNT ... 20

4.1.5 Pengaruh Metil Metsulfuron terhadap Sel Darah Merah ... 20

4.1.4 Pengaruh Metil Metsulfuron terhadap Nilai Hematokrit ... 22

4.1.3 Kualitas Air ... 23

4.2 Pembahasan ... 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 28

5.2 Saran ... 28

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kisaran Nilai Parameter Kualitas Media Uji pada Uji Penentuan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 3

2. Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) ... 6

3. Sel darah merah ... 7

4. Struktur Kimia Metil Metsulfuron ... 9

5. Sel Darah Merah Ikan Patin Siam yang Terpapar Metil Metsulfuron pada Konsentrasi 0 ppm (K). ... 21

6. Kerusakan Sel Darah Merah Ikan Patin Siam yang Terpapar Metil Metsulfuron pada Konsentrasi 15,6 ppm (C) ... 21

7. Kerusakan Sel Darah Merah Ikan Patin Siam yang Terpapar Metil Metsulfuron pada Konsentrasi 39 ppm (D). ... 22

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Konsentrasi Uji Definitif ... 32

2. Grafik Persentase Mortalitas Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) pada Uji Penentuan Selang Konsentrasi ... 34

3. Grafik Persentase Mortalitas Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) pada Uji Definitif………. ... 34

4. Analisis Probit (LC50-96 jam) Metil Metsulfuron terhadap Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus). ... 35

5. Data Uji Normalitas dan Homogenitas ... 37

6. Data Uji ANOVA ... 38

7. Data Uji Lanjut BNT ... 41

DAFTAR PUSTAKA

Alabaster, J. and Lloyd. 1980. Water Quality Criteria for Fish. FAO of United Nations European Inland Fisheries Advisor

Angka. 1985. The Pathologi of Walking Catfish, Clarian batrachus, Infected Intraperitoneally with Aeoromonas hydrophilla. AFS

Anonim . 2001 . Metsulfuron Methyl . FAO of The United Nations Anonim. 2008. Fish Haematology. Dikutip dari :

http://www.aqualex.org/elearning. Pada tanggal 17 April 2012, pukul 16.00 WIB.

Bond C.E. 1979. Biology of Fishes. Philadelphia: Saunders Colege Publishing. Hlm 514.

Chinabut S, Limsuwan C, and Kiswatat P. 1991. Histology of The Walking Catfish,Clarias bathracus. Canada :IDRC. Hlm 40-44.

Clarke, E.G.C. and M.L. Clarke. 1975. Veterinary Toxicology Cassell and Collver. Mc Millan Publishers Ltd, London.

Cornell, D.W. dan G.J. Miller. 1995. Chemistry and Ecotoxicology Of Pollution. A Wiley Publ. New York.

Djariah, A.S. 2001. Budidaya Ikan Patin. Kanisius. Yogyakarta. Hlm 87. Finney. 1971. Probit Analysis. The University Press. Cambridge.

Frank, C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar Asas, Organ sasaran dan Penilaian Risiko. Edisi kedua . Penerjemah Edi Nugroho. UI Press Jakarta Khairuman dan Amri, K. 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agromedia

Pustaka. Jakarta. Hlm 83.

Lagler, K.F. and J.E. Bardach. 1977. Ichthyology. Jhon Welley and Sond Inc. New York.

Metusala, D. 2006. Studi Waktu Aplikasi dan Dosis Herbisida Campuran Atrazine dan Mesotrione pada Pengendalian Gulma terhadap Hasil dan Kualitas Hasil Jagung (Zea mays). Skripsi (tidak dipublikasikan). Yogyakarta:

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta, Fakultas

Palangkaraya. Jurnal Ilmu Hewani Tropika Vol. 1. No 1. Juni 2012 Nurchayatun, T. 2007 . PengaruhPemberian Merkuri Klorida Terhadap Struktur

Mikroanatomi Insang Ikan Mas . Universitas Negeri Semarang . Semarang Pirzan, A.M. dan S.Tahe. 1995. Pengaruh Salinitas Terhadap Kelangsungan

Hidup dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 1(3):67-72

Rudiyanti, S., dan Ekasari, A.D. 2009. Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) Pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0,3 G. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009 39 – 47.

Roberts R. J. 2001 . Fish Pathology, 3rd ed. W.B. Saunders. Philadelphia, PA. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan, Bina Cipta. Jakarta Santoso, S. 1998. Toksisitas Air Limbah Industri Pulp Proses Soda Terhadap

Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Jurnal Universitas Sudirman 2 (XIV): 5.

Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia. Jakarta. Hlm 217.

Susanto, H. dan Amri, K. 2002. Budi Daya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 90.

Steel G.D. and Torrie J.H. 1976. Principles and Procedure of Statistics. A Biometrical Approach, Mc Graw-Hill Inc. New York. Hlm 382. Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta. Hlm 348.

Wudianto, R. 1994. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta. Yudha, I. G. 1999. Tingkat Kerusakan Sel Darah Merah Ikan Lele Dumbo yang

Dipaparkan Endosulfan Pada Konsentrasi Subletal. Thesis . Program Pascasarjana, IPB.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Uji Penentuan Selang Konsentrasi

Berdasarkan hasil penelitian pada uji penentuan selang konsentrasi ditetapkan nilai ambang bawah dan ambang atas, masing-masing sebesar 1 ppm dan 100 ppm. Pada perlakuan B (10 ppm) nilai persentase mortalitas sebesar 6,7% dan pada perlakuan C (100 ppm) nilai persentase mortalitas 100% (Lampiran 2). Ikan uji tidak mengalami kematian pada perlakuan K (0 ppm) dan A (1 ppm).

4.1.2 Uji Definitif (Toksisitas Akut)

Uji definitif dilakukan selama 96 jam. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pada perlakuan K (0 ppm), A (2,5 ppm), B (6,25 ppm), dan C (15,6 ppm) ikan uji tidak mengalami mortalitas, sedangkan pada perlakuan D (39 ppm) dan E (97,5 ppm) nilai persentase mortalitas masing-masing sebesar 30% dan 100% (Lampiran 3). Berdasarkan uji definitif yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai LC50-96 jam sebesar 51,4 mg/l dapat dilihat pada Lampiran 4.

4.1.3 Uji Statistik ANOVA dan BNT

Berdasarkan dari tabel analisis ragam, didapatkan nilai dari F hitung lebih besar daripada F tabel sehingga menolak H0 dan menerima H1 pada selang kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil dari uji lanjut BNT, terdapat perbedaan yang nyata pada perlakuan D (39 ppm) dan E (97,5 ppm) terhadap mortalitas ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus).

4.1.4 Pengaruh Metil Metsulfuron terhadap Sel Darah Merah

Perlakuan metil metsulfuron terhadap ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) dilakukan selama 96 jam dan diamati dampak kerusakannya dengan melakukan metode ulas darah. Berdasarkan hasil pengamatan ulas darah (Gambar 5 dan 6) menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara sel darah merah kontrol (0 ppm) dengan sel darah merah yang telah dipaparkan metil metsulfuron seperti pada perlakuan C (15,6 ppm) dan D (39 ppm). Pada perlakuan kontrol sel darah merah berbentuk oval sampai bundar dengan inti yang kecil dan sitoplasma dalam jumlah yang besar. Setelah dipaparkan metil metsulfuron dengan konsentrasi 15,6 ppm dan 39 ppm, terbentuk lipofuscin pada inti sel dan seroid yang hampir memenuhi

permukaan sitoplasma. Menurut analisis Yudha (1999) mengenai kerusakan sel darah merah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang dipaparkan dalam endosulfan menyebabkan inti sel terlihat membesar dan seolah-olah ‘pecah’ dengan permukaan

0 ppm (K)

Gambar 5. Sel Darah Merah Ikan Patin Siam yang Terpapar Metil Metsulfuron pada Konsentrasi 0 ppm (K).

Keterangan : Inti Sel (A) dan Sitoplasma (B)

15,6 ppm (C)

Gambar 6. Kerusakan Sel Darah Merah Ikan Patin Siam yang Terpapar Metil Metsulfuron pada Konsentrasi 15,6 ppm (C).

39 ppm (D)

Gambar 7. Kerusakan Sel Darah Merah Ikan Patin Siam yang Terpapar Metil Metsulfuron pada Konsentrasi 39 ppm (D).

Keterangan : Lipofuscin (L) dan Seroid (S).

4.1.5 Pengaruh Metil Metsulfuron terhadap Nilai Hematokrit

Gambar 8. Perbandingan Nilai Hematokrit

29,94% 19,76% 14,80% 0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00% 0 ppm 15,6 ppm 39 ppm P er se n tase Hem atokrit Konsentrasi

Berdasarkan grafik persentase hematokrit (Gambar 7), pada perlakuan kontrol didapatkan persentase sebesar 29,94%. Persentase rerata nilai hematokrit mengalami penurunan pada perlakuan C (15,6 ppm) yaitu sebesar 19,76% dan perlakuan D (39 ppm)

sebesar 14,80%.

4.1.6 Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diuji adalah suhu, pH, dan oksigen terlarut pada uji penentuan selang konsentrasi dan pada uji definitif. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kisaran suhu 25-28oC, nilai pH 7, dan kadar oksigen terlarut 4-8 mg/l. Kisaran nilai parameter kualitas air pada uji penentu selang konsentrasi dan uji definitif yang telah dilakukan tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Kisaran Nilai Parameter Kualitas Media Uji pada Uji Penentuan Selang Konsentrasi dan Uji Definitif

Parameter Uji Perlakuan

K A B C D E NAB Suhu (oC) Penentuan Selang Konsentrasi 25-28 25-28 25-27 25-26 25-30 (*) Definitif 25-28 25-26 25-27 25-28 25-27 25-28 pH Penentuan Selang Konsentrasi 7 7 7 7 6,5-8 (**) Definitif 7 7 7 7 7 7 DO (mg/l) Penentuan Selang Konsentrasi 5,31-7,42 5,16-8,25 5,08-8,24 7,41-8,33 3-7 (*) Definitif 5-7,04 5,40-7,24 4,70-7,50 5,18-7,40 5,55-7,20 5,58-5,99 Keterangan:

NAB : Nilai Ambang Batas untuk ikan patin siam * : Berdasarkan Pirzan (1992)

4.2 Pembahasan

Pada kolam alih fungsi dari area persawahan masih terdapat senyawa herbisida yang dapat menyebabkan gangguan organ penting pada tubuh ikan (sublethal) bahkan kematian pada ikan (lethal). Berdasarkan hasil dari uji penentuan selang konsentrasi dan uji definitif terdapat mortalitas ikan uji, hal tersebut menandakan semakin tinggi konsentrasi metil metsulfuron yang digunakan maka tingkat mortalitas ikan patin siam semakin meningkat. Ikan uji mengalami gejala-gejala keracunan yaitu dengan terlihatnya tingkah laku berenang ikan yang tidak teratur, tubuh ikan berlendir,

berwarna pucat dan gangguan pendarahan pada katup insang serta mulutnya. Menurut Cornell dan Miller (1995), kerusakan pada insang tersebut dapat menyebabkan

terganggunya mekanisme pernapasan yang akhirnya dapat mempengaruhi metabolisme dan laju pertumbuhan ikan uji, luka pada katup dan mulut insang. Berdasarkan uji definitif yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai LC50-96 jam sebesar 51,4 mg/l, yang berarti metil metsulfuron memiliki daya racun sedang. Menurut Komisi Pestisida Departemen Pertanian (1983) dalam Rudiyanti (2009), kriteria daya racun lethal pestisida pada LC50-96 jam sebesar 10-100 mg/L, memiliki daya racun yang sedang.

Berdasarkan dari data uji normalitas dan homogenitas (Lampiran 5) yang telah dilakukan, data menyebar normal dan varian dari beberapa kelompok data adalah sama. Uji BNT dapat dilakukan berdasarkan hasil dari uji ANOVA (Lampiran 6) yang menyatakan bahwa metil metsulfuron memberikan pengaruh yang nyata

terhadap mortalitas ikan patin siam. Hasil uji BNT (Lampiran 7) menunjukkan bahwa pada perlakuan D (39 ppm) dan E (97,5 ppm) memberikan pengaruh yang nyata terhadap mortalitas ikan patin siam.

Pembuatan preparat ulas darah dan perhitungan persentase hematokrit dilakukan pada perlakuan yang berbeda nyata (39 ppm) dengan perlakuan yang tidak berbeda nyata (15,6 ppm) kemudian dibandingkan dengan ikan uji pada perlakuan kontrol (0 ppm). Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan gambaran bahwa pada perlakuan kontrol inti sel darah merah terletak sentral dengan sitoplasma dan berbentuk oval. Setelah dipaparkan metil metsulfuron dengan konsentrasi 15,6 ppm dan 39 ppm, terbentuk lipofuscin pada inti sel dan seroid yang hampir memenuhi permukaan sitoplasma. Hal tersebut diduga karena adanya sifat dari metil metsulfuron yang dapat menyebabkan timbulnya kelainan pada sitoplasma dan inti sel karena adanya lipofuscin dan seroid. Menurut Azhar dan Tjahjono (1999) dalam Yudha (1999), bahan toksik juga dapat mengakibatkan kerusakan membran sel yang parah dan membahayakan kehidupan sel juga menyebabkan pembentukkan kompleks lipofuscin dan seroid yang besar dan tidak larut, yang semakin lama akan semakin membesar hingga dapat memenuhi seluruh sel.

Gangguan pada sistem sirkulasi ikan yang telah tercemar toksik dapat menimbulkan kerusakan pada sel darah merah serta penurunan nilai hematokrit. Hasil penelitian dan persentase hematokrit (Gambar 8 dan Lampiran 8) yang didapat setelah dilakukan pemaparan metil metsulfuron pada ikan patin siam selama 96 jam yaitu, pada perlakuan kontrol sebesar 29,94 %. Kondisi ini menunjukan bahwa ikan masih

dalam keadaan baik, hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bond (1979) yang mengatakan bahwa nilai hematokrit normal ikan teleostei berkisar antara 20-30 %, dan pada beberapa spesies laut bernilai 42%. Pada perlakuan C (15,6 ppm) dan D (39 ppm) presentase rata-rata nilai hematokrit mengalami penurunan, yaitu masing-masing sebesar 19,76% dan 14,8%. Berdasarkan hasil penelitian diduga pengaruh dari terpaparnya metil metsulfuron pada perlakuan C (15,6 ppm) dan D (39 ppm) menyebabkan ikan patin siam mengalami anemia. Menurut pendapat Angka et al. (1985), bahwa hasil pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu standar untuk menentukan keadaan kesehatan ikan, nilai hematokrit kurang dari 22% menunjukkan terjadinya anemia. Menurut pernyataan Robert (2001), bahwa anemia dapat berdampak pada terhambatnya pertumbuhan ikan, karena rendahnya persentase eritrosit menyebabkan suplai makanan ke sel, jaringan dan organ akan berkurang sehingga proses metabolisme ikan menjadi terhambat. Rendahnya persentase hematokrit juga mempengaruhi jumlah eritrosit menjadi rendah.

Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa kisaran suhu, pH, dan DO pada kualitas air uji penentuan selang konsentrasi dan pada kualitas air uji definitif berada pada kisaran yang sesuai untuk pemeliharaan ikan patin siam. Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ikan, karena dapat mempengaruhi nafsu makan ikan uji. Menurut pendapat Pirzan (1992), suhu yang optimal yaitu 25-30oC dan dengan pH 6,5-8. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kisaran suhu 25-28oC dan nilai pH 7, hal tersebut menunjukkan bahwa suhu dan pH pada penelitian sudah optimum. Menurut pendapat Gufron dalam Minggawati (2012), kandungan oksigen

yang optimal untuk pemeliharaan ikan patin yaitu antara 3-7 mg/l. Keadaan tersebut relatif berbeda dari penelitian yang telah dilakukan memiliki kadar oksigen terlarut 4-8 mg/l, hal tersebut menunjukkan bahwa DO pada penelitian relatif kurang optimal.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu:

1. Metil metsulfuron memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus). Semakin tinggi konsentrasi metil metsulfuron maka tingkat mortalitas ikan patin siam semakin meningkat.

2. Metil metsulfuron menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel darah merah berupa terbentuknya lipofuscin pada inti sel dan seroid yang hampir memenuhi permukaan sitoplasma serta menurunnya persentase nilai hematokrit yang menandakan ikan terkena anemia.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian ini, yaitu:

Dapat dilakukan uji lanjut mengenai pengaruh metil metsulfuron terhadap ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) pada organ ginjal dan limpa.

DAFTAR PUSTAKA

Alabaster, J. and Lloyd. 1980. Water Quality Criteria for Fish. FAO of United Nations European Inland Fisheries Advisor

Angka. 1985. The Pathologi of Walking Catfish, Clarian batrachus, Infected Intraperitoneally with Aeoromonas hydrophilla. AFS

Anonim . 2001 . Metsulfuron Methyl . FAO of The United Nations

Anonim. 2008. Fish Haematology. Dikutip dari : http://www.aqualex.org/elearning. Pada tanggal 17 April 2012, pukul 16.00 WIB.

Bond C.E. 1979. Biology of Fishes. Philadelphia: Saunders Colege Publishing. Hlm 514.

Chinabut S, Limsuwan C, and Kiswatat P. 1991. Histology of The Walking Catfish, Clarias bathracus. Canada :IDRC. Hlm 40-44.

Clarke, E.G.C. and M.L. Clarke. 1975. Veterinary Toxicology Cassell and Collver. Mc Millan Publishers Ltd, London.

Cornell, D.W. dan G.J. Miller. 1995. Chemistry and Ecotoxicology Of Pollution. A Wiley Publ. New York.

Djariah, A.S. 2001. Budidaya Ikan Patin. Kanisius. Yogyakarta. Hlm 87. Finney. 1971. Probit Analysis. The University Press. Cambridge.

Frank, C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar Asas, Organ sasaran dan Penilaian Risiko. Edisi kedua . Penerjemah Edi Nugroho. UI Press Jakarta

Khairuman dan Amri, K. 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agromedia Pustaka. Jakarta. Hlm 83.

Lagler, K.F. and J.E. Bardach. 1977. Ichthyology. Jhon Welley and Sond Inc. New York.

Metusala, D. 2006. Studi Waktu Aplikasi dan Dosis Herbisida Campuran Atrazine dan Mesotrione pada Pengendalian Gulma terhadap Hasil dan KualitasHasil Jagung (Zea mays). Skripsi (tidak dipublikasikan). Yogyakarta: Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta, Fakultas Pertanian, Jurusan

Agronomi. Hlm 100.

Minggawati, I. dan Saptono. 2012. Parameter Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Patin (Pangasius pangasius) di Karamba Sungai Kahayan, Kota Palangkaraya. Jurnal Ilmu Hewani Tropika Vol. 1. No 1. Juni 2012

Nurchayatun, T. 2007 . PengaruhPemberian Merkuri Klorida Terhadap Struktur Mikroanatomi Insang Ikan Mas . Universitas Negeri Semarang . Semarang Pirzan, A.M. dan S.Tahe. 1995. Pengaruh Salinitas Terhadap Kelangsungan Hidup

dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 1(3):67-72

Rudiyanti, S., dan Ekasari, A.D. 2009. Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) Pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0,3 G. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009 39 – 47.

Roberts R. J. 2001 . Fish Pathology, 3rd ed. W.B. Saunders. Philadelphia, PA. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan, Bina Cipta. Jakarta Santoso, S. 1998. Toksisitas Air Limbah Industri Pulp Proses Soda Terhadap Benih

Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Jurnal Universitas Sudirman 2 (XIV): 5. Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia. Jakarta. Hlm 217.

Susanto, H. dan Amri, K. 2002. Budi Daya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 90.

Steel G.D. and Torrie J.H. 1976. Principles and Procedure of Statistics. A Biometrical Approach, Mc Graw-Hill Inc. New York. Hlm 382.

Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hlm 348.

Wudianto, R. 1994. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta. Yudha, I. G. 1999. Tingkat Kerusakan Sel Darah Merah Ikan Lele Dumbo yang

Dipaparkan Endosulfan Pada Konsentrasi Subletal. Thesis . Program Pascasarjana, IPB.

Lampiran 1. Konsentrasi Uji Definitif

Lampiran 2. Grafik Persentase Mortalitas Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) pada Uji Penentuan Selang Konsentrasi.

Lampiran 3. Grafik Persentase Mortalitas Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) pada Uji Definitif.

0% 0% 6,70% 100% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 0 ppm 1 ppm 10 ppm 100 ppm P er se n tase M or talitas Konsentrasi 0% 0% 0% 0% 30% 100% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 0 ppm 2,5 ppm 6,25 ppm 15,6 ppm 39 ppm 97,5 ppm P er se n tase M or talitas Konsentrasi

Lampiran 4. Analisis Probit (LC50-96 jam) Metil Metsulfuron terhadap Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus).

d (Konsentrasi ppm) n (∑ hewan uji) r (Mortalitas) D (% mortalitas) X (Log konsentrasi) X2 Y (Probit % mortalitas) XY 2,5 30 0 0 0,397 0,157 0 0 6,25 30 0 0 0,795 0,632 0 0 15,6 30 0 0 1,193 1,423 0 0 39,00 30 9 30 1,591 2,531 4,4756 7,120 97,5 30 30 100 1,989 3,956 8,7190 17,342 Jumlah 5,965 8,699 13,1946 24,462

( )

Lampiran 5. Uji Normalitas dan Homogenitas

Uji Normalitas

Unstandardized Residual

N 18

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.09722263

Most Extreme Differences Absolute .140

Positive .120

Negative -.140

Kolmogorov-Smirnov Z .596

Asymp. Sig. (2-tailed) .870

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Uji Homogenitas perlakuan

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

10.400 1 13 .07

Keterangan : Data menyebar normal dan memiliki varian beberapa kelompok sampel yang sama, karena memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.

Lampiran 6. Data Uji ANOVA (Analysis of Variance)

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

1 2 3 K 0 0 0 0 0 A 0 0 0 0 0 B 0 0 0 0 0 C 0 0 0 0 0 D 30 40 20 90 30 E 100 100 100 300 100 Jumlah 130 140 120 390 130 Rata-rata 21,67 23,33 20 21,67 Analisis Ragam Keterangan : r = perlakuan t = ulangan

SK db JK KNT F.Hitung F Tabel p 5 24.250 4.850 291 5,81 G 12 200 16,67 T 17 24.450

Keterangan : Pada selang kepercayaan 95%, F hitung > F tabel menunjukkan pemaparan metil metsulfuron berpengaruh terhadap tingkat mortalitas ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus).

Lampiran 7. Data Uji Lanjut BNT K A o B o o C o o o D     E      K A B C D E Keterangan:  = Berbeda nyata o = Tidak berbeda nyata

Lampiran 8. Hasil Penelitian dan Persentase Nilai Hematokrit Hematokrit perlakuan K (0 ppm) Hematokrit Perlakuan C (15,6 ppm)

Hematokrit Perlakuan D (39 ppm)

I. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel darah merah dilakukan pada bulan Juli 2012 di Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Hewan Uji

Ikan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) sehat dan berkualitas baik, dengan rerata berat tubuh 2,16 + 0,24 gram. Jumlah ikan uji yang digunakan pada masing-masing wadah adalah 10 ekor dengan tiga kali pengulangan.

3.3 Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian berupa: Akuarium kaca 18 buah, saringan ikan, mikropipet, timbangan, kertas label, baki, ember, masker, sarung tangan, alat tulis, alat ukur kualitas air (termometer, kertas pH, DO meter), lemari pendingin, gelas objek, spuit, mikroskop, tabung kapiler, lilin malam, sentrifus, tabung eppendorf, gelas ukur, dan vortex.

3.5 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Perlakuan pada uji penentuan selang konsentrasi dengan menggunakan 3 perlakuan dan 1 kontrol, yaitu sebagai berikut:

Perlakuan K : konsentrasi metil metsulfuron 0 ppm (kontrol) Perlakuan A : konsentrasi metil metsulfuron 1 ppm

Perlakuan B : konsentrasi metil metsulfuron 10 ppm Perlakuan C : konsentrasi metil metsulfuron 100 ppm

Pada uji definitif dengan menggunakan 5 perlakuan dan 1 kontrol, adalah sebagai berikut:

Perlakuan K : konsentrasi metil metsulfuron 0 ppm (kontrol) Perlakuan A : konsentrasi metil metsulfuron 2,5 ppm

Perlakuan B : konsentrasi metil metsulfuron 6,25 ppm Perlakuan C : konsentrasi metil metsulfuron 15,6 ppm Perlakuan D : konsentrasi metil metsulfuron 39 ppm Perlakuan E : konsentrasi metil metsulfuron 97,5 ppm

Wadah yang digunakan dalam pengujian berupa akuarium kaca berukuran 40x40x50 cm3 sebagai wadah untuk uji penentuan selang konsentrasi dan uji definitif. Akuarium kaca merupakan material yang tidak mengurangi konsentrasi melalui penyerapan atau penambahan bahan ke dalam media karena reaksi kimia sehingga tidak berpengaruh pada metil metsulfuron. Sebelum penelitian

dilakukan, wadah pegujian dibersihkan terlebih dahulu dengan air. Media yang digunakan juga harus memiliki kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan ikan patin.

3.6.2 Media Uji

Media uji yang digunakan adalah formulasi metil metsulfuron, yaitu Ally 20 WDG dengan konsentrasi tertentu di dalam air sebanyak 30 liter. Larutan stok 1000 ppm disiapkan terlebih dahulu dengan melarutkan 5 gram Ally 20 WDG dalam satu liter akuades. Larutan stok 1000 ppm kemudian diencerkan sesuai dengan konsentrasi perlakuan yang dibutuhkan.

3.7 Pelaksanaan Penelitian

3.7.1 Uji Penentuan Selang Konsentrasi

Pada uji penentuan selang konsentrasi terlebih dahulu dilakukan pembuatan stok 1000 ppm karena herbisida Ally 20 WDG yang digunakan mengandung bahan aktif metil metsulfuron 20 % maka dengan perhitungan:

Jadi 5 gram bahan herbisida dilarutkan di dalam 1 liter akuades/air Keterangan:

X% : persentase bahan aktif.

Uji penentuan selang konsentrasi ini bertujuan untuk memperkirakan dosis metil metsulfuron yang menyebabkan mortalitas 100% serta mengetahui ambang atas dan ambang bawah penggunaannya. Lama perlakuan 2 hari (48 jam) dengan menggunakan konsentrasi 0; 1; 10; 100 ppm. Jumlah ikan uji pada setiap wadah adalah 10 ekor dalam 30 liter media uji. Pada uji penentuan selang konsentrasi menggunakan uji statis yaitu tanpa pergantian media uji. Selama uji berlangsung dilakukan pengamatan dan pencatatan mortalitas. Pada setiap pengujian

dilakukan pencatatan data fisika dan kimia media uji, yaitu pada awal pengujian (0 jam), selama pengujian (24 jam) dan pada akhir pengujian (48 jam).

Berdasarkan pada hasil uji penentuan selang konsentrasi tersebut dapat ditentukan konsentrasi herbisida dengan bahan aktif metil metsulfuron untuk digunakan pada uji definitif dengan rumus di bawah ini, Rumus untuk menentukan deret

Keterangan :

N : konsentrasi ambang atas n : konsentrasi ambang bawah

a : konsentrasi terkecil dalam deret konsentrasi k : jumlah konsentrasi yang diujikan (a,b,c,d,e) Perhitungan konsentrasi :

(Finney, 1971)

3.7.2 Uji Definitif (Toksisitas Akut)

Tujuan dilakukannya uji definitif adalah untuk menentukan konsentrasi bahan uji yang menghasilkan efek merugikan terhadap suatu organisme uji dalam selang waktu pemaparan yang pendek dibawah kondisi terkontrol. Langkah awal yang dilakukan pada uji definitif adalah membagi ikan uji pada wadah sebanyak 10 ekor ikan pada setiap perlakuan. Ikan uji tersebut diberi perlakuan berupa pemaparan metil metsulfuron dengan 6 konsentrasi berbeda yaitu 0; 2,5; 6,25; 15,6; 39; 97,5 ppm (Lampiran 1). Pada perlakuan metode ulas darah dan

perhitungan hematokrit dilakukan pada ikan dengan konsentrasi 0 ppm (K); 15,6 ppm (C); dan 39 ppm (D).

Selama uji definitif berlangsung dilakukan pengamatan dan pencatatan kematian ikan uji. Jumlah ikan uji pada setiap wadah adalah 10 ekor dan 30 liter media uji. Sistem pemaparan yang digunakan yaitu sistem uji statis (tanpa pergantian media). Pada setiap pengujian dilakukan pencatatan data fisika dan kimia media

Hubungan nilai logaritma konsentrasi uji dengan persentasi mortalitas (dalam probit), merupakan fungsi linier : Y = a + bX. Nilai LC50-96 jam diperoleh unlog

Dokumen terkait