• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Hasil Penelitian

4.3.1. Karakteristik Responden

Masyarakat yang menjadi responden penelitian adalah masyarakat yang berada di tepi Danau Toba Kabupaten Simalungunan yaitu Nagori/Kelurahan Parapat, Sipolha Horison, Tigaras dan Haranggaol yang memiliki latar belakang sosial ekonomi, umur dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda.

a. Umur

Responden penelitian umurnya sekitar 25 tahun sampai dengan lebih dari 50 tahun seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 4.8. Komposisi Umur Responden

No. Umur Jumlah (orang) Persentase

1. 25-30 15 15,00 2. 31-35 23 23,00 3. 36-40 34 34,00 4. 41-45 14 14,00 5. 46-50 10 10,00 6. > 50 4 4,00 Jumlah 100 100

Sumber: Data Olahan Tahun 2011

Distrubisi umur responden masyarakat lokal tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun yang paling besar terdapat pada umur antara 36-49 tahun sebanyak 34 responden (34 %), yang diikuti dengan umur antara 31-35 tahun sebanyak 23 responden (23 %), umur antara 25-30 tahun sebanyak 15 responden (15 %) dan umur antara 41-45 tahun sebanyak 14 responden (14 %). Sedangkan umur antara 46-50 tahun dan lebih besar dari 50 tahun masing 10 responden (10 %) dan 4 responden (4 %).

Beragamnya umur responden menunjukkan bahwa yang menjadi responden penelitian ini telah melibatkan masyarakat dan berbagai tingkatan, serta menggambarkan bahwa kegiatan pengelolaan sumberdaya alam di tepi Danau Toba Kabupaten Simalungunmelibatkan berbagai tingkatan umur.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan responden penelitian umumnya adalah pendidikan Sekolah Dasar, namun juga dijumpai D1/D3 seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 4.9. Komposisi Tingkat Pendidikan Responden

No. Pendidikan Jumlah (orang) Persentase

1. SD 8 8,00

2. SMP 24 24,00

3. SMA 43 43,00

4. D1/D3/S1 25 25,00

Jumlah 80 100

Sumber: Data Olahan Tahun 2011

Distrubisi responden masyarakat lokal tepi Danau Toba Simalungun berdasarkan kategori tingkat pendidikan adalah sangat beragam mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Diploma (D1/D3). Pendidikan responden yang paling dominan adalah pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 43 responden (43 %), diikuti dengan pendidikan D1/D3/S1 sebanyak 25 responden (25 %), dan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 24 responden (24 %), sedangkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 8 responden (8 %).

Beragamnya tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa yang menjadi responden penelitian ini telah melibatkan masyarakat dan berbagai tingkatan pendidikan, serta menggambarkan bahwa kegiatan pengelolaan sumberdaya alam di tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun melibatkan berbagai tingkatan pendidikan. c. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga responden penelitian umunya adalah 2 sampai dengan 5 orang seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 4.10. Komposisi Jumlah Tanggungan Keluarga Responden No Jumlah Tanggungan Keluarga

(Orang) Jumlah (Orang) Persentase 1. 2 14 14,00 2. 3 40 40,00 3. 4 33 33,00 4. 5 13 13,00 Jumlah 80 100

Sumber: Data Olahan Tahun 2011

Distrubisi responden masyarakat lokal tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun berdasarkan kategori jumlah tanggungan keluarga yang paling dominan adalah 3 orang sebanyak 40 responden (40 %), diikuti dengan jumlah tanggungan 4 orang sebanyak 33 responden (33 %). Jumlah tanggungan 2 orang dan 5 orang masing-masing sebanyak 14 responden (14 %) dan 13 responden (13 %).

Beragamnya jumlah tanggungan keluarga masyarakat lokal tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun menunjukkan bahwa yang menjadi responden penelitian ini telah melibatkan masyarakat dengan jumlah tanggungan keluarga yang beragam, dan menggambarkan bahwa kegiatan pengelolaan sumberdaya alam di Kabupaten Simalungun melibatkan masyarakat yang memiliki jumlah tanggungan keluarga 2 sampai dengan 5 orang.

d. Pengeluaran Responden

Jumlah pengeluaran responden penelitian umunya adalah Rp. 100.000 sampai dengan Rp. 1.000.000 seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Pengeluaran Per Bulan Rata-rata Kebutuhan Mkn % Pkn % Prm % Pdk % Ksht % ≤100 101 – 300 301 – 500 501 – 700 .> 700 16 35 49 16 45 39 12 63 25 12 63 25 8 57 35 8 57 35 24 56 20 24 56 20 41 37 22 41 37 22 Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Dari Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa distribusi masyarakat lokal tepi Danau Toba berdasarkan rata-rata pengeluaran per bulan tertinggi Rp. 101.000 – Rp. 300.000 yaitu untuk kebutuhan pakaian dan perumahan masing-masing sebesar 63 %, dan 57 %. Kebutuhan pendidikan tertinggi rata-rata pengeluaran Rp. 301.000 – Rp. 500.000,. Kebutuhan makanan tertinggi rata-rata pengeluaran lebih besar dari Rp. 700.000,- yaitu sebesar 49 %, dan kebutuhan kesehatan tertinggi rata-rata lebih kecil dari Rp. 100.000,- yaitu sebesar 41 %.

Beragamnya pengeluaran rumah tangga masyarakat lokal tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun menunjukkan bahwa yang menjadi responden penelitian ini telah melibatkan masyarakat dengan pengeluaran rumah tangga keluarga yang beragam, dan menggambarkan bahwa kegiatan pengelolaan sumberdaya alam di Kabupaten Simalungun melibatkan masyarakat yang memiliki pengeluaran rumaha tangga Rp. 100.000 sampai dengan Rp. 1.000.000.

4.3.2. Sumberdaya Alam yang Dikelola Masyarakat Tepi Danau Toba

Hasil penelitian wawancara dengan responden masyarakat yang diteliti pada masing-masing Nagori/Kelurahan dan keseluruhan Nagori/Kelurahan dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Sumber Daya Alam yang Dikelola Masyarakat Lokal Tepi Danau Toba Sumber Daya Alam Yang Dikelola Nagori/Kelurahan Parapat Sipolha Horison Tigaras Harangga ol Jumlah

Ada Ada Ada Ada Ada

Pertanian 17 13 6 12 48 Perkebunan 15 7 12 9 43 Perikanan 12 11 7 16 46 Hutan 0 0 0 0 0 Pariwisata 5 0 0 0 5 Jumlah 49 31 25 37 142

Sumber: Data Olahan Tahun 2011

Dari Tabel 4.12 dapat dideskriptifkan bahwa sumberdaya alam yang dikelola masyarakat tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun di Kelurahan Parapat menunjukkan bahwa dari 25 responden yang mengelola sumberdaya alam pertanian sebanyak 17 responden (68 %) mengelola sumberdaya alam pertanian sedangkan 8 responden (32 %) tidak mengelola pertanian. Sumberdaya alam perkebunan yang dikelola masyarakat responden Kelurahan Parapat menunjukkan bahwa sebanyak 15 responden (60 %) mengelola sumberdaya alam perkebunan, sedangkan 10 responden (40 %) tidak mengelola sumberdaya alam perkebunan. Sumberdaya alam perikanan yang dikelola masyarakat responden Kelurahan Parapat menunjukkan bahwa sebanyak 12 responden (48 %) mengelola sumberdaya alam perikanan, sedangkan 13

responden (52 %) tidak mengelola sumberdaya alam perikanan. Sumberdaya alam hutan yang dikelola masyarakat responden Kelurahan Parapat menunjukkan bahwa seluruh 25 responden (100 %) tidak mengelola sumberdaya alam hutan. Sumberdaya alam pariwisata yang dikelola masyarakat responden Kelurahan Parapat menunjukkan bahwa sebanyak 5 responden (20 %) mengelola sumberdaya alam pariwisata, sedangkan 20 responden (80 %) tidak mengelola sumberdaya alam pariwisata.

Sumberdaya alam yang dikelola masyarakat tepi Danau Toba di Nagori Sipolha Horison menunjukkan bahwa dari 25 responden yang mengelola sumberdaya alam pertanian sebanyak 13 responden (52 %) mengelola sumberdaya alam pertanian sedangkan 12 responden (48 %) tidak mengelola pertanian. Sumberdaya alam perkebunan yang dikelola masyarakat responden Nagori Sipolha Horison menunjukkan bahwa sebanyak 7 responden (28 %) mengelola sumberdaya alam perkebunan, sedangkan 18 responden (72 %) tidak mengelola sumberdaya alam perkebunan. Sumberdaya alam perikanan yang dikelola masyarakat responden Nagori Sipolha Horison menunjukkan bahwa sebanyak 11 responden (44 %) mengelola sumberdaya alam perikanan, sedangkan 14 responden (56 %) tidak mengelola sumberdaya alam perikanan. Sumberdaya alam hutan yang dikelola masyarakat responden Nagori Sipolha Horison menunjukkan bahwa seluruh 25 responden (100 %) tidak mengelola sumberdaya alam hutan. Sumberdaya alam pariwisata yang dikelola masyarakat responden Nagori Sipolha Harison menunjukkan bahwa seluruh 25 responden (100 %) tidak mengelola sumberdaya alam pariwisata.

Sumberdaya alam yang dikelola masyarakat tepi Danau Toba di Nagori Tigaras menunjukkan bahwa dari 25 responden yang mengelola sumberdaya alam pertanian sebanyak 6 responden (24 %) mengelola sumberdaya alam pertanian sedangkan 19 responden (76 %) tidak mengelola pertanian. Sumberdaya alam perkebunan yang dikelola masyarakat responden Nagori Tigaras menunjukkan bahwa sebanyak 12 responden (48 %) mengelola sumberdaya alam perkebunan, sedangkan 13 responden (52 %) tidak mengelola sumberdaya alam perkebunan. Sumberdaya alam perikanan yang dikelola masyarakat responden Nagori Tigaras menunjukkan bahwa sebanyak 7 responden (28 %) mengelola sumberdaya alam perikanan, sedangkan 18 responden (72 %) tidak mengelola sumberdaya alam perikanan. Sumberdaya alam hutan yang dikelola masyarakat responden Nagori Tigaras menunjukkan bahwa seluruh 25 responden (100 %) tidak mengelola sumberdaya alam hutan. Sumberdaya alam pariwisata yang dikelola masyarakat responden Nagori Tigaras menunjukkan bahwa seluruh 25 responden (100 %) tidak mengelola sumberdaya alam pariwisata.

Sumberdaya alam yang dikelola masyarakat tepi Danau Toba di Nagori Haranggaol menunjukkan bahwa dari 25 responden yang mengelola sumberdaya alam pertanian sebanyak 12 responden (48 %) mengelola sumberdaya alam pertanian sedangkan 13 responden (52 %) tidak mengelola pertanian. Sumberdaya alam perkebunan yang dikelola masyarakat responden Nagori Haranggaol menunjukkan bahwa sebanyak 9 responden (36 %) mengelola sumberdaya alam perkebunan, sedangkan 16 responden (64 %) tidak mengelola sumberdaya alam perkebunan.

Sumberdaya alam perikanan yang dikelola masyarakat responden Nagori Haranggaol menunjukkan bahwa sebanyak 16 responden (64 %) mengelola sumberdaya alam perikanan, sedangkan 9 responden (36 %) tidak mengelola sumberdaya alam perikanan. Sumberdaya alam hutan yang dikelola masyarakat responden Nagori Tigaras menunjukkan bahwa seluruh 25 responden (100 %) tidak mengelola sumberdaya alam hutan. Sumberdaya alam pariwisata yang dikelola masyarakat responden Nagori Tigaras menunjukkan bahwa seluruh 25 responden (100 %) tidak mengelola sumberdaya alam pariwisata.

Berdasarkan keseluruhan desa yang diteliti menunjukkan bahwa dari 100 masyarakat responden yang mengelola sumberdaya alam pertanian di tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun sebanyak 48 responden (48 %) mengelola sumberdaya alam pertanian sedangkan 52 responden (52 %) tidak mengelola sumberdaya alam pertanian. Sumberdaya alam perkebunan yang dikelola masyarakat tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun menunjukkan bahwa sebanyak 43 responden (43 %) mengelola sumberdaya alam perkebunan sedangkan 57 responden (57 %) tidak mengelola sumberdaya alam perkebunan. Sumberdaya alam perikanan yang dikelola masyarakat tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun menunjukkan bahwa sebanyak 46 responden (46 %) mengelola sumberdaya alam perikanan sedangkan 54 responden (54 %) tidak mengelola sumberdaya alam perikanan. Sumberdaya alam hutan yang dikelola masyarakat tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun menunjukkan bahwa seluruh 100 responden (100 %) tidak mengelola sumberdaya alam hutan. Sumberdaya alam pariwisata yang dikelola masyarakat tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun

menunjukkan bahwa sebanyak 5 responden (5 %) mengelola sumberdaya alam pariwisata sedangkan 95 responden (95 %) tidak mengelola sumberdaya alam pariwisata.

Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa masyarakat responden memiliki lebih dari satu kegiatan usaha dalam mengelola sumberdaya alam, hal ini disebabkan adanya keinginan masyarakat responden untuk dapat meningkatkan taraf kesejahteraannya.

4.3.3. Pengelolaan Sumberdaya Alam

Hasil penelitian wawancara dengan responden masyarakat yang diteliti tentang pengelolaan sumberdaya alam yang dilaksanakan masyarakat tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Dari Tabel 4.13 dapat dideskriptifkan bahwa pengelolaan sumberdaya alam dalam ikut melestarikan lingkungan sumberdaya alam di tepi Danau Toba, baik itu sumberdaya hutan maupun perairan menunjukan bahwa dari 100 responden masyarakat sebanyak 71 responden (71 %) menyatakan ada ikut melestarikan lingkungan sumberdaya alam di tepi Danau Toba, sedangkan 29 responden (29 %) tidak ikut melestarikan lingkungan sumberdaya alam di tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun.

Pengelolaan sumberdaya alam mengenai ada peran tokoh adat dalam pengelolaan sumberdaya alam di tepi Danau Toba menunjukan bahwa seluruh 100 responden masyarakat (100 %) menyatakan ada peran tokoh adat dalam pengelolaan sumberdaya alam di tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun.

Pengelolaan sumberdaya alam mengenai ada peran tokoh masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam di tepi Danau Toba menunjukan bahwa seluruh 100 responden masyarakat (100 %) menyatakan ada peran tokoh masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam di tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun.

Tabel 4.13. Pengelolaan Sumber Daya Alam Masyarakat Lokal Tepi Danau Toba

No Pengelolaan Sumber Daya Alam Masyarakat Lokal Tepi Danau Toba

Pilihan Responden (Orang)

Persentase (%) Ada Tidak

Ada

Total Ada Tidak Ada

Total 1 Ikut melestarikan lingkungan

sumberdaya alam di tepi Danau Toba, baik itu sumberdaya hutan maupun perairan

71 29 100 71 29 100

2 Ada peran tokoh adat dalam pengelolaan sumberdaya alam di tepi Danau Toba

100 0 100 100 0 100

3 Ada peran tokoh masyarakat dalam pengelolaan

sumberdaya alam di tepi Danau Toba

100 0 100 100 0 100

4 Ada peran tokoh agama dalam pengelolaan sumberdaya alam di tepi Danau Toba

100 0 100 100 0 100

5 Ada peran pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya alam di tepi Danau Toba

100 0 100 100 0 100

6 Ikut mengelola sumberdaya alam di tepi Danau Toba

100 0 100 100 0 100

7 Dalam pengelolaan sumberdaya alam, baik itu hutan dan perairan Danau Toba meminta

pertimbangan/izin kepada para tokoh agama, adat, masyarakat dan pemerintah

100 0 100 100 0 100

Pengelolaan sumberdaya alam mengenai ada peran tokoh agama dalam pengelolaan sumberdaya alam di tepi Danau Toba menunjukan bahwa seluruh 100 responden masyarakat (100 %) menyatakan ada peran tokoh agama dalam pengelolaan sumberdaya alam di tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun.

Pengelolaan sumberdaya alam mengenai ada peran pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya alam di tepi Danau Toba menunjukan bahwa seluruh 100 responden masyarakat (100 %) menyatakan ada peran pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya alam di tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun.

Pengelolaan sumberdaya alam mengenai ikut mengelola sumberdaya alam di tepi Danau Toba menunjukan bahwa seluruh 100 responden masyarakat (100 %) menyatakan ikut mengelola sumberdaya alam di tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun.

Pengelolaan sumberdaya alam mengenai meminta pertimbangan/izin kepada para tokoh agama, adat, masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya alam di tepi Danau Toba Kabuapten Simalungun menunjukan bahwa seluruh 100 responden masyarakat (100 %) menyatakan meminta pertimbangan/izin kepada para tokoh agama, adat, masyarakat dan pemerintah.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa 100% responden menyatakan ada peran tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan peran pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya alam di tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun, hal ini sejalan dengan keterlibatan masyarakat mengelola sumberdaya alam di tepi Danau Toba dan dalam pengelolaan sumberdaya alam, baik itu hutan dan

perairan Danau Toba meminta pertimbangan/izin kepada para tokoh adat, agama, masyarakat dan pemerintah, namun keterlibatan masyarakat dalam ikut melestarikan lingkungan sumberdaya alam di tepi Danau Toba, baik itu sumberdaya hutan maupun perairan hanya 71%.

4.3.4. Tingkat Sosial Masyarakat Tepi Danau Toba Dalam Mengelola Sumberdaya Alam Terhadap Pendapatan

4.3.4.1. Uji asumsi klasik 1. Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian ada tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance

Inflation Factor) dan Tolerance-nya. Nilai dari VIF yang kurang dari 10 dan

tolerance yang lebih dari 0,10 maka menandakan bahwa tidak terjadi adanya gejala multikolinearitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat problem multikolinieritas.

Tabel 4.14. Hasil Uji Asumsi Multikolinieritas Mode l Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 33260.916 388555.816 .086 .932 J.A.K.Y.Bekerja 458407.483 105278.634 .289 4.354 .000 .491 2.038 L.Lahan 31554.357 6874.724 .235 4.590 .000 .824 1.213 J.H.Kerja 39808.153 23983.792 .128 1.660 .100 .363 2.752 T.Pendidikan 99125.863 26547.628 .379 3.734 .000 .209 4.783 V.Dummy 162878.717 120086.837 .101 1.356 .178 .392 2.553 Sumber: Data Olahan, 2011

Dari perhitungan menggunakan program SPSS versi 16 dapat kita ketahui bahwa nilai VIF dan tolerance sebagai berikut:

a. Variabel Jumlah Anggotan Keluarga yang Bekerja (L) mempunyai nilai VIF sebesar 2,038 dan tolerance sebesar 0,491.

b. Variabel Luas Lahan (M) mempunyai nilai VIF sebesar 1,213 dan tolerance sebesar 0,824.

c. Variabel Jumlah Hari Kerja (J) mempunyai nilai VIF sebesar 2,752 dan tolerance sebesar 0,363.

d. Variebel Tingkat Pendidikan (P) mempunyai nilai VIF sebesar 4,783 dan tolerance sebesar 0,209.

e. Variabel Dummy (D) mempunyai nilai VIF sebesar 2,553 dan tolerance sebesar 0,392.

Dari ketentuan yang ada bahwa jika nilai VIF < 10 dan tolerance > 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas dan nilai-nilai yang didapat dari perhitungan adalah sesuai dengan ketetapan nilai i

VIF dan tolerance, dan dari hasil analisis diatas dapat diketahui nilai toleransi semua variabel independen (L, M, J, P dan D) lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa variabel independennya tidak terjadi multikolinieritas sehingga model tersebut telah memenuhi syarat asumsi klasik dalam analisis regresi.

2. Normalitas

Uji normalitas menguji apakah dalam model regresi, variable independen dan variabel dependen, keduanya terdistribusikan secara normal atau tidak, maka pengujian ini menggunakan bantuan computer program SPSS versi 16. Normalitas data dalam penelitian dilihat dengan cara memperhatikan penyebaran data (titik) pada Normal PPlot of Regression Standardized Residual dari variabel terikat. Persyaratan dari uji normalitas data adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

0.00.20.4 0.60.8 1.0

Expected Cum Prob

Dependent Variable: Pendapatan Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 4.1. Uji Normalitas Data Penelitian

Berdasarkan hasil pengolahan data, seperti terlihat pada Gambar di atas maka didapatkan hasil bahwa semua data berdistribusi secara normal dan tidak terjadi penyimpangan, sehingga data yang dikumpulkan dapat diproses dengan metode-metode selanjutnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan sebaran data yang menyebar disekitar garis diagonal pada “Normal P-Plot of Regresion

Standardized Residual” sesuai gambar di atas, sehingga dapat dikatakan bahwa

3. Uji Autokorelasi

Dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS 16 dapat diketahui bahwa nilai Durbin Watson menunjukkan angka 1,967.

Tabel 4.15. Hasil Uji Asumsi Autokorelasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .893(a) .797 .786 341061.669 1.967 Sumber: Data Olahan, 2011

Nilai dl dan du didapat dengan melihat tabel Durbin Watson dengan n = 94 dan k = 5. Nilai dl sebesar 1,01 dan nilai du sebesar 1,86. Oleh karena nilai DW 1,967 lebih besar dari batas atas (du) 1,86 dan kurang dari 4-1,86 (dU < DW ≤ 4 – dU atau 1,86 < 1,967 ≤ 2,14) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas

Dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS 16 diatas dapat diketahui bahwa titik-titik yang menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka nol, pada sumbu Y serta tidak membentuk pola atau kecenderungan tertentu pada diagram plot, sehingga dapat mengidentifikasikan tidak terjadi adanya heteroskedastisitas dan model regresi tersebut layak digunakan untuk memprediksi pendapatan masyarakat.

Jadi dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa model regresi yang memenuhi syarat uji asumsi klasik adalah dalam bentuk Logaritma

-3-2-101234

Regression Studentized Deleted (Press)

Residual

Dependent Variable: Pendapatan Scatterplot

Gambar 4.2. Uji Heteroskedastisitas Data Penelitian

4.3.4.2. Uji statistik

Dengan menggunakan persamaan regresi berganda, dibentuk fungsi persamaan pendapatan masyarakat dalam tingkat sosial masyarakat. Variabel-variabel yang dianggap memberikan pengaruh terhadap pendapatan masyarakat ini adalah: jumlah anggota keluarga yang bekerja (L), luas lahan (M), jumlah hari kerja (H), tingkat pendididikan (P), dan keikut sertaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang diproxy dengan variable dummy (D). Seluruh variable tersebut secara serentak dimasukkan kedalam persamaan regresi berganda, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.16. Hasil Analisis Linier Berganda

Variabel Koefisien t-hitung Signifikan

Jumlah Anggota Keluarga yang Bekerja Luas Lahan

Jumlah Hari Kerja Tingkat Pendidikan Dummy 458407,48 31554,36 39808,15 99125,86 162878,72 4,354 4,590 1,660 3,734 1,356 0,000 0,000 0,100 0,000 0,178 R2 t-tabel F-hitung F-tabel 0,797 1,612 7,608 2,30 Sumber: Data Olahan Tahun 2011

Dari persamaan diatas dapat penulis interpretasikan sebagai berikut: a. Konstanta regresi

a = 33260,92 atau konstanta regresi, yang berarti jika tidak ada nilai independent variable. Dalam hal ini jumlah anggota keluarga yang bekerja (L), luas lahan (M), jumlah hari kerja (H), tingkat pendididikan (P), dan keikut sertaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang diproxy dengan variable dummy (D). sama dengan 0 (nol) maka pendapatan masyarakat akan sebesar Rp. 33.260,92 per bulan.

b. Jumlah Anggota Keluarga Yang Bekerja

L = 458407,48 untuk independent variable jumlah anggota keluarga yang bekerja yang bertanda positif berarti memiliki hubungan yang searah yang artinya setiap penambahan atau kenaikan sebesar 1 orang jumlah anggotan keluarga yang bekerja akan menambah pendapatan masyarakat sebesar Rp. 458.407,48 per bulan. Jumlah anggota keluarga yang bekerja memberikan pengaruh yang positif

dan signifikan pada pengujian α 5% terhadap pendapatan masyarakat, di mana nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (4,354 > 1,612). Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu jumlah anggota keluarga yang bekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan masyarakat tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun.

Semakin banyak anggota keluarga yang bekerja semakin meningkatkan pendapatan masyarakat tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun. Pendapatan masyarakat akan meningkat bila dalam suatu keluarga memiliki lebih dari 1 (satu) orang yang bekerja. Hal ini disebabkan sumber penghasilan keluarga akan bertambah dengan semakin banyaknya anggota keluarga yang bekerja. Dari hasil penelitian menunjukkan masyarakat tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun memiliki anggota keluarga yang bekerja 2 (dua) dan 3 (tiga) orang, dan tidak ada yang memiliki 1 (satu) orang yang bekerja. Ini menunjukkan masyarakat lokal tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun dalam mengelola sumber daya alam yang dimiliki melibatkan suami, isteri dan anak yang sudah cukup umur untuk bekerja.

c. Luas Lahan

M = 31554,36 untuk independent variable luas lahan yang bertanda positif berarti memiliki hubungan yang searah yang artinya setiap penambahan atau kenaikan sebesar 1 rante akan menambah pendapatan masyarakat sebesar Rp. 31.554,36 per bulan. Luas lahan memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada pengujian α 5% terhadap pendapatan masyarakat, di mana nilai t-hitung lebih

besar dari t-tabel (4,590 > 1,612). Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan masyarakat tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun.

Luas lahan yang dimiliki masyarakat tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun menunjukkan kepemilikan lahan di atas 10 rante sebanyak 91 masyarakat responden, hanya 9 masyarakat responden yang memiliki lahan antara 5-10 rante. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tepi Danau Toba memiliki luas lahan yang cukup luas untuk dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat tepi Danau Toba Kabupaten Simalungun. Kepemilikan lahan yang cukup luas sangat berarti bagi kawasan Danau Toba karena akan mengurangi masyarakat untuk merambah hutan. Masyarakat yang masih miskin lahan akan menjadi ancaman bagi program rehabilitasi di kawasan penyangga. Pada dasarnya pemanfaatan lahan di kawasan Penyangga bertentangan dan melanggar hukum, namun desakan ekonomi masyarakat sekitar kawasan penyangga akan membuat mereka terpaksa melakukannya.

d. Jumlah Hari Kerja

H = 39808,15 untuk independent variable jumlah hari kerja yang bertanda positif berarti memiliki hubungan yang searah yang artinya setiap penambahan atau kenaikan sebesar 1 Hari kerja orang (HKO) akan menambah pendapatan masyarakat sebesar Rp. 39.808,15 per bulan. Jumlah hari kerja memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada pengujian α 5% terhadap pendapatan

masyarakat, di mana nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (1,660 > 1,612). Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu jumlah hari kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan masyarakat tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun.

Jumlah hari kerja menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pendapatan masyarakat. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah hari kerja semakin meningkatkan pendapatan masyarakat lokal tepi Danau Toba di Kabupaten Simalungun, hal ini disebabkan rata-rata hari kerja masyarakat lokal tepi Danau

Dokumen terkait